Anda di halaman 1dari 99

Modul Pelatihan

Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

MODUL PELATIHAN
_________________________________________________________

MEMBUAT PETA POTENSI LONGSOR


DAN RAWAN BANJIR BANDANG
MENGGUNAKAN ArcGIS 10.0

Februari 2012
Versi 2.1
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

DAFTAR ISI

I. Mempersiapkan Data ....................................................................................................................... 1

I.1. Digitasi area longsor dan mikrotopografi menggunakan citra satelit ......................................1
Tahap 1. Membuka ArcMap........................................................................................................ 1
Tahap 2. Membuat data area longsoran masa lalu. ................................................................... 2
Tahap 3. Membuat data mikrotopografi .................................................................................... 8
I.2. Pengolahan data topografi .................................................................................................... 12
Tahap 1. Pembuatan TIN dan DEM ........................................................................................... 12
Tahap 2. Pembuatan data/tampilan hillshade .......................................................................... 18
Tahap 3. Pembuatan data kemiringan ...................................................................................... 20
Tahap 4. Pembuatan data arah aliran ....................................................................................... 21
Tahap 5. Pembuatan data akumulasi aliran .............................................................................. 22
I.3. Georeferensi peta geologi dan digitasi elemen geologi........................................................ 24
Tahap 1. Georeferensi peta geologi .......................................................................................... 24
Tahap 2. Digitasi elemen geologi .............................................................................................. 30
I.4. Pembuatan basin, DAS dan sub-area .................................................................................... 32
Tahap 1. Pembuatan data basin (cekungan) ............................................................................. 32
Tahap 2. Memilih basin untuk membuat DAS .......................................................................... 33
Tahap 3. Menentukan batas bawah DAS .................................................................................. 39
Tahap 4. Pembuatan data sub-area .......................................................................................... 43
II. Pembuatan Peta Potensi Longsor Berdasarkan Faktor Kejadian Longsor Masa Lalu .................... 48

III. Pembuatan Peta Potensi Longsor Berdasarkan Faktor Geologi dan Microtopography................. 55

Tahap 1. Pertampalan data elemen geologi dan microtopography dengan data sub-
area .................................................................................................................................... 55
Tahap 2. Pengolahan tabel data dan penentuan dua elemen terbaik ..................................... 56
Tahap 3. Pengolahan tabel data dan penentuan dua kombinasi elemen terbaik .................... 58
Tahap 4. Pembuatan area potensi longsor ............................................................................... 59
IV. Pembuatan Peta Potensi Longsor Berdasarkan Faktor Topografi.................................................. 62

Tahap 1. Pembuatan titik data kemiringan dan akumulasi aliran ............................................ 62


Tahap 2. Penentuan titik potensi longsor ................................................................................. 64
Tahap 3. Pembuatan area potensi longsor ............................................................................... 69
V. Pembuatan Peta Potensi Longsor Berdasarkan Faktor Gabungan................................................. 76

i
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

VI. Pembuatan Area Bahaya Banjir Bandang ...................................................................................... 79

Tahap 1. Pemilihan obyek sungai utama.................................................................................. 79


Tahap 2. Menentukan batasan area rawan banjir bandang berdasarkan kemiringan
topografi ................................................................................................................................... 79
Tahap 3. Mengubah obyek 2D menjadi 3D .............................................................................. 83
Tahap 4. Pembuatan area bahaya banjir bandang................................................................... 84
Tahap 5. Editing area bahaya banjir bandang .......................................................................... 87
VII. Membuat Peta Potensi Longsor dan Area Rawan Banjir Bandang ................................................ 88

ii
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

I. Mempersiapkan Data

Pada bagian ini akan ditunjukkan tahapan proses dalam mempersiapkan semua jenis data yang
diperlukan dalam proses pembuatan peta rawan longsor dan banjir bandang.

I.1. Digitasi area longsor dan mikrotopografi menggunakan citra satelit


Tahap 1. Membuka ArcMap

1) Jalankan ArcMap .
2) Jendela “ArcMap - Getting Started” akan terbuka. Pada jendela tersebut pilih New Maps 
Blank Map lalu klik tombol OK.

3) Ruang kerja ArcMap akan muncul. Pada toolbar Standard, klik tombol Add Data .
Selanjutnya akan muncul jendela Add Data. Pada bagian Look in, arahkan ke folder: Data
source for training.

4) Double klik folder “01 Satellite image”, pilih file “citra satelit.tif”. Klik tombol Add.

1
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

5) Akan muncul tampilan seperti di bawah ini.

Tahap 2. Membuat data area longsoran masa lalu.

Gambar di atas adalah tampilan potongan melintang topografi suatu bukit yang mengalami longsor.
Jika topografi ini diinterpretasi dari atas, misalkan dengan menggunakan citra satelit, kemungkinan
akan terdapat 2 hasil interpretasi yaitu: interpretasi “material longsoran” dan interpretasi “longsoran
utama”. Bagian yang harusnya diinterpretasi dan didigitasi hanyalah bagian “longsoran utama/area
longsoran”

2
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

1) Pada ruang kerja ArcMap, arahkan cursor ke tombol Catalog. Secara otomatis akan muncul
jendela Catalog.
2) Klik tanda + pada Folder Connections, tanda + pada Data source for training, dan pilih folder:
01 Satellite Image.

3) Klik kanan folder: 01 Satellite image, arahkan cursor ke New, lalu klik Shapefile.

3
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

4) Pada jendela Create New Shapefile, isikan pada text box Name: “area longsoran masa lalu” dan
text box Feature Type: Polygon.

5) Untuk menentukan sistem koordinat dan sistem proyeksi suatu data spasial, pada jendela
Create New Shapefile, klik tombol Edit.
6) Pada jendela Spatial Reference Properties, klik tombol Select.
7) Pada jendela Browse for Coordinate System, masuk sesuai urutan folder berikut ini: Projected
Coordinate System  UTM  WGS 1984  Southern Hemisphere.

4
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

8) Pilih “WGS 1984 UTM Zone 49S”, klik tombol Add pada jendela Browse for Coordinate System,
klik tombol OK pada jendela Spatial Reference Properties, dan klik tombol OK pada jendela
Create New Shapefile.
Semua data spasial yang digunakan pada modul pelatihan ini menggunakan sistem koordinat
UTM 49S (wilayah Jember) dengan sistem proyeksi WGS 1984.

9) Shapefile yang baru, secara otomatis masuk ke dalam ruang kerja ArcMap.

10) Untuk membuat atau mengedit data spasial, kita membutuhkan tool Editor. Jika pada ruang
kerja ArcMap belum ada toolbar Editor, klik kanan di sembarang area kosong di ruang kerja
ArcMap, lalu klik Editor.

11) Selanjutnya akan muncul toolbar Editor seperti berikut ini. Toolbar seperti ini dapat diletakkan
di lokasi tertentu di ruang kerja ArcMap, agar ruang kerja ArcMap menjadi lebih rapi.

5
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

12) Pada toolbar Tool, klik tombol (Zoom In), arahkan ke suatu wilayah hulu sungai Jember dan
zoom in seperti contoh berikut ini.

13) Data spasial “area longsoran masa lalu.shp” dibuat dengan menginterpretasi dan mendigitasi
suatu area longsor dengan bantuan citra satelit. Area seperti yang ditunjukkan oleh tanda
panah pada gambar di atas adalah area yang diduga merupakan longsoran.
Untuk memulai proses digitasi area longsor, pada toolbar Editor, klik Editor dan klik Start
Editing.
14) Di sebelah kanan ruang kerja ArcMap akan muncul jendela Create Features, dan Construction
Tools di bagian bawahnya. Klik layer “area longsoran masa lalu”, dan pada Construction Tools,
pilih Polygon.

15) Klik icon (Straight Segment) pada toolbar Editor.


16) Contoh proses digitasi area longsoran adalah seperti gambar di kiri bawah. Tekan tombol F2
pada keyboard untuk menyelesaikan digitasinya (gambar kanan bawah).

6
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

17) Lakukan proses interpretasi dan digitasi area longsor pada seluruh wilayah penelitian dengan
bantuan citra satelit.
18) Jika proses interpretasi dan digitasi area longsor sudah selesai, klik tombol Editor, klik tombol
Save Edits, lalu klik tombol Stop Editing. Pada saat ini semua data hasil digitasi telah tersimpan
dalam data “area longsoran masa lalu.shp”.
19) Untuk mengubah tampilan data “area longsoran masa lalu.shp”, klik kanan layer “area
longsoran masa lalu”, lalu klik Properties.

20) Pada jendela Layer Properties, klik tab Symbologi. Klik tombol Symbol seperti ditunjukkan
gambar di bawah ini.

7
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

21) Selanjutnya akan muncul jendela Symbol Selector. Pilih Fill Color: Medium Coral Light, dan
Outline Color: Mars Red, seperti pada gambar di bawah ini, lalu klik tombol OK.

22) Untuk mengubah tampilan transparansi suatu layer, klik tab Display pada jendela Layer
Properties, kemudian isi nilai transparansi pada text box Transparent, misalkan 35%. Klik
tombol OK pada jendela Layer Properties.

23) Untuk keperluan pelatihan ini, kita akan menggunakan data “area longsoran masa lalu ref.shp”
yang terdapat di dalam folder: Ref.

Tahap 3. Membuat data mikrotopografi


Ada 5 jenis elemen mikrotopografi. Seperti yang diilustrasikan pada gambar di bawah, elemen-
elemen tersebut adalah sebagai berikut:
1) Longsoran gelincir purba
2) Retakan busur lingkar
3) Punggung bukit yang rata
4) Depresi linear
5) Lereng dengan rayapan batu massal

8
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

Sama seperti proses pembuatan data “area longsoran masa lalu”, dalam proses pembuatan data
mikrotopografi kita pun membutuhkan citra satelit untuk menginterpretasi dan mendigitasi elemen
mikrotopografi sesuai dengan ciri-ciri elemen mikrotopografi yang telah dideskripsikan di atas.
1) Dari beberapa elemen mikrotopografi, pada pelatihan ini kita akan membuat salah satu
elemen mikrotopografi yaitu retakan busur lingkar. Data ini dapat dibuat dengan merujuk
prosedur pada Tahap 2.
Data disimpan ke dalam folder: Data source for training\01 Satellite image, dan memiliki
keterangan sebagai berikut: Name: “retakan busur lingkar”; Feature Type: “Polyline”; XY
Coordinate System: “WGS_1984_UTM_Zone_49S”.
2) Setelah data selesai dibuat, shapefile tersebut secara otomatis masuk ke dalam ruang kerja
ArcMap.

3) Klik tombol “Go To XY” yang terdapat pada toolbar Tools. Pada tombol combo, pilih
Meters. Isi nilai koordinat pada text box X dan Y yaitu 788259;9115545. Klik tombol Zoom To.
Secara otomatis tampilan akan mengarah ke lokasi yang sesuai dengan koordinat tersebut.

9
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

4) Pada toolbar Tool, klik (Zoom In), lalu zoom in seperti contoh berikut ini.

5) Untuk memulai proses digitasi retakan busur lingkar, pada toolbar Editor, klik Editor dan klik
Start Editing.
6) Jika terdapat lebih dari satu layer pada Table of Contents, secara otomatis akan muncul
jendela Start Editing. Bagian atas jendela Start Editing memperlihatkan layer-layer yang
terdapat di Table of Contents yang dapat diedit, sedangkan bagian bawah jendela
menunjukkan lokasi/nama folder yang berisi layer-layer tersebut.
Pilih layer “retakan busur lingkar” lalu tekan tombol OK.
[opsi lain adalah dengan men-double klik layer “retakan busur lingkar”]

7) Di sebelah kanan ruang kerja ArcMap akan muncul jendela Create Features, dan Construction
Tools. Klik layer “retakan busur lingkar”, dan klik Line pada Construction Tools.

10
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

8) Klik tombol (Straight Segment) pada toolbar Editor, lalu mulai proses digitasi.
9) Contoh proses digitasi retakan busur lingkar adalah seperti gambar di kiri bawah. Tekan
tombol F2 pada keyboard untuk menyelesaikan digitasinya (gambar kanan bawah).

10) Lakukan proses interpretasi dan digitasi retakan busur lingkar pada seluruh wilayah penelitian
dengan bantuan citra satelit.
11) Jika proses interpretasi dan digitasi retakan busur lingkar sudah selesai, klik tombol Editor, klik
tombol Save Edits dan klik tombol Stop Editing. Pada saat ini semua data hasil digitasi telah
tersimpan dalam data “retakan busur lingkar.shp”.
12) Pada suatu wilayah penelitian ada kemungkinan terdapat dua atau lebih jenis elemen
mikrotopografi. Untuk elemen mikrotopografi yang lain, lakukan tahapan pembuatan data
sesuai langkah 1 – 11 di atas.
13) Untuk keperluan pelatihan ini, kita akan menggunakan data mikrotopografi yaitu “punggung
bukit rata ref.shp”, “rayapan batu massal ref.shp”, “retakan busur lingkar ref.shp” yang
terdapat di dalam folder: Ref.
14) Untuk menyimpan hasil kerja (project), klik tombol Save pada toolbar Standard, atau tekan
tombol Ctrl+S pada keyboard komputer. Simpan file MXD ke dalam folder: 01 Satellite image,
beri nama “Satelit”, lalu klik tombol Save.

11
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

I.2. Pengolahan data topografi


Tahap 1. Pembuatan TIN dan DEM
1) Buka atau jalankan ArcMap, dan pilih Blank Map.
2) Pada toolbar Standard, klik tombol Add Data . Selanjutnya akan muncul jendela Add Data.
3) Pada combo box Look in, arahkan ke folder: Data source for training/02 Contour data. Pilih file
“contour.shp” dan klik tombol Add.

4) Tampilan setelah data dimasukkan adalah seperti di bawah ini.

5) Untuk melihat data atribut yang terkandung di dalam data contour, klik kanan layer “contour”
lalu klik Open Attribute Table. Gambar di sebelah kanan bawah memperlihatkan atribut yang
terkandung dalam data/layer “contour” yaitu data ketinggian (elevation).

12
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

Klik tanda “x” pada sebelah kanan atas jendela Table untuk menutup tampilan data atribut.
6) Untuk membuat atau mengedit data contour, kita membutuhkan extension 3D Analyst. Klik
Customize pada menu utama ArcMap, lalu klik Extensions. Pada jendela Extensions, klik/cek
extension 3D Analyst dan Spatial Analyst (nantinya berguna untuk analisa Hydrologi). Klik
tombol Close.

