Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Walaupun demikian, sudah barang tentu Karya Tulis ini masih terdapat
kekurangan dan belum sempurna karena keterbatasan kemampuan kami. Oleh
karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak kami
harapkan agar dalam pembuatan makalah di waktu yang akan datang bisa lebih baik
lagi . Besar harapan kami semoga makalah ini dapat berguna bagi siapa saja yang
membacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Merupakan suatu hal yang begitu indah dan mulia apabila para pelajar
Indonesia dapat menikmati harta warisan cagar budaya bangsa yang telah
diturunkan oleh leluhur bangsa. Dengan mewarisi cagar budaya bangsa melalui
melindungi) secara tidak langsung juga ikut membantu melestarikan warisan cagar
budaya bangsa yang sangat beragam, sehingga pada diri pelajar Indonesia akan
tercipta dan terbentuk rasa ikut memiliki (handarbeni). Rasa ikut memiliki disini,
bukan berarti memiliki benda cagar budaya bagi kelompok atau pribadi seseorang
tertentu, namun yang dimaksud adalah timbul-nya empati dan rasa memiliki
terhadap cagar budaya bangsa dengan tetap menyadari keberadaan serta mau
melindungi cagar budaya tersebut. Dengan kesadaran dan rasa empati yang timbul
dari diri pribadi terhadap budaya luhur bangsa, maka akan ikut pula menumbuhkan
rasa toleransi terhadap sesama individu atau kelompok di dalam masyarakat multi
kultural.
dijelaskan bahwa Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa
Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs
Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya didarat dan/atau di air yang perlu
1
Budaya pada hakikatnya merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia sebagai
hasil pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang memiliki arti penting bagi
dikatakan sebagai artefak yang memiliki nilai sebagai wujud infomasi bagi
dianggap juga memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan. Oleh karena hal tersebut maka Cagar Budaya yang merupakan warisan
banyak yang disalah artikan. Misalkan saja upaya pelestarian bangunan maupun
kawasan cagar budaya dewasa ini, terlalu banyak diprioritaskan untuk merenofasi
bangunan cagar budaya secara fisik saja, akibatnya dalam beberapa tahun terakhir
banyak bangunan dan kawasan bersejarah yang mengalami penurunan kualitas dan
terdegradasi, hal ini dikarenakan masyarakat yang belum mengenal nilai historis
pengetahuan, dan kebudayaan, jutru sebagian besar telah bergeser untuk menunjang
sarana ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya. Hal ini secara tidak
langsung akan ikut membentuk pola pikir yang keliru bagi pelajar dan masyarakat
2
Indonesia dalam melihat benda-benda cagar budaya. Mereka hanya akan
tersebut, tanpa mengetahui nilai historis dan budaya yang terkandung dalam benda-
Contoh kejadian di atas, sama seperti yang terjadi pada bangunan RSUD
Kardinah Kota Tegal. RSUD Kardinah sejatinya merupakan salah satu dari puluhan
bangunan cagar budaya yang ada di Kota Tegal. RSUD Kardinah dibangun pada
tahun 1927 atas prakarsa RA. Kardinah adik kandung dari Pahlawan Pergerakan
Wanita RA. Kartini. Pada awalnya pembangunan RSUD Kardinah dilatar belakangi
oleh keprihatinan RA. Kardinah melihat kondisi kesehatan masyarakat Tegal waktu
itu yang banyak terserang penyakit tetapi tanpa perawatan dan fasilitas kesehatan
yang memadai pada masa itu. Namun setelah 92 tahun berdiri RSUD Kardinah
yang telah dilakukan beberapa tahun belakangan, justru membuat unsur historis dan
budaya RSUD Kardinah semakin terkikis dan mulai kehilangan ingatan tentang
masa lalunya. Hal ini dibuktikan dengan sedikitnya generasi muda sekarang ini,
baik para pelajar maupun masyarakat umum di Kota Tegal yang tidak mengetahui
nilai historis dari RSUD Kardinah sebagai salah satu cagar budaya di Kota Tegal.
bangunan penunjang fungsi kesehatan yang dibangun oleh pemerintah kota Tegal,
tanpa mengetahui siapa itu RA. Kardinah dan bagaimana perjuangan beliau dalam
mendirikan RSUD Kardinahpada tahun 1927. Maka dari itu berdasarkan latar
belakang di atas, penulis membuat Karya Tulis mengenai pelestarian cagar budaya
3
di Kota Tegal dengan judul “MENGENBALIKAN INGATAN TENTANG
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut.
