Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Istilah kromatografi berasal dari bahasa Latin chroma berarti warna dan
graphien berarti menulis. Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael
Tswest (1903) seorang ahli botani dari Rusia. Michael Tswest dalam percobaannya ia
berhasil memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen warna lain dalam ekstrak tumbuhan
dengan menggunakan serbuk kalsium karbonat (CaCO3) yang diisikan ke dalam kaca
dan petroleum eter sebagai pelarut. Proses pemisahan itu diawali dengan menempatkan
larutan cuplikan pada permukaan atas kalsium karbonat (CaCO3), kemudian dialirkan
pelarut petroleum eter. Hasilnya berupa pita-pita berwarna yang terlihat sepanjang
kolom sebagai hasil pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak tumbuhan.
(Alimin, 2007)

Adsorben yang digunakan pada kromatografi lapis tipis biasanya terdiri dari
silika gel atau alumina dapat langsung atau dicampur dengan bahan perekat misalnya
kalsium sulfat untuk disalutkan pada pelat. Pada pemisahannya, fase bergerak akan
membawa komponen campuran sepanjang fase diam pada pelat sehingga terbentuk
kromatogram. Pemisahan yang terjadi berdasarkan adsorbsi dan partisi. Teknik kerja
KLT prinsipnya hampir sama dengan komatografi lapis tipis (KLT). (Yazid, 2005)

Untuk tujuan identifikasi, noda-noda sering dikarakterisasikan berdasarkan


nilai Rfnya. Nilai Rf adalah rasio jarak yang dipindahkan oleh suatu zat terlarut
terhadap jarak yang dipindahkan oleh garis depan pelarut selama waktu yang sama.
Nilai Rf yang identik untuk suatu senyawa yang diketahui dan yang tidak diketahui
dengan menggunakan beberapa system pelarut berbeda memberikan bukti yang kuat
bah bahwa nilai untuk kedua senyawa tersebut adalah identic, terutama jika senyawa
tersebut dijalankan secara berdampingan di sepanjang pita lapis tipis (KLT) yang
sama.(Underwood dan Day, 1999)

Beberapa kelebihan dari KLT yaitu sebagai berikut :

1. Waktu pemisahan lebih cepat.


2. Sensitif, artinya meskipun jumlah cuplikan sedikit masih dapat dideteksi.
3. Daya resolusinya tinggi, sehingga pemisahan lebih sempurna.( Yazid, 2005)
Pemilihan sistem pelarut dan komposisi lapisan tipis ditentukan oleh prinsip
kromatografi yang akan digunakan. Untuk meneteskan sampel yang akan dipisahkan
digunakan suatu penyuntik berukuran mikro. Sampel harus nonpolar dan mudah
menguap. Kolom-kolom dalam pelat dapat diciptakan dengan mengorek lapisan
vertikal searah gerakan pelarut. Resolusi KLT jauh lebih tinggi daripada kromatografi
lapis tipis (KLT) karena laju difusi yang luar biasa kecilnya pada lapisan pengadsorbsi.
Semua teknik yang dipakai kromatografi lapis tipis (KLT) juga dapat digunakan untuk
kromatografi lapis tipis. ( khopkar, 2010)
DAFTAR PUSTAKA

Alimin, dkk. 2007. Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press.

Hendayana, sumar. 2010. Kimia Pemisahan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Khopkar, S.M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-PRESS.

Underwood dan Day. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: ANDI.

Anda mungkin juga menyukai