Anda di halaman 1dari 101

Penggolongan Antibiotik, Klasifikasi Antibiotik

Antibakteri terdiri dari antibiotik dan kemoterapi


Antibiotik adalah zat yang dihasilkan mikroba, terutama fungi, yang dapat membasmi
ataupun menghambat pertumbuhan mikroba jenis lain.
Antibiotik dapat dibuat secara sintesis, yang bisa juga disebut kemoterapi. Kemoterapi
adalah zat kimia yang dapat membasmi ataupun menghambat pertumbuhan mikroba, tetapi
zat ini tidak berasal dari suatu mikroba atau fungi.
Klasifikasi antibiotik/antibakteri :
1. Penisilin
2. Sefalosporin dan antibiotik betalaktam lainnya
3. Tetrasiklin
4. Aminoglikosida
5. Makrolida
6. Kuinolon
7. Sulfonamida dan trimetoprim
8. Antibiotik lain

1.Penisilin
Penisilin adalah antibiotik yang bersifat bakterisida (membunuh bakteri) dengan mekanisme
menghambat sintesa dinding sel bakteri. Obat ini berdifusi baik pada jaringan dan cairan
tubuh, tapi penetrasi kedalam cairan otak kurang baik kecuali selaput otak mengalami infeksi.
Antibiotik yang termasuk golongan penisilin antara lain :
-Benzilpenisilin (Penisilin G) dan fenoksimetilpenisilin (penisilin V)
-penisilin tahan penisilase : kloksasilin, flukoksasilin
-penisilin spektrum luas : ampisilin, amoksisilin, amoksiklav, bakampililin, pivampisilin.
-penisilin antipseudomonas : piperasilin, ureidopenisilin, sulbenisilin, tikarsilin
-mesilinam : pivmesilinam

2.Sefalosporin dan antibiotik betalaktam lainnya


Sefalosporin merupakan antibiotik spektruk luas yang digunakan untuk terapi septikemia,
pneumonia, meningitis, infeksi saluran empedu, peritonitis, dan infeksi saluran urin.
Aktivitas farmakologisnya sama dengan penisilin, diekskresikan melalui ginjal, kemempuan
melewati sawar otak sangat rendah kecuali terjadi inflamasi. Antibiotik golongan
sofalosporin ini termasuk :
-sefradin, sefuroksim, Sefaleksim
-sefotaksim, seftazidin, seftriakson, sefaklor
Antibiotik betalaktam lainnya :
-golongan monobaktam, aztreonam dan
-golongan karbapenem, imipenem (turunan tienamisin) dan meropenem.

3. Tetrasiklin
Tetrasiklim merupakan antibiotik spektrum luas, secara mikrobiologis, hanya sedikit mikroba
yang dapat diatasi oleh golongan tetrasiklin, kecuali minosiklin, namun minosiklin jarang
digunakan karna efek samping pusing dan vertigo. Dilain sisi tetra merupakan salah satu
alternatif pilihan obat bagi pasien yang alergi terhadap antibiotik golongan betalaktam.
Penggunaannya mulai menurun karena banyaknya terjadi resistensi bakteri, namun obat ini
masih merupakan pilihan untuk infeksi saluran pernafasan, dan mikoplasma genital, serta
infeksi yang disebabkan klamidia (trakoma, psitakosis, salpingitis, uretritis, dan
limfogranuloma venereum), riketsia (termasuk Q-fever), brusela, dan spiroketa.
Obat yang termasuk golongan tetrasiklin :
-demeklosiklin, doksisiklin, minosiklin
-oksitetrasiklin, tetrasiklin,

4. Aminoglikosida
Antibiotik golongan ini bersifat bakterisidal yang terutama aktif terhadap bakteri gram
negatif, golongan ini meliputi amikasin, gentamisin, kamamisin, neomisin, netilmisin,
streptomisin, dan tobramisin.
Aminoglikosida tidak diabsorpsi melalui saluran cerna, sehingga harus diberikan secara
parenteral untuk mengatasi infeksi sistemik. adapun efek samping obat golongan ini adalah
ototoksik (menganggu pendengaran/ketulian) dan nefrotoksik (merusak ginjal), efek samping
tergantung dosis, lama pemberian, umur (lansia dan anak anak paling beresiko) maupun
variasi individual terkait fisiologi dan metabolisme.
Aminoglikosida sebaiknya jangan diberikan bersamaan dengan diuretik (misal
furosemid/HCT dll) karena potensial memperparah resiko ototoksik. jika terpaksa (darurat)
memberikannya, maka jarak minum antar kedua obat harus sepanjang mungkin.

5. Makrolida
yang termasuk golongan makrolida antara lain : azitromisin, Eritromisin, Klaritromisin,
Roksitromisin, Spiramisin.
Azitromisin adalah makrolida yang aktivitasnya terhadap bakteri gram positif, sedikit lebih
lemah dibanding eritromisin. Waktu paruh relatif lama sehingga memungkinkan penggunaan
dosis satu kali sehari.
Eritromisin memiliki spektrum antibakteri yang mirip dengan penisilin, sehingga dapat
digunakan sebagai alternatif terhadap pasien yang alergi maupun yang resisten terhadap
penisilin, umunya eritromisin digunakan untuk infeksi saluran nafas. Klaritromisin
merupakan derivat eritromisin, dimana klaritromisin lebih kuat aktivitasnya dibandingkan
eritromisin.

6. Kuinolon
Antibiotik yang termasuk kedalam kuinolon antara lain : Siprofloksasin (Cyprofloxacin),
Levofloksasin, Ofloksasin, Asam nalidiksat, Norfloksasin, Moksifloksasin,
Siprofloksasin aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif, namun lebih kuat dan aktif
terhadap bakteri gram negatif, siproksasi tidak boleh digunain terhadap pneumonia
pneumococus karena tidak efektif.
Levofloksasin merupakan antibakteri gram positif dan negatif, lebih aktif terhadap
P.Pneumococus dibanding siprofloksasin.

7. Sulfonamida dan Trimetoprim


yang cukup banyak digunakan adalah sulfametoksazol dan trimetoprim dalam bentuk
kombinasi (Ko-Trimoksazol) , namun kotrimoksazol dapat menyebabkan efek samping yang
serius, namun jarang terjadi seperti sindrom stevens johnson, diskrasi darah : penekanan
sumsum tulang belakang, kernikterus bagi bayi yang berumur kurang dari 6 minggu, adanya
resiko anemia hemolitik pada anak dewasa yang defisiensi G6PD,

8. Antibiotik Lain
a. Kloramfenikol
kloramfenikol adalah antibiotik spektrum luas, penggunaannya sebaiknya untuk penanganan
infeksi yang mengancam jiwa.
b. Klindamisin
Klindamisin aktif terhadap bakteri kokus gram positif, Klindamisin mempunyai efek samping
yang serius, seperti kolitis. bila penggunaannya menyebabkan diare, maka sebaiknya
pengobatan dihentikan segera.
c. Vankomisin dan Teikoplanin
antibiotik ini aktif terhadap bakteri gram positif aerob dan non aerob termasuk stafilokokus
yang multiresisten.
d. Spektinomisin
Antibiotik ini aktif terhadap bakteri gram negatif termasuk N. Gonnorhoeae, obat ini hanya
diindikasikan terhadap penyakit gonorhoe yang resisten terhadap penisilin.
e. Linezolid
Linezolid merupakan antibakteri oksazolidinon yang aktif terhadap bakteri gram positif.

o UV sinar tampak adalah teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber


radiasi elektromagnetik ultra violet (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780
nm) dengan memakai instrumen...
o Kromatografi dan Kromatografi lapis tipis
Kromatografi, Kromatografi lapis tipis (KLT), Thin Layer Chromatograpy
(Gambar ilustrasi I)A. KromatografiKromatografi merupakan suatu
teknik pemisahan yang menggunakan fasa diam...

o Metode Peredaman Radikal Bebas DPPH


Metode Peredaman Radikal Bebas DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)DPPH
adalah suatu senyawa organik yang mengandung nitrogen tidak stabil dengan
absorbansi kuat pada panjang gelombang maksimum 517 nm dan berwarna
ungu gelap. Setelah bereaksi dengan...

o Antioksidan
Antioksidan atau AntioxidantAntioksidan merupakan senyawa pemberi
elektron (donor elektron) atau reduktan. Senyawa ini mampu menginaktivasi
berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal.
Antioksidan juga merupakan senyawa...

o Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif, yang
secara umum diketahui sebagai senyawa yang memiliki satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Senyawa radikal
bebas bisa terbentuk didalam tubuh...

o Sifat Fisika Kimia Karotenoid


Sifat Fisika Kimia Karotenoid dan stabilitas betakarotenA. Sifat fisika dan
kimia senyawa karotenoidMenurut Association of Vitamin Chemistry, London
dalam Erawati (2006:7) secara umum karotenoid mempunyai sifat fisik dan
kimia sebagai...

o Jenis Jenis dan Manfaat Karotenoid


A. Jenis-jenis karotenoidKarotenoid terdapat 2 jenis yaitu :a. Karoten
merupakan hidrokarbon atau turunannya yang terdiri dari beberapa unit
isoprena (suatu diena). Beberapa senyawa karotenoid yaitu α, β, γ karoten,
likopen.b. Xantofil...

Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek


Pengelolaan dan pengendalian Narkotika dan Psikotropika, pemesanan, penerimaan,
penyimpanan, pelayanan, pelaporan, dan pemusnahan narkotika dan psikotropika

1. Pengelolaan Narkotika
Pengelolaan narkotika diatur secara khusus untuk menghindari terjadinya kemungkinan
penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di Apotek meliputi :
a. Pemesanan Narkotika
Pemesanan sediaan narkotika menggunakan Surat Pesanan Narkotik yang ditandatangani
oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Pemesanan dilakukan ke PT. Kimia Farma Trade
and
Distribution (satu satunya PBF narkotika yang legal di indonesia) dengan membuat surat
pesanan khusus narkotika rangkap empat. Satu lembar Surat Pesanan Asli dan dua lembar
salinan Surat Pesanan diserahkan kepada Pedagang Besar Farmasi yang bersangkutan
sedangkan satu lembar salinan Surat Pesanan sebagai arsip di apotek, satu surat pesanan
hanya boleh memuat pemesanan satu jenis obat (item) narkotik misal pemesanan pethidin
satu surat pesanan dan pemesanan kodein satu surat pesanan juga, begitu juga untuk item
narkotika lainnya.
b. Penerimaan Narkotika
Penerimaan Narkotika dari PBF harus diterima oleh APA atau dilakukan dengan
sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah sebelumnya
dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang
meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan.
c. Penyimpanan Narkotika
Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek disimpan pada lemari khusus yang
terbuat dari kayu (atau bahan lain yang kokoh dan kuat) yang ditempel pada dinding,
memiliki 2 kunci yang berbeda, terdiri dari 2 pintu, satu untuk pemakaian sehari hari seperti
kodein, dan satu lagi berisi pethidin, morfin dan garam garamannya. Lemari tersebut terletak
di tempat yang tidak diketahui oleh umum, tetapi dapat diawasi langsung oleh Asisten
Apoteker yang bertugas dan penanggung jawab narkotika.
d. Pelayanan Narkotika
Apotek hanya boleh melayani resep narkotika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat
oleh Apotek itu sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek
tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis
oleh apotek lain. Resep narkotika yang masuk dipisahkan dari resep lainnya dan diberi garis
merah di bawah obat narkotik.
e. Pelaporan Narkotika
Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan setiap bulan. Laporan penggunaan obat narkotika
di lakukan melalui online SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Asisten
apoteker setiap bulannya menginput data penggunaan narkotika dan psikotropika melalui
SIPNAP lalu setelah data telah terinput data tersebut di import (paling lama sebelum tanggal
10 pada bulan berikutnya). Laporan meliputi laporan pemakaian narkotika untuk bulan
bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan),
pasword dan username didapatkan setelah melakukan registrasi pada dinkes setempat.
(sipnap.binfar.depkes.go.id)
f. Pemusnahan Narkotika
Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut :
1) APA membuat dan menandatangani surat permohonan pemusnahan narkotika yang berisi
jenis dan jumlah narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat.
2) Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA dikirimkan ke Balai Besar Pengawas
Obat dan Makanan. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan akan menetapkan waktu dan
tempat pemusnahan.
3) Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari APA, Asisten Apoteker, Petugas
Balai POM, dan Kepala Suku Dinas Kesehatan Kabutapten/Kota setempat.
4) Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara Pemusnahan yang berisi
:
a) Hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya pemusnahan
b) Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan
c) Cara pemusnahan
d) Petugas yang melakukan pemusnahan
e) Nama dan tanda tangan Apoteker Pengelola Apotek
Berita acara tersebut dibuat dengan tembusan :
a) Kepala Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b) Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan DKI Jakarta.
c) Arsip apotek.

2. Pengelolaan Psikotropika
Selain pengelolaan narkotika, pengelolaan psikotropika juga diatur secara khusus mulai
dari pengadaan sampai pemusnahan untuk menghindari terjadinya kemungkinan
penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan psikotropika di Apotek meliputi:
a. Pemesanan Psikotropika
Pemesanan psikotropika dengan surat pemesanan rangkap 2, diperbolehkan lebih dari 1 item
obat dalam satu surat pesanan, boleh memesan ke berbagai PBF.
b. Penerimaan Psikotropika
Penerimaan Psikotropika dari PBF harus diterima oleh APA atau dilakukan dengan
sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah sebelumnya
dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang
meliputi jenis dan jumlah Psikotropika yang dipesan
c. Penyimpanan Psikotropika
Penyimpanan obat psikotropika diletakkan di lemari yang terbuat dari kayu (atau bahan lain
yang kokoh dan kuat). Lemari tersebut mempunyai kunci (tidak harus terkunci) yang
dipegang oleh Asisten Apoteker sebagai penanggung jawab yang diberi kuasa oleh APA.
d. Pelayanan Psikotropika
Apotek hanya melayani resep psikotropika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat
sendiri oleh Apotek yang obatnya belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian.
Apotek tidak melayani pembelian obat psikotropika tanpa resep atau pengulangan resep yang
ditulis oleh apotek lain.
e. Pelaporan Psikotropika
Laporan penggunaan psikotropika dilakukan setiap bulannya melalui SIPNAP (Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Asisten apoteker setiap bulannya menginput data
penggunaan psikotropika melalui SIPNAP lalu setelah data telah terinput data tersebut di
import. Laporan meliputi laporan pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan (meliputi
nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan). pasword dan username
didapatkan setelah melakukan registrasi pada dinkes setempat.
(sipnap.binfar.depkes.go.id)
f. Pemusnahan Psikotropik

Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan narkotika.

TEORI SEDIAAN TABLET

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Definisi
Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau
tablet kompresi .(USP 26, Hal 2406)
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. (FI
IV, Hal 4)

I.2 Kriteria Tablet


Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;
7. Bebas dari kerusakan fisik;
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;
10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.
(Proceeding Seminar Validasi, Hal 26)

I.3 Keuntungan Sediaan Tablet


Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih;
2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis;
3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga memudahkan
proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan;
4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil.
Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan, antara lain
:
1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk sediaan oral yang
paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan
pengangkutan;
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang tepat/teliti)
dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran
serta variabilitas kandungan yang paling rendah;
3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil;
4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;
5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;
6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet;
7. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak memerlukan
langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau
berhiasan timbul;
8. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan,
terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi;
9. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas terkendali);
10. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang tidak enak,
dan untuk terapi lokal (salut enterik);
11. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya produksinya lebih
rendah;
12. Pemakaian oleh penderita lebih mudah;
13. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik,
dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.
(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294 dan Proceeding Seminar
Validasi, Hal 26)

I.4 Kerugian Sediaan Tablet


Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunya beberapa kerugian, antara lain
:
1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak sadar/pingsan);
2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
· Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat amorfnya, flokulasi,
atau rendahnya berat jenis;
· Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup besar atau tinggi,
absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau kombinasi dari sifat tersebut, akan
sulit untuk diformulasi (harus diformulasi sedemikian rupa);
· Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau zat aktif yang
peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban udara, memerlukan enkapsulasi sebelum
dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik daripada tablet.
(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294)

Tetapi jika dibandingkan dengan keuntungannya, kerugian sediaan tablet jauh lebih sedikit
sehingga sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak dijumpai di perdagangan.

I.5 Masalah-Masalah Dalam Pembuatan Tablet


Permasalahan yang mungkin timbul adalah berkenaan dengan bagaimana cara membuat
sediaan yang baik dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Untuk membuat sediaan yang baik diperlukan data preformulasi yang meliputi stabilitas,
organoleptik, sifat fisikokimia, dan data-data lain yang menunjang sehingga dapat
diperkirakan bahan baku yang cocok untuk terbentuknya suatu sediaan yang baik dan
tercapainya tujuan penggunaan.
Adapun masalah-masalah yang mungkin terjadi :
1. OTT zat aktif (meleleh, berubah warna, terurai, dan sebagainya).
2. Stabilitas zat aktif :
a. Untuk zat yang rusak oleh adanya air, dibuat dengan metode pembuatan tablet yang tidak
menggunakan air dan perlu diperhatikan pelarut yang digunakan untuk granulasi.
b. Untuk zat yang mudah teroksidasi dengan pemanasan dan sinar UV, digunakan metode
pembuatan tablet yang tidak memakai pemanasan dan sinar UV dalam prosesnya.
c. Untuk zat yang higroskopis, jangan menggunakan metode granulasi basah memakai
mucilago amyli karena massa cetak yang terjadi sulit untuk dikeringkan. Hal ini dapat diatasi
dengan penambahan adsorben seperti Aerosol < 3%.
d. Untuk zat yang tidak tahan air dan pemanasan dapat digunakan metode pembuatan tablet
dengan cara kempa langsung atau granulasi kering
· Untuk zat dengan jumlah kecil (jumlah fines <30%) dapat dibuat dengan KL
· Untuk zat dengan jumlah besar (jumlah fines >30%) dapat dibuat dengan GK.
3. Pemilihan bahan pembantu yang cocok
Untuk penentuan eksipien perlu diperhatikan OTT dengan zat aktif. Di samping itu, bahan
pembantu yang digunakan harus mempunyai titik leleh yang cukup tinggi sehingga pada
pencetakan tidak meleleh.
4. Jumlah fines total
Jumlah fines yang ditambahkan pada masa cetak maksimal 30%, idealnya 15%. Jika lebih
besar akan menyusahkan pada pencetakan tablet.
5. Perbandingan bobot jenis zat aktif dengan pembawa (jika terlalu jauh hendaknya jumlah
fine sesedikit mungkin)
6. Konsentrasi Mg stearat sebagai lubrikan maksimal 2%. Jika terlalu besar akan terjadi
laminating.
7. Penggunaan mucilago amyli sebagai pengikat pada proses pembuatan tablet akan
mempersulit disolusi zat aktif dari dalam granul karena mucilago amyli yang sudah kering
sulit ditembus air. Untuk mengatasinya, perlu ditambah pembasah (Tween 80 0.05%-0.15%)
sehingga tablet mempunyai waktu hancur lebih baik.
8. Pada penggunaan PVP sebagai pengikat, PVP sebaiknya dilarutkan dalam alkohol 95%.
Tetapi pada tahap awal, volume alkohol yang digunakan tidak diketahui sehingga dapat
diberikan sebagai serbuk.
9. Penggunaan amylum yang terlalu banyak (maksimal 30%) menyebabkan tablet tidak dapat
dicetak karena kompresibilitasnya sangat jelek.
10. Amylum yang digunakan sebagai penghancur luar haruslah amylum kering karena
dengan adanya air akan menurunkan kemampuannya sebagai penghancur. Pengeringan
amylum dilakukan pada suhu 70 °C karena pada suhu ini tidak terjadi gelatinasi dari amylum.
11. Pada pembuatan tablet dengan metode KL, sebagai pembawa dapat digunakan kombinasi
Avicel dengan Primogel atau Avicel dan Starch 1500 dengan perbandingan 7:3 (penelitan
Aliyah) atau 3:1. Karena Avicel memiliki kompresibilitas yang baik tapi alirannya kurang
baik, maka untuk memperbaiki alirannya dapat digunakan Primogel atau Starch 1500.
12. Untuk mengatasi kekeringan granul akibat pengeringan yang tidak terkontrol maka perlu
penambahan humektan yaitu gliserin atau propilen glikol 1 – 4% dihitung terhadap mucilago.
Gliserin ditambahkan pada mucilago (pengikat) untuk mempermudah homogenitas gliserin
pada tablet, sama halnya dengan penambahan Tween untuk zat aktif hidrofob pada mucilago.
Penambahan gliserin dan Tween adalah untuk tujuan:
– Gliserin : dikhawatirkan pada waktu pengeringan air hilang/menguap semua
– Tween : dikhawatirkan komposisi yang digunakan menolak air, sehingga perlu penambahan
Tween agar tablet tidak pecah.
Jumlah Tween yang tepat tergantung pada:
· Jumlah zat aktif
· Jumlah bahan pembantu yang digunakan
13. Jumlah aerosil yang ditambahkan tidak boleh lebih dari 3% karena aerosil bersifat
voluminous dan menyerap air sehingga tablet dapat membatu yang menyebabkan waktu
hancur lebih lama.
14. Bila bobot tablet terlalu tinggi dan bervariasi
Kemungkinan disebabkan oleh:
· Distribusi pada hoover yang disebabkan proses getaran. Sehingga yang kecil terdesak,
granul yang besar akan keluar lebih dahulu, karena ada proses pemampatan. Oleh karena itu
perlu diusahakan ukuran granul yang seragam.
· Aliran granul yang kurang baik
· Distribusi partikel tidak normal, karena bobot jenis berbeda jauh, sehingga aliran jelek.
· Lubrikan kurang sehingga alirannya jelek.
15. Jika zat aktif larut air:
· Jangan menggranulasi dengan air
· Sebagai pengikat, gunakan pelarut yang tidak melarutkan massa tablet.
Ketentuan : misalkan digunakan pelarut X, boleh saja ada zat yang larut dalam pelarut X
yang digunakan sebagai pelarut pengikat, tetapi maksimal 30%.