7) Untuk memunculkan Toolbox 3D Analyst, klik tombol ArcToolbox Window . Selanjutnya


akan muncul jendela ArcToolbox yang berisi berbagai macam tool analisis.

8) TIN (Triangulated Irregular Network) adalah model data topologi berbasis vector yang
digunakan untuk mempresentasikan rupabumi (terrain). Untuk membuat TIN, pada jendela
ArcToolbox, klik tanda + pada 3D Analyst Tools  TIN Management, double klik Create TIN.

13
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

9) Selanjutnya akan muncul jendela Create TIN.

10) Klik tombol pada text box Output TIN. Selanjutnya akan muncul jendela Output TIN.
11) Pada combo box Look in, arahkan ke folder: Data source for training/02 Contour data. Pada
isian Name, tulis nama “tin”, lalu klik tombol Save.

12) Klik tombol pada teks box Spatial Reference, pada jendela Create TIN. Selanjutnya akan
muncul jendela Spatial Reference Properties.
Klik tombol Import. Selanjutnya akan muncul jendela Browse for Dataset.

14
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

13) Pada combo box Look in, arahkan ke folder: Data source for training/02 Contour data, klik data
“contour.shp”, lalu klik tombol Add.

14) Klik tombol OK pada jendela Spatial Reference Properties.

15) Pada combo box Input Feature Class, pada jendela Create TIN, pilih layer “contour”.

15
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

16) Setelah layer “contour” masuk pilihan, pada kolom “height_field” pilih Elevation, dan pada
kolom “tag_field” pilih <None>. Klik tombol OK.

17) Proses pembuatan TIN memakan waktu cukup lama. Berbagai macam proses yang sedang
dikerjakan ArcGIS dapat dilihat berdasarkan indikator yang muncul di sebelah kanan bawah
ruang kerja ArcMap seperti contoh gambar berikut ini.

18) Berikut ini adalah tampilan dari TIN yang dihasilkan. Warna-warna yang ditampilkan
merupakan representasi dari rentang ketinggian.

19) Digital Elevation Model (DEM) adalah data digital yang menggambarkan geometri dari bentuk
permukaan bumi. Data ini diperoleh melalui pemrosesan terhadap data TIN.
Pada jendela ArcToolbox, klik tanda + pada 3D Analyst Tools  Conversion  From TIN,
double klik TIN to Raster. Selanjutnya akan muncul jendela TIN to Raster.

16
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

20) Pada combo box Input TIN, pilih layer “tin”.

21) Pada teks box Output Raster, klik tombol . Selanjutnya akan muncul jendela Output Raster.
Simpan file ke dalam folder: Data source for training/02 Contour data. Pada teks box Name, isi
dengan nama “dem_50”. Klik tombol Save.

22) Pada teks box Output Data Type pilih FLOAT; pada teks box Method pilih LINEAR; pada teks
box Sampling Distance pilih/ketik CELLSIZE 50. Klik tombol OK pada jendela TIN to Raster.

17
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

23) Kita membutuhkan dua DEM dengan ukuran piksel yang berbeda yaitu ukuran 50m dan ukuran
10m. Oleh karena itu, lakukan prosedur seperti langkah 19 – 22, tetapi dengan mengubah nilai
Sampling Distance menjadi “CELLSIZE 10”, lalu memberi nama file dengan “dem_10”.
Di bawah ini merupakan tampilan dari data DEM yang dihasilkan.

Tahap 2. Pembuatan data/tampilan hillshade


1) Untuk membuat tampilan hillshade, pada jendela Arc Toolbox, klik tanda + pada 3D Analyst
Tools  Raster Surface, lalu double klik Hillshade.

2) Selanjutnya akan muncul jendela Hillshade. Pada combo box Input raster, pilih layer
“dem_10”.

18
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

3) Pada teks box Output raster, klik tanda , simpan file ke dalam folder: Data source for
training/02 Contour data. Pada teks box Name, isi dengan nama “hillshade_10”. Klik tombol
Save.

4) Klik tombol OK pada jendela Hillshade.

5) Tampilan hillshade adalah seperti di bawah ini.

19
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

Tahap 3. Pembuatan data kemiringan


1) Untuk membuat data kemiringan, pada jendela Arc Toolbox, klik tanda + pada 3D Analyst Tools
 Raster Surface, lalu double klik Slope. Selanjutnya akan muncul jendela Slope.

2) Pada combo box Input surface, pilih layer “dem_10”.

3) Pada teks box Output raster, klik tanda , simpan file ke dalam folder: Data source for
training/02 Contour data. Pada teks box Name, isi dengan nama “slope_10”. Klik tombol Save.

4) Pastikan combo box Output measurement terpilih DEGREE. Klik tombol OK pada jendela Slope.

5) Lakukan langkah 1 – 4 di atas untuk memperoleh data kemiringan dari pemrosesan data
dem_50 (ukuran sel 50m). Beri nama file dengan nama “slope_50”.

20
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

Tahap 4. Pembuatan data arah aliran


1) Langkah awal dalam analisa hidrologi adalah membuat data arah aliran. Pada jendela Arc
Toolbox, klik tanda + pada Spatial Analyst Tools  Hydrology, double klik Flow Direction.
Selanjutnya akan muncul jendela Flow Direction.

2) Pada combo box Input surface raster, pilih layer “dem_10”.

3) Pada teks box Output flow direction raster, klik tanda , simpan file ke dalam folder: Data
source for training/02 Contour data. Pada text box Name, isi dengan nama “flowdir_10”. Klik
tombol Save.

4) Pada jendela Flow Direction, klik tombol OK.

5) Lakukan langkah 1 – 4 di atas untuk memperoleh data arah aliran dari pemrosesan data
dem_50 (ukuran sel 50m). Beri nama file dengan nama “flowdir_50”.

21
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

6) Berikut ini adalah tampilan dari data arah aliran.

Tahap 5. Pembuatan data akumulasi aliran


1) Tahap selanjutnya adalah membuat data akumulasi aliran. Klik Flow Accumulation pada
toolbox Hydrology. Selanjutnya akan muncul jendela Flow Accumulation.

2) Pada combo box Input flow direction raster, pilih layer “flowdir_10”.

22
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

3) Pada teks box Output accumulation flow raster, klik tanda , simpan file ke dalam folder:
Data source for training/02 Contour data. Pada text box Name, isi dengan nama “flowacc_10”.
Klik tombol Save.

4) Pada jendela Flow Accumulation, klik tombol OK.

5) Lakukan langkah 1 – 4 di atas untuk memperoleh data akumulasi aliran dari pemrosesan data
slope_50 (ukuran sel 50m). Beri nama file dengan nama “flowacc_50”.
6) Gambar di bawah ini adalah tampilan layer akumulasi aliran.

7) Untuk menyimpan hasil kerja, klik tombol Save pada toolbar Standard, atau tekan tombol
Ctrl+S pada keyboard komputer. Simpan file MXD ke dalam folder: Data source for training\02
Contour data, beri nama “contour”, lalu klik tombol Save.

23
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

I.3. Georeferensi peta geologi dan digitasi elemen geologi


Tahap 1. Georeferensi peta geologi
1) Buka/jalankan ArcMap, pilih Blank Map.
2) Untuk mengeset sistem proyeksi dan sistem koordinat ruang kerja ArcMap, klik kanan Layers di
dalam Table of Contents, lalu klik Properties. Selanjutnya akan muncul jendela Data Frame
Properties.
3) Klik tab Coordinate System.

4) Pada bagian Select a coordinate system, klik tanda + pada Predefined  Geographic
Coordinate System  World, dan pilih “WGS 1984”. Klik tombol OK pada jendela Data Frame
Properties.

Pada saat ini ruang kerja ArcMap telah memiliki sistem proyeksi WGS 1984 dengan sistem
koordinat lintang bujur.

24
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

5) Klik tombol Add Data . Masuk ke folder: Data source for training\04 Geological map, pilih
file “Peta geologi lembar Besuki.jpg”, lalu klik tombol Add.

6) Jika yang akan dimasukkan dalam ruang kerja ArcMap adalah data raster, akan ada konfirmasi
apakah kita ingin membuat “pyramid” untuk data ini. Pembuatan pyramid berguna untuk
memperlancar proses loading serta zooming data. Klik tombol Yes.

7) File raster yang kita akan masukkan belum memiliki referensi geospasial, sehingga akan
muncul pesan seperti di bawah ini. Klik tombol OK.

8) Berikut ini adalah tampilan peta geologi yang dimasukkan.

25
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

9) Karena peta geologi tersebut belum tergeoreferensi, maka untuk keperluan georeferensi kita
memerlukan toolbar Georeferencing. Klik kanan di sembarang area kosong di ruang kerja
ArcMap, lalu klik Georeferencing.

10) Selanjutnya akan muncul toolbar Georeferencing seperti di bawah ini. Tempatkan toolbar
tersebut di bagian atas ruang kerja ArcMap.

11) Pada toolbar Georeferencing, pastikan file yang dipilih pada combo box Layer adalah data yang
hendak digeoreferensi. Hal ini harus sangat diperhatikan apabila terdapat beberapa layer
berjenis image pada Table of Contents. Pada tahap ini, layer yang dipilih yaitu layer “Peta
geologi lembar Besuki”.

12) Untuk memilih metoda georeferensi, klik tombol Georeferencing. Pastikan yang terpilih
(ditandai oleh ) adalah metoda Auto Adjust.

13) Untuk membuat peta geologi ini menjadi bergeoreferensi, kita akan membuat koordinat aktual
dari 4 titik pojok frame peta geologi tersebut.
Klik tombol Zoom In pada toolbar Tools, lalu zoom pojok kanan atas frame peta geologi sampai
pojok tersebut terlihat dengan jelas.

14) Untuk memulai proses georeferensi, klik tombol Add Control Points pada toolbar
Georeferencing.

26
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

15) Arahkan cursor + setepat mungkin dengan pojok kanan atas frame peta geologi, lalu klik kiri
satu kali.

16) Setelah cursor + berwarna hijau tertempel pada pojok frame peta geologi, klik kanan di
sembarang tempat. Muncul suatu pilihan untuk memasukkan koordinat. Pilih Input DMS of Lon
and Lat.

17) Pada jendela Enter Coordinates DMS, isikan pada text box Longitude dan Latitude sesuai
dengan nilai lintang dan bujur pojok frame peta geologi tersebut. Klik tombol OK.

Karena metoda georeferensi yang kita pilih adalah Auto Adjust, maka setelah kita tekan
tombol OK pada jendela Enter Coordinates DMS, peta geologi akan langsung bergeser sesuai
posisi aktual pojok kanan atas frame peta geologi tersebut.
18) Klik kanan layer “Peta geologi lembar Besuki”, lalu klik Zoom To Layer. Pada saat ini ruang kerja
ArcMap akan menampilkan layer “Peta geologi lembar Besuki” secara utuh.

19) Setelah selesai mengeset koordinat aktual pojok kanan atas, selanjutnya kita mengeset
koordinat aktual pojok kiri bawah peta geologi. Prosedurnya sesuai dengan Tahap 1.13 – Tahap
1.17 di atas.
Klik tombol Zoom In pada toolbar Tools, lalu zoom pojok kiri bawah frame peta geologi
tersebut sampai pojok tersebut terlihat dengan jelas.

27
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

20) Klik tombol Add Control Points pada toolbar Georeferencing.

21) Arahkan cursor + setepat mungkin dengan pojok kiri bawah frame peta geologi, lalu klik kiri
satu kali.

22) Setelah cursor + berwarna hijau tertempel pada pojok frame peta geologi, klik kanan di
sembarang tempat. Muncul suatu pilihan untuk memasukkan koordinat. Pilih Input DMS of Lon
and Lat.

23) Pada jendela Enter Coordinates DMS, isikan pada isian Longitude dan Latitude sesuai dengan
nilai lintang bujur pojok frame peta geologi tersebut. Lalu klik tombol OK.

28
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

24) Ulangi prosedur sesuai dengan Tahap 1.13 – Tahap 1.17 atau Tahap 1.18 – Tahap 1.23, untuk
pojok kiri atas dan pojok kanan bawah bawah frame peta geologi. Gambar di bawah ini
memperlihatkan keempat pojok frame peta geologi yang telah diset koordinat aktualnya.

25) Untuk melihat tingkat kesalahan pengesetan koordinat, klik tombol pada toolbar
Georeferencing untuk memunculkan jendela Link Table. Kolom “Residual” memperlihatkan
nilai kesalahan yang terkandung masing-masing pojok frame. Kita pun dapat melihat total
kesalahan Root Mean Square (RMS) pada pojok kanan bawah. Semua satuan nilai ini adalah
dalam derajat.
Klik tombol OK untuk melanjutkan.

26) Untuk mengeset georeferensi tahap akhir, klik tombol Georeferencing, lalu klik Update
Georeferencing. Setelah tombol ini ditekan, semua tanda + merah/hijau yang ada di empat
pojok frame peta geologi akan menghilang.

29
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

27) Berikut ini adalah tampilan dua peta geologi setelah melalui tahap georeferensi.

28) Simpan hasil kerja ArcMap di dalam folder: Data source for training\04 Geological map,
dengan nama “Geologi.mxd”.

Tahap 2. Digitasi elemen geologi


1) Ada 2 jenis elemen geologi yang hendak digitasi dari peta geologi. Elemen tersebut yaitu
kelurusan (lineament) dan patahan (fault). Prosedur yang akan digunakan sesuai pada
prosedur Bab I.1 Tahap 2 yaitu prosedur untuk membuat data area longsoran masa lalu.
2) Dengan menggunakan Catalog yang terdapat disebelah kanan ruang kerja ArcMap, di dalam
folder: Data source for training\04 Geological map, buat shapefile baru dengan nama
“kelurusan”, feature type: “Polyline”, dan sistem koordinat “WGS_1984_UTM_Zone_49S”.
3) Pada toolbar Editor, klik tombol Editor dan klik Start Editing.
4) Selanjutnya akan muncul jendela Start Editing yang memberitahukan bahwa sistem koordinat
kelurusan.shp (UTM 49S) berbeda dengan sistem koordinat ruang kerja ArcMap (lat-long). Hal
ini tidak masalah karena keduanya masih dalam sistem proyeksi yang sama (WGS 84).
Klik tombol Continue untuk melanjutkan.

