2. Membuat paritan
Pembuatan parit sangat ideal diterapkan pada tambang
terbuka open cast atau kuari. Parit dibuat berawal dari sumber mata air
atau air limpasan menuju kolam penampungan, langsung ke
sungai atau diarahkan ke selokan (riool). Jumlah parit ini disesuaikan
dengan kebutuhan, sehingga bisa lebih dari satu. Apabila parit harus
dibuat melalui lalulintas tambang maka dapat dipasang gorong-gorong
yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi parit diukur berdasarkan
volume maksimum pada saat musim penghujan deras dengan
memperhitungkan kemiringan lereng. Bentuk standar melintang dari
parit umumnya trapesium.
Penyaliran Tambang (Mine drainage)
Penyaliran tambang adalah mencegah air masuk ke lokasi
penambangan dengan cara membuat saluran terbuka sehingga air
limpasan yang akan masuk ke lubang bukaan dapat langsung dialirkan
ke luar lokasi penambangan. Upaya ini umumnya dilakukan untuk
penanganan air tanah yang berasal dari sumber air permukaan.
Beberapa metode penyaliran tambang (mine drainage) adalah
sebagai berikut:
a. Metode Siemens
Pada setiap jenjang dari kegiatan penambangan dipasang pipa
ukuran 8 inch, di setiap pipa tersebut pada bagian ujung bawah diberi
lubang-lubang, pipa yang berlubang ini berhubungan dengan air tanah,
sehingga di pipa bagian bawah akan terkumpul air, yang selanjutnya
dipompa ke atas secara seri dan selanjutnya dibuang.
Xr = X +(σxσn) . (Yr–
Yn) …………………....................... (3.1 )
Keterangan :
Xr = Hujan harian maksimum dengan periode ulang tertentu (mm)
X = Curah hujan rata-rata
σx = Standar deviasi curah hujan
σn = Reduced standart deviation, nilai tergantung dari banyaknya data
Yr = Reduced variate, untuk periode hujan tertentu (table 3.2)
Tabel 3.1
Periode ulang hujan untuk sarana penyaliran
Yt = (-ln(-ln(T-
1))T …………………....................... (3.2 )
Keterangan:
Yt = Reduced variate (koreksi variasi)
T = Periode ulang (tahun)
Yn = ln(-ln(n+1-
m))n+1 …………………....................... (3.3 )
Rata-rata Yn, YN = ΣYnN
CHR = X + SSn(Yt-
YN) …………………....................... (3.5)
Dari hasil perhitungan diperoleh suatu debit rencana dalam
satuan mm/hari, yang kemudian debit ini bisa dibagi dalam perencanaan
penyaliran. Selain itu juga harus diperhatikan resiko hidrologi (PR) yang
mungkin terjadi, resiko hidrologi merupakan angka dimana kemungkinan
hujan dengan debit yang sama besar angka tersebut, misalnya 0,4 maka
kemungkinan hujan dengan debit yang sama atau melampaui adalah
sebesar 40%. Resiko hidrologi dapat dicari dengan menggunakan
rumus:
PR = 1-(1-
1TR) TL …………………....................... (3.6)
Keterangan:
PR = Resiko hidrologi
TR = Periode ulang
TL = Umur bangunan
2. Waktu konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan hujan untuk
mengalir dari titik terjauh ke tempat penyaliran. Waktu konsentrasi
dapat dihitung dengan rumus dari “Kirpich”.
tc = HL ………………….......................
(3.8)
Keterangan :
tc = Waktu terkumpulnya air (menit)
L = Jarak terjauh sampai titik penyaliran (meter)
H = Beda ketinggian dari titik terjauh sampai ke tempat berkumpulnya
air (meter)
3. Saluran Terbuka
Bentuk penapang saluran yang paling sering digunakan dan
umum adalah bentuk trapesium, sebab mudah dalam pembuatannya,
murah, efisien, mudah dalam perawatannya, dan stabilitas kemiringan
lerengnya dapat disesuaikan dengan keadaan daerahnya.