Permasalahan-Permasalahan Khusus
1. Campuran Eutektik
Timbang kedua zat aktif secara proporsional, masukan dalam mortir dan digerus. Bila
meleleh berarti eutektik.
Cara lain adalah setelah dicampur kedua zat aktif tambahakan musilago pakai air, bila tidak
kering berarti eutektik, atau musilago diganti dengan PVP alkohol.
2. Pembuatan tablet Etambutol
Harus disalut dengan pahan penyalut yang larut alkohol larut asam lemak tetapi tidak larut
air, lebih baik disalut dengan Cetosel. Etambutol jika digranulasi dengan PVP/alkohol akan
semakin melengket. Jadi cetak langsung atau granulasi kering/slugging. Dengan
slugging,kekompakan akan turun, friabilitas menjadi tinggi. Teknik penambahan PVP :
tambahkan dulu PVP kedalam massa cetak sampai homogen lalu ditambahkan alkohol
sehingga jumlahnya tepat.
3. Vitamin C
Jangan gunakan Avicel, ini mempercepat oksidasi vitamin C. Bisa digunakan PVP tapi jelek.
Pakai musilago dalam ruang hampa udara/bisa juga dipakai Cetosel dalam
alkohol/eksplotab/starch. Jangan digunakan dengan granulasi basah karena waktu hancurnya
akan jelek.
Yang baik gunakan Avicel adalah selama tidak OTT dengan zat aktif. Avicel dapat
digunakan untuk cetak langsung, atau juga granulasi basah tetapi sebagai pengisi. Jika Avicel
tidak larut air dapat bertindak sebagai fasa luar dan fasa dalam. Jika Avicel sebagai fasa luar,
amilum kering dihilangkan sehingga komposisi FL :
R/ Avicel 6%
Talk 1% (dikurangi)
Mg Stearat 1%
Demikian juga jika digunakan Aerosil sebagai fasa luar, talk dikurangi karena telah berfungsi
juga sebagai glidan.
4. Starch
Starch yang baik jumlahnya 30%, jika zat jumlahnya tinggi bila ditambah Starch 1500 30%
maka bobot tablet akan semakin besar sedangkan yang harus ditambahkan adalah lubrikan,
pelincir, maka starch ditambahkan kurang dari 30% yang membuat aliran menjadi jelek.
Untuk mengatasi hal ini, gunakan Avicel yang dapat bertindak sebagai pengisi juga
penghancur.
Kombinasi Starch 1500 dan Eksplotab baik untuk pembuatan tablet secara cetak langsung
sebagai penghancur, jangan digunakan sebagai pengisi.
5. Pembuatan Granulasi Kering
ARC 591 jangan memakai alkohol yang mengandung air (pakai alkohol yang tidak berair).
Jika mengandung air sulit direkonstitusi.
6. Penggunaan Pharmacot, Etocel, PVP
Hanya untuk zat aktif yang tidak boleh kena air (karena akan terurai). Kombinasi Starch
1500/Avicel hanya untuk cetak langsung, jumlah Avicel dikurangi dan Starch-nya 30%.
Starch 1500 tidak boleh untuk granulasi basah sebagai pengisi karena Starch dengan air akan
membentuk gel yang dapat berfungsi sebagai pengikat yang sangat kuat. Tetapi sebagai
penghancur untuk SL dapat digunakan dengan teknik granulasi basah.
7. Penanganan Ekstrak untuk Tablet
Ekstrak kental larutkan dulu dalam etanol 70% kemudian dikeringkan dengan SL. Untuk
ekstrak Belladona 1:3.

Masalah Pada Beberapa Senyawa Aktif


· Papaverin HCl, jika digunakan air dapat larut maka gunakan pelarut yang tidak melarutkan
zat tersebut.
· Zat hidrofob seperti Fenilbutazon, Vioform, Parasetamol, Ester Kloramfenikol dapat
dilakukan penambahan Tween 80 0,01% bobot tablet atau saponin 5% bobot tablet
(ditambahkan mucilago amyli sebanyak 0,03%)
· Diazepam, jika dibuat granul akan kasar, oleh karena itu dapat dihaluskan terlebih dahulu.
· Untuk vitamin C dan Parasetamol, gunakan pelarut non air, keringkan dengan dehumidifier.
· Fe mempunyai bobot jenis yang tinggi, maka gunakan pengikat PVP dalam alkohol karena
jika digunakan air akan terjadi oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+.
· Untuk vitamin B12, gerus 1 g + etanol + SL (99 g), keringkan jika minta dispensasi bahwa
tidak ada yang hilang selama proses berarti 100 g sebanding dengan 1 g vitamin B12.
Selain itu, vitamin B12 terikat sangat kuat dengan mucilago amyli sehingga waktu hancurnya
lama. Avicel dengan mucilago amyli membentuk adonan lengket yang sukar digranulasi.
Kadarnya sangat kecil, perlu diajukan uji keseragaman kandungan.
· Penisilin VK terbaik dibuat dengan cara slugging
· Mg(OH)3 + alukol terbaik digunakan cetak langsung, dapat granulasi basah menggunakan
PVP dalam alkohol, jika menggunakan mucilago amyli, kapasitas penetralan dapat turun.
· Alukol berat jenis tinggi untuk tablet (aliran baik), berat jenis rendah dapat digunakan untuk
suspensi, tablet kunyah, voluminous.
· Etambutol, tablet cepat basah. Granulasi dengan alkohol atau disalut atau ditambahkan
etambutol sebagai fines.
· Alukol + ekstrak Belladona, gunakan SL sebagai pengisi. Karena ekstraknya pahit, jarang
untuk obat kunyah. Bila dibuat obat kunyah maka tambahkan asam siklamat dan sakarin
untuk mengatasi rasa pahit. Alukol dengan antasid lain, OTT terhadap CMC. Perlu dilakukan
uji penetralan terhadap bahan baku dan tablet (minta dispensasi).
· Untuk garam-garam Kalsium, Ca Pantotenat dan lainnya tidak dapat memakai mucilago
amyli sebagai pengikat sebab akan terbentuk massa seperti lem.
· Mg-stearat dan Eksplotab, bila zat aktif bersifat asam, jangan menggunakan Mg stearat dan
Eksplotab, ganti saja Mg-stearat dengan asam stearat.
· Antibiotika, terutama yang tidak tahan pemanasan, dilakukan dengan slugging atau
dehumidifier (dengan alkohol + air) disedot pada suhu 30 °C tetapi hasilnya kurang baik,
sebab potensi akan menurun karena kontak dengan air.
· Ekstrak untuk tablet, ekstrak kental dilarutkan dulu dalam etanol 70%, baru dikeringkan
dengan SL. Ekstrak Belladona 1:3 artinya dalam 3 bagian ada 1 bagian. Contohnya jika
diinginkan 20 mL ekstrak Belladona maka yang diambil adalah 60 mL, digerus halus dan
dicampurkan dengan pengisi sedikit demi sedikit.
· Untuk zat-zat berkhasiat yang sangat pahit seperti Kloramfenikol harus disalut (dispensasi).
Kloramfenikol palmitat tidak bisa dibuat tablet karena masih ada sisa asam palmitat yang
menyebabkan tablet mudah pecah karena sukar diikat.
· INH dan PAS tidak dapat dibuat kombinasi dalam tablet karena PAS diabsorbsi di usus
tidak boleh terdisolusi di lambung (?).

Catatan Lain
1. Fines
Maksimum 30% dari bobot tablet termasuk Fase Luar (FL) jika lebih dapat terjadi capping.
Jumlah yang berbeda, distribusi berbeda dapat diatasi dengan hoover yang tidak bergetar dan
atau adanya pengaduk.

2. Eksplotab
Tidak tahan asam, hanya untuk penghancur luar, tidak bisa untuk granulasi basah, digunakan
3-5%, maksimum 25%.
3. Starch 1500
Pengisi tablet untuk cetak langsung. Jika ada air akan menjadi gel sehingga zat aktif
terhambat, daya mengembang kurang sehingga waktu hancur menjadi jelek. Pengisi tablet
tidak lebih dari 30%.
4. Avicel pH 101,102,103 baik untuk tablet cetak langsung
5. Jika jumlah zat aktif kecil dan berbentuk hablur, resiko ketidakseragaman kandungan zat
aktif besar jika dibuat secara cetak langsung, karena kurang homogen.
6. Untuk cetak langsung gunakan zat aktif yang halus dengan aliran baik.
7. Jika basis kasar dan zat aktif halus, maka distribusi menjadi tidak merata karena terjadi
distribusi ukuran partikel yang tidak merata, terutama saat pencetakan, akibat getaran.
8. Vitamin B12 untuk cetak langsung harus dihaluskan terlebih dahulu. Gunakan pengisi
manitol, bukan dengan SL.
9. Untuk antibiotika, pilih pengikat yang tidak mengubah potensi.
10. Mekanisme umum hancurnya tablet adalah pembasahan, penetrasi air, pengembangan,
dan hancur. Untuk cetak langsung, jika kecepatan aliran masa cetak 1,5 g/dt atau lebih sudah
cukup baik.
11. Jika zat aktif 200 mg per tablet, siap-siap untuk dibuat secara cetak langsung.
12. Dalam evaluasi waktu hancur tablet, tinjau mekanisme waktu hancur, surfaktan,
desintegrator lebih baik yang hidrofob.
13. PVP mudah ditembus air.
14. Ac di sol 3% sebagai penghancur luar untuk memperbaiki waktu hancur.
Granulasi dibuat terpisah dengan pertimbangan jumlah granul sama banyak, distribusi granul
sama di mana perbandingan granul A dan B sama, kelemahan distribusi tidak selalu sama.
15. Ukuran (mesh) 18-20; 20-22; yang biasa 16-16
Jika granul pengikatnya lemah, gunakan pengayak dengan ukuran mesh sama
16. Zat aktif dengan bobot jenis tinggi (umumnya BJ zat anorganik), granulasi seperti biasa,
FL sekecil mungkin.
17. CaCO3 dapat digunakan sebagai penghancur di dalam lambung yang akan menyerap
asam lambung dan berubah menjadi CO2.

Permasalahan Dalam Pencetakan Tablet


Masalah-masalah yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet secara umum, seperti :
· Capping : pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas/bawah tablet dari badan tablet
· Laminasi : pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih
· Chipping : keadaan dimana bagian bawah tablet terpotong
· Cracking : keadaan dimana tablet pecah, lebih sering di bagian atas-tengah
· Picking : perpidahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan punch
· Sticking : keadaan dimana granul menempel pada dinding die (ada adhesi)
· Mottling : keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak merata

Masalah Lain Pada Pencetakan Tablet Secara Khusus


1. Lengket pada Cetakan
Manifestasinya :
· Melekat pada die dan sulit untuk dikeluarkan
· Bunyi keras pada mesin
· Tablet kopak, jelek, sisi tablet kasar, kadang-kadang hitam
Penyebab :
§ Antiadheren kurang
§ Lubrikan kurang atau tidak tepat
Contoh : Tablet asetosal dengan Mg stearat lengket, seharusnya digunakan asam stearat (yang
mikronize karena fungsi lubrikan adalah antar partikel sehingga kalau halus akan terselimuti
oleh lubrikan).
§ Kandungan air (aspek kadar air) tinggi akan menyebabkan penempelan pada die, sedangkan
kadar air rendah dapat menyebabkan laminating atau capping.
§ Kemungkinan karena interaksi kimia atau fisika, contoh interaksi fisika etoksi benzamin
dengan kafein, gliseril guaiakolat dengan prometazin HCl, yaitu terjadinya pelelehan
sehingga adhesivitas tinggi dan akhirnya menjadi lengket.
§ Bahan baku dengan titik leleh sangat rendah, sehingga kesulitan dalam masalah pencetakan,
contoh : Ibuprofen, Gliseril guaiakolat, Siprofloksasin (Antibiotik turunan Imidazol).
Penyelesaian Masalah :
· Meningkatkan antiadheren dan lubrikan
· Penggantian lubrikan yang cocok
· Mengurangi jumlah granul yang kasar
· Mengurangi jumlah air tapi jangan sampai berada di bawah optimum, karena tablet menjadi
kurang baik. Jika sudah diketahui jumlah pembasah yang paling baik maka agar
pembasahnya pas, dilakukan dengan menambahkan pembasah ke dalam larutan pengikat,
yaitu bahan pembantu yang tidak menguap tapi basah, contoh Propilen glikol atau gliserin.
· Jika terjadi lengket mungkin karena punch dan die yang rusak, sebab kalau cacat pada
punch, maka akan melekat sehingga ratakan punch dan die.
· Kalau mungkin pencetakan pada suhu rendah dan humuditas rendah karena khusus untuk
bahan aktif dengan titik leleh rendah atau terjadi campuran eutektik maka zat campuran
eutektik semakin mudah menyerap air. Contoh : Kombinasi ampisilin dengan asam
klavulanat, dimana asam klavulanat mudah hancur dengan kelembaban dan temperatur yang
tinggi. Oleh karena itu, pembuatannya dilakukan dalam suhu dan RH yang rendah.
· Perubahan bahan pengisi, bahan pengisi dengan titik leleh tinggi dan dapat mengadsorbsi,
seperti SiO2 dan aerosil (adsorben). Penambahan aercsil pada tablet akan menyebabkan
penampilan tablet yang bagus, jernih dan mengkilat, namun waktu hancur semakin panjang.
2. Lengket pada pons
Manifestasi :
· Terkelupasnya bagian tablet karena permukaan tablet melekat pada pons. Penyebab sama
dengan tadi
· Kurangnya anti adheren
· Kandungan air tinggi
· Lengket pada pons
Penanggulangannya sama :
§ Ubah ukuran granul
§ Tambah adsorben
§ Perbaiki alat
· Alat dipoles, sehingga adhesivitas tablet dan pons sangat kecil.
3. Capping/Laminating
Capping : copot
Laminating : belah
Penyebab :
§ Terjebaknya udara pada tablet karena granul sangat halus
· Porositas tinggi, khususnya pada penggunaan pons yang baru, yaitu dengan adanya udara
yang terjebak antara pons dan die
§ Kekerasan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi (ada yang optimal)
§ Granul yang terlalu kering, cara : tambahkan dalam pelarut pengikat tambahkan bahan cair
dan tidak mudah menguap
§ Zat pengikat yang kurang tepat.
§ Pengikat yang jumlahnya terlalu sedikit (tepat tetapi jumlahnya kecil)
Penanggulangannya
· Pembuatan granul diulang jika penyebabnya adalah kelebihan atau kekurangan pengikat
atau tidak cocok.
· Tambahkan pengikat kering seperti gom arab, sorbitol, PVP, sakarin, NHPC, LHPC 21,
Metilselulosa dengan konsistensi tinggi, sehingga meningkatkan kekompakan tablet.
· Pengurangan ukuran partikel dari granul, karena spesifikasi ukuran harus sama.
4. Sumbing atau retak-retak pada permukaan tablet
Manifestasinya :
Akibat dari ketiga masalah sebelumnya : laminating, lengket atau kadang-kadang karena pons
yang terlalu dalam.
Penyelesaian :
· Pons dan die supaya di poles
· Untuk ukuran granul yang besar, kurangi partikel granul.
· Diganti pons dan die
· Tambahkan pengikat kering

5. Keseragaman bobot (FI III)


Penyebab pertama :
– Aliran kurang baik
– Distribusi ukuran granul yang tidak tepat, sebab dengan demikian mungkin saja timbul
porositas tinggi, yang tidak dapat menjamin keseragaman bobot karena adanya distribusi baru
pada saat pencetakan.
– Sistem pencampuran yang tidak benar, sehingga mesin harus terkunci baik terutama pons
bawah karena dapat berubah-ubah sehingga bobot berbeda-beda.
Penyelesaian masalah :
– Perbaiki atau ulangi proses pembuatan granul, perbaikan ukuran granul, pengikat,
granulasi, perbaikan pencampuran massa cetak.
– Perbaikan mesin tablet yaitu validasi mesin tablet.
– Kecepatan aliran dapat menyebabkan bobot tablet yang berbeda-beda. Penyebab kecepatan
aliran : kandungan air tinggi sehingga adesivitas tinggi dan aliran menjadi kurang ; porositas
tinggi, udara terjebak banyak karena fines dan pengikat yang tidak cocok atau kurang. Jumlah
fines meningkat, porositas meningkat, aliran tidak baik.
Penyebab kedua : distribusi granul tidak baik.
Penyelesaian Masalah :
– Kurangi kadar air
– Pembuatan granul baru sehingga menyebabkan porositas kecil, distribusi granul optimal
sehingga aliran bagus.
6 Keseragaman Kandungan (FI IV hlm.999)
Dilakukan bila :
· Kadar bahan aktif dibawah 50 mg
· Bila perbandingan kadar bahan aktif dengan bobot tablet lebih kecil dari pada 50%
Penyebab jeleknya keseragaman kandungan :
· Karena aliran jelek
· Pencampuran pregranulasi tidak benar maka tentukan dulu homogenitas zat aktif dalam
granul (di pabrik)
· Karena kadar fines tinggi maka porositas tinggi (bobot berbeda-beda)
· Kandungan air yang tinggi sehingga aliran kurang baik
· Kondisi mesin tidak benar.
Penyelesaian masalah
· Perbaikan ukuran granul meliputi pencampuran, perubahan pengikat, granulasi.
· Kalibrasi mesin.

I.6 Jenis Sediaan Tablet


(Catatan Kuliah P’ Charles + Teori dan Praktek Farmasi Industri, Lachman Hal 706-717)

Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas :


a. Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk/granul
menggunakan pons/cetakan baja.
b. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada lubang
cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal yang terbentuk selama
pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan

Berdasarkan tujuan penggunaan, tablet terdiri atas :


1. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan
a. Tablet Konvensional Biasa
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang biasanya terdiri dari
zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan eksipien seperti:
· Pengisi (memberi bentuk) : laktosa
· Pengikat (memberi adhesivitas/kelekatan saat bertemu saluran pencernaan): musilago amili,
amilum
· Desintegrator (mempermudah hancurnya tablet)
b. Tablet Kempa Multi/Kempa Ganda
Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus kompresi tunggal sehingga
tablet akhir tersebut terdiri atas 2 atau lebih lapisan. Disebut juga sebagai tablet berlapis.
Keuntungannya dapat memisahkan zat aktif yang inkompatibel (tidak tersatukan)
c. Tablet Lepas Lambat
Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan dosis
awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan dosis pemeliharaan
sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu
tertentu. (misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb).
d. Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)
Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan
lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.
e. Tablet Lepas Terkendali
Yang pelepasan zat aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.
f. Tablet Salut Gula
Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik berwarna maupun
tidak.
Tujuan: melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara (O2, lembab), menutup rasa dan bau
tidak enak, menaikkan penampilan tablet.
g. Tablet Salut Film
Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari bahan polimer yang
larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Penyalutan tidak perlu berkali-kali.
h. Tablet Efervesen
Tablet kempa yang jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena mengeluarkan
CO2..Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.
i. Tablet Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah sebelum ditelan.

2. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut


a. Tablet Bukal
Tablet kempa biasa berbentuks oval yang ditempatkan di antara gusi dan pipi. Biasanya keras
dan berisi hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi di tempat tersebut dalam waktu
yang lama (secara perlahan).
b. Tablet Sublingual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah, berisi nitrogliserin. Biasanya
untuk obat penyempitan pembuluh darah ke jantung (angina pectoris) sehingga harus cepat
terlarut agar dapat segera memberi efek terapi. Diabsorbsi oleh selaput lendir di bawah lidah.
c. Tablet Hisap/Lozenges
Tablet yang mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa dan bau, dimaksudkan untuk
disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan lokal pada selaput lendir mulut.
d. Dental Cones (Kerucut Gigi)
Yaitu suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang untuk ditempatkan di dalam akar gigi
yang kosong setelah pencabutan gigi. Tujuannya biasanya untuk mencegah
berkembangbiaknya bakteri di tempat yang kosong tadi dengan menggunakan suatu senyawa
antibakteri yang dilepaskan secara perlahan-lahan, atau untuk mengurangi perdarahan dengan
melepaskan suatu astringen atau koagulan. Pembawa yang umum digunakan adalah Na
bikarbonat, NaCl atau suatu asam amino.

3. Tablet Kempa Digunakan Melalui Liang Tubuh


Tablet Rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal (dubur) yang
tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.
Tablet Vaginal
Tabler kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina yang di
dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya mengandung antiseptik,
astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin juga untuk pemberian
steroid dalam pengobatan sistemik.

4. Tablet Kempa untuk Implantasi


Tablet Implantasi/Pelet
Dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus steril. Dimaksudkan untuk implantasi
subkutan (Untuk KB, 3-6 bulan, mencegah kehamilan).

5. Tablet Cetak untuk Penggunaan Lain (Di Lachman disebutkan Jenis Tablet untuk
Membuat Larutan)
a. Tablet Triturat untuk Dispensing
Adalah tablet yang dihaluskan dulu atau disiapkan untuk penggunaan tertentu.
Tablet kempa atau cetak berbentuk kecil umumnya silindris digunakan untuk memberikan
jumlah zat aktif terukur yang tepat untuk peracikan obat (FI IV).
Digunakan sebagai tablet sublingual atau dilepaskan di atas lidah dan ditelan dengan air
minum.

b. Tablet Hipodermik
Tablet cetak/kempa yang dibuat dari bahan mudah larut/melarut sempurna dalam air.
Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi steril dalam ampul dengan
menambahkan pelarut steril (FI IV)
c. Tablet Dispensing
Tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan padat/cair. Dimaksudkan
untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume tertentu, oleh ahli farmasi atau konsumen,
untuk mendapatkan suatu larutan obat dengan konsentrasi tertentu.

Berdasarkan Rute Pemberian :


1. Tablet oral (dalam mulut)
2. Tablet rektal
3. Tablet vaginal
4. Tablet implantasi

Berdasarkan Penyalutan :
1. Tablet polos
2. Tablet salut gula
3. Tablet salut film

Berdasarkan Pelepasan Zat Aktif :


1. Tablet pelepasan biasa
2. Tablet lepas lambat
3. Tablet lepas tunda
4. Tablet lepas terkendali
BAB II
METODE DAN BAHAN PEMBUATAN TABLET

II.1 Metode Pembuatan Tablet


Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah, granulasi
kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet ini biasanya
disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan
terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya.

Berikut merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode tersebut :

a. Granulasi Basah, yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi
partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat
sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.Metode ini biasanya digunakan apabila
zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak
langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsipdari metode granulasi
basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat
tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai
pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang
mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan
tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan
yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang
terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang
ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada
awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai
tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh
massa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat
penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas
permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan
granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan
ukuran tablet yang akan dibuat.