30
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

5) Pada jendela Create Features, klik kelurusan; dan pada jendela Construction Tools, klik Line.

6) Zoom-in sedemikian rupa peta geologi agar objek-objek pada peta seperti kelurusan
(lineament) dan patahan (fault) terlihat dengan jelas.
7) Cari objek kelurusan, dan mulai proses digitasi dengan mengikuti alur objek kelurusan
tersebut. Setelah satu objek selesai didigitasi, tekan tombol F2.

Cari obyek kelurusan lain pada area penelitian, lalu mulailah lagi proses digitasi.
8) Setelah semua objek kelurusan pada area penelitian telah selesai didigitasi, pada toolbar
Editor, klik tombol Editor, klik Save Edits, dan yang terakhir klik Stop Editing.
9) Menurut peta geologi, wilayah yang tercakup dalam area penelitian tidak memiliki data
patahan, sehingga data patahan dapat dilewatkan.
10) Untuk keperluan pelatihan ini, kita menggunakan file “kelurusan ref.shp” yang terdapat di
dalam folder: Ref.
11) Simpan hasil kerja ArcMap ke dalam folder: Data source for training\04 Geological map. Beri
nama “Geologi.mxd”.

31
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

I.4. Pembuatan basin, DAS dan sub-area


DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan
batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

Basin atau dapat disebut juga DAS Mikro adalah suatu cekungan pada bentang lahan yang airnya
mengalir pada suatu parit. DAS merupakan penggabungan dari beberapa basin.

Tahap 1. Pembuatan data basin (cekungan)


1) Buka/jalankan ArcMap, pilih Blank Map.
2) Masukkan data “flowdir_10” dari dalam folder: Data source for training/02 Contour data.
3) Pada jendela Arc Toolbox, klik tanda + pada Spatial Analyst Tools  Hydrology, double klik
Basin. Selanjutnya akan muncul jendela Basin.

4) Pada combo box Input flow direction raster, pilih layer “flowdir_10”.

5) Pada teks box Output raster, klik tanda , simpan file ke dalam folder: Data source for
training/02 Contour data. Pada text box Name, isi dengan nama “basin”. Klik tombol Save.

32
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

6) Klik tombol OK pada jendela Basin.

7) Gambar di bawah adalah tampilan dari data basin. Data ini nantinya akan digunakan untuk
analisa penentuan daerah aliran sungai.

Tahap 2. Memilih basin untuk membuat DAS


1) Pada ArcToolbox, klik tanda + pada Conversion Tool  From Raster, lalu double klik Raster to
Polygon. Selanjutnya akan muncul jendela Raster to Polygon.

33
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

2) Pada combo box Input raster, pilih “basin”. Pada combo box Field, pilih Value. Simpan data
pada folder: Data source for training\05 Creating catchment area, dan beri nama “basin.shp”.
Beri tanda cek pada check box Simplify polygons. Klik tombol OK.

Setelah proses selesai, secara otomatis akan terdapat layer baru bernama “basin” (polygon).
3) Masukkan data “sungai utama.shp” dan “anak sungai.shp” dari dalam folder: Data source for
training\03 River vector data.
4) Untuk menentukan batas-batas area tangkapan air atau daerah aliran sungai (DAS) secara
manual, fokuskan pada salah satu objek sungai utama yang memiliki alur dari hulu sampai hilir.
Kemudian fokuskan pada objek anak-anak sungai yang berhubungan dengan sungai utama
tersebut.
Tahap pertama, fokus pada salah satu objek sungai utama. Untuk memilih/menseleksi obyek
tertentu sesuai dengan yang kita inginkan, klik kanan layer “sungai utama”  Selection, klik
Make This Only Selectable Layer.

5) Untuk membuat pilihan yang berlanjut, klik Selection pada menu utama ArcMap  Interactive
Selection Method, klik Add to Current Selection.

34
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

6) Klik tombol Select Features by Rectangle pada toolbar Tools.


7) Seleksi salah satu objek sungai utama. Zoom-in atau zoom-out tampilan bila perlu untuk
memudahkan dalam menyeleksi.

8) Klik kanan pada layer “sungai utama”, arahkan cursor mouse ke Selection, lalu klik Create Layer
From Selected Features.

9) Secara otomatis, akan terbentuk layer baru yang bernama “sungai utama selection”.
10) Tekan tombol Clear Selected Features pada toolbar Tools untuk menghilangkan tampilan
objek hasil seleksi sebelumnya.
11) Untuk memperjelas tampilan layer “sungai utama selection”, uncek atau matikan layer “sungai
utama”.
12) Tahap kedua, fokus pada objek anak sungai yang merupakan cabang dari sungai utama hasil
seleksi sebelumnya (layer “sungai utama selection”). Untuk membantu menseleksi objek anak
sungai yang merupakan cabang sungai utama tersebut, klik Selection pada menu utama
ArcMap, lalu klik Select By Location. Selanjutnya akan muncul jendela Select By Location.

35
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

13) Pada combo box Selection method, pilih “select features from”. Pada bagian Target layer(s),
pilih “anak sungai”. Pada combo box Source layer, pilih layer “sungai utama selection”. Pada
combo box Spatial selection method, pilih “Target layer(s) features intersect the Source layer
feature”. Klik tombol OK.

14) Objek anak sungai yang terseleksi adalah objek yang menyinggung objek sungai utama.
Memang akan ada beberapa objek anak sungai yang tidak terseleksi, salah satu penyebabnya
karena objek tersebut merupakan percabangan tingkat kedua (posisinya tidak menyingung
sungai utama, tetapi tetap merupakan cabang dari sungai utama). Kita bisa menseleksi objek-
objek anak sungai yang tidak terseleksi menggunakan cara manual menurut cara yang
dijelaskan pada langkah 4 – 7 di atas.

Objek anak sungai


yang tidak terseleksi

Batas-batas basin
hasil proses
sebelumnya Objek sungai utama

Objek anak sungai


terseleksi

36
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

15) Setelah semua anak sungai yang merupakan cabang dari sungai utama terseleksi, langkah
selanjutnya adalah membuat layer baru berdasarkan seleksi anak sungai ini.
Klik kanan pada layer “anak sungai”  Selection, klik Create Layer From Selected Features.
Secara otomatis akan terbentuk layer baru yang bernama “anak sungai selection”. Gambar di
bawah ini adalah tampilan layer “anak sungai selection” dan layer “sungai utama selection”.

16) Langkah berikutnya adalah menggabungkan layer “sungai utama selection” dan layer “anak
sungai selection”. Pada jendela ArcToolbox, klik tanda + pada Data Management Tools, 
General, double klik Merge. Selanjutnya akan muncul jendela Merge.
17) Pada combo box Input Datasets, masukkan layer “sungai utama selection” dan “anak sungai
selection”. Pada Output Dataset, simpan hasil pengolahan ke dalam folder: Data source for
training\03 River vector data. Beri nama “sungai selection 01.shp”. Klik tombol OK. Secara
otomatis akan terbentuk layer baru pada Table of Contents bernama “sungai selection 01”.

18) Uncek atau matikan layer “sungai utama selection” dan layer “anak sungai selection”.
19) Selanjutnya kita akan menseleksi basin (sub-DAS) yang merupakan bagian dari objek sungai ini.
Klik Selection pada menu utama ArcMap, lalu klik Select By Location. Selanjutnya akan muncul
jendela Select By Location.

37
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

20) Pada combo box Selection method, pilih “select features from”. Pada check box Target layer
(s), cek atau pilih layer “basin”. Pada combo box Source layer, pilih layer “sungai selection 01”.
Pada combo box Spatial selection method, pilih “Target layer(s) features intersect the source
layer feature”. Klik tombol OK. Kita akan melihat hasil seleksi beberapa objek basin.

21) Untuk membuat data shapefile berdasarkan hasil seleksi ini, klik kanan layer “basin”, arahkan
cursor mouse ke Data, lalu klik Export Data. Selanjutnya akan muncul jendela Export Data.

22) Klik pada text box Output feature class. Simpan shapefile baru ke dalam folder: Data
source for training\05 Creating catchment area, dengan nama “basin 01.shp”.

23) Jika muncul jendela yang menanyakan apakah data hasil export akan dimasukkan ke dalam
ArcMap sebagai layer, tekan tombol Yes.

38
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

24) Simpan hasil kerja ArcMap ke dalam folder: Data source for training\05 Creating catchment
area. Beri nama “DAS 1.mxd”.

Tahap 3. Menentukan batas bawah DAS


1) Pada tahap ini kita hendak menentukan batas bawah (bagian hilir) suatu DAS berdasarkan
kemiringan topografi. Buka/jalankan ArcMap, pilih Blank Map.
2) Masukkan data “sungai selection 01.shp” dari folder: Data source for training\03 River vector
data.
3) Masukkan data “basin_01.shp” dari folder: Data source for training\05 Creating catchment
area.
4) Ubah tampilan symbol layer “basin_01”, dengan mengubah Fill Color menjadi No Color,
Outline Width: 1.5, dan Outline Color: Biru (Lapis Lazulli).
5) Masukkan data “flowdir_10”, “flowacc_10”, dan “slope_10” dari folder: Data source for
training\02 Contour data. Jika ada pertanyaan untuk membuat Pyramids, klik tombol Yes.
6) Klik kanan layer “slope_10”, dan klik Properties.
7) Pada jendela Layer Properties, klik tab Symbologi, pilih Stretched pada bagian Show, pilih
gradasi warna hijau ke merah pada bagian Color Ramp, cek Invert pada bagian Stretch, pilih
Type Stretch Standard Deviation dengan n: 2. Klik tombol OK.

8) Pada jendela ArcToolbox, klik kanan ArcToolbox, pilih Add Toolbox.

9) Selanjutnya akan muncul jendela Add Toolbox. Arahkan ke dalam folder: Data source for
training\05 Creating catchment area, pilih DAS.tbx, klik tombol Open.

Secara otomatis, pada jendela ArcToolbox akan bertambah Toolbox baru yang bernama DAS.
39
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

10) Klik kanan ArcToolbox, klik Environments.

11) Pada jendela Environtments, klik Workspace. Pada text box Scratch Workspace, klik dan
arahkan ke dalam folder: Data source for training\05 Creating catchment area\Scratch. Klik
tombol OK.

12) Pastikan bahwa file “snapped_pour.shp” dan “watershed.shp” telah dihapus atau tidak boleh
ada di dalam folder: Data source for training\05 Creating catchment area\Scratch. Jika dua file
ini ada di dalam folder tersebut, dengan menggunakan Catalog, hapus kedua file tersebut.
13) Klik tanda + pada toolbox DAS, lalu double klik “Membuat DAS”.
14) Selanjutnya akan muncul jendela Membuat DAS. Klik tombol Add feature, lalu arahkan cursor
ke alur sungai bagian hilir, yang memiliki kisaran kemiringan topografi mulai landai. Klik cursor
di bagian tersebut.

40
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

15) Setelah muncul tanda icon + pada area yang kita pilih, klik tombol OK pada jendela Membuat
DAS.

16) Secara otomatis akan terbentuk 2 layer baru yaitu layer “snapped_pour” dan layer
“Watershed”. Layer “Watershed” adalah basin hasil pembatasan area sungai pada bagian hilir.

17) Klik kanan layer “basin_01”  Selection, klik Make This Only Selectable Layer.
18) Klik Selection pada menu utama ArcMap  Interactive Selection Method, klik Add to Current
Selection.

41
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

19) Klik tombol Select Features by Rectangle pada toolbar Tools, seleksi basin-basin dari layer
“basin_01” yang berada di area bagian atas layer Watershed yang dihasilkan sebelumnya.

20) Buat layer baru dari hasil seleksi basin tersebut di atas. Secara otomatis akan terbentuk layer
baru bernama “basin_01 selection”.
21) Tekan tombol Clear Selected Features pada toolbar Tools untuk menghilangkan tampilan
objek hasil seleksi sebelumnya.
22) Pada jendela ArcToolbox, klik tanda + pada Analysis Tools  Overlay, double klik Union.
Selanjutnya akan muncul jendela Union.
23) Pada combo box Input, pilih/masukkan layer hasil seleksi basin (basin_01 selection) dan layer
“Watershed”. Pada bagian Output Feature Class, tempatkan shapefile yang akan dibuat ke
dalam folder: Data source for training\05 Creating catchment area. Beri nama file
“DAS_01_union.shp”. Uncheck Gaps Allowed. Klik tombol OK.
Secara otomatis akan terbentuk layer baru bernama “DAS_01_union” di dalam Table of
Contents.

42
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

24) Tahap selanjutnya adalah menggabungkan semua objek/fitur yang ada dalam satu file shp.
Pada jendela ArcToolbox, klik tanda + pada Data Management Tools  Generalization, double
klik Union. Selanjutnya akan muncul jendela Dissolve.
25) Pada combo box Input Features, pilih layer “DAS_01_union”. Pada text box Output Feature
Class, tempatkan file shp yang akan dibuat ke dalam folder: Data source for training\05
Creating catchment area, dan beri nama “DAS_01.shp”. Pada check box Dissolve Field(s), cek
FID. Klik tombol OK. Hasilnya seperti pada gambar di sebelah kanan bawah.

26) Lakukan proses pembuatan DAS sesuai langkah-langkah Tahap 2 (memilih basin untuk
membuat DAS) dan Tahap 3 (menentukan batas bawah DAS) untuk DAS di wilayah yang lain.
27) Untuk keperluan pelatihan ini, kita menggunakan data DAS yang telah siap yang terdapat di
dalam folder: Ref, dengan nama file “das ref.shp”.
28) Simpan hasil kerja dalam folder: Data source for training\05 Creating catchment area, dengan
nama “DAS 2.mxd”.