Setelah diketahui luas penampang bisa ditentukan jari-jari
hidrolis dengan Rumus Manning. Untuk bentuk saluran yang akan dibuat
ada beberapa macam bentuk dengan perhitungan geometrinya sebagai
berikut :
Table 3.3
Dimensi Penampang basah
Tinggi
Lebar atas muka air Faktor kemiringan
Penampang (B) (y) (x) Luas (A) Keliling (D) Ja
b y b.y b + 2h
1:1 → x : h
1:1,5→x=1,5y
b + 2x y 1:2→x=2y (b+x)y b+2y (1+x2)
(b+
Tabel 3.5
Sifat-sifat hidrolik pada saluran terbuka
CH = I + ET + RO ±
dS …………………....................... (3.9)
Q = 0,278 × C × I ×
A …………………....................... (3.10)
Keterangan:
Q = Debit air limpasan maksimum (m3/detik)
C = Koefisien limpasan (Tabel 3.7)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan hujan (km2)
Jenis Material
Jenis material pada areal penambangan berpengaruh terhadap
kondisi penyebaran air limpasan karena untuk setiap jenis dan kondisi
material yang berbeda memiliki koefisien materialnya masing-masing.
Beberapa perkiraan koefisien limpasan terlihat pada tabel 3.6:
Tabel 3.6
Beberapa harga koefisien kekasaran manning
Tabel 3.7
Koefisien material dan kecepatan izin aliran
Perencanaan Sump
3. Pertimbangan ekonomi
Pertimbangan ini menyangkut masalah biaya, baik biaya investasi
untuk pembangunan instalasi maupun biaya operasi dan
pemeliharaannya.
4. Julang total pompa
Julang total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan
jumlah air seperti direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi instalasi
yang akan dilayani oleh pompa. Julang total pompa dapat ditulis sebagai
berikut :
hc = h2 –
h1 …………………....................... (3.12 )
Dimana :
h2 = Elevasi air keluar
h1 = Elevasi air masuk
hv =
( v22 ×g ) ………………….......................
(3.13)
Dimana :
v = Kecepatan air yang melalui pompa (m/detik)
g = Gaya gravitasi (m/detik)
λ = 0,020
+ 0,0005D …………………....................... (3.16)
Rumus ini berlaku untuk pipa baru dari besi cor. Jika pipa telah
dipakai selama bertahun-tahun, harga koefisien kerugian gesek (λ) akan
menjadi 1,5 sampai 2 kali harga barunya.
ii. Rumus Hazen-Williams
Rumus ini pada umumnya dipakai untuk menghitung
kerugian head dalam pipa yang relatif sangat panjang.
V =
0,849CR0,63S0,54 …………………....................... (3.17)
Atau
Hf = 10,666.Q1,85x LC1,85 D4,85 ………………….................
...... (3.18)
Keterangan :
hf = Julang kerugian (m)
v = Kecepatan rata-rata didalam pipa (m/s)
C = Koefisien (table 3.9 )
R = Jari-jari hidrolik (m)
S = Gradien hidrolik (S=hfL )Q = Laju Aliran ( m3/s)
L = Panjang pipa
Tabel 3.8
Kondisi pipa dan harga koefisien (Formula Hazen-William)
Jenis Pipa C
f = Koefisien kerugian
R = Jari-jari lengkung belokan
θ = Sudut belokan
Pw = γ. Q .
H …………......................... (3.22)
Keterangan:
γ = Bobot isi air (kN/m3)
Q = Kapasitas (m3/detik)
H = Julang total (m)
Pw = Daya air (kW)
Settling Pond
Berfungsi sebagai tempat menampung air tambang sekaligus
untuk mengendapkan partikel-partikel padatan yang ikut bersama air
dari lokasi penambangan, kolam pengendapan ini dibuat dari lokasi
terendah dari suatu daerah penambangan, sehingga air akan masuk
ke settling pond secara alami dan selanjutnya dialirkan ke sungai melalui
saluran pembuangan.
Dengan adanya settling pond, diharapkan air yang keluar dari
daerah penambangan sudah bersih dari partikel padatan sehingga tidak
menimbulkan kekeruhan pada sungai atau laut sebagai tempat
pembuangan akhir. Selain itu juga tidak menimbulkan pendangkalan
sungai akibat dari partikel padatan yang terbawa bersama air.
Bentuk settling pond biasanya hanya digambarkan secara
sederhana, yaitu berupa kolam berbentuk empat persegi panjang, tetapi
sebenarnya dapat bermacam-macam bentuk disesuaikan dengan
keperluan dan keadaan lapangannya. Walaupun bentuknya dapat
bermacam-macam, namun pada setiap settling pond akan selalu ada 4
zona penting yang terbentuk karena proses pengendapan material
padatan. Keempat zona tersebut adalah :
http://syaiful049.blogspot.com/