Keuntungan metode granulasi basah :


· Memperoleh aliran yang baik
· Meningkatkan kompresibilitas
· Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
· Mengontrol pelepasan
· Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
· Distribusi keseragaman kandungan
· Meningkatkan kecepatan disolusi
Kekurangan metode granulasi basah:
· Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi
· Biaya cukup tinggi
· Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini.
Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air

b. Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien
dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah
lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul).
Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat
dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat
aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif
yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban.
Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu
ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut
slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk
untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug
yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar
granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang
memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua
penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan dengan bantuan
tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan tertentu
pada bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling.
Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :

· Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi


· Zat aktif susah mengalir
· Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
Keuntungan cara granulasi kering adalah:

· Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat
dan pengeringan yang memakan waktu
· Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
· Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat
Kekurangan cara granulasi kering adalah:

· Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug


· Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam
· Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang

c. Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran
zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu.
Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun
hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut
tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl,
NaBr dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah
untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan
tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). secara umum sifat zat
aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah; alirannya baik, kompresibilitasnya
baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa
tablet. Sedangkan keuntungan metode kempa langsung yaitu :
Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit
Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka waktu yang
diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga dan mesin yang
dipergunakan juga lebih sedikit.
Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab
Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul, tetapi
langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi partikel halus, sehingga tidak melalui
proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.
Kerugian metode kempa langsung :
· Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi dapat
menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapat menyebabkan kurang
seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet.
· Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung karena itu biasanya
digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang
dibutuhkanpun makin banyak dan mahal. Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi
dengan obat seperti senyawa amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning.
Pada kempa langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama pencampuran dan
pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif dalam granul terganggu.
· Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus bersifat; mudah
mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan adhesifitas yang baik

II.2 Bahan Pembantu Granulasi Basah


A. Pengisi
Adalah zat inert yang ditambahkan dalam formula tablet yang ditujukan untuk membuat
bobot tablet sesuai dengan yang diharapkan
Biasanya tablet yang mengandung zat aktif dengan dosis kecil memerlukan zat pengisi yang
banyak. Jika dosis besar maka pengisi sedikit atau tidak sama sekali.
1. Avicel (mikrokristalin selulosa)
– Bentuk 103 memiliki keunggulan dibandingkan dengan 101, 102 karena volume
spesifiknya kecil, aliran lebih baik dan waktu hancur lebih singkat.
– Insoluble, non-reaktif, aliran kurang baik, kapasitas pegang 50%.
– Menghasilkan tablet yang keras dengan tekanan kecil (kompresibilitas baik) dan friabilitas
tablet rendah, waktu stabilitas panjang.
– Menghasilkan pembasahan yang cepat dan rata sehingga mendistribusikan cairan
penggranul ke seluruh massa serbuk; menghasilkan distribusi warna dan obat yang merata.
– Bertindak sebagai pembantu mengikat, menghasilkan granul yang keras dengan sedikit
fines.
– Bisa bersifat pengikat kering, disintegran, lubrikan dan glidan.
– Penggunaannya membutuhkan lubrikan; penggunaannya dapat dikombinasi dengan laktosa,
manitol, starch, kalsium sulfat.
– Membantu mengatasi zat-zat yang jika overwetting (terlalu basah) menjadi seperti “clay”
yang sukar digranulasi dan ketika kering granulnya menjadi keras dan resisten terhadap
disintegrasi. Contoh: kaolin, kalsium karbonat.
– Avicel dalam GB memperbaiki ikatan pada pengempaan, mengurangi capping dan
friabilitas tablet.
– Avicel membantu obat larut dengan air agar homogen, mencegah migrasi pewarna larut air
dan membantu agar evaporasi cepat dan seragam.
– Untuk obat dengan dosis kecil, Avicel digunakan sebagai pengisi dan pengikat tambahan.
– 60% avicel PH 101 dan 40% amilum sebagai pasta 10% membuat massa lembab mudah
digranulasi, membentuk granul yang kuat pada pengeringan dengan sedikit fine daripada
pasta yang hanya terbuat dari amilum.
– Bentuk PH 101: serbuk, PH 102: granul, PH 103: serbuk

Sebagai disintegran :
– Merupakan disintegran yang sangat baik terutama pada konsentrasi 10% atau lebih tinggi.
– Pada GB Avicel tidak bersifat disintegran.
– Perhatian: pada konsentrasi tinggi, Avicel dapat menyebabkan tablet lengket pada lidah saat
akan digunakan.
2. Kalsium sulfat trihidrat
– Digunakan sebagai pengisi untuk granulasi dengan jumlah zat aktif 20-30%.
– Sinonim: terra alba, snow white filler.
– Insoluble, non-higroskopis.
– Semakin tinggi grade-nya semakin putih, pengisi paling murah, bisa dipakai untuk zat aktif
asam, netral, basa; punya kapasitas abisaorbisai yang tinggi untuk minyak.
– Pengikat yang disarankan: PVP, MC, starch paste.
3. Kalsium fosfat dibasic
– Digunakan sebagai pengisi dan pengikat untuk kempa langsung dengan memiliki ukuran
paling kecil, tidak mahal, tidak dapat digunakan bersama senyawa asam atau garam asam
– Jika digunakan cairan pengikat yang terlalu banyak maka jadi lengket dan keras, tidak
dapat digranul sehingga solusinya dikombinasi dengan starch/Avicel
4. Laktosa
(Lachman Tablet)
– Inkompatibel dengan: senyawa yang sangat basa, asam askorbat, salisilamid, pyrilamine
maleat, phenilephrine HCl
– Granul laktosa hidrat mengandung kadar lembab 4-5%
– Laktosa adalah gula peredukasi bereaksi dengan amin menghasilkan reaksi Maillard
– Isomer: α dan β (dalam campuran berada dalam kesetimbangan kedua bentuk)

(Lachman Industri)
– Pengisi yang paling umum, ada 2 bentuk: hidrat dan anhidrat
– Jarang bereaksi dengan obat (hidrat dan anhidrat)
– Untuk GB pakai laktosa HIDRAT; laktosa anhidrat tidak mengalami reaksi Maillard
(dengan zat aktif mengandung amina dengan adanya logam stearat), tetapi menyerap lembab.
– Secara umum tablet menunjukkan release rate yang baik, granulnya cepat kering,
disintegrasi tablet tidak banyak dipengaruhi oleh kekerasan
(Handbook of Pharm Excipient)
– Keburukan: laktosa dpr berubah warna dengan adanya basa amin dan Mg-stearat
– Dikenal 4 macam bentuk: granul kasar (60-80 mesh), granul halus (80-100 mesh), granul
spray dried (100-200 mesh), dan laktosa anhidrat
– Dikenal sebagai gula susu.

Spray-dried Lactose
(Lachman Industri)
– Untuk pengisi kempa langsung, umumnya digabung dengan Avicel. Jika tunggal digunakan
dalam konsentrasi 40-50% sebagai pembawa
– Sifat direct compression-nya berkurang jika kadar air < 3%; dapat dicampur dengan 20-
25% zat aktif tanpa kehilangan sifat direct compression-nya
– Kapasitas pegang 20-25% terhadap zat aktif; punya aliran baik dan karakteristik pengikatan
yang lebih baik dibandingkan laktosa biasa
– Kelemahan: dapat menghitam dengan adanya lembab, amin, atau senyawa lain yang
mengandung furaldehid
– Gunakan lubrikan netral atau asam
5. Sukrosa
– Bisa berfungsi sebagai pengisi/pengikat
– Jika digunakan sebagai pengikat tunggal, sukrosa membentuk granul yang keras dan tablet
lebih cenderung terdisolusi daripada terdisintegrasi. Oleh karena itu banyak dikombinasi
dengan pengisi insoluble lain
– Jika digunakan sebagai pengisi kering, biasanya digranulasi dengan pengikat larut air atau
hidroalkohol. Kekerasan granul tergantung jumlah pengikat yang digunakan. Campuran air
dan alkohol akan menghasilkan granul yang lebih lunak.
– Memiliki banyak bentuk, paling sering digunakan bentuk “confectioner” untuk GB yang
mengandung 3% pati jagung untuk mencegah caking
– Sukrosa digunakan sebagai pemanis dalam tablet kunyah dan digunakan sebagai pengikat
untuk memperbaiki kekerasan tablet
– Kelemahan: tablet yang dibuat dengan komposisi sebagian besar sukrosa akan mengeras
pada penyimpanan. Sukrosa bukan gula pereduksi tetapi menjadi coklat pada penyimpanan
dan higroskopis
– Turunan sukrosa yang dapat digunakan untuk kempa langsung:
a. Sugartab : 90-93% sukrosa, 7-10% invert sugar
b. Di Pac : 97% sukrosa, 3% modified dekstrin
c. Nu Tab : 95% sukrosa, 4% gula invert, 1% corn starch, Mg stearat
6. Dekstrosa
– Penggunannya terbatas pada GB sebagai pengisi dan pengikat
– Digunakan mirip dengan sukrosa, cenderung menghasilkan tablet yang keras terutama jika
menggunakan dekstrosa anhidrat
– Menjadi coklat pada penyimpanan
7. Manitol
– Pengisi yang baik untuk tablet kunyah karena rasanya enak, sedikit manis, halus, dingin
(negatif heat solution)
– Non-higroskopis, aliran jelek, membutuhkan lebih banyak cairan pengikat
– Dapat digunakan untuk formulasi vitamin, menghasilkan granul yang lebih halus dari
sukrosa atau dekstrosa
– Kadar lembab granul yang dibuat dari sukrosa, dekstrosa, dan manitol setelah pengeringan
semalam pada 140-150 °F adalah 0,2%
– Hanya sedikit yang terabisaorbisai di saluran cerna, jika digunakan banyak dapat bersifat
laksatif
8. Emdex dan Celutab
(Lachman Industri)
– Dapat bereaksi dengan amin pada suhu dan kelembaban tinggi
– Bebas mengalir dan dapat dikempa langsung, mengandung 8-10% lembab, kekerasan tablet
dapat meningkat setelah pengempaan
– Starch terhidrolisa mengandung 90-92% dekstrosa dan 3-5% maltosa
– Dapat digunakan sebagai pengganti manitol pada talbet kunyah karena manis dan berasa
halus.
9. Starch 1500 (penjelasan ada di bagian Pengikat)

B. Adsorben
– Adsorben harus memiliki titik leleh yang tinggi. Dengan titik leleh tinggi setelah terjadi
lelehan pertama akan terbentuk massa yang bertitik leleh lebih tinggi.
– Manfaat adsorben: mencegah tablet basah oleh lelehan zat aktif, jika tablet basah maka
tablet akan lengket dalam cetakan. Bekerja menyerap lelehan zat aktif.
Contoh:
Avicel
Bolus alba
Kaolin, bentonit, Mg silikat, MgO, trikalsium fosfat
Aerosil

C. Pengikat
– Pengikat bisa berupa gula dan polimer.
– Pengikat yang berupa polimer alam: starch, gum (acacia, tragacanth, gelatin)
– Pengikat yang berupa polimer sintetik: PVP, metilselulosa, etilselulosa,
hidroksipropilselulosa
– Bisa dengan cara kering/basah. Cara basah lebih sedikit membutuhkan bahan.
– Jumlah larutan pengikat yang dibutuhkan untuk 3 kg pengisi tercantum pada tabel
(Lachman Tablet halaman 161)
1. Starch (amylum)
(Lachman Tablet)
– Dapat digunakan sebagai pengisi, pengikat, dan penghancur
– Dalam bentuk musilago amili 5-10%
– Cara: suspensikan starch 1:1/2-1 dalam air dingin, tambahkan 2-4 kali air mendidih dengan
pengadukan konstan sampai starch mengembang menjadi transparan yang dapat diencerkan
– Cara lain: suspensi starch dalam air dipanaskan
– Mengandung kadar air 11-14%; akan menyebabkan tablet terdisintegrasi dengan cepat (hal
161)
– Pembuatannya harus hati-hati agar diperoleh musilago yang baik, tidak terhidrolisis, dan
tidak mengarang
– Pemakaian terbaik maksimal 30%. Jika dosis zat aktif besar, starch diganti dengan
penghacur yang lebih baik, yaitu avicel.
– Tablet yang mengandung amilum dengan konsentrasi tinggi menunjukkan tablet yang
rapuh dan sukar dikeringkan
– Amilum yang tidak dimodifikasi tidak mempunyai sifat kompresibilitas yang baik dan
mempunyai friabilitas yang besar, dan akan terjadinya capping pada tablet jika digunakan
dalam jumlah besar

Sebagai disintegran:
– Pemakaian: 1-20%, merupakan disintegran yang paling umum digunakan
– Mekanisme kerja dengan membentuk ikatan hidrogen saat pengempaan dan pecah atau
mengembang saat air masuk mell pori (kapiler)
– Pemakaiannya disesuaikan dengan jenis starch, tekanan pengempaan, dan kandungan air
massa cetak
– Perhatian: sebelum digunakan, starch harus dikeringkan pada suhu 80-90 °C untuk
menghilangkan air yang terabisaorpsi
2. Starch 1500
(Lachman Tablet)
– Dapat digunakan sebagai pengikat basah, kering, dan disintegran
– Starch 1500 maksimal mengandung 20% fraksi larut air yang berfungsi sebagai pengikat
sedangkan sisanya bersifat sebagai disintegran
– Starch 1500 dibutuhkan ± 3-4 kali lebih banyak daripada musilago amili untuk
menghasilkan tablet dengan kekerasan yang sama
– Sebaiknya tidak digunakan sebagai pengisi pada GB karena akan menghasilkan gel yang
berfungsi sebagai pengikat yang sangat kuat
– Sebagai disintegran dapat ditambahkan kering, pada fasa luar.

(Lachman Industri)
– Aliran bagus, merupakan directly compressible starch
– Dapat dikempa sendiri, tetapi jika dicampur dengan 5-10% obat membutuhkan lubrikan
tambahan (misalnya 0,25% colloidal silicon dioxide)
– Mengandung 10% lembab dan menyebabkan tablet menjadi lunak jika dikombinasi dengan
Mg stearat > 0,5%, sebagai pengganti digunakan asam stearat

Sebagai disintegran:
– Merupakan disintegran yang baik dan ditambahkan dalam campuran kering (dalam fasa
dalam dan atau fasa luar pada metoda granulasi kering atau kempa langsung, atau dalam fasa
luar pada metoda granulasi basah)
– Perhatian: tidak boleh diberikan pada massa basah
3. Amilum pragelatinasi
– Merupakan pati yang sudah dimasak dan dikeringkan lagi. Dapat digunakan sebagai
pengganti starch paste karena lebih mudah larut dalam air hangat tanpa pemanasan
– Dapat ditambahkan kering ke dalam serbuk kemudian dibasahkan dengan air membentuk
massa lembab
4. Gelatin
– Digunakan pada konsentrasi 5-10% sebanyak 1-5% dari formula
– Sudah jarang digunakan, digantikan PVP, MC. Cenderung menghasilkan tablet yang keras
dan memerlukan disintegran yang aktif
– Dapat digunakan untuk senyawa yang sulit diikat
– Kelemahan: rentan bakteri dan jamur
– Jika masih diperlukan pengikat yang lebih kuat, dapat digunakan larutan gelatin dalam air
2-10%, yang dibuat dengan menghidrasi gelatin dalam air dingin selama beberapa
jam/semalam kemudian dipanaskan sampai mendidih, larutan gelatin harus dipertahankan
hangat sampai digunakan karena akan menjadi gel pada pendinginan
5. Larutan sukrosa
– Membentuk granul keras, kekerasan diatur dari konsentrasi sukrosa 20-85%
– Sangat baik sebagai pembawa soluble dyes dan menghasilkan warna beragam
– Digunakan untuk menggranulasi tribasic fosfat yang umumnya memerlukan pengikat yang
lebih kohesif dari musilago amili; pada tablet ferro sulfat, bertindak sebagai pengikat dan
pelindung ferrosulfat dr oksidasi
– Senyawa lain yang pengikatnya bisa berupa gula: aminofilin, asetopheretidin,
asetaminofen, meprobamate
6. Larutan akasia
– Digunakan pada konsentrasi 10-25%; untuk mengurangi mephenesin (dosis besar dan sukar
digranulasi)
– Menghasilkan granul yang keras tetapi tidak mengeras pada penyimpanan
– Kelemahan: dapat terkontaminasi mikroba
– Kadang ditambah lubrikan cair PEG 6000 untuk membantu pencetakan tablet dan
disintegrasi tablet
7. PVP
– Nama dagang: Kollidon atau Plasdon
– Inert, larut air dan alkohol, digunakan dalam konsentrasi 3-15%, sedikit higroskopis, tidak
mengeras selama penyimpanan (baik untuk tablet kunyah)
– Tablet efervesen bisa dibuat menggunakan PVP dalam etanol anhidrat. Jangan
menggunakan isopropanol anhidrat karena meninggalkan bau pada granul.
– Konsentrasi 5% menghasilkan kompresibilitas yang baik dari serbuk Natrium bikarbonat
dan asam sitrat sehingga tablet bereaksi cepat dan disolusi cepat.
– PVP baik untuk tablet kunyah terutama untuk alumunium hidroksida, Mg(OH)2
8. Selulosa
Metil selulosa
– 1-5% larutan air; larutan 5% menghasilkan kekerasan yang sama dengan musilago amili
– Dapat digunakan untuk menggranulasi soluble/insoluble powder; pengikat yang baik untuk
eksipien laktosa, manitol, dan gula
– Keuntungan: dapat dikompres cepat, tidak mengeras pada penyimpanan
b. CMC Na
– 5-15%
– Inkompatibel dengan Mg, Ca, Al, dan garamnya
– Menghasilkan granul yang lebih rapuh dari PVP kecenderungan untuk mengeras; umumnya
tablet mempunyai waktu disintegrasi yang lebih lama
c. Etil selulosa
– Larutan dalam alkohol. Low grades digunakan sebagai pengikat 2-10% dalam etanol
– Dapat digunakan untuk menggranulasi serbuk yang sukar digranulasi: asetaminofen, kafein,
meprobamat, ferofu, arat, dan dapat digunakan sebagai pengikat non air untuk serbuk yang
tidak tahan air seperti asam askorbat
– Dapat memperlambat disintegrasi
9. Polivinil alkohol
– Larut air, mirip akasia tapi tidak terlalu rentan dengan bakteri
– Membentuk granul yang lebih lunak dari acacia, menghasilkan tablet yang disintegrasi
lebih cepat dan tidak mengeras pada penyimpanan
10. PEG 6000
– Sebagai pengikat anhidrat, dimana air dan alkohol tidak dapat digunakan
– PEG 6000 merupakan padatan putih yang meleleh pada 70-750C dan mengeras pada 56-
630C
11. N-HPC (Nisso-HPC)
– Larut dalam air dan pelarut organik alkohol, propilen glikol, metilen klorida, aseton dan
kloroform. Jika digunakan sebagai pelarut pada granulasi basah N-HPC dilaruntukan dalam
air atau alkohol.

- Cara:
Melarutkan dalam air
– N-HPC ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk kuat
– 20-30% air dipanaskan sampai 600C dan N-HPC ditambahkan perlahan-lahan sambil
diaduk. Setelah itu ditambahkan sisa air. Dengan cara ini pelarutan lebih cepat.
Melaruntukan dalam pelarut organik

D. Flavour
(Lachman Industri)
– Digunakan untuk tablet kunyah
– Penambahan pewangi dapat dilakukan dalam keadaan kering, biasanya sebagai fasa luar,
sedangkan yang cair ditambahkan dengan menyemprotkan ke dalam massa cetak
– Flavour yang digunakan adalah bentuk flavour oil yang diabsorbsikan ke adsorben
– Jumlah yang digunakan maksimal 0,5-0,75%

E. Disintegran
Fungsi : untuk memecah tablet
Cara pakai: – saat granulasi
– sebelum dicetak (paling baik)
1. Starch (amylum)
2. Starch 1500
3. Sodium starch glycolate (primogel, explotab)
– Pemakaian: 1-20% dengan konsentrasi optimum 4%
– Explotab tidak dapat sebagai penghancur dalam
– Mekanisme sama dengan starch secara umum, merupakan starch termodifikasi sehingga
mampu menyerap air 200-300%
– Waktu disintegrasi ditentukan pula oleh besarnya tekanan pengempaan
– Perhatian: pada suhu dan kelembaban yang tinggi dapat memperlama waktu disintegrasi
sehingga memperlambat waktu disolusi
4. Selulosa (selulosa, metilselulosa, CMC, CMC-Na, Avicel, Acdisol)
– Acdisol merupakan ikatan silang dari CMC-Na dan sangat baik untuk digunakan sebagai
disintegran karena larut air dan memiliki afinitas yang besar pada air.
– Acdisol ini digolongkan pada super disintegran. Penggunaan 2-5%.
5. Gums (agar, pectin, tragacant, guar gum)
– Pemakaian: 1-10%
– Bukan merupakan disintegran yang baik, karena kapasitas pengembangannya yang relatif
rendah

6. Clays
– Pemakaian: 2-10%, sifat hilang jika digranulasi
– Bukan merupakan disintegran yang baik, karena dapat menyebabkan perubahan warna
secara keseluruhan
7. Alginat (asam alginat dan Na-alginat)
– Pemakaian: 1-5% (asam alginat) atau 2,5-10% (Na-alginat)
– Memiliki afinitas yang besar terhadap air

F. Lubrikan
– Konsentrasi optimum: 1%
– Fungsi: sebagai eksipien untuk menghilangkan gesekan/friksi saat pengempaan dan
penarikan tablet ke luar cetakan
– Jenis:
Water soluble: banyak digunakan untuk tablet larut air seperti tablet/serbuk effervescent
Water insoluble: paling banyak dan digunakan konsentrasi rendah
– Mekanisme:
Fluid type lubricant
Membentuk lapisan cair antara massa cetak dengan logam cetakan. Dapat meninggalkan noda
pada tablet
Boundary type lubricant
Dengan berinteraksi antara gugus polar lubrikan dengan molekul pada permukaan logam.
Tipe ini memiliki adheren terhadap cetakan lebih baik
– Lubrikan dapat menyebarkan tekanan saat pengempaan dan meningkatkan bobot jenis
partikel secara keseluruhan
– Semakin kecil ukuran granul, dibutuhkan lubrikan yang semakin banyak
– Secara umum lubrikan dapat memperlama waktu hancur tablet dan menurunkan kecepatan
disolusi karena sifatnya yang hidrofob
– Perhatian: aspirin tidak stabil dengan adanya senyawa alkaline, misalnya lubrikan alkalin
stearat. Penggantinya dapat digunakan talk.
– Lubrikan carbowax seringkali diberikan dalam bentuk larutan alkohol
– Ketika lubrikan ditambahkan saat granulasi, mereka akan membentuk lapisan di sekitar
granul sehingga dapat mengurangi kerusakan tablet setelah dikempa. Pembentukan lapisan
ini juga akan menyebabkan tablet menjadi labih berpori, elastik, mudah melar, dan
memberikan hasil tablet yang lebih besar sehingga tablet mudah pecah
– Lubrikan seringkali ditambahkan secara kering ketika semuanya telah homogen, dan
dicampur pada 2-5 menit akhir dari total waktu pencampuran 10-30 menit
– Metode penambahan lubrikan di akhir (sebagai fasa luar-setelah granul dibentuk)
memberikan hasil yang lebih baik terhadap kekerasan tablet dan kemudahannya untuk
dikeluarkan dibandingkan dengan metode penambahan lubrikan saat dilakukan granulasi
– Sebagai lubrikan tunggal, Mg-lauril sulfiat pada konsentrasi yang lebih rendah dapat
dikombinasi dengan Mg-stearat
Water soluble lubricant Water insoluble lubricant
Asam borat : 1% Logam (Mg, Ca, Na) stearat : ¼-2%
Sodium chloride : 5% Asam stearat : ¼-2%
DL-Leusine :1-5% Sterofex : ¼-2%
Carbowax 4000/6000 : 1-5% Talk : 1-5%
Sodium oleat : 5% Waxes : 1-5%
Sodium benzoat : 5% Stearowet : 1-5%
Sodium asetat : 5% Gliseril behapte (Compritol 888):
Sodium lauril sulfat : 1-5% dapat pula sebagai pengikat, dapat
Mg-lauril sulfat : 1-2% dikombinasi dengan Mg-stearat
Sodium benzoat + sodium asetat: 1-5%

G. Glidan
– Secara umum, fine silica > Mg stearat > talk murni
– Talk mengandung sejumlah kecil Al silikat dan Fe. Harus hati-hati untuk zat aktif yang
penguraiannya dikatalisis oleh Fe
1. Cab-O-Sil : 5-10%
2. Corn starch : 5-10%
3. Aerosil : 1-3%
4. Talk : 5%
5. Syloid : 0,1-0,5%

H. Anti Adheren
– Yang paling baik adalah yang larut air, dan yang paling efisien adalah DL-Leusine
– Biasa digunakan pada produk yang mengandung vitamin E dosis tinggi karena cenderung
terjadi picking

1. Talk : 1-5%
2. Logam stearat : <1%
3. Cab-O-Sil : 0,1-0,5%
4. Syloid : 0,1-0,5%
5. Corn starch : 3-10%
6. DL-Leusine : 3-10%
7. Na-lauril sulfat: <1%

II.3 Perkembangan Formula Tablet


Pada bagian ini akan diterangkan pembuatan tablet dan permasalahannya. Karena umumnya
bahan disini berasal dari catatan atau pengalaman, maka tidak ada pustaka pada bagian ini.
Bagian ini dibuat untuk pertimbangan pemilihan metode dan formulasi teoritik, aplikasi
formula teoritik, dan penanggulangan permasalahan yang mungkin terjadi pada pembuatan.
I. Granulasi Basah
1. Zat Aktif A
Fase Dalam (92%)
Zat Aktif Sesuai dosis
Amilum Kering 10% bobot total
Musilago amili 10% bobot total (atau 1/3 bobot tablet)
Laktosa q.s

Fase Luar (8%)


Mg Stearat 1%
Talk 2%
Amilum kering 5%
Pada tablet yang dinuat dengan menggunakan musilago amili sebagai pengikat, disolusi zat
aktif dari dalam granul akan dipersulit, karena musilago amili yang sudah kering sulit
ditembus sehingga disolusi zat aktif dari granul akan lebih sukses. Selain itu, pengeringan
granul memerlukan waktu yang lebih lama dan memerlukan suhu pengeringan yang tinggi.
Amilum harus dalam keadaan kering, jika fungsinya sebagai penghancur. Jika bercampur
dengan air maka sifat penghancurnya akan berkurang. Amilum kering yang bisa digunakan
adalah amprotab. Sifat dari amilum kering : kompresibilitas kecil, waktu hancur granul lama
sehingga menyebabkan waktu hancur tablet menjadi lama, dan friabilitas yang jelek.