Tahap 4. Pembuatan data sub-area


1) Pada tahap ini kita hendak membuat data sub-area, yaitu data berupa grid berbentuk bujur
sangkar dengan ukuran 1 km2, yang melingkupi wilayah atau data DAS yang telah dibuat
sebelumnya.
Untuk mempermudah dalam membuat data sub-area ini, kita menggunakan suatu aplikasi
tambahan untuk ArcGIS yang bernama ET Geo Wizards. Penggunaan aplikasi ini untuk
keperluan pembuatan data sub-area adalah gratis, dan dapat diunduh langsung di alamat
http://www.et-st.com/downloads/etgw/ETGeoWizards101_100.zip.
Jika pada ArcGIS 10 belum terinstall aplikasi ini, maka terlebih dahulu yang harus dilakukan
adalah menginstall ET Geo Wizards.
2) Buka/jalankan ArcMap, pilih Blank Map.
3) Masukkan file “das ref.shp” dari dalam folder: Ref ke ruang kerja ArcMap.

43
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

4) Masukkan toolbar ETGeoWizards ke dalam ArcMap dengan cara mengklik kanan di sembarang
area kosong di ruang kerja ArcMap, lalu klik “ET GeoWizards”.

5) Setelah toolbar ETGeoWizards telah masuk ke dalam ruang kerja ArcMap, klik tombol .
Selanjutnya akan muncul jendela ETGeoWizards.
6) Klik “Basic” lalu double klik “Vector Grid”. Selanjutnya akan muncul jendela Vector Grid
Wizards.

7) Pada combo box Select source for the initial GRID extent, pilih layer “das ref “. Pada text box
no.2, masukkan data hasil pengolahan ke dalam folder: Data source for training\06 Creating
sub-area, beri nama “grid.shp”. Klik tombol Next.

44
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

8) Pada halaman selanjutnya, pastikan bahwa sistem koordinat Input dan Output adalah WGS
1984 UTM Zone 49S. Pilih “Polygon” pada radio box Select GRID type. Klik tombol Next.

9) Pada halaman selanjutnya, pada text box Cell size, isi X dan Y dengan nilai “1000”. Klik tombol
Finish.

10) Tampilan data grid yang dihasilkan adalah seperti di bawah ini.

45
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

11) Tahap selanjutnya adalah memilih objek/fitur dari data grid yang bertampalan/bersinggungan
dengan wilayah data DAS.
Pada menu ArcMap, klik Selection, dan klik Select By Location.
12) Pada combo box Selection method, pilih select features from. Pada combo box Source layer,
pilih layer “das ref”, dan pilih Target layer(s) features intersect the Source layer feature. Klik
tombol OK.

13) Selanjutnya akan terlihat fitur pada data grid yang bertampalan dengan data DAS. Klik kanan
layer “grid”, arahkan cursor ke Data, lalu klik Export Data.

14) Selanjutnya akan muncul jendela Export Data. Klik tombol Browse.
Pada jendela Saving Data, arahkan ke dalam folder: Data source for training\06 Creating sub-
area, pilih jenis file yang disimpan sebagai Shapefile, dan beri nama “subarea”.

46
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

15) Klik kanan layer “subarea”, dan klik Open Attribute Table. Setelah tabel subarea muncul, klik
kanan header kolom Id, klik Field Calculator.

16) Setelah itu akan muncul jendela Field Calculator. Pada area text box formula, isi dengan: [FID]
+ 1, lalu klik tombol OK. Hasil dari Field Calculator tersebut adalah nomor urut pada kolom
“Id”.

17) Hapus kolom “ET_ID” dan kolom “ET_Index” dengan cara mengklik kanan pada kedua header
kolom tersebut, lalu klik Delete Field.

18) Simpan hasil kerja ArcMap ke dalam folder: Data source for training\06 Creating sub-area, dan
beri nama “subarea.mxd”.

47
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

II. Pembuatan Peta Potensi Longsor Berdasarkan Faktor Kejadian


Longsor Masa Lalu

1) Buka/jalankan ArcMap, pilih Blank Map.


2) Masukkan file “subarea ref.shp” dan file “area longsoran masa lalu ref.shp” dari dalam folder:
Ref.
3) Langkah selanjutnya adalah mencari informasi tentang subarea mana yang
bertampalan/bersinggungan dengan area longsoran. Subarea yang bertampalan dengan area
longsoran tersebut akan kita simpulkan sebagai subarea yang rawan longsor berdasarkan
kejadian longsoran di masa lalu.
Pada jendela ArcToolbox, klik tanda + pada Analysis Tools, tanda + pada Overlay, dan double
klik Spatial Join. Setelah itu akan muncul jendela Spatial Join.

Pada combo box Target Features, pilih layer “subarea ref”. Pada combo box Join Features, pilih
layer “area longsoran masa lalu ref”. Pada text box Output Feature Class, simpan file ke dalam
folder: Data source for training\07 Landslide potential by past landslide factor, dan beri nama
“subarea SJ area longsoran.shp”. Pada combo box Join Operation, pilih “JOIN_ONE_TO_ONE”.
Cek “Keep All Target Features”. Pada combo box Match Option, pilih “INTERSECT”. Klik tombol
OK.

48
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

4) Secara otomatis akan terbentuk data dan layer baru bernama “subarea SJ area longsoran”. Klik
kanan layer tersebut dan klik Open Attribute Table. Pada tahap selanjutnya kita hanya akan
fokus pada isi kolom “Join_Count” dan kolom “Id”. Kolom “Join_Count” berisi nilai yang
menunjukkan berapa banyak pertampalan suatu subarea dengan area longsoran masa lalu,
sedangkan kolom “Id” menunjukkan nomor identitas subarea.

5) Untuk menganalisa potensi longsor, kita menggunakan template tabel perhitungan yang
menggunakan software Microsoft Excel.
Buka file “Analisa potensi longsor - source.xlsx” dari dalam folder: Data source for training.
Lihat/buka sheet “Analisa potensi longsor”.

Pada sheet tersebut terlihat 4 bagian besar kolom yaitu: Faktor kejadian longsoran gelincir,
Faktor geologi dan mikrotopografi, Faktor topografi, dan Potensi longsor. Pada tahap ini kita
fokus pada bagian pertama yaitu Faktor kejadian longsoran gelincir.
6) Dengan menggunakan Windows Explorer, masuk ke dalam folder: Data source for training\07
Landslide potential by past landslide factor. Di dalam folder tersebut terdapat file “subarea SJ
area longsoran.shp” yang terbagi dalam beberapa file. Cari file “subarea SJ area
longsoran.dbf”, buka file tersebut menggunakan Microsoft Excel. File ini berisi data atribut
yang dikandung file “subarea SJ area longsoran.shp”. File ini kita buka hanya untuk keperluan
mengcopy isinya. Jangan mengubah, mengedit dan meng-Save As file ini karena berakibat
rusaknya shapefile.

49
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

7) Copy isi data kolom “Id” (subarea SJ area longsoran.dbf), dan paste ke kolom “ID subarea”
(Analisa potensi longsor - source.xlsx). Copy pula isi data dari kolom “Join_Count” (subarea SJ
area longsoran.dbf), dan paste ke kolom “Jumlah kejadian per subarea” (Analisa potensi
longsor - source.xlsx).

8) Setelah data di copy, tutup file “subarea SJ area longsoran.dbf” tanpa diubah dan disimpan.
9) Dalam tabel Analisa Potensi Longsor, kolom “Jumlah kejadian per subarea” menunjukkan
berapa kali kejadian longsoran gelincir terjadi dalam satu subarea. Sedangkan kolom “Potensi
longsor”, menunjukkan subarea yang pernah mengalami longsoran atau dapat kita sebut pula
bahwa subarea tersebut rawan terhadap longsor (berdasarkan kejadian longsor masa lalu).

Untuk membuat isi dari kolom “Potensi longsor”, sebagai contoh kita dapat memasukkan
formula “=IF(B=0,0,1)” pada baris pertama kolom “Potensi longsor”, dan meng-copy formula
tersebut ke setiap baris. Formula ini memiliki arti yaitu: jika terdapat nilai 0 pada kolom
“Jumlah kejadian per subarea”, maka kolom “Potensi longsor” berisi nilai 0, sedangkan jika
terdapat nilai selain 0 pada kolom “Jumlah kejadian per subarea”, maka kolom “Potensi
longsor” berisi nilai 1.
Lakukan penjumlahan isi kolom “Potensi longsor”. Total nilai kolom “Potensi longsor” pada
tabel adalah 29, yang berarti terdapat 29 subarea yang memiliki potensi terhadap longsor
berdasarkan kejadian longsor masa lalu.
10) Pada file “Analisa potensi longsor”, buka sheet “Peringkat longsor”.
Di dalam sheet ini, baris pertama berisi judul kolom, sedangkan mulai dari baris kedua dan
seterusnya pada kolom pertama berisi nilai/link dari kolom “ID subarea” sheet “Analisa potensi
longsor”, dan kolom kedua berisi nilai/link dari kolom “Potensi longsor berdasarkan kejadian
longsor masa lalu” sheet “Analisa potensi longsor”.

50
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

11) Simpan (Save) file “Analisa potensi longsor.xlsx”.


12) Pada ruang kerja ArcMap, klik Add Data, lalu arahkan ke dalam folder: Data source for training.
13) Double klik file “Analisa potensi longsor - source.xlsx”, lalu double klik ”Peringkat longsor$”.

14) Secara otomatis sheet atau data dari “Peringkat longsor” akan masuk ke dalam ruang kerja
ArcMap. Data ini akan terlihat pada Table Of Contents pada bagian “List By Source”.

15) Pada jendela Table Of Contents, klik tombol List By Drawing Order.
16) Pada tahap ini kita hendak menghubungkan data pada sheet “Peringkat longsor” dengan data
atribut pada layer “subarea ref” berdasarkan persamaan ID subarea.
Klik kanan layer “subarea ref”, arahkan cursor ke Joins and Relates, lalu klik Join.

51
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

17) Selanjutnya akan muncul jendela Join Data. Pada combo box What do you want to join to this
layer, pilih Join attributes from a table. Pada combo box 1, pilih “Id”. Pada combo box 2, pilih
layer “Peringkat longsor”. Pada combo box 3, pilih “ID subarea”. Pada radio button Joins
Options, pilih Keep all records. Klik tombol OK.

18) Buka tabel atribut dari layer “subarea ref”. Tampilan tabel menjadi seperti berikut ini.

19) Klik kanan layer “subarea ref”, arahkan cursor ke Data, lalu klik Export Data. Masukkan data
yang akan diexport ke dalam folder: Data source for training\07 Landslide potential by past
landslide factor, dan beri nama “potensial longsor berdasarkan kejadian longsor masa
lalu.shp”.
Jika ada pertanyaan apakah data yang diexport tersebut akan dimasukkan ke dalam ArcMap
sebagai layer, jawab Iya.
20) Klik kanan layer “subarea ref”, arahkan cursor ke Joins and Relates, lalu Remove Join(s) dan klik
Remove All Joins.

21) Buka tabel atribut layer “analisa potensial berdasarkan kejadian longsor masa lalu”. Jika perlu,
hapus kolom lain dengan menyisakan kolom: “FID”, “Shape”, “Id”, “Peringkat”.
22) Klik kanan layer “analisa potensial berdasarkan kejadian longsor masa lalu” dan klik Properties.
Pada jendela Layer Properties klik tab Symbologi.

52
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

23) Pada bagian Show: pilih Categories dan pilih Unique values. Pada combo box Value Field, pilih
Peringkat. Klik tombol Add All Values, untuk menampilkan nilai-nilai yang terdapat di dalam
kolom “Peringkat”.

24) Ganti symbol untuk nilai 0 menjadi warna putih, dan symbol untuk nilai 1 menjadi warna
“Medium Coral Light”. Ubah label nilai 0 menjadi “Tidak Berpotensi”, dan untuk nilai 1 menjadi
“Berpotensi”. Uncek <all other values>. Tekan tombol OK.

53
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

25) Gambar di bawah ini menunjukkan data subarea yang berpotensi terjadi longsor berdasarkan
warna subarea yang berwarna merah. Jika data subarea ini ditampalkan dengan layer “area
longsoran masa lalu”, korelasi posisinya dapat terlihat dengan jelas.

26) Simpan hasil kerja ArcMap ke dalam folder: Data source for training\07 Landslide potential by
past landslide factor, dan beri nama “Potensi longsor dari kejadian longsor masa lalu.mxd”.

54
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

III. Pembuatan Peta Potensi Longsor Berdasarkan Faktor Geologi dan


Microtopography

Tahap 1. Pertampalan data elemen geologi dan microtopography dengan data sub-area
1) Buka/jalankan ArcMap, pilih Blank Map.
2) Masukkan file “subarea ref.shp”, “kelurusan ref.shp”, “punggung bukit rata ref.shp”, “rayapan
batu massal ref.shp” dan “retakan busur lingkar ref.shp”, dari dalam folder: Ref, ke ruang kerja
ArcMap.
3) Jalankan toolbox Spatial Join. Pada combo box Target Features, pilih layer “subarea ref”. Pada
combo box Join Features, pilih “kelurusan ref”. Pada text box Output Feature Class, simpan file
ke dalam folder: Data source for training\08 Landslide potential by geologic and
microtopographic factor, dan beri nama “subarea SJ kelurusan.shp”. Pada combo box Join
Operation, pilih JOIN_ONE_TO_ONE. Cek “Keep All Target Features”. Pada combo box Match
Option, pilih INTERSECT. Klik tombol OK.

4) Lakukan tahap nomor 5 di atas untuk elemen-elemen berikut beserta parameter toolbox
Spatial Join nya:
 punggung bukit rata ref; Join Features: punggung bukit rata ref, Output Feature Class: beri
nama “subarea SJ punggung bukit rata.shp”
 rayapan batu massal ref; Join Features: rayapan batu massal ref, Output Feature Class: beri
nama “subarea SJ rayapan batu massal.shp”
 retakan busur lingkar ref; Join Features: retakan busur lingkar ref, Output Feature Class:
beri nama “subarea SJ retakan busur lingkar.shp”

55
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

Tahap 2. Pengolahan tabel data dan penentuan dua elemen terbaik


1) Pada tahap ini kita akan mencari dua (dari 4 elemen) elemen terbaik, yaitu elemen yang
memiliki nilai hitting ratio dan cover ratio tertinggi.
2) Buka file “Analisa potensi longsor - source.xlsx”, dan buka sheet “Ekstraksi elemen geologi”. Di
dalam sheet terdapat 2 bagian besar kolom. Kolom besar pertama berisi ID subarea dan
potensi longsor yang diperoleh dari tahap sebelumnya. Kolom besar kedua adalah template
untuk memasukkan data atau nilai hasil pertampalan elemen-elemen geologi dan
mikrotopografi dengan data subarea. Dari template tersebut terlihat bahwa telah tersedia
tempat untuk 4 jenis elemen yaitu kelurusan, punggung bukit rata, rayapan batu massal, dan
retakan busur lingkar.