C. Tujuan Penulisan
4
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang penulis harapkan dari Karya Tulis mengenai RSUD Kardinah
1. Manfaat teoretis
pelajar dan masyarakat Kota Tegal, dalam rangka menjunjung tinggi nilai
2. Manfaat praktis.
pelajar dan masyarakat Kota Tegal, mengenai rasa empati, menghargai dan
E. Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam karya tulis ini dalam mengumpulkan
kepustakaan yang penulis lakukan yaitu, dengan mencari dan mengambil data dari
bahan pustaka yang relevan dengan penelitian penulis. Selain metode kepustakaan,
penulis juga menggunakan lainnya yaitu metode observasi. Metode observasi yang
langsung di lingkungan cagar budaya yang menjadi objek penelitian penulis yaitu
5
F. Sistematika Penulisan
Penulis menyusun karya tulis ini, dengan susunan sebagai berikut. Bagian
pertama dalam karya tulis ini adalah bab pendahuluan. Pada bab ini dijelaskan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Pada bab kedua, penulis
akan memaparkan dan membahas data penelitian yang telah terkumpul, dari hasil
metode kepustakaan dan observasi, mengenai RSUD Kardinah sebagai salah satu
cagar budaya di Kota Tegal. Bab ketiga dalam karya tulis ini, merupakan bab
penutup, pada bagian ini penulis menyimpulkan uraian dan memberikan saran
mengenai upaya pelestarian RSUD Kardinah sebagai aset cagar budaya di Kota
Tegal.
6
BAB II
PEMBAHASAN
feodal (bangsawan) tidak hanya dilakukan oleh Raden Ajeng Kartini, sosok yang
dikenal sebagai pelopor pergerakan perempuan, tetapi juga dilakukan oleh adiknya
yaitu Raden Ajeng Kardinah. Meskipun namanya hampir selalu di bawah bayang-
bayang nama besar kakaknya Kartini, akan tetapi perjuangan Kardinah untuk
mewujudkan pendidikan bagi kaum perempuan tidak dapat diabaikan begitu saja.
Kardinah merupakan salah satu putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat yang
Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat lahir pada 26 April 1845 dan menjadi
Sosroningrat mempunyai dua istri yaitu Mas Ajeng Ngasirah sebagai garwa ampil
dan Raden Ayu Moerjam sebagai garwa padmi. Berdasarkan adat Jawa, garwa
ampil biasa disebut juga dengan “selir”, sedangkan garwa padmi adalah sebutan
Pada 1 Maret 1881 atau hari Selasa pahing, Ngasirah melahirkan seorang
putri yang diberi nama Kardinah, (Anri. 1964: 1). Selayaknya putri bupati lainnya
yang juga berdarah biru membuat Kardinah menyandang gelar Raden Ajeng.
Kardinah adalah anak ketujuh dari 11 bersaudara yang dilahirkan dari dua orang
ibu. Moerjam sebagai garwa padmi memiliki tiga orang putri yaitu Raden Ajeng
Soelastri, Raden Ajeng Roekmini, dan Raden Ajeng Kartinah. Sedangkan Ngasirah,
7
sebagai garwa ampil memiliki 8 orang putra dan putri. Mereka terdiri dari lima
orang putra yakni Raden Mas Slamet, Raden Mas Boesono, Raden Mas Panji
Sosrokartono, Raden Mas Muljono, Raden Mas Rawito dan tiga orang putri yaitu
Raden Ajeng Kartini, Raden Ajeng Kardinah, serta Raden Ajeng Soematri.
bersama di dalam kadipaten dan sangat akrab satu sama lainnya. Mereka selalu
bermain bersama dan tidak terpisahkan. Oleh karena itu, kemudian mereka disebut
sebagai Tiga Saudara (Het Klaverblad van Jepara). Selama masa pertumbuhan
mereka dengan lemah lembut dan sabar serta menanamkan nilai-nilai kebaikan di
setiap harinya.
Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat merupakan sosok orang tua yang
Klasse Holandsche School di Jepara. Sekolah ini hanya menerima anak- anak
masih menjunjung tinggi adat istiadat yang berlaku saat itu. Sosroningrat tidak
tinggi setelah mereka lulus dari sekolah Belanda (Tweede Klasse Holandsche
Belanda hingga usia 12 tahun saja. Sesudah itu, mereka akan dipingit dan bersiap
8
untuk menjadi ibu rumah tangga. Seperti halnya anak-anak perempuan lain,
tahun 1896.
Selain harus masuk dalam pingitan, para anak perempuan Raden Mas
Adipati Ario Sosroningrat, juga tidak diperkenankan untuk memiliki impian dan
calon pelayan suami yang harus bekerja di dalam rumah (Mayling Oey Hardine,
1996, hlm.293). Dalam konsep budaya Jawa masa lampau, kegiatan perempuan
khususnya yang telah menjadi istri hanya berkisar seputar dapur (memasak), sumur
untuk menempuh pendidikan hingga jenjang tertinggi sampai ke luar negeri. Kaum
mempunyai garis pemisah yang tegas. Peraturan adat yang berlaku pada masa itu
Akhirnya pada tanggal 2 Mei 1898, Tiga Saudara secara resmi ke luar dari
pingitan. Setelah ke luar dari pingitan, Kardinah dan kedua kakaknya diizinkan
9
ingin mengenal masyarakat lebih dekat, dan tak sungkan jika secara langsung
memberontak terhadap sistem yang tidak berkeadilan bagi kaum perempuan yang
telah diwariskan secara turun- temurun tersebut. Kardinah dan kedua kakaknya
menuntut agar para perempuan diizinkan untuk memperoleh pendidikan, baik yang
bersifat pengetahuan umum maupun pendidikan kejuruan, hal ini dimaksudkan agar
nafkah sendiri dan tidak hanya bergantung kepada suami. Selain itu, diutamakan
pula untuk memperoleh pendidikan mental agar para perempuan mampu memiliki
watak yang luhur, sopan santun yang baik, serta bertanggungjawab sehingga
10
memperoleh keahlian sehingga nantinya dapat berdiri sendiri dan menentukan
mendapatkan pendidikan agar kelak anak- anaknya dapat dididik dengan baik.
penting, hal ini karena dengan baiknya pendidikan moral perempuan, maka akan
2018: 96).
satu lembaga teknis daerah, yakni sebagai unsur pendukung walikota Tegal
mendukung dan mewujudkan visi dan misi walikota Tegal periode 2014-
misi, motto, falsafah, dan nilai serta program kegiatan yang menjadi
11
pijakan dalam mendukung visi dan misi walikota Tegal sebagai kepala
rumah sakit bertaraf nasional dan kelas dunia (Tohari, 2015 : 1).