2. Pengikat diganti PVP untuk zat yang sukar dikompresi. PVP larut dalam air, tetapi
penguapannya akan diperlama sehingga digunakan pelarut etanol 95%.

Fase Dalam (92%)


Zat aktif A sesuai dosis
PVP 2%
Eatanol q.s
Amilum kering 10% dari bobot total
Laktosa q.s

Fase Luar (8%)


Mg Stearat 1%
Talk 2%
Amilum kering 5%

PVP sifatnya higroskopis, sehingga dapat mengakibatkan tablet menjadi basah, tapi
sebenarnya dengan 2% tidak terlalu bermasalah. Jika sedikit bermasalah dapat digunakan
aerosil sebanyak 1% sehingga formula fase luar menjadi : Mg Stearat 1%, Talk 1%, Aerosil
1%, Amilum kering 5%, tapi formula ini jarang digunakan.

3. Amilum kering bukan penghancur FD yang baik, maka dapat ditambahkan ac-di-sol (±
3%) untuk memperbaiki waktu hancur. Tetapi karena ac-di-sol mahal harganya maka sebagai
alternatif dapat digunakan starch 1500 atau primogel/eksplotab sebagai penghancur fasa luar.
Formula akan menjadi :

Fase Dalam (92%)


Zat aktif A sesuai dosis
PVP 2%
Eatanol q.s
Amilum kering 10% dari bobot total atau
Ac-di-sol 3%
Laktosa q.s

Fase Luar (8%)


Mg Stearat 1%
Talk 2%
Amilum kering 5% atau
Acdisol 3% atau
Eksplotab 5% atau
Starch 1500 5%

Umumnya starch 1500 dan eksplotab digunakan sebagai penghancur luar, jarang digunakan
sebagai penghancur fasa dalam.

4. Laktosa mempunyai kompresibilitas yang buruk sehingga friabilitasnyapun buruk. Untuk


memperoleh tablet yang lebih baik, maka laktosa dapat diganti dengan avicel. Terdapat tiga
jenis avicel yang sering digunakan yaitu : Avicel pH 101 (berbentuk serbuk, umumnya
digunakan dalam formulasi GB), Avicel pH 102 (berbentuk granul, umumnya digunakan
dalam formulasi Gkdan KL), Avicel pH 103 (berbentuk granul dengan ukuran lebih kecil dan
dapat menghasilkan waktu hancur yang lebih cepat). Formula tablet akan menjadi :

Fase Dalam (92%)


Zat aktif A sesuai dosis
PVP 2%
Eatanol q.s
Amilum kering 10% dari bobot total atau
Ac-di-sol 3%
Avicel q.s

Fase Luar (8%)


Mg Stearat 1%
Talk 2%
Amilum kering 5% atau
Acdisol 3% atau
Eksplotab 5% atau
Starch 1500 5%

II. Granulasi Kering


Digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab, misalnya antibiotik.

1 Fase Dalam (97%)


Zat aktif A sesuai dosis
Amilum kering 10%
Laktosa q.s

Fase Luar (3%)


Mg stearat 1%
Talk 2%

Pembuatan slug : FD + ½ FL = 97% + 1,5% = 98,5%, lalu dicetak dan dihancurkan (slug)
hingga kecepatan aliran ≥4 gr/dt. Setelah jadi slug kemudian ditambahkan sisa ½ FL (1,5%)

2. Karena kompresibilitas laktosa buruk, maka dapat diganti dengan :

Fase Dalam (97%)


Zat aktif A sesuai dosis
Amilum kering 10%
LHPC 21 10%
Laktosa q.s

Karena laktosa memiliki sifat aliran yang jelek, laktosa dapat diganti dengan avicel.
Fase Dalam (97%)
Zat aktif A sesuai dosis
Amilum kering 10%
LHPC 21 10%
Avicel q.s

LHPC 21 juga dapat penghancur sehingga amilum kering dapat dihilangkan. Penggunaan
LHPC 21 akan meningkatkan ongkos produksi karena harga LHPC 21 mahal. LHPC 21 dapat
diganti dengan eksplotab/primorgel atau starch 1500.

Fase Dalam (97%)


Zat aktif A sesuai dosis
Eksplotab/starch 1500 5%
Avicel q.s

Modifikasi fase luar hampir sama dengan modifikasi fase luar pada formulasi GB.
III. Kempa Langsung
Digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab dan dosisnya kecil. Formulasi
KL dibatasi oleh jumlah fine (serbuk yang tidak mempunyai sifat aliran (seperti talk, mg
stearat, dan zat aktif). Jumlah maksimal dari fine adalah 30%. Umumnya dosis zat aktif yang
digunakan adalah dibawah 50% agar keseragaman kandungan produk akhir bagus. Jika
terlalu besar sebaiknya disluging. Syarat-syarat zat aktif untuk cetak langsung adalah :
mempunyai sifat aliran yang bagus, kohesif, kompresibilitas.

1. Zat aktif A sesuai dosis


Laktosa spray dried q.s
Mg stearat 1%
Talk 2%
Amilum kering 5%

2. Digunakan kombinasi avicel dan eksplotab. Avicel memiliki kompresibilitas yang baik,
tetapi alirannya kurang baik. Untuk memperbaik alirannya maka diguanakan eksplotab.
Selain itu eksplotab berfungsi pula sebagai penghancur.

Zat aktif A sesuai dosis


Avicel : Eksplotab (3:7) q.s
Mg stearat 1%
Talk 2%
3. Digunakan kombinasi starch 1500 dan avicel (3:1) yang dikenal pula sebagai ”running
powder”. Running powder ini memiliki sifat aliran dan kompresibilitas yang baik. Tapi daya
hancur running powder tidak bagus, sehingga dapat ditambahkan penghancur luar seperti
amilum kering, eksplotab, atau ac-di-sol.

Zat aktif A sesuai dosis


Avicel : Starch 1500 (3:1) q.s
Mg stearat 1%
Talk 2%
Amilum kering 5% atau
Eksplotab 5% atau
Ac-di-sol 3%

Contoh Perhitungan Tablet


I. Granulasi Basah
Contoh : Zat aktif paracetamol 500 mg
Direncanakan bobot tablet 700 mg, dibuat 1000 tablet

Formula : Fase Dalam (92%)


Paracetamol 500 g
Amilum 10% dari bobot tablet 70 g
Musilago amili 10% (1/3 FD) 21,5 g
Laktosa 52,5 g
644 g

Fase Luar (8%)


Mg stearat 1%
Talk 2%
Amilum kering 5%

Cara menghitung :
– Musilago amili = 1/3 x 644 g = 215 g
setelah dikeringkan = 10% x 215 g = 21,5 g
– Laktosa = 644 – (500 + 70 + 21,5) = 52,5 g

Misalnya : Granul FD yang diperoleh 600 g dengan kadar air 2%, maka untuk kadar air 0%,
bobot granulnya = 0,98 x 600 = 588 g. Jumlah tablet yang diperoleh = 588/644 x 1000 tablet
= 913,04 tablet.

Fase luar yang ditambahkan :

Mg stearat 1% = 1/92 x 600 g = 6,52 g


Talk 2% = 2/92 x 600 g = 13,04 g
Amilum kering 5% = 5/92 x 600 g = 32,60 g

Bobot tablet yang diperoleh


=
600 g + 6,52 g + 13,04 g + 32,6 g
913,04

= 714,27 g

II. Granulasi Kering


Contoh : Zat A 400 mg; bobot tablet 600 mg; jumlah tablet 1000 tablet

Formula : Fase dalam (97%)


Zat A 400 g
Amilum 10% bobot tablet 60 g
Laktosa 122 g
582 g
Fase Luar (3%)
Mg stearat 1% 6 g
Talk 2% 12 g

Slug (98,5%) Zat A 400 g


Amilum 60 g
Laktosa 122 g
Mg stearat 3 g
Talk 6 g
591 g
Misalnya : slug yang diperoleh = 500 mg, maka sisa FL yang ditambahkan :
Mg stearat = 500/591 x 3 = 2,538 g
Talk = 500/591 x 6 = 5,076 g
Slug + sisa FL = 500 g + 7,614 g = 507,614 g
Jumlah tablet yang diperoleh = 500/591 x 1000 = 846,024 g
Bobot tablet = 507,614/846,024 ≈ 0,6 g

III.Kempa Langsung
Contoh : Zat A 25 mg; bobot tablet 250 mg; dibuat 1000 tablet

Formula : Zat A 25 g
Pengisi q.s 217,5 g
Mg stearat (1%) 2,5 g
Talk (2%) 5 g
250 g
Bahan siap dikempa menjadi tablet…..!!!!!

BAB III
EVALUASI TABLET

A. Evaluasi Granul
Evaluasi granul terutama dilakukan untuk formula baru atau pada modifikasi formula. Untuk
formula yang sama evaluasi granul tidak perlu dilakukan. Evaluasi granul meliputi:
1. Granulometri
Granulometri adalah analisis ukuran dan repartisi granul (penyebaran ukuran-ukuran granul).
Dalam melakukan analisis granulometri digunakan susunan pengayak dengan berbagai
ukuran. Mesh terbesar diletakkan paling atas dan dibawahnya disusun pengayak dengan mesh
yang makin kecil.

· Timbang 100 gr granul


· Letakkan granul pada pengayak paling atas
· Getarkan mesin 5-30 menit, tergantung dari ketahanan granul pada getaran
· Timbang granul yang tertahan pada tiap-tiap pengayak
· Hitung persentase granul pada tiap-tiap pengayak

Tujuan granulometri adalah untuk melihat keseragaman dari ukuran granul. Diharapkan
ukuran granul tidak terlalu berbeda. Granulometri berhubungan dengan sifat aliran granul.
Jika ukuran granul berdekatan, aliran akan lebih baik. Diharapkan ukuran granul mengikuti
kurva distribusi normal.

2. Bobot Jenis
a. Bobot jenis sejati
Bobot jenis sejati diukur dengan piknometer gas Beckman
b. Bobot jenis nyata
Ke dalam gelas takar masukkan 100 g granul . Baca volume.
Bobot jenis nyata = bobot/volume

c. Obat jenis nyata setelah pemampatan


Ke dalam gelas takar masukkan 100 g granul. Mampatlkan 500 x dengan alat volumeter .
Lihat volume setelah pemampatan.
Bj nyata setelah pemampatan = bobot/volume setelah pemampatan

Pemampatan 500 x

BJ nyata BJ nyata setelah pemampatan

3. Kadar Pemampatan

%T = Vo – V500
Vo
%T = Kadar pemampatan
Vo = Volume sebelum pemampatan
V500 = Volume setelah pemampatan 500 x

%T < 20 atau ^V<20 ml granul memiliki aliran yang baik


Kadar pemampatan dan berat jenis dapat untuk menilai aliran.

4. Kompresibilitas

% K= Dapt –Davc x 100 %


Dapt
Davc = Berat jenis nyata sebelum pemampatan
Dapt = Berat jenis nyata setelah pemampatan 500 x

Jika % K : 5 – 10 % ——– aliran sangat baik


11 – 20 % ——– aliran cukup baik
21 – 25 % ——– aliran cukup
>26 % ——- aliran buruk

5. Aliran
a. Metode corong
(128)/132
Mengukur kecepatan aliran 100 g granul menggunakan corong kaca dengan dimensi sesuai.
Metode corong dapat dilakukan dengan 2 cara :
a. cara bebas
b. cara tidak bebas (paksa)digetarkan
Biasanya jika 100 g granul mengalir dalam 10 detik maka aliran baik.

b. Metode sudut istirahat

Masukkan 100 g granul (tutup bagian bawah corong)


Tampung granul di atas kertas grafik
Hitung x. Jika x = 25- 30 sangat mudah mengalir
30- 40 mudah mengalir
40- 45 mengalir
> 45 kurang mengalir

6. Kandungan Lembab
Kandungan lembab diukur dengan pemanasan (gravimetric) menggunakan alat seperti
Moisture Balance .
% KB = W1/W x 100 % % KB = Kandungan bobot
% KL = Wa/W1 x 100 % % KL = Kandungan lembab
Wa = W – W1 W = bobot mula-mula
W1 = bobot setelah pengeringan

B. Evaluasi Tablet (Produk Akhir)


1. Visual /Organoleptik
a. Rupa, dengan cara visual menggunakan loop agar permukaan tablet lebih jelas terlihat
b. Bau
c. Rasa

2. Sifat fisika kimia


1. Keseragaman ukuran
a. Keseragaman tebal
b. Keseragaman diameter
2. Kekerasan
3. Friabilitas
4. Keragaman sediaan
a. Keragaman bobot
b. Keseragaman kandungan
5. Waktu hancur
6. Disolusi
7. Uji kadar zat aktif

3. Uji Keamanan/Toksisitas
Untuk menguji apakah ada bahan-bahan lain yang toksik dalam tablet

4. Uji Mikrobiologi
Terutama dilakukan pada tablet yang mengandung bahan-bahan yang mudah ditumbuhi oleh
mikroorganisme. Sering kali tablet bersalut lebih banyak dikontaminasi oleh bakteri
disbandingkan oleh tablet tidak bersalut karena kelembaban internal tablet salut merupakan
kondisi yang cocok untuk pertumbuhan bakteri.
Lingkungan produksi yang kurang bersih juga merupakan likungan yang sesuai untuk
pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu beberapa industri memberikan persyaratan kemurnian
yaitu batas angka mikroba.
Uji Friabilitas Tablet
Data friabilitas digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan
yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.
Friabilitas diukur dengan friabilator (gambar terlampir). Prinsipnya adalah menetapkan bobot
yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada
proses pengukuran friabilitas, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu
yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100 putaran.
Mula-mula tablet dibersihkan dahulu dari debunya kemudian ditimbang dengan seksama.
Untuk tablet dengan bobot < 650 mg, timbang sejumlah tablet hingga beratnya mendekati 6,5
g. Untuk tablet dengan bobot > 650 mg, timbang tablet sebanyak 10 buah. Masukan seluruh
tablet yang telah ditimbang ke dalam friabilator. Jalankan alat selama 4 menit. Setelah
selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama. Hitung
persentase bobot yang hilang selama pengujian. Untuk tablet yang baik (dipersyaratkan di
Industri), bobot yang hilang tidak boleh lebih dari 1 %.
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses pengukuran
friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam
perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang hilang terlalu besar), maka
pengujian harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji
yang telah dilakukan.
(USP & NF 1994)

Penyimpanan Tablet
Tablet harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan terlindung dari cahaya, lembab,
gesekan dan guncangan mekanik. Kondisi penyimpanan khusus harus dicantumkan dalam
etiket. Tablet harus cukup bertahan selama proses penanganan, misal pada saat pengemasan
dan transportasi, tanpa harus kehilangan intregitasnya.
Untuk tablet efervesen, harus disimpan pada wadah yang tertutup sangat rapat atau kemasan
yang kedap terhadap lembab dan mungkin perlu ditambahkan zat adsorbent seperti silika gel.
Kondisi khusus penyimpanan dan pengemasan direkomendasikan pada monograpi masing-
masing .
(The International Pharmacopoeia 3rd ed Vol.4 hal 28)

Uji Disolusi <1231>


Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera
dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket
dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul
gelatin lunak kecuali bila dinyatakan dalam masing-masing monografi. Bila pada etiket
dinyatakan bahwa sediaan bersalut enterik, sedangkan dalam masing-masing monografi, uji
disolusi atau uji waktu hancur tidak secara khusus dinyatakan untuk sediaan bersalut enterik,
maka digunakan cara pengujian untuk sediaan lepas lambat seperti yang tertera pada uji
Pelepasan Obat <961>, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi. Dari jenis
alat yang diuraikan disini, pergunakan salah satu sesuai dengan yang tertera dalam masing-
masing monografi.

Alat 1. Alat terdiri dari sebuah wadah bertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan
lain yang inert, suatu motor, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang
berbentuk silinder. Wadah tercelup sebagian di dalam suatu tangas air yang sesuai berukuran
sedemikian sehingga dapat mempertahankan suhu dalam wadah pada 37º ± 0,5 ºC selama
pengujian berlangsung dan.menjaga agar gerakan air dalam tangas air halus dan tetap. Bagian
dari alat, termasuk lingkungan tempat alat diletakkan tidak dapat memberikan gerakan,
goncangan atau getaran signifikan yang melebihi gerakan akibat perputaran alat pengaduk.
Penggunaan alat yang memungkinkan pengamatan contoh dan pengadukan selama pengujian
berlangsung. Lebih dianjurkan wadah disolusi berbentuk silinder dengan dasar setengah bola,
tinggi 160 mm hingga 175 mm, diameter dalam 98 mm hingga 106 mm dan kapasitas
nominal 1000 ml. Pada bagian atas wadah ujungnya melebar, untuk mencegah penguapan
dapat digunakan suatu penutup yang pas. Batang logam berada pada posisi sedemikian
sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada tiap titik dari sumbu vertikal wadah berputar
dengan halus dan tanpa goyangan yang berarti. Suatu alat pengatur kecepatan digunakan
sehingga memungkinkan untuk memilih kecepatan putaran yang dikehendaki dan
mempertahankan kecepatan seperti yang tertera dalam masing-masing monografi dalam batas
lebih kurang 4%.
Komponen batang logam dan keranjang yang me-rupakan bagian dari pengaduk terbuat dari
baja tahan karat tipe 316 atau yang sejenis sesuai dengan spesifi-kasi pada Gambar 1. Kecuali
dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, gunakan kasa 40 mesh. Dapat juga
digunakan keranjang berlapis emas setebal 0,0001 inci (2,5 µm). Sediaan dimasukkan ke
dalam keranjang yang kering pada tiap awal pengujian. Jarak antara dasar bagian dalam
wadah dan keranjang adalah 25 mm ± 2 mm selama pengujian berlangsung.

Alat 2. Sama seperti Alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang terdiri dari daun
dan batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya
tidak lebih dan 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus
tanpa goyangan yang berarti. Daun melewati diameter batang sehingga dasar daun dan batang
rata. Dayung memenuhi spesifikasi pada Gambar 2. Jarak 25 mm ± 2 mm antara daun dan
bagian dalam dasar wadah dipertahankan selama pengujian berlangsung. Daun dan batang
logam yang merupakan satu kesatuan dapat disalut dengan suatu penyalut inert yang sesuai.
Sediaan dibiarkan tenggelam ke dasar wadah sebelum dayung mulai berputar. Sepotong kecil
bahan yang tidak bereaksi seperti gulungan kawat berbentuk spiral dapat digunakan untuk
mencegah mengapungnya sediaan.

Uji kesesuaian alat Lakukan pengujian masing-masing alat menggunakan 1 tablet Kalibrator
Disolusi FI jenis disintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan disintegrasi
sesuai dengan kondisi percobaan yang tertera. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh
berada dalam rentang yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari kalibrator
yang bersangkutan.

Media disolusi Gunakan pelarut seperti yang tertera dalam masing-masing monografi. Bila
Media disolusi adalah suatu larutan dapar, atur pH larutan sedemikian hingga berada dalam
batas 0,05 satuan pH yang tertera pada masing-masing monografl. [Catatan Gas terlarut dapat
membentuk gelcmbung yang dapat merubah hasil pengujian. Oleh karena itu, gas terlarut
harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum pengujian dimulai.]

Waktu Bila dalam spesifikasi hanya terdapat satu waktu, pengujian dapat diakhiri dalam
waktu yang lebih singkat bila persyaratan jumlah minimum yang terlarut telah dipenuhi. Bila
dinyatakan dua waktu atau lebih, cuplikan dapat diambil hanya pada waktu yang ditentukan
dengan toleransi ± 2%.