Di dalam bagian besar kolom “Elemen-elemen faktor geologi dan mikrotopografi” terdapat
beberapa kolom untuk tiap elemen yang diwakili dengan warna tertentu.
Kolom berwarna hijau mewakili elemen kelurusan. Sub-kolom “Jumlah elemen kelurusan”
berisi nilai yang menunjukkan jumlah elemen kelurusan yang bertampalan dengan suatu
subarea; sub-kolom “Kehadiran elemen kelurusan” berisi nilai yang menunjukkan subarea yang
bertampalan dengan elemen kelurusan; sub-kolom “Nilai S2 dari elemen kelurusan” berisi nilai
yang menunjukkan subarea yang memiliki potensi longsor sekaligus memiliki/bertampalan
dengan elemen kelurusan.
Demikian seterusnya untuk kolom elemen yang diwakili oleh warna yang lain.
3) Dengan menggunakan Windows Explorer, masuk ke dalam folder: Data source for training\08
Landslide potential by geologic and microtopographic factor. Buka file “subarea SJ
kelurusan.dbf” menggunakan Microsoft Excel.
4) Copy semua isi/data dari kolom “Join_Count” dan paste ke kolom “Jumlah elemen kelurusan”
pada sheet “Ekstraksi elemen geologi” (Analisa potensi longsor - source.xlsx).

5) Lakukan copy dan paste isi dari kolom Join_Count untuk elemen yang lain dengan urutan sbb:
 punggung bukit rata
 rayapan batu massal
 retakan busur lingkar

56
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

6) Gambar di bawah ini adalah tampilan bagian bawah tabel yang menunjukkan jumlah total dari
setiap kolom.

Pada bagian bawah tabel, terdapat tabel kecil yang menunjukkan 3 nilai parameter untuk
perhitungan hitting ratio dan cover ratio yaitu S1, S2 dan S3.
S1 adalah jumlah subarea yang pernah mengalami kejadian longsor, pada kasus ini terdapat 29
subarea.
S3 adalah jumlah subarea yang bertampalan dengan jenis elemen tertentu. Pada kasus ini,
untuk elemen kelurusan terdapat 11 subarea, untuk elemen punggung bukit rata terdapat 7
subarea, untuk elemen rayapan batu massal terdapat 15 subarea, dan untuk elemen retakan
busur lingkar terdapat 20 subarea.
S2 adalah jumlah subarea yang bertampalan dengan jenis elemen tertentu dan merupakan
subarea yang potential terhadap longsor. Pada kasus ini, untuk elemen kelurusan terdapat 1
subarea, untuk elemen punggung bukit rata terdapat 2 subarea, untuk elemen rayapan batu
massal terdapat 2 subarea, dan untuk elemen retakan busur lingkar terdapat 4 subarea.
Pada tabel tersebut terdapat pula nilai S2 dan S3 untuk kejadian longsor, dimana nilai S2 untuk
kejadian longsor adalah jumlah subarea yang mengalami kejadian longsor, sedangkan nilai S3-
nya adalah jumlah total subarea. Kita bermaksud mencari nilai hitting ratio dari kejadian
longsor untuk membandingkannya dengan nilai hitting ratio dari elemen-elemen yang lain.
7) Berikut ini adalah tampilan grafik nilainya.

longsoran

retakan busur lingkar

rayapan batu massal Hitting Ratio


Cover Ratio
punggung bukit rata

kelurusan

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00

Berdasarkan data-data di atas, pilih dua elemen yang memiliki nilai hitting ratio tertinggi dan
lebih tinggi dari nilai hitting ratio kejadian longsor. Oleh karena itu elemen yang terpilih adalah
elemen “punggung bukit rata” dan elemen “retakan busur lingkar”.

57
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

Tahap 3. Pengolahan tabel data dan penentuan dua kombinasi elemen terbaik
1) Setelah diketahui dua elemen geologi dan mikrotopografi yang memiliki nilai hitting ratio dan
cover ratio tertinggi, langkah selanjutnya adalah mencari kombinasi kehadiran kedua elemen
tersebut dalam korelasinya dengan kejadian longsor pada suatu subarea.
Buka file “Analisa potensi longsor - source.xlsx”, dan buka sheet “Kombinasi elemen”.
2) Kolom pertama dan kedua adalah copy atau link dari kolom “ID subarea” dan kolom “Potensi
longsor” dari sheet “Analisa potensi longsor”.
Kolom “Elemen 1 (A)” berisi nilai parameter S3 yang merupakan link dari kolom “Kehadiran
elemen punggung bukit rata”, dan nilai parameter S2 yang merupakan link dari kolom “Nilai S2
dari elemen punggung bukit rata“.
Kolom “Elemen 2 (B)” berisi nilai parameter S3 yang merupakan link dari kolom “Kehadiran
elemen retakan busur lingkar“, dan nilai parameter S2 yang merupakan link dari kolom “Nilai
S2 dari elemen retakan busur lingkar”.

Jika Elemen 1 dimisalkan sebagai A dan Elemen 2 dimisalkan sebagai B, maka kombinasi yang
mungkin dari kedua elemen ini adalah “A saja”, “B saja”, “A dan B”, “A atau B”. Oleh karena itu
kolom ketiga dan keempat merupakan kombinasi “A dan B” dan “A atau B”.
Nilai S3 pada kolom “A dan B” berdasarkan syarat: jika nilai S3 pada kolom A dan kolom B
sama-sama bernilai 1, maka nilai S3 pada kolom “A dan B” akan bernilai 1, sedangkan jika salah
satu atau tidak ada yang bernilai 1, maka nilai S3 pada kolom “A dan B” akan bernilai 0.
Nilai S3 pada kolom “A atau B” berdasarkan syarat: jika nilai S3 pada kolom A dan kolom B ada
salah satu atau bahkan keduanya bernilai 1, maka nilai S3 pada kolom “A atau B” akan bernilai
1, sedangkan jika nilai S3 pada kolom A dan kolom B keduanya bernilai 0, maka nilai S3 pada
kolom “A atau B” akan bernilai 0.
Nilai S2 pada kolom “A dan B” maupun “A atau B” diperoleh dengan mengkorelasikan nilai 1
pada kolom S3 dengan nilai 1 pada kolom “Potensi longsor”.

58
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

3) Gambar di bawah ini adalah tampilan dari tabel bagian bawah yang menunjukkan jumlah total
setiap kolom.

4) Berikut ini adalah tampilan grafiknya.

A atau B
Kombinasi elemen

A dan B Hitting Ratio


Cover Ratio
retakan busur lingkar (B)

punggung bukit rata (A)

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00


Ratio
Berdasarkan grafik nilai di atas, dari keempat kombinasi, pilih kombinasi “A dan B” karena
memiliki nilai hitting ratio (0.67) terbesar.

[Opsi lain: sebenarnya kita pun dapat memilih retakan busur lingkar (B) karena memiliki nilai
hitting ratio dan cover ratio yang relatif besar dan seimbang dibanding yang lain. Opsi ini kita
pilih jika kita lebih mengutamakan parameter cakupan wilayah yang hendak diketahui]

Tahap 4. Pembuatan area potensi longsor


1) Buka sheet “Analisa potensi longsor”. Hubungkan kolom “Potensi longsor berdasarkan faktor
geologi dan mikrotopografi” dengan kolom “Elemen 3” sheet “Ekstraksi elemen geologi”.

59
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

2) Buka sheet “Peringkat geo”.


Di dalam sheet ini, baris pertama berisi judul kolom, sedangkan mulai dari baris kedua dan
seterusnya pada kolom pertama berisi (link) nilai kolom “ID subarea” sheet “Analisa potensi
longsor”, dan kolom kedua berisi (link) nilai kolom “Potensi longsor berdasarkan faktor geologi
dan mikrotopografi” sheet “Analisa potensi longsor”.

3) Simpan (Save) file “Analisa potensi longsor - source.xlsx”.


4) Pada ruang kerja ArcMap, klik Add Data, lalu arahkan ke dalam folder: Data source for training.
5) Double klik file “Analisa potensi longsor - source.xlsx”, lalu double klik ”Peringkat geo$”.
6) Secara otomatis sheet atau data dari Peringkat longsor akan masuk ke dalam ruang kerja
ArcMap. Data ini akan terlihat pada Table Of Contents pada bagian “List By Source”.
7) Pada jendela Table Of Contents, klik tombol List By Drawing Order.
8) Selanjutnya hubungkan data pada sheet “Peringkat geo” dengan data atribut pada layer
“subarea ref” berdasarkan persamaan ID subarea.
Klik kanan layer “subarea”, arahkan cursor ke Joins and Relates, lalu klik Join.
9) Selanjutnya akan muncul jendela Join Data. Pada combo box What do you want to join to this
layer, pilih Join attributes from a table. Pada combo box 1, pilih Id. Pada combo box 2, pilih
Peringkat geo$. Pada combo box 3, pilih ID subarea. Pada radio button Joins Options, pilih
Keep all records. Klik tombol OK.

10) Klik kanan layer “subarea”, arahkan cursor ke Data, lalu klik Export Data. Masukkan data yang
akan diexport ke dalam folder: Data source for training\08 Landslide potential by geologic and
microtopographic factor, dan beri nama “potensial longsor berdasarkan geologi dan
mikrotopografi.shp”. Jika ada pertanyaan apakah data yang diexport tersebut akan
dimasukkan ke dalam ArcMap sebagai layer, jawab Iya.

60
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

11) Klik kanan layer “subarea ref”, arahkan cursor ke Joins and Relates, lalu Remove Join(s) dan klik
Remove All Joins.
12) Buka tabel atribut layer “potensial longsor berdasarkan geologi dan mikrotopografi”.
13) Klik kanan layer “potensial longsor berdasarkan geologi dan mikrotopografi” dan klik
Properties. Pada jendela Layer Properties klik tab Symbologi.
14) Pada bagian Show: pilih Categories dan pilih Unique values. Pada combo box Value Field, pilih
Peringkat. Klik tombol Add All Values, untuk menampilkan nilai-nilai yang terdapat di dalam
kolom “Peringkat”. Ganti symbol untuk nilai 0 menjadi warna putih, dan symbol untuk nilai 1
menjadi warna Cordovan Brown. Ubah label nilai 0 menjadi “Tidak Berpotensi”, dan untuk nilai
1 menjadi “Berpotensi”. Tekan tombol OK.

15) Gambar di bawah ini menunjukkan data subarea yang berpotensi terjadi longsor berdasarkan
warna subarea yang berwarna coklat.

16) Simpan hasil kerja ArcMap ke dalam folder: Data source for training\08 Landslide potential by
geologic and microtopographic factor, dan beri nama “Potensi longsor berdasarkan geologi
dan mikrotopografi”.

61
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

IV. Pembuatan Peta Potensi Longsor Berdasarkan Faktor Topografi

Tahap 1. Pembuatan titik data kemiringan dan akumulasi aliran


1) Buka/jalankan ArcMap, pilih Blank Map.
2) Masukkan file “area longsoran masa lalu ref.shp” dan “subarea ref.shp” dari dalam folder: Ref,
ke ruang kerja ArcMap.
3) Masukkan data “slope_50” dan “flowacc_50” dari dalam folder: Data source for training\02
Contour data, ke ruang kerja ArcMap.
4) Pada jendela ArcToolbox, klik tanda + pada Conversion Tools, tanda + pada From Raster, dan
klik Raster to Point.

5) Selanjutnya akan muncul jendela Raster to Point. Pada combo box Input raster, pilih layer
“slope_50”. Pada combo box Field, pilih “Value”. Pada text box Output point features, simpan
file ke dalam folder: Data source for training\09 Landslide potential by topographic factor, dan
beri nama “kemiringan.shp”. Selanjutnya akan terbentuk layer “kemiringan” pada Table of
Contents yang berjenis data titik.

6) Buka tabel atribut layer “kemiringan”. Di dalam tabel atribut layer “kemiringan”, terdapat 2
kolom yang terbentuk yaitu kolom POINTID dan GRID_CODE. Kolom POINTID adalah nomor ID
dari setiap titik sedangkan GRID_CODE adalah nilai kemiringan dalam satuan derajat.

62
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

7) Klik Selection pada menu utama ArcMap, lalu klik Select By Location. Selanjutnya akan muncul
jendela Select By Location.
8) Pada combo box Selection method, pilih “select features from” dan pilih “kemiringan”. Pada
combo box Source layer, pilih layer “subarea ref”. Pada combo box Spatial selection method,
pilih Target layer(s) features intersect the Source layer feature. Klik tombol OK.

9) Setelah terlihat hasil seleksi data dari layer “kemiringan”, tahap selanjutnya adalah
mengexport data hasil seleksi. Klik kanan layer “kemiringan”, arahkan cursor ke Data, lalu klik
Export Data. Beri nama “kemiringan_subarea.shp”.
10) Pada jendela ArcToolbox, klik tanda + pada Spatial Analyst Tools, tanda + pada Extraction,
double klik pada Extract Values to Points. Selanjutnya akan muncul jendela Extract Values to
Points.

11) Pada combo box Input point features, pilih layer “kemiringan_subarea”. Pada combo box Input
raster, pilih layer “flowacc_50”. Pada text box Output point features, simpan file ke dalam
folder: Data source for training\09 Landslide potential by topographic factor, beri nama
“kemiringan_akumulasialiran_subarea.shp”. Klik tombol OK.

63
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

12) Berikut ini adalah tabel atribut dari layer “kemiringan_akumulasialiran_subarea”. Terdapat
kolom tambahan yaitu RASTERVALU yang berisi nilai akumulasi aliran.

13) Klik Selection pada menu utama ArcMap, lalu klik Select By Location.
14) Pada jendela Select By Location, pada combo box Selection method, pilih select features from.
Pada Target layer(s), cek “kemiringan_akumulasialiran_subarea”. Pada combo box Source
layer, pilih layer “area longsoran masa lalu ref”. Pada combo box Spatial selection method,
pilih Target layer(s) features intersect the Source layer feature. Klik tombol OK.