didirikan pada tahun 1927 oleh Raden Ajeng Kardinah, beliau merupakan
adik kandung dari Raden Ajeng Kartini tokoh nasional perintis emansipasi
wanita, yang sangat peduli dengan nasib rakyat, khususnya dalam hal
pengobatan yang masih sangat tradisional. Pada tahun 1971 setelah Raden
tingkat II kota madya Tegal dan kemudian berubah menjadi rumah sakit
yang kemudian diberi nama rumah sakit umum Kardinah. Pada tahun
akreditasi rumah sakit 5 (lima) pelayanan dasar pada tahun 1998, dan pada
12
tahun 2005 lulus akreditasi dengan 12 pelayanan. pada tahun 2008 dengan
Desember 2011. Rumah sakit umum daerah Kardinah kota Tegal banyak
menjadi rumah sakit rujukan bagi orang terkena HIV dan AIDS, (2)
satu rumah sakit rujukan regional provinsi Jawa Tengah, (3) Pada tahun
(4) lulus akreditasi rumah sakit versi 2012 kars tingkat utama pada tahun
13
menjadi pintu masuk tempat sarana pelayanan kesehatan wilayah pantura
pulau Jawa, jika berasal dari wilayah selatan. Hal ini menjadi akses untuk
strategis tersebut, itu juga salah satu yang mendukung sebagaian besar
pasien di luar kota Tegal lebih memilih RSUD Kardinah dari pada RSU
meningkatkan derajat kaum wanita. Sejak kecil dia mengabdikan diri demi
selalu ingat dan taat akan cita-cita tiga serangkai ( Daryono.2014 : 126).
14
putri bagi gadis pribumi bernama Wismo Pranowo. Selain mengelola
Daryono.2014 : 126).
Umum Kardinah di Jalan Karel Sasuit Tubun Tegal, yang dikenal dengan
Daryono.2014 : 126).
Rumah sakit itu ternyata dibangun dari uang hasil penjualan buku
uang 16.000 gulden (F 16.000), jumlah yang sangat besar pada waktu itu..
Buku karya Kardinah yang dijual pada Pemerintah Belanda adalah buku
pembiayaan sekolah yang dia bangun, tidak kunjung datang. Keadaan ini
15
Sejak kecil Kardinah memang bercita-cita membangun rumah sakit
untuk umum. Cita-cita itu berawal dari seringnya dia melihat ketidakadilan
dengan memakai selimut, dan obatnya dari dokter. Tetapi bila pelayan
sedangkan selimutnya hanya kain tipis. Prinsip egaliter yang diterima sejak
Daryono.2014 : 126).
bersalin. Kardinah dan adiknya Soematri, yang pada waktu itu bekerja di
Toha, sebagai pembanding. Tetapi apa yang dia lihat di Cirebon tidak
dengan catatan rumah sakit itu harus diberi nama Kardinah ( Daryono.2014
: 126).
16
Tahun 1927, rumah sakit yang diidam-idamkan Kardinah berdiri,
rumah sakit baru yang disediakan Untuk masyarakat umum ini diberi
orang miskin yang terletak tidak jauh dari rumah sakit. Ia pun sangat aktif
sendiri yang cukup gemilang dan sampai sekarang masih besar manfaatnya
17
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
RSUD Kardinah didirikan pada tahun 1927 oleh gagasan Raden Ajeng
Kardinah adik dari Raden Ajeng Kartini tokoh perjuangan hak-hak perempuan.
Kardinah bernama Kardinah Ziekenhuis, yang diresmikan pertama kali oleh adik
penjualan buku karya Raden Ajeng Kardinah yang dijual pada Pemerintah Belanda
dan kompensasi sekolah kepandaian putri Wismo Pranomo, yang diambil alih
B. Saran
Kota Tegal secara khusus, bisa menunjukkan pribadi yang berbudaya bangsa
halnya pemahaman mengenai aspek historis yang dimiliki oleh RSUD Kardinah,
sebagai salah satu bangunan cagar budaya di Kota Tegal. Hal ini merupakan salah
18
menangkal unsur-unsur budaya luar yang sengaja atau tidak sengaja akan merusak
bahkan memusnahkan ragam budaya Indonesia termasuk mengubah pola pikir dan
19
DAFTAR PUSTAKA
Mayling Oey Hardine. 1996. Perempuan Indonesia Dulu dan Kini. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. hlm. 293.
Tohari. Hakim. 2015. Profik RSUD Karnidah Kota Tegal. Jawa Tengah :
Dinas Kesehatan Kota Tegal.
1
Lampiran
2
3