Prosedur untuk kapsul, tablet tidak bersalut dan tablet bersalut bukan enterik
Masukkan sejumlah volume Media disolusi seperti yang tertera dalam masing-masing
monografi ke dalam wadah, pasang alat, biarkan Media disolusi hingga suhu 37º ± 0,5º, dan
angkat termometer. Masukkan 1 tablet atau 1 kapsul ke dalam alat, hilangkan gelembung
udara dari permukaan sediaan yang diuji dan segera jalankan alat pada laju kecepatan seperti
yang tertera dalam masing-masing monografi. Dalam interval waktu yang ditetapkan atau
pada tiap waktu yang dinyatakan, ambil cuplikan pada daerah pertengahan antara permukaan
Media disolusi dan bagian atas dari keranjang berputar atau daun dari alat dayung, tidak
kurang 1 cm dari dinding wadah. Lakukan penetapan seperti yang tertera dalam masing-
masing monografi. Lanjutkan pengujian terhadap bentuk sediaan tambahan.
Bila cangkang kapsul mengganggu. penetapan, keluarkan isi tidak kurang dari 6 kapsul
sesempuma mungkin, larutkan cangkang kapsul dalam sejumlah volume Media disolusi
seperti yang dinyatakan. Lakukan penetapan seperti yang tertera dalam masing-masing
monografi. Buat koreksi seperlunya. Faktor koreksi lebih besar 25% dari kadar pada etiket
tidak dapat diterima.

Interpretasi Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan dipenuhi


bila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan.
Lanjutkan pengujian sampai tiga tahap kecuali bila hasil pengujian memenuhi tahap S atau S.
Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut seperti yang tertera dalam masing-masing
monografi, dinyatakan dalam persentase kadar pada etiket, angka 5% dan 15% dalam tabel
adalah persentase kadar pada etiket, dengan demikian mempunyai arti yang sama dengan Q.

Tabel Penerimaan
Tahap

Jumlah yang diuji


Kriteria Penerimaan

S1
6
Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5%
S2

S3
6

12

Rata-rata dari 12 unit (S1 +S2) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu unit
sediaan yang lebih kecil dari Q -15%
Rata-rata dari 24 unit (S1 + S2+ S3) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q, tidak lebih
dari 2 unit sediaan yang lebih kecil dari Q -15% dan tidak satu unit pun yang lebih kecil dari
Q – 25%.

Uji Waktu Hancur Tablet Dan Kapsul


Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam
masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet atau kapsul
digunakan sebagai tablet isap atau dikunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan obat
secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua periode
berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang jelas di antara periode pelepasan tersebut.
Tetapkan jenis sediaan yang akan diuji dari etiket serta dari pengamatan dan gunakan
prosedur yang tepat untuk 6 unit sediaan atau lebih.
Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna.
Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji
merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari penyalut
atau cangkang kapsul yang tidak larut.

Alat
Alat terdiri atas suatu rangkaian keranjang, gelas piala berukuran 1000 ml, termostat untuk
memanaskan cairan media antara 35º hingga 39º dan alat untuk menaikturunkan keranjang
dalam cairan media pada frekuensi yang tetap antara 29 kali hingga 32 kali per menit melalui
jarak tidak kurang dari 5,3 cm dan tidak lebih dari 5,7 cm. Volume cairan dalam wadah
sedemikian sehingga pada titik tertinggi gerakan ke atas, kawat kasa berada paling sedikit 2,5
cm di bawah permukaan cairan dan pada gerakan ke bawah ber-jarak tidak kurang dari 2,5
cm dari dasar wadah. Waktu yang diperlukan bergerak ke atas adalah sama dengan waktu
yang diperlukan untuk bergerak ke bawah dan perubahan pada arah gerakan merupakan
perubahan yang halus, bukan gerakan yang tiba-tiba dan kasar. Rangkaian keranjang
bergerak vertikal sepanjang sumbunya, tanpa gerakan horizontal yang berarti atau gerakan
sumbu dari posisi vertikalnya.

Rangkaian keranjang Rangkaian keranjang terdiri atas 6 tabung transparan yang kedua
ujungnya terbuka, masing-masing dengan panjang 7,75 cm ± 0,25 cm, diameter dalam lebih
kurang 21,5 mm dan tebal dinding lebih kurang 2 mm, tabung-tabung ditahan pada posisi
vertikal oleh dua lempengan plastik, masing-masing dengan diameter 9 cm, tebal 6 mm,
dengan enam buah lubang, masing-masing berdiameter lebih kurang 24 mm dan berjarak
sama dari pusat lempengan maupun antara lubang satu dengan lainnya. Pada permukaan
bawah lempengan dipasang suatu kasa baja tahan karat berukuran 10 mesh nomor 23 (0,025
inci). Bagian-bagian alat dirangkai dan dikencangkan oleh tiga buah baut melalui kedua
lempengan plastik. Suatu alat pengait dipasang pada alat yang menaikturunkan rangkaian
keranjang melalui satu titik pada sumbunya, digunakan vntuk menggantungkan rangkaian
keranjang.
Rancangan rangkaian keranjang dapat sedikit berbeda asalkan spesifikasi tabung kaca dan
ukuran kasa dipertahankan.
Cakram Tiap tabung mempunyai cakram berbentuk silinder dengan perforasi, tebal 9,5 mm ±
0,15 mm dan diameter 20,7 mm ± 0,15 mm. Cakram dibuat dari bahan plastik transparan
yang sesuai, mempunyai bobot jenis antara 1,18 hingga 1,20. Terdapat lima lubang berukuran
2 mm yang tembus dari atas ke bawah, salah satu lubang melalui sumbu silinder, sedangkan
lubang lain paralel terhadapnya dengan radius jarak 6 mm. Pada sisi silinder terdapat 4
lekukan dengan jarak sama berbentuk V yang tegak lurus terhadap ujung silinder. Ukuran
tiap lekukan sedemikian hingga bagian yang terbuka pada dasar silinder luasnya 1,60 mm
persegi dan pada bagian atas silinder lebar 9,5 mm dan dalam 2,55 mm. Seluruh permukaan
cakram licin.

Prosedur
Tablet tidak bersalut Masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang,
masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air bersuhu 37º ± 2º
sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi.
Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, angkat keranjang dan amati
semua tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur
sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang
diuji harus hancur sempurna.
Tablet bersalut bukan enterik Masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang,
bila tablet mempunyai penyalut luar yang dapat larut, celupkan keranjang dalam air pada
suhu kamar selama 5 menit. Kemudian masukkan cakram pada tiap tabung dan jalankan alat,
gunakan cairan lambung buatan LP bersuhu 37º ± 2º sebagai media. Setelah alat dijalankan
telama 30 menit, angkat keranjang dan amati semua tablet. Bila tablet tidak hancur sempurna,
ganti dengan cairan usus buatan LP bersuhu 37º ± 2º dan teruskan pengujian hingga jangka
waktu keseluruhan, termasuk pencelupan dalam air dan cairan lambung buatan LP adalah
sama dengan batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing monografi ditambah 30
menit, angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1
tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak
kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Tablet salut enterik Masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, bila tablet
mempunyai penyalut luar yang dapat larut, celupkan keranjang dalam air pada suhu kamar
selama 5 menit. Tanpa menggunakan cakram jalankan alat, gunakan cairan lambung buatan
LP bersuhu 37º ± 2º sebagai media. Setelah alat dijalankan selama satu jam, angkat keranjang
dan amati semua tablet: tablet tidak hancur, refak atau menjadi lunak. Kemudian masukkan
satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan cairan usus buatan LP bersuhu 37º ±
2º sebagai media selama jangka waktu 2 jam ditambah dengan batas waktu yang dinyatakan
dalam masing-masing monografi atau bila dalam monografi dinyatakan hanya tablet salut
enterik, maka hanya selama batas waktu yang dinyatakan.dalam monografi. Ajigkat
keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2
tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari
18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Tablet bukal Lakukan pengujian dengan prosedur seperti yang tertera pada Tablet tidak
bersalut, tanpa menggunakan cakram. Setelah 4 jam, angkat keranjang dan amati semua
tablet: semua tablet harus hancur. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi
pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur
sempurna.
Tablet sublingual Lakukan pengujian dengan prosedur seperti yang tertera pada Tablet iidak
bersalut, tanpa menggunakan cakram. Amati tablet dalam batas waktu yang dinyatakan dalam
masing-masing monografi: semua tablet harus hancur. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur
sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang
diuji harus hancur sempurna.
Kapsul gelatin keras Lakukan pengujian dengan prosedur seperti yang tertera pada Tablet
tidak bersalut, tanpa menggunakan cakram. Sebagai pengganti cakram digunakan suatu kasa
berukuran 10 mesh seperti yang diuraikan pada rangkaian keranjang, kasa ini ditempatkan
pada permukaan lempengan atas dari rangkaian keranjang. Amati kapsul dalam batas waktu
yang dinyatakan dalam masing-masing monografi, semua kapsul harus hancur, kecuali
bagian dari cangkang kapsul. Bila 1 tablet atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, ulangi
pengujian dengan 12 kapsul lainnya: tidak kurang 16 dari 18 kapsul yang diuji harus hancur
sempurna.
Kapsul gelatin lunak Lakukan pengujian dengan prosedur seperti yang tertera pada Kapsul
gelatin keras.
BAB IV
CONTOH TABLET
Daftar Tablet pada USP 26 2003

Acepromazine maleate, 15
Acetaminophen,
Acetazolamide, 41
Acetohexamide, 43
Acetohydroxamide acid, 44
Acyclovir, 50
Albendazole, 54
Albuterol, 56
Allopurinol, 64
Alprazolam, 66
Alumina,
Aminobenzoate potassium, 117
Aminocarproic acid, 120
Aminoglutethimide 122
Aminopentamide sulfate, 124
Aminophylline, 127
Aminosalicylate sodium, 128
Amiosalycylic acid, 130
Amitriptyline HCl, 133
Amodiaquine HCl, 138
Amoxicillin, 142
Ampicillin, 150
Anileridine HCl, 156
Apomorphine HCl, 166
Ascorbic acid, 171
Asian ginseng, 2762
Aspirin, 175
Astemizole, 185
Atenolol, 186
Atropine sulfate, 193
Azatadine maleate, 197
Azathioprine, 198

Bacampicillin HCl, 204


Baclofen, 209
Barium hydroxide lime sulfate, 212
Bendroflumethiazide, 216
Benztropine mesylate, 228
Bethametasone, 234
Betaxolol, 244
Bethanecol chloride, 245
Biperiden HCl, 250
Bisacodyl, 252
Bromocriptine mesylate, 268
Bromopheniramine maleate, 272
Bumetadine, 275
Bupropion HCl, 280
Buspirone HCl, 282
Busulfan, 283
Butabarbital sodium, 286
Butalbital,

Caffeine,
Calcium, 299, 302, 309, 311, 314
Captopril, 320
Carbamazepine, 324
Carbidopa, 329
Carbinoxamine maleate, 330
Carboxymethylcellulose sodium, 343
Corisoprodol, 341
Carteolol HCl, 345
Cascara, 348
Cefaclor, 352
Cefadroxil, 354
Cefixime, 362
Cefpodoxime proxetil, 380
Cefprozil, 381
Cephalexine, 396
Cepharadine, 402
Chlorambucil, 406
Chloramphenicol, 409
Chlordiazepoxide, 415
Chloroquine phosphate, 424
Chlorothiazide, 426
Chlorpeniramine maleate, 430
Chlorpromazine HCl, 436
Chlorpropamide, 437
Chlorthalidone, 441
Chlorzoxazone, 442
Cimetidine, 454
Ciprofloxacin, 460
Clarithromycin, 466
Clemastine fumarate, 468
Clomiphene citrate, 485
Clonazepam, 488
Clonidine HCl, 489
Clozapine, 500
Codein, 507, 508
Colchicine, 509
Cortisone acetate, 518
Cyclizine HCl, 526
Cyclobenzaprine HCl, 527
Cyclophosphamide, 530
Cyproheptadine HCl, 536

Dapsone, 543
Dehydrocholic acid, 547
Demeclocycline HCl, 550
Desipramine HCl, 552
Dexchlorpheniramine maleate, 570
Dextroamphetamine sulfate, 578
Diazepam, 589
Dichlorpenamide, 594
Diclofenac sodium, 596
Dicyclomine HCl, 599
Diethylcarbamazine citrate, 602
Diethyl propion HCl, 604
Diethyl stilbestrol, 605
Diflunisal, 609
Digitalis, 611
Digoxin, 616
Dihydrotachisterol, 621
Dihydroxyalumunium Na-carbonat, 624
Diltiazem HCl, 628
Dimenhydrinace, 630
Diphenhydramine, 638
Diphenoxylate, 641
Dipyridamole, 645
Dirithromycin, 646
Disulfiram, 649
Divalproex sodium, 650
Docusate sodium, 658
Doxycycline hydate, 670
Doxylamine succinate, 672
Dydrogestrone, 677
Dyphylline, 679

Enalapril maleate, 700


Ephedrine, 1806
Ergocalciterol, 717
Ergoloid mesylate, 720
Ergonovine maleate, 722
Ergotamine tartrate, 725
Erythromycin, 731
Estrogen, 748
Estropipate, 753
Ethacrinic acid, 755
Ethambutol HCl, 756
Ethynil estradiol, 759
Ethionamide, 760
Ethotoin, 764
Ethynodiol diacetate, 765
Etidronate disodium, 768
Etodolac, 770

Famotidine, 775
Fenoprofen calcium, 780
Ferrous sulfate, 788
Finasteride, 791
Flecainide acetate, 793
Fludrocortisone acetate, 796
Fluoxetine, 817
Fluoxymesterone, 819
Fluphenazine HCl, 823
Flurbiprofen, 828
Folic acid, 832
Furozolidone, 836
Furosemide, 839

Gemfibrozil, 850
Glipizide, 859
Glucosamine, 2765
Glyburide, 866
Glycopirrolate, 870
Griseofulvin, 877
Guaifenesine, 880
Guanabenz acetate, 886
Guanadrel sulfate, 886
Guanathidine monosulfate, 888
Guanfacine, 890

Haloperidol, 894
Hydralazine HCl, 909
Hydrochlorthiazide, 910
Hydrocodone bitartrate, 912
Hydrocortisone, 916
Hydroflumethiazide, 926
Hydromorphone HCl, 928
Hydroxychloroquine sulfate, 932
Hydroxyzine HCl, 937
Hyoscyamine, 940

Ibuprofen, 947
Imipramine HCl, 958
Indapamide, 961
Iodoquinol, 995
Iopanoic acid, 1000
Isoniazide, 1026
Isopropamide iodide, 1027
Isosorbide dinitrate, 1037
Isoxsuprine HCl, 1042

Ketoconazole, 1047
Ketorolac thromethamine, 1050

Labetalol HCl, 1053


Letrozole, 1061
Leucovorin calcium, 1063
Levamisole HCl, 1065
Levocarnithine, 1069
Levodopa, 1071
Levonogestrel, 1072
Levorphanol tartrate, 1074
Liothyronine sodium, 1085
Liotrix, 1068
Lisinopril, 1087
Lithium carbonate, 1089
Loperamide HCl, 1093
Lorazepam, 1098
Lovastatin, 1100

Magaldarate, 1106
Magnesia, 1109
Magnesium trisilikat, 1120
Maprotiline HCl, 1128
Mazindol, 1129
Mebendazole, 1132
Mecamylamine HCl, 1134
Meclizine HCl, 1136
Medroxyprogesterone acetate, 1140
Megestrole acetate, 1143
Melphalan, 1144
Menadiol sodium diphosphate, 1146
Meperidine HCl, 1152
Mephenytoin, 1153
Mephobarbital, 1154
Meprobamate, 1158
Mercaptopurine, 1159
Mesolamine, 1165
Mesoridazine besylate, 1167
Mestranol, 1168
Metaproterenol sulfate, 1172
Methadone HCl, 1177
Methamphetamine HCl, 1178
Methazolamide, 1179
Methdilazine HCl, 1181
Methenamine, 1183
Methimazole, 1186
Methocarbamol, 1188
Methotrexate, 1191
Methyclothiazide, 1196
Methylcellulose, 1200
Methyldopa, 1201
Methylergonovine maleate, 1207
Methylpenidate HCl, 1208
Methylprednisolone, 1210
Methyltestosterone, 1215
Methysergide maleate, 1216
Metoclopramide, 1219
Metolazone, 1220
Metoprolol tartrate, 1223
Metronidazole, 1228
Metyrapone, 1229
Minicycline HCl, 1240
Minoxidil, 1241
Mitotane, 1243
Molindone HCl, 1245
Moricizine HCl, 1253

Nadolol, 1260
Nafcillin sodium, 1263
Nalidixic acid, 1266
Naltrexone HCl, 1269
Naproxen, 1274
Niacin, 1305
Niacinamide, 1306
Nifedipine, 1313
Nitrofurantoin, 1317
Nitroglycerin, 1321
Norethindrone, 1328
Norfloxacin, 1335
Norgestrel, 1337
Nystatin, 1343

Oxandrolone, 1358
Oxazepam, 1359
Oxprenolol HCl, 1361
Oxtriphylline, 1362
Oxybutynin chloride, 1366
Oxycodone HCl, 1368
Oxymetholone, 1376
Oxytetracycline, 1379

Pancreatin, 1391
Pancrealipase, 1394
Papaverine HCl, 1396
Paramethasone acetate, 1398
Penbutolol sulfate, 1403
Penicillamine, 1406
Penicillin, 1413
Pergolide, 1436
Perphenazine, 1439
Phenazopyridine HCl, 1443
Phendimetrazine tartrate, 1444
Phenelzine sulfate, 1446
Phenmetrazine HCl, 1447
Phenobarbital, 1449
Phentermine HCl, 1454
Phenylbutazone, 1458
Phenylpropanolamine HCl, 1464
Phenytoin, 1467
Phytonadione, 1476
Pimozide, 1480
Pindolol, 1482
Piperazine citrate, 1486
Praziquantel, 1524
Prednisolone, 1529
Prednisone, 1536
Primaquine phosphate, 1538
Primadone, 1539
Probenecide, 1541
Probucol, 1543
Procainamide HCl, 1545
Prochlorperazine maleate, 1553
Procyclidine HCl, 1554
Promazine HCl, 1560
Promethazine HCl, 1562
Propantheline bromide, 1565
Propoxyphene napsylate, 1574
Propranolol HCl, 1579
Propylthiouracil, 1585
Protriptyline HCl, 1588
Pyrazinamide, 1596
Pyridostigmine bromide, 1598
Pyridoxine HCl, 1600
Pyrilamine maleate, 1601
Pyrimetamine, 1602
Pyrvinium pamoate, 1604

Quazepam, 1604
Quinidine sulfate, 1609
Quinin sulfate, 1612

Ranitidine, 1618
Rauwolfia serpentina, 1621
Repaglinide, 1642
Reserpine, 1627
Riboflavine, 1637
Ritrodine HCl, 1653

Saccharin sodium, 1658


Salsalate, 1663
Scopolamine HBr, 1670
Selegiline HCl, 1674
Sennosides, 1679
Simethicone, 1682
Simvastatin, 1684
Sodium bicarbonate, 1690
Sodium chloride, 1693
Sodium fluoride, 1696
Sodium salicylate, 1705
Sucralfate, 1719
Sulfadiazine, 1729
Sulfadimethoxine, 1732
Sulfamethizole, 1736
Sulfametoxazole, 1737
Sulfapyridine, 1741
Sulfasalazine, 1743
Sulfinpyrazone, 1745
Sulfisoxazole, 1745
Sulindac, 1747

Tamoxifen citrate, 1755


Terbutaline sulfate, 1776
Testolactone, 1780
Theopylline, 1805
Thiabendazole, 1811
Thiamine HCl, 1815
Thiethylperazine maleate, 1818
Thioguanine, 1821
Thioridazine HCl, 1825
Thyroid, 1831
Timolol maleate, 1840
Tocainide HCl, 1850
Tolazamide, 1851
Tolbutamide, 1854
Tolmetin sodium, 1855
Trazodone HCl, 1859
Triamcinolone, 1863
Triazolam, 1874
Trichlormethiazide, 1876
Trifluoperazine HCl, 1882
Triflupromazine HCl, 1885
Trihexyphenidyl HCl, 1888
Trimeperazine tartrate, 1891
Trimethoprim, 1893
Trioxsalem, 1895
Triprolidine HCl, 1898
Trisulfapyrimidines, 1901

Ubidecarenone, 2854
Ursodiol, 1914

Valerian, 2856
Verapamil HCl, 1925

Warfarin sodium, 1938

Zalcitabine, 1950
Zidovudine, 1953

Daftar Tablet pada BP 2001

Acebutolol, 1827
Acenocoumarol /Nicoumalone, 1828
Acetazolamide, 1828
Aciclovir, 1832
Aciclovir , Dispersible, 1833
Alimemazine /Trimeprazine, 1837
Allopurinol, 1837
Aloxiprin, 1839
Aluminium Hydroxide, 1842
Amiloride, 1843
Aminoglutethimide, 1844
Aminophylline, 1845
Amiodarone, 1847
Amitriptyline, 1847
Ascorbic Acid, 1858
Aspirin and Caffeine, 1860
Aspirin, 1858
Aspirin , Dispersible, 1858
Aspirin , Effervescent Soluble, 1859
Aspirin , Enteric-coated, 1859
Atenolol, 1862
Atropine, 1864
Azapropazone, 1865
Azathioprine, 1866

Baclofen, 1867
Bendroflumethiazide /Bendrofluazide, 1872
Benorilate, 1874
Benzatropine, 1875
Betamethasone Sodium Phosphate, 1887
Betamethasone, 1886
Bisacodyl, 1889
Bromocriptine, 1893
Brompheniramine, 1893
Bumetanide, 1895
Bumetanide and Slow Potassium, 1896
Busulfan, 1899

Calcium and Colecalciferol, 1902


Calcium and Ergocalciferol, 1903
Calcium Carbonate , Chewable, 1904
Calcium Folinate, 1905
Calcium Gluconate, 1907
Calcium Gluconate , Effervescent, 1907
Calcium Lactate, 1908
Captopril, 1909
Carbamazepine, 1910
Carbimazole, 1911
Cascara, 1914
Cefaclor , Slow, 1916
Cefalexin, 1920
Cefuroxime Axetil, 1927
Chlorambucil, 1929
Chlordiazepoxide Hydrochloride, 1933
Chloroquine Phosphate, 1937
Chloroquine Sulphate, 1938
Chlorphenamine /Chlorpheniramine, 1941
Chlorpromazine, 1942
Chlorpropamide, 1943
Chlortalidone, 1944
Choline Theophyllinate, 1946
Cimetidine, 1949
Ciprofloxacin, 1950
Clemastine, 1954
Clomifene, 1962
Clonidine, 1964
Co-amilofruse, 1968
Co-amilozide, 1970
Co-amoxiclav, 1971
Co-beneldopa , Dispersible, 1973
Co-careldopa, 1974
Co-codamol, 1975
Co-codaprin, 1976
Co-codaprin , Dispersible, 1977
Co-dergocrine, 1980
Co-dydramol, 1982
Co-magaldrox, 1990
Co-proxamol, 1990
Co-tenidone, 1992
Co-triamterzide, 1993
Co-trimoxazole, 1996
Co-trimoxazole , Dipersible, 1996
Co-trimoxazole , Paediatric, 1997
Codeine Phosphate, 1980
Colchicine, 1985
Colecalciferol, 1985
Colistin, 1989
Cortisone, 1991
Cyanocobalamin, 1999
Cyclizine, 2000
Cyclopenthiazide, 2000
Cyclophosphamide, 2002
Cyproheptadine, 2002
Cyproterone, 2003