15) Setelah hasil seleksi terlihat, langkah selanjutnya adalah mengexport data hasil seleksi. Klik
kanan layer “kemiringan_akumulasialiran_subarea”, arahkan cursor ke Data, lalu klik Export
Data. Beri nama “kemiringan_akumulasialiran_subarea_longsoran.shp”.

Tahap 2. Penentuan titik potensi longsor


1) Buka file “Tabulasi titik potensi longsor berdasarkan topografi - source.xlsx” yang terdapat di
dalam folder: Data source for training.
2) Berikut ini adalah tampilan tabel isi dari file “Tabulasi titik potensi longsor berdasarkan
topografi - source.xlsx”

64
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

Di dalam sheet “subarea”,


Kolom pertama (A) adalah “ID titik”, yaitu ID dari data “kemiringan_akumulasialiran_subarea”
atau “kemiringan_akumulasialiran_subarea_longsoran”.
Kolom “Luas piksel” (B), berisi luas piksel yaitu 50 * 50 = 2500.
Kolom “Nilai kemiringan” (C), berisi nilai kemiringan dari data
“kemiringan_akumulasialiran_subarea” atau
“kemiringan_akumulasialiran_subarea_longsoran”.
Kolom “Nilai akumulasi aliran” (D), berisi nilai akumulasi aliran dari data
“kemiringan_akumulasialiran_subarea” atau
“kemiringan_akumulasialiran_subarea_longsoran”.
Kolom “Luas piksel * Akumulasi aliran” (E), berisi nilai hasil kali kolom (B) dan kolom (D).
Kolom “log(Luas piksel * Akumulasi aliran)” (F), berisi nilai logaritma dari kolom (E).
Kolom “Seleksi titik potensi longsor” (G), berisi identitas apakah suatu titik berpotensi
terhadap longsor atau tidak.
Kolom “Titik potensi longsor” (H), berisi nilai 1 dan 0 hasil konversi dari kolom G.
3) Dengan menggunakan Windows Explorer, masuk ke dalam folder: Data source for training\09
Landslide potential by topographic factor, dan buka file
“kemiringan_akumulasialiran_subarea.dbf” menggunakan Microsoft Excel.
4) Copy semua isi kolom “POINTID” (A) mulai dari baris kedua sampai terakhir.

5) Paste data tersebut ke kolom “ID titik”, sheet “subarea”, file “Tabulasi titik potensi longsor
berdasarkan topografi - source.xlsx”.

6) Isi semua baris pada kolom “Luas piksel” dengan nilai 2500.
7) Copy semua isi kolom “GRID_CODE”, dan paste ke kolom “Nilai kemiringan” pada sheet
“subarea”.
8) Copy semua isi kolom “RASTERVALU”, dan paste ke kolom “Nilai akumulasi aliran” pada sheet
“subarea”.

65
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

9) Isi kolom E dengan menggunakan formula “=B2*D2”.


10) Isi kolom F dimana nilai pada kolom F harus dibulatkan menjadi dua angka di belakang koma
menggunakan formula ROUND. Berikut ini adalah contoh formula untuk kolom F adalah
“=ROUND(IF(E2=0,0,LOG(E2)),2)”.
11) Lakukan langkah 3 – 10 di atas untuk file
“kemiringan_akumulasialiran_subarea_longsoran.dbf” yang berada di dalam folder: Data
source for training\09 Landslide potential by topographic factor. Copy dan paste semua data
ke dalam sheet “longsoran”.
12) Berikut ini adalah tabel yang terdapat di dalam sheet “subarea” (yang sama dengan yang di
dalam sheet “longsoran”), beserta penjelasan setiap bagian tabel.

Rentang nilai
log(Luas piksel *
Akumulasi aliran)

Jumlah titik yang sesuai rentang


nilai kemiringan dan log(Luas
piksel * Akumulasi aliran

Total semua
Rentang nilai
jumlah titik
kemiringan dari semua sel

Tabel ini berada di sebelah kanan kolom-kolom sebelumnya (A – F), dimana isi dari tabel ini
bereferensi pada isi kolom “nilai kemiringan” dan kolom “log(Luas piksel * Akumulasi aliran)”.
Berikut ini adalah contoh formula pada sel bagian kiri atas,
=COUNTIFS($C2:$C1048576,">=0",$C2:$C1048576,"<10",$F2:$F1048576,">=3.4",$F2:$F10485
76,"<3.7")”. Arti formula ini adalah, hitung jumlah titik yang memenuhi rentang nilai
kemiringan 0 – 10 derajat dan rentang nilai log 3.4 – 3.7. Gunakan rumus ini di setiap sel
dengan mengganti nilai rentangan.
13) Berikut ini adalah tabel dari sheet “longsoran”.

66
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

14) Lakukan proses pembagian, dimana tiap sel tabel pada sheet “subarea” dibagi dengan tiap sel
tabel pada sheet “longsoran”. Nilai rasio rata-rata adalah total titik sheet “subarea” dibagi
dengan total titik sheet “longsoran”.

15) Tabel berikut dihasilkan dari proses pembagian tiap sel tabel dari langkah 14, dibagi dengan
nilai rasio rata-rata.

16) Tabel berikut merupakan tabel tahap akhir yang menunjukkan sel-sel dari tabel langkah 15,
yang memiliki nilai sama dengan atau lebih dua kali nilai rasio rata-rata. Sel-sel tersebut
ditunjukkan dengan nilai “1.000”.

Setelah posisi sel-sel tersebut diketahui, tandai semua sel yang berada di sebelah kanan dan di
bawahnya. Pada langkah ini kita mengetahui rentang kemiringan dan nilai log(luas piksel *
akumulasi aliran) yang potensial terhadap longsor.
17) Buka kembali sheet “subarea”, dan tandai/warnai sel2 tabel di sheet ini sesuai rentangan nilai
kemiringan dan log(luas piksel * akumulasi aliran) pada langkah 16.

18) Langkah selanjutnya adalah membuat/menentukan formula untuk kolom G yaitu untuk
mencari titik yang memiliki kriteria sama dengan persyaratan rentangan yang telah ditentukan.
Di dalam folder: Data source for training, buka file “rumus penentuan titik potensi longsor.txt”
di dalamnya terdapat formula untuk sel pada kolom G. Berikut ini adalah isi formulanya:
IF(AND(C2>=25,C2<30,F2>=4.1,F2<4.44),1,0)
IF(AND(C2>=25,C2<30,F2>=4.44,F2<4.72),1,0)
IF(AND(C2>=25,C2<30,F2>=4.72,F2<5.11),1,0)
IF(AND(C2>=25,C2<30,F2>=5.11,F2<5.4),1,0)
IF(AND(C2>=25,C2<30,F2>=5.4,F2<5.7),1,0)
IF(AND(C2>=25,C2<30,F2>=5.7),1,0)
67
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

IF(AND(C2>=30,C2<35,F2>=4.1,F2<4.44),1,0)
IF(AND(C2>=30,C2<35,F2>=4.44,F2<4.72),1,0)
IF(AND(C2>=30,C2<35,F2>=4.72,F2<5.11),1,0)
IF(AND(C2>=30,C2<35,F2>=5.11,F2<5.4),1,0)
IF(AND(C2>=30,C2<35,F2>=5.4,F2<5.7),1,0)
IF(AND(C2>=30,C2<35,F2>=5.7),1,0)

IF(AND(C2>=35,C2<40,F2>=4.1,F2<4.44),1,0)
IF(AND(C2>=35,C2<40,F2>=4.44,F2<4.72),1,0)
IF(AND(C2>=35,C2<40,F2>=4.72,F2<5.11),1,0)
IF(AND(C2>=35,C2<40,F2>=5.11,F2<5.4),1,0)
IF(AND(C2>=35,C2<40,F2>=5.4,F2<5.7),1,0)
IF(AND(C2>=35,C2<40,F2>=5.7),1,0)

IF(AND(C2>=40,F2>=3.4,F2<3.7),1,0)
IF(AND(C2>=40,F2>=3.7,F2<3.88),1,0)
IF(AND(C2>=40,F2>=3.88,F2<4.1),1,0)
IF(AND(C2>=40,F2>=4.1,F2<4.44),1,0)
IF(AND(C2>=40,F2>=4.44,F2<4.72),1,0)
IF(AND(C2>=40,F2>=4.72,F2<5.11),1,0)
IF(AND(C2>=40,F2>=5.11,F2<5.4),1,0)
IF(AND(C2>=40,F2>=5.4,F2<5.7),1,0)
IF(AND(C2>=40,F2>=5.7),1,0)

### berikut ini adalah hasil gabungan potongan-potongan formula di atas ###

IF(AND(C2>=25,C2<30,F2>=4.1,F2<4.44),1,0),IF(AND(C2>=25,C2<30,F2>=4.44,F2<4.72),1,0),IF(AND(C2>=25,C2<30,F
2>=4.72,F2<5.11),1,0),IF(AND(C2>=25,C2<30,F2>=5.11,F2<5.4),1,0),IF(AND(C2>=25,C2<30,F2>=5.4,F2<5.7),1,0),IF(A
ND(C2>=25,C2<30,F2>=5.7),1,0),IF(AND(C2>=30,C2<35,F2>=4.1,F2<4.44),1,0),IF(AND(C2>=30,C2<35,F2>=4.44,F2<4.
72),1,0),IF(AND(C2>=30,C2<35,F2>=4.72,F2<5.11),1,0),IF(AND(C2>=30,C2<35,F2>=5.11,F2<5.4),1,0),IF(AND(C2>=30,
C2<35,F2>=5.4,F2<5.7),1,0),IF(AND(C2>=30,C2<35,F2>=5.7),1,0),IF(AND(C2>=35,C2<40,F2>=4.1,F2<4.44),1,0),IF(AN
D(C2>=35,C2<40,F2>=4.44,F2<4.72),1,0),IF(AND(C2>=35,C2<40,F2>=4.72,F2<5.11),1,0),IF(AND(C2>=35,C2<40,F2>=5
.11,F2<5.4),1,0),IF(AND(C2>=35,C2<40,F2>=5.4,F2<5.7),1,0),IF(AND(C2>=35,C2<40,F2>=5.7),1,0),IF(AND(C2>=40,F2>
=3.4,F2<3.7),1,0),IF(AND(C2>=40,F2>=3.7,F2<3.88),1,0),IF(AND(C2>=40,F2>=3.88,F2<4.1),1,0),IF(AND(C2>=40,F2>=4
.1,F2<4.44),1,0),IF(AND(C2>=40,F2>=4.44,F2<4.72),1,0),IF(AND(C2>=40,F2>=4.72,F2<5.11),1,0),IF(AND(C2>=40,F2>=
5.11,F2<5.4),1,0),IF(AND(C2>=40,F2>=5.4,F2<5.7),1,0),IF(AND(C2>=40,F2>=5.7),1,0)
19) Copy formula tersebut dan paste ke dalam sel pada kolom G dengan formulasi sebagai berikut:
“=OR( hasil paste formula langkah 18  ).
20) Apabila formula yang digunakan (pada langkah 18) adalah tepat, maka jumlah titik potensi
longsor pada kolom H sheet “subarea” longsor, akan sama dengan jumlah titik potensi longsor
yang dihitung menurut area berwarna merah. Pada contoh kasus ini jumlahnya adalah sama
yaitu 15175.

68
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

21) Buka sheet “titik potensi longsor” pada file “Tabulasi titik potensi longsor berdasarkan
topografi - source.xlsx”. Di dalam sheet ini terdapat kolom “ID_titik” yang berisi atau
merupakan link dari ID titik (kolom A) sheet “subarea”, dan terdapat kolom “Potensi” yang
berisi atau merupakan link dari kolom “Titik potensi longsor” (kolom H) sheet “subarea”.

Tahap 3. Pembuatan area potensi longsor


1) Pada ruang kerja ArcMap, klik Add Data, lalu arahkan ke dalam folder: Data source for training.
2) Double klik file “Tabulasi titik potensi longsor berdasarkan topografi - source.xlsx”, lalu double
klik ”titik potensi longsor$”. Secara otomatis data dari sheet “titik potensi longsor” akan masuk
ke dalam ruang kerja ArcMap.
3) Pada jendela Table Of Contents, klik tombol List By Drawing Order.
4) Selanjutnya hubungkan data pada sheet “titik potensi longsor” dengan data atribut pada layer
“kemiringan_akumulasialiran_subarea” berdasarkan persamaan ID titik.
Klik kanan layer “kemiringan_akumulasialiran_subarea”, arahkan cursor ke Joins and Relates,
lalu klik Join. Selanjutnya akan muncul jendela Join Data.
5) Pada combo box What do you want to join to this layer, pilih Join attributes from a table. Pada
combo box 1, pilih kolom “POINTID”. Pada combo box 2, pilih layer “titik potensi longsor$”.
Pada combo box 3, pilih kolom “ID_titik”. Pada radio button Joins Options, pilih Keep all
records. Klik tombol OK.

69
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

6) Berikut ini adalah tabel atribut dari layer “kemiringan_akumulasialiran_subarea”. Terlihat


bahwa telah ada 2 kolom baru yaitu “ID_titik” dan “Potensi”.

7) Klik Selection pada menu utama ArcMap lalu klik Select By Attributes. Selanjutnya akan muncul
jendela Select By Attributes.
8) Pada combo box Layer, pilih “kemiringan_akumulasialiran_subarea”. Pada combo box Method,
pilih Create a new selection, dan double klik “titik potensi longsor$’.Potensi”. Klik tombol “=”
dan ketik angka 1 untuk membuat formula "'titik potensi longsor$'.Potensi" =1. Klik tombol OK.

Proses seleksi ini dapat berjalan sangat lama.


9) Setelah terlihat objek hasil seleksi, klik kanan layer “kemiringan_akumulasialiran_subarea”,
arahkan cursor ke Data, lalu klik Export Data. Masukkan data yang akan diexport ke dalam
folder: Data source for training\09 Landslide potential by topographic factor, dan beri nama
“titik potensi longsor.shp”. Jika ada pertanyaan apakah data yang diexport tersebut akan
dimasukkan sebagai layer ke dalam ArcMap sebagai layer, jawab Iya.
Tampilan sebaran titik potensi longsor adalah seperti gambar di bawah ini.

70
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

10) Pada jendela ArcToolbox, klik tanda + pada Analysis Tools  Overlay, dan double klik Spatial
Join.
11) Selanjutnya akan muncul jendela Spatial Join. Pada combo box Target Features, pilih layer
“subarea ref”. Pada combo box Join Features, pilih layer “titik_potensi_longsor”. Pada text box
Output, simpan file ke dalam folder: Data source for training\09 Landslide potential by
topographic factor, dan beri nama “subarea SJ titik potensi longsor.shp”. Klik tombol OK.

12) Buka file “Analisa potensi longsor - source.xlsx” dan buka sheet “Faktor topografi”.

Kolom A dan kolom B berisi link dari “ID subarea” dan “Potensi longsor” dari sheet “Analisa
potensi longsor”.

71
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

13) Buka file “subarea SJ titik potensi longsor.dbf” dari dalam folder: Data source for training\09
Landslide potential by topographic factor, menggunakan Microsoft Excel.
14) Copy isi kolom “Join_Count” dan paste ke kolom “Jumlah titik potensi longsor berdasarkan
faktor topografi” pada file “Analisa potensi longsor - source.xlsx” sheet “Faktor topografi”.

15) Kolom “Rentang jumlah titik potensi longsor berdasarkan faktor topografi” memiliki beberapa
sub-kolom yang berisi nilai 1 dan 0. Nilai ini menunjukkan apakah suatu subarea memiliki
jumlah titik potensi longsor sesuai dengan jumlah minimal tertentu.

Sebagai contoh sub-kolom D memberi informasi apakah suatu subarea memiliki jumlah titik
lebih dari atau sama dengan 0. Sub-kolom E memberi informasi apakah suatu subarea memiliki
jumlah titik lebih dari atau sama dengan 50, dan seterusnya. Contoh formula pada baris kedua
sub-kolom E adalah “=IF(C7>=50,1,0)”, contoh formula pada baris kedua sub-kolom F adalah
“=IF(C7>=100,1,0)” dan seterusnya. Isikan semua formula untuk semua sub-kolom, dari kolom
D sampai kolom I.
Pada kasus ini terdapat 6 buah sub-kolom. Pada kenyataannya banyaknya sub-kolom ini
disesuaikan tergantung dengan nilai maksimum jumlah titik potensi yang ditunjukkan pada
kolom “Jumlah titik potensi longsor berdasarkan faktor topografi”, dimana pada contoh kasus
ini nilai maksimum jumlah titik potensi adalah sebesar 235.

72
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

16) Tahap selanjutnya adalah menghitung nilai hitting ratio dan cover ratio dari kolom D sampai
kolom I. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa sub-kolom G atau subarea yang memiliki
jumlah titik potensi longsor sama dengan lebih besar 150, memiliki nilai hitting ratio dan cover
ratio tertinggi.

17) Buka sheet “Analisa potensi longsor”. Kolom E (Jumlah titik potensi longsor) berisi link menuju
kolom C (Jumlah titik potensi longsor berdasarkan faktor topografi) pada sheet “Faktor
topografi”, sedangkan kolom F berisi link menuju sub-kolom G sheet “Faktor topografi”.

18) Buka sheet “Peringkat topo”. Di dalam sheet ini terdapat dua kolom, kolom “ID subarea”
merupakan link kepada kolom “ID subarea” sheet “Analisa potensi longsor”, sedangkan kolom
“Peringkat” merupakan link kepada kolom “Potensi longsor berdasarkan faktor topografi”
sheet “Analisa potensi longsor”.
19) Simpan (Save) file “Analisa potensi longsor - source.xlsx”.
20) Pada ruang kerja ArcMap, klik Add Data, lalu arahkan ke dalam folder: Data source for training.
21) Double klik file “Analisa potensi longsor - source.xlsx”, lalu double klik ”Peringkat topo$”.
Secara otomatis sheet atau data dari “Peringkat longsor” akan masuk ke dalam ruang kerja
ArcMap.
22) Pada jendela Table Of Contents, klik tombol List By Drawing Order.
23) Klik kanan layer “subarea ref”, arahkan cursor ke Joins and Relates, lalu klik Join. Selanjutnya
akan muncul jendela Join Data.

73
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

24) Pada combo box What do you want to join to this layer, pilih Join attributes from a table. Pada
combo box 1, pilih kolom “Id”. Pada combo box 2, pilih layer “Peringkat topo$”. Pada combo
box 3, pilih kolom “ID subarea”. Pada radio button Joins Options, pilih Keep all records. Klik
tombol OK.

25) Klik kanan layer “subarea ref”, arahkan cursor ke Data, lalu klik Export Data. Masukkan data
yang akan diexport ke dalam folder: Data source for training\09 Landslide potential by
topographic factor, dan beri nama “potensi longsor berdasarkan faktor topografi.shp”. Jika ada
pertanyaan apakah data yang diexport tersebut akan dimasukkan ke dalam ArcMap sebagai
layer, jawab Iya.
26) Klik kanan layer “subarea ref”, arahkan cursor ke Joins and Relates  Remove Join(s), klik
Remove All Joins.
27) Klik kanan layer “potensi longsor berdasarkan faktor topografi” dan klik Properties. Pada
jendela Layer Properties klik tab Symbologi.
28) Pada bagian Show: pilih Categories dan pilih Unique values. Pada combo box Value Field, pilih
kolom “Peringkat”. Klik tombol Add All Values, untuk menampilkan nilai-nilai yang terdapat di
dalam kolom “Peringkat”. Ganti symbol untuk nilai 0 menjadi warna putih, dan symbol untuk
nilai 1 menjadi warna “Fir Green”. Ubah label nilai 0 menjadi “Tidak Berpotensi”, dan untuk
nilai 1 menjadi “Berpotensi”. Tekan tombol OK.

74
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

29) Gambar di bawah ini menunjukkan data subarea yang berpotensi terjadi longsor berdasarkan
warna subarea yang berwarna hijau tua.

30) Simpan hasil kerja ArcMap ke dalam folder: Data source for training\09 Landslide potential by
topographic factor, dan beri nama “Potensi longsor berdasarkan topografi”.

75
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

V. Pembuatan Peta Potensi Longsor Berdasarkan Faktor Gabungan

1) Buka file “Analisa potensi longsor - source.xlsx” dan buka sheet “Analisa potensi longsor”.

Lihat bagian kolom “Potensi longsor” (kolom G – I). Kolom G berisi link dari kolom A, kolom H
berisi penjumlahan nilai dari kolom C, kolom D, dan kolom F. Sedangkan kolom I berisi
informasi tentang peringkat masing-masing subarea.
2) Buka sheet “Peringkat akhir”. Sheet ini berisi tiga kolom yang semuanya merupakan link ke
kolom G, H, I dari sheet “Analisa potensi longsor”. Sheet ini berguna untuk keperluan
penggabungan atribut dalam ArcMap.
3) Buka/jalankan ArcMap, pilih Blank Map.
4) Masukkan file “subarea ref.shp” dari dalam folder: Ref, ke ruang kerja ArcMap.
5) Pada ruang kerja ArcMap, klik Add Data, lalu arahkan ke dalam folder: Data source for training.
6) Double klik file “Analisa potensi longsor - source.xlsx”, lalu double klik ”Peringkat akhir$”.
7) Pada jendela Table Of Contents, klik tombol List By Drawing Order.
8) Klik kanan layer “subarea ref”, arahkan cursor ke Joins and Relates, lalu klik Join.

76
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

9) Selanjutnya akan muncul jendela Join Data. Pada combo box What do you want to join to this
layer, pilih Join attributes from a table. Pada combo box 1, pilih kolom “Id”. Pada combo box 2,
pilih layer “Peringkat akhir$”. Pada combo box 3, pilih kolom “ID subarea”. Pada radio button
Joins Options, pilih Keep all records. Klik tombol OK.

10) Klik kanan layer “subarea ref”, arahkan cursor ke Data, lalu klik Export Data. Masukkan data
yang akan diexport ke dalam folder: Data source for training\09 Landslide potential by
combine factor, dan beri nama “potensi longsor berdasarkan faktor gabungan.shp”. Jika ada
pertanyaan apakah data yang diexport tersebut akan dimasukkan ke dalam ArcMap sebagai
layer, jawab Iya.
11) Klik kanan layer “subarea ref”, arahkan cursor ke Joins and Relates, lalu Remove Join(s) dan klik
Remove All Joins.
12) Klik kanan layer “potensi longsor berdasarkan faktor gabungan” dan klik Properties. Pada
jendela Layer Properties klik tab Symbologi.
13) Pada bagian Show: pilih Categories dan pilih Unique values. Pada combo box Value Field, pilih
Peringkat. Klik tombol Add All Values, untuk menampilkan nilai-nilai yang terdapat di dalam
kolom “Peringkat”. Ganti symbol untuk nilai Tidak Potensial menjadi warna putih, symbol
untuk nilai Rendah menjadi warna “Solar Yellow”, simbol untuk nilai Sedang menjadi warna
“Electron Gold”, dan simbol untuk nilai Tinggi menjadi warna “Mars Red”. Tekan tombol OK.

77
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

14) Gambar di bawah ini menunjukkan data subarea yang berpotensi menurut faktor gabungan.

15) Klik kanan layer “potensi_longsor_berdasarkan_faktor_gabungan”, klik Save As Layer File.


Simpan file ke dalam folder: Data source for training\10 Landslide potential by combine factor,
dan beri nama “Potensi longsor berdasarkan faktor gabungan.lyr”.
16) Simpan hasil kerja ArcMap ke dalam folder: Data source for training\10 Landslide potential by
combine factor, dan beri nama “Potensi longsor berdasarkan faktor gabungan”.

78
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

VI. Pembuatan Area Bahaya Banjir Bandang

Tahap 1. Pemilihan obyek sungai utama


1) Buka/jalankan ArcMap, pilih Blank Map.
2) Masukkan data “slope_10” dan “dem_10” dari dalam folder: Data source for training\02
Contour data.
3) Masukkan data “sungai utama.shp” dari dalam folder: Data source for training\03 River vector
data.
4) Masukkan data “das ref.shp” dari dalam folder: Ref.
5) Langkah selanjutnya adalah memilih salah satu obyek sungai. Obyek sungai yang dipilih disini
adalah sungai yang diduga akan mengalami banjir bandang berdasarkan informasi dari peta
rawan longsor yang menunjukkan bahwa area hulu sungai tersebut memiliki potensi longsor
yang tinggi.
Dengan menggunakan tombol Select Features by Rectangle pada toolbar Tools, seleksi
fitur sungai utama yang melingkupi satu DAS. Misalkan sungai utama pada DAS Kali Jompo.

Sebagai tips, pilih obyek yang menyerupai garis lurus. Jika terdapat obyek lain yang merupakan
percabangan dari sungai yang sama, obyek tersebut dipilih pada langkah berikutnya.
6) Klik kanan layer “sungai utama” dan export data atau objek yang diseleksi ke dalam folder:
Data source for training\11 Creating banjir bandang hazard area. Beri nama “sungai utama 01”.
Jika ada pertanyaan apakah data yang diexport tersebut akan dimasukkan ke dalam ArcMap
sebagai layer, jawab Iya.
7) Tekan tombol Clear Selected Features.

Tahap 2. Menentukan batasan area rawan banjir bandang berdasarkan kemiringan topografi
1) Pada jendela ArcToolbox, klik tanda + pada Data Management Tools  Generalization, double
klik Dissolve. Selanjutnya akan muncul jendela Dissolve.

79
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

2) Pada combo box Input Features, pilih layer “sungai_utama_01”. Pada text box Output Feature
Class, simpan data ke dalam folder: Data source for training\11 Creating banjir bandang hazard
area, beri nama “sungai_utama_01_dissolve.shp”. Cek FID pada jendela Dissolve Field(s). Klik
tombol OK. Selanjutnya akan terbentuk layer “sungai_utama_01_dissolve” di dalam ArcMap.

3) Pada toolbar Editing, klik toolbar Editor, dan klik Start Editing. Pada jendela Start Editing, klik
layer “sungai_utama_01_dissolve”, lalu klik tombol OK.

4) Klik kanan layer “sungai_utama_01_dissolve”, arahkan cursor ke Selection, dan klik Make This
The Only Selectable Layer.
5) Untuk menseleksi obyek di dalam proses editing, kita menggunakan tombol pada toolbar
Editor. Klik tombol dan seleksi objek layer “sungai_utama_01_dissolve”.
6) Klik tombol Editor dan klik Split.
7) Selanjutnya akan muncul jendela Split. Pilih tombol radio Into Equal Parts dan isi nilai sebesar
60. Klik tombol OK.

Objek pada layer “sungai_utama_01_dissolve” akan terbagi menjadi 60 bagian.

80
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

8) Klik tombol Editor, klik Save Edits, dan klik Stop Editing.
9) Pada jendela ArcToolbox, klik tanda + pada 3D Analyst Tools  pada Functional Surface,
double klik Add Surface Information.
10) Selanjutnya akan muncul jendela Add Surface Information. Pada combo box Input Feature
Class, pilih layer “sungai_utama_01_dissolve”. Pada combo box Input Surface, pilih layer
“dem_10”. Cek AVG_SLOPE dari Output Property. Klik tombol OK.

11) Menurut teori, banjir bandang terjadi pada ruas sungai yang memiliki kemiringan antara 2 – 10
derajat. Oleh karena itu kita hendak mencari dan menentukan ruas sungai yang memiliki
kriteria tersebut.
Klik Selection dan klik Select By Attributes.
12) Selanjutnya akan muncul jendela Select By Attributes. Pada combo box Layer pilih layer
“sungai_utama_01_dissolve”. Tulis formula "Avg_Slope" >=2 AND "Avg_Slope" <11 pada
jendela formula. Klik tombol OK.

13) Klik kanan layer “sungai_utama_01_dissolve”, arahkan cursor ke Data, lalu klik Export Data.
Masukkan data yang akan diexport ke dalam folder: Data source for training\11 Creating banjir
bandang hazard area, dan beri nama “sungai utama 01 dissolve edit.shp”.
Jika ada pertanyaan apakah data yang diexport tersebut akan dimasukkan ke dalam ArcMap
sebagai layer, jawab Iya. Selanjutnya akan terbentuk layer “sungai utama 01 dissolve edit” di
dalam ArcMap.
14) Pada langkah ini kita akan mulai mengedit data atau objek layer “sungai utama 01 dissolve
edit”, sesuai dengan rentang kemiringan pada langkah 11 di atas.
Klik tombol Editor, pada jendela Start Editing, pilih layer “sungai utama 01 dissolve edit”.