Dapsone, 2006
Desipramine, 2008
Dexamethasone, 2009
Dexamfetamine, 2010
Dextromoramide, 2012
Diazepam, 2015
Diazoxide, 2016
Dichlorophen, 2016
Diclofenac, 2018
Diclofenac , Slow, 2018
Dicycloverine /Dicyclomine, 2020
Diethylstilbestrol, 2021
Diflunisal, 2023
Digitoxin, 2024
Digoxin, 2025
Dihydrocodeine, 2027
Diloxanide, 2027
Dimenhydrinate, 2028
Dipipanone and Cyclizine, 2030
Dipyridamole, 2031
Disulfiram, 2034
Docusate, 2041
Domperidone, 2042
Dosulepin /Dothiepin, 2045
Doxycycline , Dispersible, 2049
Droperidol, 2051
Dydrogesterone, 2052

Ephedrine Hydrochloride, 2056


Ergocalciferol, 2057
Ergometrine, 2059
Ergotamine Sublingual, 2059
Erythromycin Ethyl Succinate, 2063
Erythromycin Stearate, 2064
Erythromycin, 2062
Estropipate, 2065
Ethambutol, 2067
Ethinylestradiol, 2067
Etodolac, 2070

Famotidine, 2072
Fenbufen, 2076
Fenoprofen, 2076
Ferrous Fumarate and Folic Acid, 2080
Ferrous Fumarate, 2080
Ferrous Gluconate, 2081
Ferrous Sulphate, 2082
Ferrous Sulphate , Prolonged-release, 2082
Flavoxate, 2082
Flecainide, 2084
Flucytosine, 2088
Fludrocortisone, 2088
Fluphenazine, 2099
Flurbiprofen, 2102
Fluvoxamine, 2104
Folic Acid, 2105
Fosfestrol, 2108
Furosemide /Frusemide, 2111

Gemfibrozil, 2115
Glibenclamide, 2119
Gliclazide, 2120
Glipizide, 2121
Gliquidone, 2121
Glyceryl Trinitrate, 2125
Griseofulvin, 2128
Guanethidine, 2129

Haloperidol, 2139
Hydralazine, 2143
Hydrochlorothiazide, 2143
Hydroflumethiazide, 2153
Hydrotalcite, 2154
Hydroxychloroquine, 2156
Hyoscine Butylbromide, 2157
Hyoscine, 2159

Ibuprofen, 2162
Imipramine, 2164
Indoramin, 2165
Inositol Nicotinate, 2166
Iopanoic Acid, 2176
Isoniazid, 2183
Isosorbide Dinitrate, 2185
Isosorbide Mononitrate, 2186
Isradipine, 2189

Labetalol, 2194
Levodopa, 2198
Levonorgestrel and Ethinylestradiol, 2198
Levothyroxine /Thyroxine, 2199
Liothyronine, 2204
Lisinopril, 2206
Lithium Carbonate, 2207
Lithium Carbonate , Slow, 2207
Lofepramine, 2208
Loprazolam, 2210
Lorazepam, 2212
Lormetazepam, 2212

Magnesium Trisilicate , Compound, 2219


Mebeverine, 2222
Megestrol, 2223
Melphalan, 2226
Menadiol Phosphate, 2228
Meptazinol, 2230
Mepyramine, 2230
Mercaptopurine, 2231
Metformin, 2231
Methadone, 2234
Methotrexate, 2235
Methylcellulose, 2236
Methyldopa, 2237
Methylphenobarbital, 2238
Methylprednisolone, 2239
Methysergide, 2240
Metoclopramide, 2242
Metoprolol Tartrate, 2244
Metronidazole, 2247
Mianserin, 2249
Minocycline, 2251
Mitobronitol, 2253
Morphine, 2256
Morphine Sulphate , Prolonged-release, 2257
Moxisylyte /Thymoxamine, 2258

Nabumetone, 2259
Nalidixic Acid, 2260
Naproxen, 2264
Neomycin, 2266
Neostigmine, 2268
Niclosamide, 2268
Nicotinamide, 2269
Nicotinic Acid, 2269
Nicotinyl Alcohol, 2270
Nimodipine, 2272
Nitrazepam, 2274
Nitrofurantoin, 2275
Norethisterone, 2276
Norfloxacin, 2277
Nortriptyline, 2279
Nystatin, 2280

Orciprenaline, 2285
Orphenadrine Hydrochloride, 2287
Oxazepam, 2287
Oxprenolol, 2287
Oxybutynin, 2288
Oxymetholone, 2289
Oxytetracycline, 2291

Pancreatin, 2293
Paracetamol, 2296
Paracetamol , Dispersible, 2296
Paracetamol , Soluble, 2297
Penicillamine, 2299
Pentazocine, 2303
Pentobarbital, 2303
Perphenazine, 2307
Pethidine, 2309
Phenelzine, 2309
Phenindione, 2310
Phenobarbital Sodium, 2311
Phenobarbital, 2311
Phenoxymethylpenicillin, 2313
Phenytoin, 2317
Phytomenadione, 2319
Pimozide, 2320
Pindolol, 2321
Piperazine Phosphate, 2323
Pizotifen, 2325
Poldine, 2326
Polythiazide, 2327
Potassium Chloride , Effervescent, 2330
Potassium Chloride , Slow, 2330
Potassium Iodate, 2332
Prazosin, 2333
Prednisolone, 2335
Prednisolone , Enteric-coated, 2336
Primidone, 2338
Probenecid, 2339
Procainamide, 2340
Prochlorperazine Buccal, 2345
Prochlorperazine, 2344
Procyclidine, 2346
Proguanil, 2346
Promazine, 2349
Promethazine Hydrochloride, 2350
Promethazine Teoclate, 2351
Propantheline, 2352
Propranolol, 2353
Propylthiouracil, 2354
Protriptyline, 2355
Pseudoephedrine, 2356
Pyrazinamide, 2356
Pyridostigmine, 2357
Pyridoxine, 2357
Pyrimethamine, 2358

Quinidine Sulphate, 2359


Quinine Bisulphate, 2360
Quinine Sulphate, 2361

Ranitidine, 2364
Ritodrine, 2367
Salbutamol, 2372
Selegiline, 2374
Senna, 2377
Sodium Bicarbonate , Compound, 2381
Sodium Chloride, 2384
Sodium Citrate, 2385
Sodium Fluoride, 2389
Sodium Valproate, 2396
Sodium Valproate , Enteric-coated, 2396
Sotalol, 2400
Spironolactone, 2402
Stanozolol, 2404
Sulindac, 2409
Sulfasalazine, 2407
Sulfinpyrazone, 2408
Sulpiride, 2410

Tamoxifen, 2412
Temazepam, 2415
Tenoxicam, 2416
Terbutaline, 2417
Terfenadine, 2419
Tetracycline, 2424
Thiamine, 2425
Thioridazine, 2427
Tiabendazole, 2428
Timolol, 2429
Tioguanine, 2431
Tocopheryl Succinate , Alpha, 2433
Tolazamide, 2433
Tolbutamide, 2434
Tranexamic Acid, 2435
Tranylcypromine, 2436
Triamcinolone, 2440
Trifluoperazine, 2441
Trihexyphenidyl /Benzhexol, 2442
Trimethoprim, 2443
Trimipramine, 2443
Triprolidine, 2444

Ursodeoxycholic Acid, 2447

Verapamil, 2450
Verapamil , Prolonged-release, 2450
Vigabatrin, 2451

Warfarin, 2456

Zuclopenthixol, 2462
Daftar Tablet pada Codex

Acetazolamide 708
Acetylcysteine 710
Acyclovir 711
Allopurinol 716
Aminophlline 721
Amitriptyline 725
Ammonium Chloride 727
Amoxycillin 728
Amphotericin 731
Ampicillin 733
Apomorphine 739
Aspirin 741
Atenolol 747
Atropine 748
Azathioprine 751

Baclofen 753
Benzylpenicillin 760
Betamethasone 765

Caffeine 771
Captopril 772
Carbamazepine 774
Cefuroxime 779
Cephalexin 780
Chlorambucil 785
Chlorampenicol 786
Chlordiazepoxide 790
Chlormethiazole 792
Chloroquine 794
Chlorpheniramine 797
Chlorpromazine 799
Chlorthalidone 802
Cimetidine 803
Codeine 813
Cortisone 817
Cyclophosphamide 819

Dapsone 823
Dexamethasone 824
Diazepam 830
Diclofenac 835
Diethylcarbamazine 839
Diethylpropion 839
Digoxin 840
Doxycycline 850
Ergometrine 852
Ergotamine 854
Erythromycin 855
Ethacrynic acid 861
Ethinyloestradiol 863

Fenoprofen 864
Ferrous salts 866
Fludrocortisone 870
Fluphenazine 871
Folic acid 873
Furosemide 875

Glibenclamide 882
Glyceryl trinitrate 884
Griseofulvin 888

Haloperidol 892
Hydralazine 897
Hydrochorothiazide 899
Hydrocortisone 901

Ibuprofen 908
Imipramine 911
Isoniazid 928
Isosorbide 931

Ketoprofen 933

Levodopa 96
Lithium salts 940
Lorazepam 942

Meprobamate 945
Mesalazine 946
Methadone 947
Methotrexate 949
Methyldopa 952
Methylprednisolone 953
Metoclopramide 956
Metronidazole 959
Miconazole 964
Morphine 966

Naproxen 971
Nifedipine 975
Nitrazepam 979
Nitrofurantoin 980
Norethisterone 983
Nystatin 984
Orphenadrine 986

Paracetamol 987
Pethidine 993
Phenobarbitone 994
Phenoxymethylpenicillin 998
Phenytoin 1001
Piperazin 1008
Piroxicam 1010
Prednisolone 1013
Primidone 1018
Prochorperazine 1020
Promethazine 1022
Propanolol 1025

Quinidine 1029
Quinine 1032

Ranitidine 1034
Riboflavine 1037

Salbutamol 1041
Sodium valproate 1046
Spironolactone 1046
Sulphadimidine 1049
Sulphamethoxazole 1051

Tamoxifen 1055
Tetracycline 1062
Theophylline 1067
Thyroxine 1073
Timolol 1074
Tolbutamide 1076
Triamcinolone 1078
Trimethoprim 1082

Verapamil 1083

Daftar Tablet pada FI IV

Aloksiprin 76
Alopurinol 74
Alprazolam 80
Alprenolol hidroklorida 82
Amfetamin sulfat 100
Amilorida hidroklorida 89
Aminofilin 91
Ampisilin 105
Antalgin 538
Asam aminokaproat 36
Asam asetilsalisilat 32
Asam asetilsalisilat didapar 33
Asam askorbat 39
Asam folat 42
Asam nalidiksat 45
Asetaminofen 650
Asetazolamida 25
Asetosal 32
Atenolol 115
Atropine sulfat 116
Azatioprin 121

Besi (II) fumarat 379


Betametason 136
Bisakodil 146
Bromokriptin mesilat 151

Dusulfan 156
Dapson 278
Deksametason 288
Diazepam 304
Dietilkarbamazin sitrat 302
Difenhidramin teoklat 325
Digitalis 315
Digitoksin 316
Digoksin 319
Diltiazem hidroklorida 323
Dimenhidrinat 325
Dipiridamol 332

Efedrin hidroklorida 350


Efervesen asam asetilsalisilat 35
Ekstrak beladon 127
Ergometrin maleat 354
Ergonovin maleat 354
Eritromisin 358
Eritromisin etilsuksinat 359
Eritromisin stearat 359
Etambutol hidroklorida 62

Fenfluramin hidroklorida 374


Fenobarbital 660
Fenoksimetilpenisilin 665
Fitonadion 674
Furosemida 402

Glibenklamida 411
Griseofulvin 420
Guaifenesin 422
Haloperidol 425
Hidroklortiazida 434
Hiosin hrobromida 445

Ibuprofen 445
Isoniazid 473
Kalsium laktat 165
Karbamazepin 170
Karisoprodol 176
Ketokonazol 486
Klemastin fumarat 231
Klomifen sitrat 240
Klonidin hidroklorida 244
Klordiazepoksida 199
Klordiazepoksida hidroklorida 201
Klorfeniramin maleat 211
Klorokuin fosfat 208
Klorpromazin hidroklorida 215
Klorpropamida 215
Klortalidon 216
Klorzoksazon 218
Kotrimoksazol 770
Kuinidin sulfat 727
Kuinin sulfat 732

Lepas tunda asam asetilsalisilat 34


Levamisol hidroklorida 491
Levotiroksin natrium 495
Lorazepam 505
Luminal 660

Mebendazol 522
Merkaptopurin 533
Metadon hidroklorida 536
Metampiron 538
Metenamin mendelat 540
Metformin hidroklorida 535
Metildopa 547
Metilergometrin maleat 548
Metilergonovin maleat 548
Metoklopramida hidroklorida 556
Metoprolol tartrat 542
Metronidazol 561

Nadolol 573
Naproksen natrium 579
Natrium aminosalisilat 582
Natrium bikarbonat 604
Neostigmin bromide 607
Nistatin 626
Nitrazepam 615
Nitrogliserin 619
Norethisteron 622
Noretindron 622

Papaverin hidroklorida 647


Parasetamol 650
Penisilin V 665
Piperazin fosfat 682
Piperazin sitrat 681
Pirazinamida 722
Piridoksin hidroklorida 724
Prazikuantel 690
Prazosin hidroklorida 692
Prednisone 697
Primakuin fosfat 698
Probenesid 700
Propanolol hidroklorida 710
Propel flourasil 714

Ranitidine hidroklorida 734


Reserpin 739

Sefaleksin 182
Sefradin 182
Siklofosfamida 267
Simetidin 224
Siproheptadin hidroklorida 272
Skopolamin hidrobromida 445
Sublingual isosorbid dinitrat 475
Sulfametoksazol dan trimetoprim 770

Tamoksifen sitrat 773


Tiamina hidroklorida 785
Tolbutamida 799
Triheksifenidil hidroklorida 805

Vaginal nistatin 626


Vaginal klotrimazol 248
Verapamil hidroklorida 825
Vitamin B1 785
Vitamin K1 674

Daftar Tablet pada Fornas

Acipheco 7
Alopurinol 17
Alprenolol 18
Alukol 19
Aluminium hidroksida 19
Aminofilina 20
Amitriptilina 22
Amobarbital 23
Amobarbital natrium 24
Amodiakina 25
Antalgin 108
Antazolina 28
Antinfluenza Dep Kes 6
APC 7
Asam asetilsalisilat 5
Asam asetilsalisilat kamfer opium 6
Asam asetilsalisilat kofeina fenasetina 7
Asam askorbat 8
Asam folat 11
Asam nikotinat 12
Asetaminofen 3
Asetaminofen asetilsalisilat kofeina 4
Asetazolamida 4
Asetosal 5
Atropine difenoksilat 33

Barbital 39
Beladon 39
Bendrofluazida 40
Benzheksolium 41
Benzotropina 42
Besi (II) fumarat 129
Besi (II) glukonat 130
Besi (II) sulfat 131
Betametason 47
Betametason fosfat 48
Biperidena 50
Bisakodil 51
Busulfan 53
Butobarbital 54

Dapson 93
Deksametason 93
Deksamfetamina 96
Deksklorofeniramina 97
Dekstrometorfan 100
Dekstromoramida 101
Diazepam 103
Didrogesteron 116
Dienesterol 106
Dietilkarbamazina 101
Dietilstilbestrol 102
Difenhidramina teoklat 114
Digilanida C 173
Digitalis 107
Digitoksin 107
Digoksin 108
Diiodoksikinolina 109
Dikorfenamida 105
Diloksanida 109
Dimenhidrinat 114
Dimetusteron 111
Dioktil sulfosuksinat 111
Doksikorton 114
Dover 219

Efedrina 118
Efervesen asetosal 6
Ergometrina 123
Ergonovina 123
Ergotamina 124
Eritromisina 125
Etambutol 12
Etundron 16
Etunilestradiol 15
Etusteron 16

Fenetisilina 236
Fenfluramina 128
Fenilbutazon 240
Fenindamina 237
Fenitoina 242
Fenobarbital 237
Fenoksimetilpenisilina 240
Fenolftalein 238
Fitomenadion 244
Fludrokortison 131
Flufenazina 131
Fluprednisolon 133
Ftalilsulfatiazol 243
Furosemida 133

Gliserol trinitrat 141


Glutetimida 140
Griseofulfina 140
Guanetidina 143

Haloperidol 143
HCT 150
Heksamina 146
Heksamina mandelat 146
Hidralazina 149
Hidroflumetiazida 156
Hidroklortiazida 150
Hidrokodon 150
Hidrokortison 150
Hidroksizina 158
Hiosina 159
Hiosina metilbromida 161

Imipramina 163
INH 167
Iodokloroksikinolina 77
Isokarboksazida 167
Isoksuprina 169
Isoniazid 167
Isoprenalina 168
Isopropamida 169
Isoproterenol 168

Kalek 57
Kalsiferol 57
Kalsium benzamidosalisilat 55
Kalsium glukonat 55
Kalsium laktat 57
Kalsium pantotenat 57
Karbamazepina 59
Karbarson 59
Karbimazol 60
Karbinoksamina 61
Karbromal 62
Kina 266
Kinidina 264
Kinina bisulfat 264
Kinina hidroklorida 265
Kinina sulfat 266
Kiniofon 266
Kliokinolina 77
Klomifen 80
Klorambusil 64
Klordiazepoksida 68
Klorfeniramina 69
Klorguanida 69
Klorkina 73
Klorpromazina 70
Klorpropamida 72
Klortalidon 74
Klortiazida 75
Kodeina 82
Kolina teofilinat 75
Kolistina 84
Kortison 87

Lanatosida-C 173
Lapis 312
Levodopum 175
Levotiroksina 176
Liotironina 179

Mebhidrolina 181
Meditren 166
Melfalan 182
Menadion 182
Mepakrina 184
Mepenzolium 184
Mepiramina 186
Meprobamat 185
Merkantopurina 186
Metampiron 188
Metandienon 189
Metandrostelonon 189
Metantelina 189
Metenamina 146
Metenamina mendelat 146
Metilklotiazida 192
Metildopum 192
Metildopum hidroklortiazida 193
Metilergometrina 193
Metilergonovina 193
Metilpredmisolon 195
Metiltestosteron 196
Metiltiourasil 197
Metimazol 190
Metionina 191
Metisergida 197
Metronidazol 197
Multivitamin 199

Natrium bikarbonat 207


Natrium subkarbonat 207
Neomisina 208
Neostigmina 210
Niklosamida 210
Nikotinamida 211
Nistatina 214
Nitrazepam 212
Nitrofurantoina 212
Nitrogliserin 141
Noretandrolon 213
Noreundron 213
Noretundron asetat 213
Noretusteron 213
Noretusteron asetat 213
Novobiosina 214
Oksifensiklimina 222
Oksitosina 225
Opial 226
Opium majemuk 219
Orsiprenalina 219

Papaveretum 226
Papaverina 226
Paraminosalisilat 228
Parasetamol 3
PASNA 228
Penisilina-V 240
Pentaeritritol 230
Pentobarbital 231
Perfenazina 232
Petidina 234
Piperazina adipat 247
Piperazina sitrat 247
Piridoksina 262
Piridostigmina 262
Pirimetamina 263
Pirvinum 263
Polimiksina 249
Politiazida 250
Prednisolon 251
Prednison 254
Primakina 254
Primidon 254
Proguanil 69
Prokainamida 255
Proklorperazina 256
Promazina 258
Prometazina hidroklorida 259
Prometazina teoklat 260
Propanolol 267
Propantelina 260
Propiltiourasil 261
Propisilina 261

Ragi 271
Reseprina 266
Riboflavina 269

Sakarina 270
Sakaromises 271
Salisilamida 271
Salut kering 312
Sefaleksina 62
Sianokobalamina piridoksina tiamina 89
Siklofosfamida 90
Sikloserina 91
Sinkofen 76
Siproheptadina 91
Sisip 312
Skopolamina 159
Skopolamina metilbromida 161
Spironolakton 274
Stilbestrol 102
Sublingual 312
Sulfadiazina 277
Sulfadimetoksida 277
Sulfadimidina 278
Sulfafurazol 281
Sulfaguanidina 279
Sulfametazina 278
Sulfamerazina 279
Sulfametizol 280
Sulfametoksazol 280
Sulfametoksipiridazina 280
Sulfasomidina 281
Sulfisoksazol 281
Sulfisomidina 281

Tiamina 288
Tietilperazina 288
Tioridazina 289
Tiroksina 176
Tolazolina 291
Tolbutamida 291
Triamsinolon 292
Trifluoperazina 295
Triheksifenidil 41
Trimoksazol I 296
Trimoksazol II 296
Tripelenamina 296
Trisulfa 297
Trisulfapirimidina 297

Vioform 77
Vitamin-B kompleks 302
Vitamin-B1 288
Vitamin-B2 269
Vitamin-B6 262
Vitamin-C 8
Vitamin-D 57
Vitamin-K 182

Warfarin 303
BAB V
TABLET KHUSUS
A. TABLET EFFERVESCENT

I. Pendahuluan

I. 1. Tablet Effervecent
Tablet Effervecent adalah tablet yang mengeluarkan buih ketika dimasukkan ke dalam air.
Buih yang keluar tersebut adalah gas karbondioksida yang dihasilkan dari reaksi antara asam
organik dengan garam turunan karbonat. Gas korbondioksida ini membantu mempercepat
hancurnya tablet dan meningkatkan kelarutan zat aktif. Selain itu gas korbondiokasida ini
juga memberi rasa segar seperti halnya pada minuman kaleng berkarbonasi. Di samping
menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga menghasilkan rasa yang enak karena adanya
karbonat yang membantu memperbaiki rasa beberapa obat tertentu. Dengan rasa asam sedikit
berlebih, sehingga berasa sedikit asam ini merupakan faktor tambahan yang membuat sediaan
efervesen dapat diterima di masyarakat.
Kandungan tablet effervecent merupakan campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan
Natrium bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam lingkungan berair akan bereaksi
menghasilkan karbondioksida yang berasal dari penguraian basa bikarbonat akibat penetralan
oleh asam. Reaksinya cukup cepat dan biasanya selesai dalam waktu 1 menit atau kurang.
Tablet effervescent harus disimpan dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab,
sedangkan pada etiket tertera tidak langsung ditelan.

I. 2. Keuntungan dan Kerugian Effervecent


Keuntungan yang dimiliki tablet effervescent, antara lain;
1. Memungkinkan penyiapan larutan dalam waktu seketika, yang mengandung dosis yang
tepat
2. Rasa menyenangkan karena karbonisasi membantu menutup rasa zat aktif yang tidak enak
3. Tablet biasanya cukup besar dan dapat dikemas secara individual sehingga bisa
menghindari masalah ketidakstabilan zat aktif dalam penyimpanan.
4. Mudah menggunakannya karena tablet dilarutkan terlebih dulu dalam air baru diminum
5. Bentuk sediaan dengan dosis terukur tepat.

Kerugian yang terdapat pada tablet effervescent, antara lain;


1. Kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia
2. Kelembaban udara selama pembuatan produk mungkin sudah cukup untuk memulai
reaktifitas effervescen

I. 3. Pembuatan Efervescent
Tablet effervecent dibuat dengan beberapa metode yaitu dengan cara granulasi basah,
granulasi kering, dan dengan metode fluidisasi. Metode fluidisasi dengan metode wurster,
menggunakan suatu alat semprot khusus yang dilangkapi dengan saluran penyemprot bahan
pengikat dan saluran udara pemanas.
Tablet effervecent memerlukan kondisi kerja dan metode khusus dalam pembuatannya karena
dalam tablet ini terdapat dua bahan yang tidak dapat tersatukan yaitu garam natrium
bikarbonat dan asam organik sebagai penghasil karbondioksida. Reaksi kedua bahan ini akan
dipercepat dengan adanya air, maka dari itu tablet Efervescent selama perjalanannya mulai
akhir produksi sampai ke tangan pasien tidak boleh sedikitpun kontak dengan air. Selain itu
suhu tinggi juga dapat mempercepat perusakan bahan tablet, sehingga juga harus dijaga pada
suhu yang relatif rendah.
Proses pembuatan tablet efervesen membutuhkan kondisi khusus, kelembabab harus relatif
rendah dan suhu harus dingin untuk mencegah granul atau tablet melekat pada mesin karena
pengaruh kelembaban dari udara.

a. Granulasi Basah
Umumnya sama dengan tablet konvensional
Prosesnya:
1. Cara Pemanasan.
Biasanya komponen asam yang dipanaskan. Karena proses ini sangat tidak konstan dan sulit
dikendalikan jarang digunakan.
2. Granulasi dengan Cairan Reaktif.
Bahan penggranulasi yang efektif adalah air. Proses berdasarkan penambahan sedikit air (0,1-
0,5%) yang disemprotkan pada campuran sehingga terjadi reaksi menghasilkan granul.
Granul yang masih lembab ditransfer ke mesin tablet kemudian dikempa lalu tablet masuk ke
dalam oven terjadi proses pengeringan untuk menghilangkan air sehingga tablet menjadi
stabil.
3. Granulasi dengan Cairan Non Reaktif.
Cairan yang digunakan adalah etanol atau isopropanol. Cairan ditambahkan perlahan-lahan
ke dalam campuran pada mesin pencampur. Dalam hal ini perlu ditambahkan pengikat kering
seperti PVP. Setelah itu masa granul dimasukkan ke dalam oven lalu dikeringkan. Kemudian
dihaluskan lagi baru dicetak.

b. Granulasi Kering
Dilakukan dengan dua cara:
1. Cara Slugging
Dibuat bongkah-bongkah tablet ukuran besar menggunakan mesin tablet kemudian tablet
dimasukkan ke dalam mesin granulasi untuk dihaluskan menjadi ukuran yang dikehendaki
2. Cara Kompaktor
Menggunakan mesin khusus rol kompaktor yang mengempa serbuk premix menjadi bentuk
pita/lempeng diantara dua rol yang berputar berlawanan. Bahan dihaluskan menjadi granul
dalam mesin granul.

I. 4. Bahan Tambahan Tablet Effervecent


Perlu diperhatikan bahwa bahan yang digunakan dalam tablet effervecent seharusnya
mempunyai kandungan lembab yang sangat rendah dan sewaktu pembuatan sediaan ini harus
dilakukan pada tempat yang kering.
Karakteristik komponen tablet Efervesen:
1. Dalam banyak hal prinsip yang digunakan dalam memproduksi tablet efervesen sama
dengan yang digunakan untuk tablet konvensional. Banyak dari proses dan alat proses yang
sama. Demikian juga sifat umum granul yang diperlukan untuk memdapatkan tablet yang
sesuai persyaratan seperti:
a. Ukuran partikel
b. Bentuk partikel
c. Granulometri
d. Keseragaman distribusi
e. Aliran bebas granul
f. Granul harus dapat dikompresi

2. Satu sifat bahan baku yang dipilih untuk digunakan dalam tablet efervesen yang lebih
penting dari tablet konvensional yaitu kondisi lembabnya, artinya bahan baku yang
digunakan harus kering.
Apabila bahan baku yang digunakan tidak kering (mengandung lembab) maka terjadi reaksi
asam dan karbonatnya akan menyebabkan produk menjadi tidak stabil secara fisik dan
terurai. Sekali dimulai reaksi maka akan berlanjut lebih cepat karena produk samping reaksi
adalah pertambahan air.

Contoh:
CH2COOH CH2COONa
CH2COOH + 3NaHCO3 CHCOONa + 3 CO2 + 3 H2O
CH2COOH CH2COONa

Oleh karena itu bahan baku yang digunakan harus dalam keaadan anhidrat (kering) dengan
sedikit kadar lembab yang diabsorpsi. Molekul air memang masih ada tapi sangat sedikit
karena air dibutuhkan sedikit untuk kebutuhan mengikat granul karena granul yang terlampau
kering tidak dapat dikempa.

3. Kelarutan merupakan sifat bahan baku yang penting dalam tablet efervesen. Jika
komponen tablet tidak larut, reaksi efervesen tidak akan terjadi dan tablet tidak akan
terdisintegrasi secara cepat. Kecepatan kelaurtan lebih penting dari kelarutan karena zat yang
terlarut lambat dapat merintangi desintegrasi tablet dan larut lambat menghasilkan residu
yang tidak disukai setelah tablet terdisintegrasi.

I. 4. 1. Sumber Karbondioksida
Sumber karbondioksida dari tablet efervesen didapat dari garam-garam karbonat. Karena
garam ini dapat menghasilkan 53 % karbondioksida. Garam yang sering digunakan adalah
natrium bikarbonat dan natrium karbonat. Natrium bikarbonat dengan kosentrasi dalam air
0,85% menunjukan pH 8,3. natrium karbonat dengan konsentrasi 1 % dalam air mempunyai
pH 11,5. Natrium karbonat menunjukan pula efek stabilisasi di dalam tablet efervesen karena
kemampuannya mengabsorbsi lembab terlebih dahulu yang dapat mencegah permulaan
reaksi efervesen. Oksigen dapat pula menjadi sumber efervesen dengan sumbarnya dapat
digunakan natrium perborat anhidrat.

I. 4. 2. Sumber Asam
Sumber asam yang umumnya digunakan pada tablet efervesen dapat digolongkan menjadi;
Asam Makanan, antara lain :
Asam Sitrat, merupakan asam yang paling sering digunakan karena harganya yang murah.
Asam sitrat dapat larut dengan mudah dan cepat, dan dalam bentuk granul dapat mengalir
dengan bebas. Terdapat juga bentuk anhidratnya sehingga mempunyai sifat higrokopis.
Asam Tartrat, asam ini mempunyai kelarutan yang lebih besr dari asam sitrat.
Asam anhidrat
Jika asam anhidrat dilarutkan dalam air maka akan terjadi hidrolisi yang membebaskan
bentuk asamnya yang dapat bereaksi dengan sumber karbondioksida. Contohnya adalah
suksinat anhidrat.
Garam Asam
Garam ini dapat digunakan karena dalam larutan, garam ini dapat menghasilkan proton dan
menghasilkan larutan dengan pH dibawah 7. Contohnya adalah natrium hidrogen fosfat,
natrium dihidrogen fosfat, dan natrium bisulfit.
I. 4. 3. Bahan Tambahan Lainnya
Bahan tambahan lainnya pada tablet efervesen antara lain seperti bahan pengikat, bahan
pengisi, dan lubrikan. Namun bahan-bahan ini penggunaannya dalam jumlah yang terbatas.
Seperti halnya pengisi, hanya digunakan sedikit saja, karena dalam formula tablet efervesen
sudah banyak mengandung karbonat dan asam.

a. Pengikat dan zat penggranul


Untuk pembuatan tablet efervesen dengan metode granulasi penggunaan pengikat seperti
gelatin, amilum dan gom tidak dapat digunakan karena kelarutan lambat atau karena
kandungan residu air tinggi yang dapat mempercepat ketidakstabilan tablet efervesen.
Pengikat efektif untuk tablet efervesen adalah PVP. PVP ditambahkan pada serbuk yang
digranulasi dalam keadaan kering kemudian dibasahi oleh cairan penggranulasi yaitu
isopropanol, etanol atau hidroalkohol. Alkohol tidak bersifat pengikat tapi ditambahkan
sebagai zat penggranulasi untuk pelarut PVP.

b. Pengisi
Biasanya hanya dibutuhkan sedikit pengisi karena zat yang menghasilkan efervesen sudah
cukup besar. Natrium bikarbonat merupakan pengisi yang baik. Pengisi lain adalah Na.
Klorida, Na. Sulfat dan Na. Bikarbonat.

c. Lubrikan
Lubrikan yang larut air atau zat yang dapat terdispersi dalam air dapat digunakan sebagai
lubrikan. Serbuk natrium benzoat dan PEG 8000 merupakan lubrikan larut air yang efektif.
II. CONTOH FORMULA (VITAMIN C)

II. 1. Formulasi
Satu tablet effervescent dibuat dengan bobot 1,5 gram.
Formula untuk 1 buah tablet effervescent :
Vitamin C 500 mg
Pyridoxine 20 mg
PVP 3% 45 mg
Sukrosa 15% 225 mg
Asam sitrat monohidrat 208 mg
Asam tartrat 222,9 mg
Natrium bikarbonat 249,5 mg
PEG 8000 30 mg

II. 2. Perhitungan
Bobot tablet effervescent 1500 mg
Fasa dalam bobot 98% = 98/100 ´1500 mg = 1470 mg
Fasa luar (terdiri dari pelincir) bobot 2% = 2/100 ´ 1500 mg = 30 mg
Fasa dalam terdiri dari zat aktif, asam, basa, pengikat, dan pengisi.
Bobot asam dan basa = fasa dalam – (zat aktif + pengikat + pengisi)
= 1470 mg – ( 520 + 45 + 225 ) mg
= 680 mg
Asam sitrat monohidrat: BM = 210,13
Bilangan ekivalen = 3
Bobot ekivalen = 210,13/3 = 70,04
Asam tartrat: BM = 150,09
Bilangan ekivalen = 2
Bobot ekivalen = 150,09/2 = 75,05
Natrium bikarbonat: BM = 84,01
Bilangan ekivalen = 1
Bobot ekivalen = 84,01/1 = 84,01
70,04 mol ekivalen + 75,05 mol ekivalen + 84,01 mol ekivalen = 680 mg
229,1 mol ekivalen = 680 mg
mol ekivalen = 2,97

Asam sitrat monohidrat = 70,04 ´ 2,97 = 208 mg


Asam tartrat = 75,05 ´ 2,97 = 222,9 mg
Natrium bikarbonat = 84,01 ´ 2,97 = 249,5 mg

Pertimbangan pemilihan bahan-bahan dalam formula dan metode pembuatan


Bobot tablet yang dipilih 1500 mg karena bobot tersebut cukup untuk bobot tablet
effervescent
Dosis asam askorbat yang dipilih 500 mg/hari karena dosis tersebut dapat digunakan untuk
pengobatan sariawan akibat defisiensi vitamin C.
Jumlah pyridoxine yang dikonsumsi per hari sebanyak 2,2 mg harus terpenuhi untuk laki-laki
dan 2 mg untuk perempuan. Pyridoxine yang digunakan untuk pengobatan anemia
sideroblastik dan untuk merawat kelainan metabolisme akibat defisiensi pyridoxine memiliki
dosis sebesar 100-400 mg per hari. Dosis pyridoxine yang dipilih dalam formula ini sebesar
20 mg/hari karena masih termasuk rentang dosis yang dapat digunakan untuk profilaksis dan
defisiensi pyridoxine, juga untuk memenuhi bobot tablet effervescent sebesar 1,5 gr.
Pengikat yang digunakan dipilih PVP karena PVP merupakan pengikat yang larut air dan
konsentrasi yang dipilih 3% karena PVP yang digunakan sebagai pengikat dalam formulasi
dan teknologi Farmasi sebesar 0,5-5%
Pengisi yang digunakan adalah sukrosa karena pengisi yang digunakan dalam tablet
effervescent adalah gula. Konsentrasi yang dipilih 15% karena sukrosa yang digunakan
sebagai pengisi pada formulasi dan teknologi Farmasi 2-20%.
Asam yang digunakan adalah kombinasi antara asam sitrat monohidrat dan asam tartrat
karena dengan kombinasi akan diperoleh tablet effervescent yang bik. Bila digunakan asam
sitrat monohidrat tunggal maka granul yang dihasilkan lengket dan lunak sehingga tidak
dapat dikempa, sedangkan bila digunakan asam tartrat tunggal maka akan dihasilkan tablet
effervescent yang keras dan retak-retak.
Basa yang digunakan adalah natrium bikarbonat karena basa tersebut biasa digunakan dalam
kombinasi dengan asam tartrat.
Lubrikan yang digunakan harus larut air sehingga dipilih PEG 8000
Metode pembuatan yang dipilih adalah granulasi kering karena zat aktif merupakan vitamin
yang tidak tahan panas sehingga dengan granulasi kering maka tidak diperlukan proses
pengeringan yang memerlukan panas.

Penimbangan dilakukan untuk membuat 500 buah tablet effervescent


Asam askorbat 500 mg ´ 500 = 250 g
Pyridoxine 20 mg ´ 500 = 10 gr
PVP 3% 45 mg ´ 500 = 22,5 gr
Sukrosa 15% 225 mg ´ 500 = 112,5 gr
Asam sitrat monohidrat208 mg ´ 500 = 104 gr
Asam tartrat 222,9 mg ´ 500 = 111,45 gr
Natrium bikarbonat 249,5 mg ´ 500 = 124,75 gr
PEG 8000 30 mg ´ 500 = 15 gr

II.3 Prosedur Pembuatan


Metode Granulasi Kering
Zat aktif dan eksipien masing-masing dihaluskan dlam tempat yang terpisah.
Dicampur menjadi satu kemudian dicampur hingga homogen.
Massa serbuk dislugging, kemudian dihancurkan hingga derajat kehalusan tertentu.
Diayak dengan pengayak nomor 16 mesh.
Dilakukan uji aliran granul yang diperoleh. Aliran yag diperoleh harus sebesar 10 gr/detik.
Jika tidak diperoleh aliran sebesar itu, harus dilakukan slugging kembali hingga diperoleh
aliran yang dikehendaki.
Setelah granul memiliki aliran 10 gr/detik, pada granul ditambahkan lubrikan. Granul siap
dikempa menjadi tablet dengan bobot 1,5 gr.

II.4. Evaluasi Granul

II.4.1 Tujuan
Untuk memeriksa apakah granul yang terbentuk memenuhi syarat atau tidak untuk dikempa.

II.4.2 Prosedur
i) KandunganAir (hanya untuk granul hasil granulasi basah)
a. Penentuan dilakukan dengan menggunakan 5 gr granul yang diratakan pada piring logam,
kemudian dimasukkan dalam alat penentuan kadar air (Moisture Ballance).
b. Atur panas yang digunakan (70 0C) lalu diamkan beberapa waktu sampai diperoleh angka
yang tetap (dalam bentuk %). Piring logam dipanaskan hingga bobot tetap sebelum
digunakan.

ii) Kecepatan Aliran (Menggunakan Flow Tester)


a. Sejumlah tertentu granul dimasukkan kedalam alat penentuan (corong) penguji aliran.
b. Alat dijalankan dan dicatat waktu yang dibutuhkan oleh massa granul untuk melewati
corong.
c. Hasil dinyatakan dalam satuan gr/det. Kecepatan aliran yang ideal adalah 10 gr/det

iii) Kadar Pemampatan


a. Masukkan 100 gr granul dalam gelas ukur 250 mL , Volume mula-mula dicatat sebagai
ketukann 0 (Vo).
b. Lakukan pengetukan, dan volume pada ketukan ke 10, 50, 100, diukur.
c. Timbang bobot granul yang digunakan untuk pengujian ini.
d. Hitung kadar pemampatan dengan persamaan berikut ini:
Kp = [(Vo-Vt)/Vo] x 100 %
Kp = kadar pemampatan
Vo = volume granul sebelum pemampatan
Vt = volume granul pada t ketukan
Penafsiran hasil : Granul memenuhi syarat jika Kp < 20%.

iv) Bobot jenis


a. Bobot jenis nyata
· Sejumlah gram granul dimasukkan ke dalam gelas ukur.
· Catat volumenya dan timbang bobot granul yang digunakan untuk pengujian ini.
· Hitung bobot jenis nyata dengan persamaan berikut ini :
P = W/V
P = bobot jenis nyata
W = bobot granul
V = volume granul tanpa pemampatan
b. Bobot jenis mampat
· Sejumlah gram granul dimasukkan ke dalam gelas ukur pada alat dengan menggunakan
corong panjang. Catat volumenya (Vo).
· Gelas ukur diketuk-ketukkan sebanyak 10 dan 500 kali. Catat volumenya (V10 dan V500).
· Timbang bobot granul yang digunakan untuk pengujian ini.
· Hitung bobot jenis mampat dengan persamaan berikut ini :
Pn = W/Vn
Pn = bobot jenis mampat
W = bobot granul
Vn = volume granul pada n ketukan
v) Indeks kompresibilitas
Hitung dengan persamaan : [(Pn-P)/Pn] x 100 %

vi) Perbandingan Haussner


Hitung dengan persamaan berikut ini :
§ Angka Haussner = BJ setelah pemampatan/BJ sebelum pemampatan.
§ Penafsiran hasil : Granul memenuhi syarat jika angka Haussner > 1.

II.5 Evaluasi Tablet

II.5.1 Tujuan
Untuk memeriksa apakah tablet memenuhi persyaratan resmi (Farmakope) atau non resmi
(Non Farmakope) atau tidak.

II.5.2 Prosedur
i) Pemeriksaan penampilan
Meliputi pemeriksaan visual yaitu bebas dari kerusakkan, dari kontaminasi bahan baku atau
dari pengotoran saat proses pembuatan.

ii) Keseragaman ukuran


20 tablet diambil secara acak, Setiap tablet diukur diameter dan tebalnya dengan jangka
sorong. Diameter tablet tidak boleh lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal
tablet.

iii) Keseragaman bobot


Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan dengan
menimbang 20 tablet satu persatu dan dihitung bobot rata-rata tablet. Jika ditimbang satu
persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot
rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak satu tablet pun
yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari hanya yang ditetapkan kolom
B. ( FI ed III hlm. 7).

iv) Kekerasan tablet


20 tablet diambil secara acak, kemudian diukur kekerasannya dengan alat Stokes Mensato.
Tekanan yang diperlukan untuk memecahkan tablet terukur pada alat dengan satuan Kg/cm2.
Kekerasan yang ideal 10 Kg/cm2.

v) Friabilitas
a. Bersihkan 20 tablet dari debu kemudian ditimbang (Wo). Masukkan tablet ke dalam alat,
kemudian jalankan selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm.
b. Setelah 4 menit, hentikan alat, tablet dikeluarkan, lalu dibersihkan dari debu dan timbang
(W1).
c.Indeks friabilitas (f) = (Wo -W1)/Wo X 100%

vi) Friksibilitas
20 tablet diambil secara acak, bersihkan dari debu, kemudian ditimbang (Wo), kemudian
dimasukkan ke dalam friksibilator. Alat diputar 25 rpm selama 4 menit, kemudian tablet
dibersihkan dari debu dan ditimbang (W1).
Friksibilitas = (Wo – W1)/W1 X 100 %.

vii) Uji Disolusi


Masukkan sejumlah volume media disolusi sesuai monografi, alat dipasang dan biarkan
media hingga mencapai suhu 370 + 0,50C
Masukkan 1 tablet kedalam alat, hilangkan gelembung udara dari permukaan sediaan, dan
jalankan alat pada laju kecepatan seperti yang tercantum pada monografi.
Dalam interval waktu yang ditetapkan, ambil cuplikan pada daerah pertengahan antara media
disolusi dan bagian atas keranjang atau dayung, tidak kurang dari 1 cm dari dinding wadah.
Lakukan penetapan kadar sesuai monografi.

III. DAFTAR PUSTAKA

1. Pharmaceutical Excipients. 2nd edition. Editor: Ainley Wade and Paul J. Weller. 1994.
London: The Pharmaceutical Press. Page 436-478, 123-125, 522-523, 392-399, 500-504
2. Martindale, “The Extra Pharmacopeia” 29TH Edition, Council Of The Royal
Pharmaceutical Society Of Great Britain, London, The Pharmaceutical Press, 1989, hal.
1208-1209
3. The Pharmaceutical CODEX, “Principle and Practice of Pharmaceutics”. 12nd ed. 1994.
London: The Pharmaceutical Press.
B. TABLET KUNYAH

I. Pendahuluan
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah. Memberikan residu dengan rasa enak dalam
rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Jenis tablet
ini digunakan dalam formulasi tablet untuk anak, terutama formulasi multivitamin, antasida,
dan antibiotika tertentu. Tablet kunyah dibuat dengan cara dikempa, umumnya menggunakan
manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi, mengandung bahan
pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa (FI IV 1995).
Karakteristik :
memiliki bentuk yang halus setelah hancur;
mempunyai rasa enak dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.
Keuntungan :
ketersediaan hayati lebih baik dan dapat meningkatkan disolusinya;
kenyamanan bagi penderita dengan meniadakan perlunya air untuk menelan;
sebagai pengganti bentuk sediaan cair yang memerlukan kerja obat yang cepat;
meningkatkan kepatuhan penderita terutama anak-anak dengan rasa yang enak.
Kekurangan :
Zat aktif yang rasanya tidak baik dan dosis yang tinggi sangat sulit dibuat tablet kunyah.