81
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

15) Klik tombol pada toolbar Editor, dan seleksi semua objek pada layer “sungai utama 01
dissolve edit” yang berada di luar jangkauan antara tanda panah atas dan tanda panah bawah,
seperti yang diperlihatkan gambar di bawah ini.

16) Setelah semua objek terseleksi, hapus dengan menggunakan tombol Del pada keyboard
komputer.
17) Klik tombol Editor, klik Save Edits, dan klik Stop Editing.
18) Pada jendela ArcToolbox, klik tanda + pada Data Management Tools  Generalization, double
klik Dissolve. Selanjutnya akan muncul jendela Dissolve.
19) Pada combo box Input Features, pilih layer “sungai utama 01 dissolve edit”. Pada text box
Output Feature Class, simpan data ke dalam folder: Data source for training\11 Creating banjir
bandang hazard area, beri nama “sungai utama 01 target.shp”. Cek FID pada jendela Dissolve
Field(s). Klik tombol OK. Selanjutnya akan terbentuk layer “sungai utama 01 target” di dalam
ArcMap.

82
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

Tahap 3. Mengubah obyek 2D menjadi 3D


1) Pada tahap ini kita hendak membuat fitur 2D menjadi fitur 3D.
Pada jendela ArcToolbox, klik tanda + pada 3D Analyst Tools  Functional Surface, double klik
Interpolate Shape.
2) Selanjutnya akan muncul jendela Interpolate Shape. Pada combo box Input Surface, pilih layer
“dem_10”. Pada combo box Input Feature Class, pilih layer “sungai utama 01 target”. Pada text
box Output Feature Class, simpan data ke dalam folder: Data source for training\11 Creating
banjir bandang hazard area, dan beri nama “sungai utama 01 target 3D.shp”. Klik tombol OK.

3) Export data/layer “sungai utama 01 target 3D” ke dalam folder: Data source for training\11
Creating banjir bandang hazard area, beri nama “sungai utama 01 target 3D p5”.
Jika ada pertanyaan apakah data yang diexport tersebut akan dimasukkan ke dalam ArcMap
sebagai layer, jawab Iya.
4) Pada jendela ArcToolbox, klik tanda + pada Data Management Tools  Features, double klik
Adjust 3D Z. Selanjutnya akan muncul jendela Adjust 3D Z.
5) Pada langkah ini kita hendak membuat asumsi ketinggian banjir bandang (genangan air sungai)
yang mungkin terjadi. Untuk asumsi awal kita menggunakan nilai ketinggian sebesar 5 m dari
yang dihitung dari dasar sungai.
Pada combo box Input Features, pilih layer “sungai utama 01 target 3D p5”. Pada text box
Adjust Z Value, isi dengan angka 5 yang mengartikan bahwa kita akan menaikkan ketinggian
fitur/objek ini sebesar 5 meter. Klik tombol OK.

83
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

Tahap 4. Pembuatan area bahaya banjir bandang


1) Klik kanan layer “sungai utama 01 target 3D p5”, lalu export ke dalam folder: Data source for
training\11 Creating banjir bandang hazard area, dan beri nama “sungai utama 01 target 3D p5
edit.shp”. Jika ada pertanyaan apakah data yang diexport tersebut akan dimasukkan ke dalam
ArcMap sebagai layer, jawab Iya.
2) Klik tombol Editor, klik Start Editing, pilih layer “sungai utama 01 target 3D p5 edit” pada
jendela Start Editing, lalu tekan tombol OK.
3) Seleksi semua objek pada layer “sungai utama 01 target 3D p5 edit” menggunakan tombol
pada toolbar Editor.
4) Buka atau tampilkan toolbar Advanced Editing dengan cara klik kanan di sembarang area
kosong di ruang kerja ArcMap, lalu klik Advanced Editing.

5) Selanjutnya akan muncul toolbar Advanced Editing seperti di bawah ini.

6) Tekan tombol (Copy Features Tool) pada toolbar Advanced Editing.


7) Dengan menggunakan referensi posisi objek hasil seleksi yang berupa tanda “X”, copy dan
paste objek yang diseleksi, ke sebelah kiri dan kanan secara paralel, kira-kira sejauh 750 meter.

8) Klik tombol Editor, klik Save Edits, dan klik Stop Editing.
9) Pada jendela ArcToolbox, klik tanda + pada 3D Analyst Tools  TIN Management, double klik
Create TIN. Selanjutnya akan muncul jendela Create TIN.

84
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

10) Pada text box Output TIN, masukkan data yang dihasilkan ke dalam folder: Data source for
training\11 Creating banjir bandang hazard area, beri nama “tin_01”. Pada teks box Spatial
Reference, pilih “WGS_1984_UTM_Zone_49S”. Pilih layer “sungai utama 01 target 3D p5 edit”,
pada combo box Input Feature Class. Tekan tombol OK.

11) Pada jendela ArcToolbox, klik tanda + pada 3D Analyst Tools  Conversion  From TIN,
double klik TIN to Raster.
12) Selanjutnya muncul jendela TIN to Raster. Pada combo box Input TIN, pilih layer “tin_01”. Pada
text box Output Raster, masukkan data yang dihasilkan ke dalam folder: Data source for
training\11 Creating banjir bandang hazard area, dan beri nama “raster_01”. Pada combo box
Sampling Distance, pilih “CELLSIZE 10”. Klik tombol OK.

13) Pada jendela ArcToolbox, klik tanda + pada 3D Analyst Tools  Raster Surface, double klik Cut
Fill. Selanjutnya akan muncul jendela Cut Fill.
14) Pada combo box Input before raster surface, pilih layer “dem_10”. Pada combo box Input after
raster surface, pilih layer “raster_01”. Pada text box Output raster, masukkan data yang
dihasilkan ke dalam folder: Data source for training\11 Creating banjir bandang hazard area,
dan beri nama “cutfill_01”. Klik tombol OK.

85
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

15) Klik kanan layer “cutfill_01”, dan buka tabel atribut.


16) Klik kanan kolom “VOLUME” dan klik Sort Ascending.

17) Seleksi semua baris yang memiliki nilai VOLUME negatif.

18) Pada jendela ArcToolbox, klik tanda + pada Conversion Tools  From Raster, double klik
Raster to Polygon.
19) Selanjutnya akan muncul jendela Raster to Polygon. Pada combo box Input raster, pilih layer
“cutfill_01”. Pada combo box Field, pilih VALUE. Pada text box Output polygon features,
simpan data yang dihasilkan pada folder: Data source for training\11 Creating banjir bandang
hazard area, dan beri nama “cutfill_01.shp”. Tandai Simplify polygons (optional). Klik tombol
OK.

20) Klik tombol Clear Selected Features.

86
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

Tahap 5. Editing area bahaya banjir bandang


1) Area rawan banjir bandang yang dihasilkan butuh pengeditan lebih lanjut, karena ada area
rawan yang berada di luar alur sungai dan ada area rawan tidak sesuai logika atau kenyataan di
lapangan.
Klik kanan layer “cutfill_01”  Edit Features, dan double klik Start Editing.

2) Klik kanan layer “cutfill_01”  Selection  Make This Only Selectable Layer.
3) Dengan menggunakan tombol pada toolbar Editor, seleksi objek polygon pada layer
“cutfill_01”yang berada di lur alur sungai.
4) Hapus objek-objek tersebut dengan menekan tombol Del pada keyboard komputer.
5) Untuk objek polygon yang harus diedit dengan merubah bentuknya, langkah pertama seleksi
objek tersebut menggunakan tombol pada toolbar Editor.
6) Pada toolbar Editor, klik tombol Cut Polygon Tools .
7) Potong objek polygon yang diasumsikan area genangannya tidak sesuai keadaan nyata di
lapangan.

8) Setelah semua objek polygon tersebut selesai diedit, klik tombol Editor, klik Save Edits, dan klik
Stop Editing.
Untuk selanjutnya, kita akan menggunakan data “area rawan banjir bandang ref.shp” yang
terdapat di dalam folder:Ref.

87
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

VII. Membuat Peta Potensi Longsor dan Area Rawan Banjir Bandang
1) Buka/jalankan ArcMap, pilih Blank Map.
2) Masukkan data “citra satelit.tif” yang berasal dari folder: Data source for training\01 Satellite
image.
3) Masukkan data “das ref.shp” dan “area rawan banjir bandang ref.shp” yang berasal dari folder:
Ref.
4) Masukkan file layer “Potensi longsor berdasarkan faktor gabungan.lyr” yang berasal dari
folder: Data source for training\10 Landslide potential by combine factor.
5) Ubah transparansi layer “Potensi longsor berdasarkan faktor gabungan” dan layer “area rawan
banjir bandang ref”, menjadi 35%.
6) Klik tombol layout view, yang terletak pada bagian bawah ruang kerja ArcMap.

7) Klik kanan disembarang area kosong di ruang kerja ArcMap, dan pilih Layout untuk
mengeluarkan toolbar Layout.
Toolbar Layout adalah seperti gambar di bawah ini.

8) Klik tombol Change Layout pada toolbar Layout.


9) Selanjutnya akan muncul jendela Select Template. Klik tab ISO (A) Page Size, pilih ISO A3
Portrait.mxd. Klik tombol Finish.

10) Klik Insert pada menu utama ArcMap, kemudian klik Title.

88
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

11) Selanjutnya akan muncul jendela Insert Title. Tuliskan judul peta sebagai “Peta potensi longsor
dan rawan banjir bandang”. Klik tombol OK.

Atur jenis, besar huruf serta posisinya pada peta.


12) Klik Insert pada menu utama ArcMap, kemudian klik Scale Bar.
13) Selanjutnya akan muncul jendela Scale Bar Selector.

Pilih “Alternating Scale Bar 1”, kemudian klik tombol OK. Atur ukuran dan posisinya pada peta.
14) Klik Insert pada menu utama ArcMap, kemudian klik “North Arrow”.
15) Selanjutnya akan muncul jendela North Arrow Selector.

Pilih simbol arah utara sesuai keinginan, kemudian klik tombol OK. Atur ukuran dan posisinya
pada peta.

89
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

16) Klik Insert pada menu utama ArcMap, kemudian klik “Legend”.
17) Selanjutnya akan muncul jendela Legend Wizard.

Pada area Legend item, keluarkan citra satelit dengan memilih layer “citra satelit.tif” pada
bagian Legend Items, dan mengklik tombol . Klik Next.
18) Pada jendela Legend Wizard bagian ke-2, kita dapat mengubah judul legenda dan mengubah
tampilan warna dan karakter hurufnya. Klik tombol Next.

19) Pada jendela Legend Wizard bagian ke-3, kita dapat mengubah tampilan garis batas luar dari
legenda. Klik tombol Next.

90
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

20) Pada jendela Legend Wizard bagian ke-4, kita dapat mengubah karakter tampilan symbol
legenda untuk tiap layer. Klik tombol Next.

21) Pada jendela Legend Wizard bagian ke-5, kita dapat mengubah ukuran spasi tampilan masing2
layer pada legenda.

Klik tombol Finish. Atur ukuran dan posisinya pada peta.


22) Untuk memasukkan informasi koordinat pada layout peta, klik kanan Layer pada Table of
Contents dan klik Properties.
23) Selanjutnya akan muncul jendela Data Frame Properties. Klik tab Grids.

91
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

24) Klik tombol New Grid.


25) Selanjutnya akan muncul jendela Grids and Graticules Wizard. Terdapat 3 tombol radio jenis
sistem koordinat yang ingin kita tampilkan. Pilih tombol Graticule, klik tombol Next.

26) Selanjutnya akan muncul jendela Create a graticule. Isikan pada bagian Intervals, interval
koordinat yang ingin kita tampilkan. Sebagai contoh, pada baris parallel dan baris meridians
kita isi dengan nilai 3 Menit. Klik tombol Next.

27) Selanjutnya akan muncul jendela Axes and labels. Pilih karakter garis dan karakter label yang
ingin kita tampilkan. Klik tombol Next.

92
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

28) Selanjutnya akan muncul kembali jendela Create a graticule. Tentukan jenis karakter batas luar
garis koordinat, dan tentukan apakah kita ingin menampilkan Neatline (garis tepi peta). Klik
tombol Finish.

Secara otomatis ArcMap akan menampilkan label nilai-nilai koordinat pada frame peta. Nilai
koordinat ini secara otomatis pun berubah saat kita menggeser/mengubah posisi data objek di
dalam tampilan layout peta.
29) Untuk mengatur posisi objek2 pada layout peta agar lebih rapi dan enak untuk dilihat, kita
dapat mengeset margin dengan ukuran tertentu sesuai keinginan kita.
Caranya, klik dan geser cursor mouse pada mistar layout untuk menghasilkan ukuran margin
tertentu. Secara otomatis akan terbentuk pula suatu garis putus2 berwarna biru. Objek2 yang
ada di dalam layout dapat disnap kepada garis ini.

93
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

30) Berikut ini adalah sedikit tips yang memberi informasi tentang perbedaan tool antara toolbar
Tools dan toolbar Layout.

Dari kedua toolbar tersebut dapat kita lihat bahwa ada beberapa tool yang memiliki kemiripan
gambar/icon, yaitu tool Zoom In, Zoom Out, Panning, Full Extent / Zoom Whole Page. Saat kita
menggunakan tool dari toolbar Tools pada ruang kerja Layout, maka yang berubah adalah data
objek atau isi dari peta. Sedangkan jika kita menggunakan tool dari toolbar Layout, maka isi
dari data objek tidak akan berubah melainkan hanya tampilan pada bagian Layout saja.
Sebagai contoh kita dapat menggunakan tool Zoom In pada toolbar Layout untuk mengzoom
pojok-pojok frame peta saat kita hendak mengeset ukuran marginnya.
31) Untuk membuat/mengexport peta ke fomat PDF, klik File dan klik Export Map.
32) Selanjutnya akan muncul jendela Export Map. Pilih jenis file yang akan disimpan yaitu PDF.

Pada bagian Options, set Resolution = 300 dpi dan Output Image Quality = Best. Klik tombol
Save.

94
Modul Pelatihan
Membuat Peta Potensi Longsor dan Rawan Banjir Bandang

33) Berikut ini adalah tampilan peta yang dihasilkan.

95

Anda mungkin juga menyukai