II. Faktor Formulasi


Beberapa faktor yang terlibat dalam formulasi tablet kunyah diantaranya adalah jumlah zat
aktif, aliran, lubrikan, disintegrasi, kompresibilitas, kompatibilitas-stabilitas, dan
pertimbangan organoleptik. Empat faktor pertama di atas merupakan faktor yang umum
untuk tablet biasa dan juga tablet kunyah, meskipun demikian sifat organoleptik zat aktif
merupakan faktor yang paling utama. Formulator dapat menggunakan satu pendekatan atau
lebih untuk sampai pada penentuan formula dan proses yang menghasilkan produk dengan
sifat organoleptik yang baik. Produk harus mempunyai sifat aliran, kompresibilitas dan
stabilitas yang dapat diterima.
Pada umumnya, jika jumlah zat aktif dalam tablet sedikit dan rasanya sedikit buruk maka
formulasinya mudah. Sebaliknya jika jumlah zat aktif besar dan rasanya buruk sangat sulit
diformulasikan menjadi tablet kunyah.
Faktor aliran, lubrikan, desintegran, kompresibilitas, kompatibilitas dan sama halnya untuk
tablet biasa. Sedangkan pertimbangan organoleptik adalah sebagai berikut :
1. Rasa dan Penyedap
Secara fisiologis, rasa dalah respon panca indera sebagai hasil angsangan kimiawi pada ujung
rasa di lidah. Rasa asin/asam diperoleh dari zat yang mampu terionisasi dalam larutan.
Banyak zat aktif organik merangsang respon pahit. Walaupun tidak mampu terionisasi dalam
air, kebanyakan disakarida, sakarida, aldehid dan sedikit alkohol memberikan rasa manis.
Istilah penyedap (flavor) berkaitan dengan sensasi gabungan rasa dan bau.
2. Aroma
Misal tablet kunyah diberi aroma jeruk diformulasi baik rasa manis dan sedikit asam.
3. Raba mulut
Raba mulut adalah sentuhan yang dihasilkan tablet dalam mulut ketika dikunyah. Raba mulut
sangat penting dalam tablet kunyah. Umumnya tekstur pasir atau bergetah tidak dikehendaki
dalam tablet. Sedangkan sensasi dingin dan sejuk dengan tekstur licin seperti manitol,
disukai.
4. Pasca efek
Pasca efek yang umum dari banyak senyawa adalah pasca rasa (after taste) yaitu rasa yang
timbul dalam mulut setelah tablet hilang. Misalnya beberapa garam besi meninggalkan rasa
karat, sakarin memberikan rasa pahit dalam mulut.
Pasca efek umum yang lain adalah sensasi mati rasa sebagian dari permukaan lidah, misalnya
antihistamin seperti piribenzamin-HCl menimbulkan rasa pahit kemudian mati rasa.
5. Pengkajian masalah formulasi
Bila memungkinkan, langkah pertama dalam formulasi tablet kunyah adalah memperoleh
profil lengkap dari zat aktif. Profil ini biasanya menuntun keberhasilan paling efisien dari
produk stabil dan bermutu sebab zat aktif biasanya menetapkan pemilihan senyawa pengisi,
pembawa, pemanis, penyedap, dan lain-lain.
Profil zat aktif secara ideal harus mengandung informasi berikut :
a. Sifat fisik : – warna, bau, rasa, pasca rasa, raba mulut, kristal, serbuk, amorf/cairan, cairan
berminyak;
– suhu mencair, melebur, sifat polimorfisa, lembab, kelarutan dalam air, stabilitas zat aktif,
kompresibilitas.
b. Sifat kimiawi : – strukutur kimia dan golongan kimia;
– reaksi utama dari golongan kimia tersebut;
– tidak tersatukannya zat aktif.
c. Dosis zat aktif dan batas pada ukuran dosis akhir.
d. Informasi lain yang terkait.

III. Teknik Formulasi


Masalah formulasi mencakup rasa yang dikehendaki atau rasa yang buruk. Produk yang
diinginkan harus dihindari dari rasa yang tidak enak dengan menambahkan flavor, pemanis,
serta untuk mendapatkan raba mulut yang enak dan kompresibilitas yang dapat diterima.
Beberapa teknik yang digunakan untuk mengatasi masalah formulasi adalah sebagai berikut :
1. Menyalut dengan granulasi basah
Walaupun proses granulasi basah terutama diperlukan untuk mudah mengalir dan dikempa
pada zat halus di bawah kondisi tertentu, metode granulasi basah dapat berguna dalam
penyalutan partikel zat aktif guna mengurangi rasanya.
Contoh formulasi tablet kunyah vitamin C :
Zat
mg/tablet
Asam askorbat (berlebih 10%)
275
Ethocel 7 cp, 10% dalam isopropanol
q.s.
NuTab
275
Sta-Rx-1500
50
Na-sakarin
1
Lake (FD&C)
q.s.
Penyedap
q.s.
Mg-stearat
5
Pembuatan :
– Asam askorbat + Ethocel, keringkan semalam pada suhu 50 °C di oven, diayak dengan
ayakan 16 mesh;
– Tambahkan NuTab + Sta-Rx-1500, kocok 15 menit;
– Tambahkan campuran Na-sakarin, lake, penyedap, dan Mg-stearat yang sebelumnya telah
diayak;
– Campur kemudian dicetak.

Formula di atas menggunakan ethocel yang merupakan polimer yang tidak larut dalam air, di
mana vitamin C disalut dengan cara granulasi basah. Tujuannya untuk meningkatkan
stabilitas dan mencegah terlalu asam.
Pada umumnya cara ini merupakan pendekatan yang paling sederhana untuk menutupi rasa.
Granulasi basah tertentu dapat dilakukan tanpa penambahan eksipien seperti laktosa, manitol,
sorbitol, sukrosa, dan lain-lain. Walaupun pendekatan ini serupa dengan granulasi basah
biasa, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
1. Zat penggranulasi harus membentuk selaput pada permukaan zat aktif;
2. Tidak mempunyai rasa dan bau yang tidak enak;
3. Tidak larut dalam saliva;
4. Tidak mempengaruhi disolusi zat aktif setelah ditelan.
Idealnya pengisi rasa manis seperti gula perlu dimasukkan dalam granulasi, disintegran baik
dimasukkan dalam granulasi basah untuk menjamin disolusi yang baik setelah granul itu
dikunyah. Prosedur tersebut merupakan prosedur konvensional. Saat ini banyak digunakan
metode suspensi udara. Dalam teknik tersebut, partikel zat aktif yang akan disalut
disuspensikan dalam aliran udara panas yang terkendali kecepatan tinggi langsung melalui
lempeng perforasi dalam tabung salut. Partikel zat aktif melakukan aliran putaran lewat
penembak atomisasi zat penyalut dalam larutan/suspensi. Setelah partikel basah, partikel
tersebut disingkirkan dari daerah semprotan dan dikeringkan dalam aliran udara panas dan
disalut ulang. Putaran tersebut dilanjutkan sampai ketebalan salut yang diinginkan tercapai.
Pengaliran partikel zat aktif meningkatkan pemaparan luas permukaan guna penyalutan dan
pengeringan yang lebih efisien. Walaupun perbaikan rasa dengan penyalutan menarik karena
sederhana, tetapi metode ini hanya cukup untuk zat aktif yang rasanya tidak enak.

2. Mikroenkapsulasi
Mikroenkapsulasi adalah suatu metode penyalutan partikel zat aktif atau tetesan-tetesan
cairan dengan polimer yang menyalut rasa dan membentuk mikrokapsul dengan ukuran 5 –
5000 mm. Mikroenkapsulasi dapat dibuat dengan berbagai metode, yaitu :
a. Metode Pemisahan Koaservasi
Metode koaservasi adalah metode pengendapan makromolekul dari larutannya menjadi 2
lapisan cairan. Dalam metode ini ada 3 langkah yaitu :
i) Pembentukan tiga fasa kimia yang tidak bercampur yaitu fasa pembawa air, fasa inti (zat
aktif), dan fasa penyalut. Caranya : fasa penyalut dilarutkan dalam fasa pembawa cair
kemudian ditambahkan zat aktif sehingga terjadi suspensi. Proses pemisahan dilakukan
dengan berbagai cara diantaranya :
– menaikkan suhu;
– menambahkan cairan bahan pelarut yang bercampur baik dengan fasa pembawa sehingga
makromolekul mengendap;
– menambahkan garam;
– menambahkan polimer lain yang tidak tercampurkan misalnya gelatin (ditambah gom arab).
ii) Terbentuk campuran di mana makromolekul terdapat paling banyak. Di sini mulai proses
penyalutan (diaduk).
iii) Pengeringan partikel pada suhu rendah.
Untuk metode koaservasi, zat salut yang biasa digunakan adalah CMC, selulosa asetat ftalat
(CAP), etilselulosa, gelatin, polivinil alkohol, gelatin-gom arab, shellac, dan beberapa malam
tergantung pada penggunaannya.
b. Metode Suspensi Udara
Zat aktif disuspensikan dalam udara.
c. Metode Semprot Beku
Proses semprot beku adalah pendinginan zat yang dicairkan jadi bentuk partikel halus selama
perjalanannya dari penembak semprotan dan wadah penyemprotan pada suhu di bawah titik
beku.
Contoh formula : Tablet kunyah Asetaminofen (Mikroenkapsulasi)
Zat
mg/tablet
Mikrokapsul (100 mesh)
Asetaminofen
Penyalut (selulosa-malam)
Eksipien
Manitol
Mikrokristalin selulosa (Avicel)
Talk
Sakarin
Gom Guar
Flavor
Mg-stearat
327
35
393

3. Dispersi solida
Zat aktif dengan rasa yang tidak enak dapat dicegah dengan mengadsorpsikannya pada
substrat yang mampu mempertahankan tetap teradsorpsi dalam mulut tetapi setelah di saluran
cerna zat aktif dilepaskan. Contoh Dekstrometorfan dengan menggunakan substrat Mg-
trisilikat. Adsorbat sudah tersedia di perdagangan dalam bentuk serbuk termikronisasi yang
mengandung zat aktif 10% b/b (tinggal dicampur lalu dicetak).
Contoh formula :
Zat
mg/tablet
Adsorbat Dekstrometorfan-HBr 10% (berlebih 2%)
Benzokain
Flavor
Mg-stearat
Sorbitol (kristalin)
76,5
2,5
10
10
1301
Pembuatan :
– Sorbitol diayak 10 mesh
– Campur adsorbat, benzokain, flavor dengan ¼ dari jumlah sorbitol yang diperlukan
– Tambahkan sisa sorbitol, aduk, lalu tambahkan Mg-stearat. Aduk dan cetak sehingga
diperoleh tablet kunyah dengan kekerasan 6 kp.

Ada beberapa metode dalam pembuatan adsorbat :


a. Metode pelarut : zat aktif dilarutkan dalam pelarut yang mudah menguap, tambahkan
substrat (zat padat), campur kemudian pelarutnya diuapkan lalu dihaluskan.
b. Metode pencairan : zat aktif dan pembawa dilebur bersama-sama dengan pemanasan pada
suhu yang cocok (tidak merusak zat aktif). Kemudian campuran didinginkan secara cepat dan
terjadi pemadatan (dilakukan dalam penangas es). Kemudian padatan tersebut diserbuk
menjadi partikel yang diinginkan.
4. Pertukaran ion
Pertukaran ion adalah pertukaran reversibel dari ion-ion antara fasa solida dan cairan dan
tidak ada perubahan permanen dalam struktur solida. Dalam hal ini, solida adalah zat penukar
ion sedangkan ionnya adalah zat aktif. Apabila digunakan sebagai pembawa zat aktif, zat
penukar ion menjadi suatu sarana untuk mengikat zat aktif pada matriks polimer yang tidak
larut dan dapat secara aktif menutup rasa dan bau dari zat aktif yang diformulasi menjadi
tablet kunyah.
5. Pembentukan garam/turunannya
Dilakukan upaya modifikasi komposisi kimia zat aktif sehingga senyawa itu kurang larut
dalam saliva karena itu rangsangannya kurang pada ujung rasa atau memodifikasi zat aktif
menjadi tidak berasa. Misalnya kloramfenikol menjadi kloramfenikol stearat.
6. Penambahan asam amino dan hidrolisat protein
Dengan menggabungkan asam-asam amino dan garam-garamnya atau campurannya akan
mengurangi rasa pahit dari penisilin. Asam amino yang umum digunakan adalah sarkosin,
alanin, taurin, asam glutamat, dan glisin. Misalnya rasa ampisilin diperbaiki secara nyata
dengan menggranulasikannya dengan glisin, kemudian ditambahkan amilum, lubrikan,
glidan, penyedap, pemanis lalu dicetak.
7. Kompleks inklusi
Pembentukan kompleks inklusi yaitu molekul zat aktif masuk ke dalam lubang-lubang
molekul zat pengompleks membentuk kompleks stabil. Kompleks ini mampu menutup rasa
pahit zat aktif dengan menurunkan jumlah partikel zat aktif yang terpapar atau mengurangi
kelarutan zat aktif pada waktu dikunyah.
Gaya yang terlibat dalam kompleks inklusi adalah gaya Van der Waals dan b-siklodekstrin
(digunakan sebagai zat pengompleks inklusi) merupakan molekul oligosakarida dari amilum,
manis, dan tidak toksik. Ada 3 metode utama dalam pembuatan siklodekstrin, dua
diantaranya adalah skala laboratorium sedangkan yang lainnya adalah skala industri. Untuk
skala laboratorium adalah sebagai berikut :
a. Siklodekstrin dilarutkan dalam air panas yang dicampur zat aktif, kemudian didinginkan
dan terjadi penghabluran dari senyawa inklusi (pada pengeringan).
b. Zat aktif tidak larut air dilarutkan dalam pelarut organik yang tidak bercampur dengan air,
dikocok dengan siklodekstrin dalam air yang pekat, akan terjadi senyawa terkristalisasi yang
mengendap, kristal dicuci untuk menghilangkan zat aktif yang tidak membentuk kompleks,
lalu dikeringkan.
8. Kompleks molekular
Pembentukan kompleks molekular melibatkan zat aktif dan molekul organik pengompleks,
dan kompleks ini dapat menutup rasa yang pahit atau bau yang tidak diinginkan. Metode ini
menurunkan kelarutan zat aktif dalam air.

IV. Eksipien
Proses granulasi basah, granulasi kering dan cetak langsung pada tablet konvensional dapat
juga diterapkan pada tablet kunyah. Dalam hal ini, perlu diperhartikan kadar lembab,
kemungkinan kompatibel, aliran, kompresibilitas, distribusi ukuran granul. Selain itu, hal
yang perlu diperhatikan adalah kemanisan, mampu kunyah, dan raba mulut. Banyak eksipien
yang umum digunakan dalam tablet konvensional dapat juga digunakan dalam tablet kunyah.
Beberapa eksipien untuk tablet kunyah yang umum digunakan adalah sebagai berikut :
A. Flavoring (Penyedap)
1. Pemanis
Pemanis alam dan pemanis buatan yang paling banyak digunakan adalah :
Yang perlu diperhatikan status peraturan dalam negara.
2. Aroma
Misal aroma vanila, jeruk, strawberry, coklat, peppermint.

B. Pewarna
Pewarna yang digunakan dalam tablet kunyah bertujuan untuk :
– meningkatkan daya tarik estetika
– memberi identitas pada produk dan membuat perbedaan antar produk
– menutup warna yang kurang menarik
– mengimbangi dan menyesuaikan penyedap yag digunakan dalam formulasi
Ada dua bentuk pewarna yang digunakan :
1) Warna Celup
Adalah senyawa kimia yang menunjukkan pewarnaan apabila dicelupkan dalam suatu
larutan, biasanya mengandung 80-93% murni.
Pewarna celup untuk tablet kunyah biasanya digunakan 0,01-0,03%. Pewarna celup yang
digunakan pada metode granulasi basah biasanya dilarutkan dalam cairan granulasi.
Pelaksanaan granulasi dan pengeringan untuk meminimalkan migrasi larutan pewarna celup
harus dibuat dalam besi tahan karat atau wadah kaca untuk menghindari inkompatibilitas
antara zat warna dan wadah. Harus dilakukan penyaringan untuk menghilangkan partikel
yang tidak larut. Larutan pewarna celup dalam air dapat disimpan selama beberapa jam dan
jika lebih dari 24 jam perlu diawetkan dengan penambahan suatu zat pengawet untuk
mencegah pertumbuhan mikroba, misalnya propilenglikol, asam fosforik, Na-benzoat, dan
asam sitrat.
Selama penyimpanan, penggunaan dan proses pewarna celup harus dilindungi terhadap :
– zat pengoksidasi terutama klorin dan hipoklorit;
– zat pereduksi terutama gula invert, beberapa penyedap, ion logam (Al, Zn, Fe, dan Sn),
asam askorbat;
– pH yang ekstrim, misalnya pH < 5, zat warna tidak tahan;
– mikroba terutama jamur dan bakteri;
– pemanasan dengan suhu yang tinggi dan waktu yang lama (jadi pewarnaan harus diproses
pada suhu rendah dan waktu singkat);
– pemaparan cahaya matahari langsung.
2) Warna Lake
Pewarba lake tidak larut dan biasanya didispersikan. Oleh karena itu yang sangat penting
diperhatikan adalah ukuran partikel harus halus. Umumnya makin kecil ukuran partikel,
makin tinggi daya pewarnaan lake karena bertambahnya luas permukaan.
Lake dibuat dengaan presipitasi dan mengadsorpsikan pewarna celup pada substrat yang
tidak larut air. Biasanya sebagai substrat digunakan Alumina hidrat. Lake yang digunakan
untuk tablet kunyah cetak langsung : 0,1-0,3%. Stabilitas lake terhadap cahaya dan panas
lebih tinggi dibandingkan warna celup dan kompatibel dengan banyak komponen yang
digunakan dalam tablet kunyah. Lake biasanya digunakan dalam pembuatan tablet kunyah
dengan metode cetak langsung.

VII. Pembuatan
Empat aspek yang penting dalam pembuatan tablet kunyah adalah :
1. sifat tersatukannya zat aktif dengan zat warna;
2. distribusi ukuran partikel;
3. kadar lembab yang memenuhi syarat;
4. sifat kekerasan tablet.

A. Antasida
Kebanyakan sediaan padat antasida dibuat dalam bentuk tablet kunyah. Formulasi antasida
sangat sulit mengingat sifat dan jumlah zat aktif. Umumnya zat aktif terdiri dari logam,
astringent, berasa seperti kapur atau berasa pasir dan kombinasi ini menyebabkan rasa yang
tidak enak saat dikunyah. Antasida yang umumnya digunakan dalam kombinasi dari 2 atau
lebih untuk menghasilkan efek terapeutik yang baik adalah sebagai berikut : Alumunium
hidroksida (80-600 mg), Ca-karbonat (194-850 mg), Mg-hidroksida/Mg-oksida (65-400 mg),
Mg-trisilikat (20-500 mg), dan lain.
Sebagai tambahan digunakan zat lain seperti :simetikon (dimetikon, dimetillpolisiloksan)
dengan dosis 20-40 mg/tablet sebagai antiflatulen; peppermint oil 3 mg/tablet digunakan
sebagai karminatif dan asam alginat 200-400 mg.
Contoh formula : Tablet kunyah antasida dengan metode cetak langsung
Zat
mg/tablet
Al(OH)3 dan Mg-karbonat
325
Di-Pac DTE
675
Avicel
75
Starch
30
Ca-stearat
22
Flavor
q.s.
Pembuatan : campur semua zat, cetak. Tablet kunyah yang diharapkan mempunyai kekerasan
8-11 SCA unit.

B. Obat batuk/obat flu


Formulasi biasanya untuk anak-anak. Umumnya dosis kurang dari atau sama dengan ¼ dosis
dewasa. Obat yang umum adalah aspirin, asetaminofen, klorfeniramin, pseudoefedrin, dan
dekstrometorfan.
Sifat umum yang diperoleh dari zat aktif tersebut adalah rasa tidak enak, misalnya aspirin
berasa asam sedangkan yang lain pahit.
Semua zat aktif yang telah disebutkan mempunyai sifat kompresibilitas yang cukup baik,
kecuali asetaminofen. Jadi untuk asetaminofen dipilih metode granulasi basah sedangkan zat
aktif lain digunakan metode cetak langsung.
Contoh formula :
1. Tablet kunyah Asetaminofen : metode granulasi basah
Zat
mg/tablet
Asetaminofen
Manitol
Na-sakarin
Larutan pengikat
Peppermint oil
Syloid 244
Banana, Permaseal F-4932
Anise, Permaseal F-2837
NaCl (serbuk)
Mg-stearat
120
720
6
21,6*
0,5
0,5
2
2
6
27,5
* Mengandung 5,4 mg gom arab dan 16,2 mg gelatin

Pembuatan :
– Siapkan larutan pengikat yang terdiri dari gom arab (serbuk) 15 g, gelatin (granul) 45 g, dan
air ad 400 ml
– Ayak manitol dan Na sakarin dengan ayakan 40 mesh
– Campur dengan Asetaminofen. Tambahkan 180 ml larutan pengikat untuk 1000 tablet
– Granulasi dan keringkan 1 malam pada 140-150 °F. Ayak dengan ayakan 12 mesh
– Adsorpsikan peppermint oil pada syloid 244 dan campur dengan flavor dan NaCl
– Campur granul kering dengan flavor lalu tambahkan Mg stearat
– Cetak tablet dengan kekerasan 12-15 kp
Catatan : pengikat gom arab-gelatin menghasilkan tablet dengan kekerasan yang tinggi.
Larutan pengikat harus dibuat segar untuk menghindari pertumbuhan mikroba.

2. Tablet kunyah Aspirin untuk anak-anak


Zat
mg/ tablet
AlOH (dried gel)
Aspirin
Talk
Primogel
NuTab
Mafco Magna Sweet
Flavor Jeruk
13
81
2
8
93,4
0,6
2

Pembuatan :
– Kocok NuTab dan AlOH, tambahkan aspirin dan kocok (1)
– Campur primogel, talk, flavor, dan Magna Sweet dan ayak 16 mesh (2)
– Tambahkan (2) ke (1), kocok dan cetak
Kombinasi NuTab dan Magna Sweet sebagai pemanis untuk mengurangi rasa asam dari
aspirin, begitu juga dengan flavor jeruk. Dalam keadaan kering, tidak ada reaksi
inkompatibilitas antara aspirin dengan basa AlOH.

C. Vitamin/Mineral/Food Supplement
Vitamin dan mineral mempunyai rasa yang tidak enak seperti asam, pahit, asin, rasa sabun,
hambar atau rasa seperti logam. Beberapa cara untuk menutup rasa tersebut :
1. Rasa asam ditekan dengan cara :
2. Ferro fumarat dan ferri pirofosfat terasa hambar. Untuk itu dilakukan proses penyalutan
dengan monogliserida atau digliserida dari asam lemak tersaturasi dengan teknik beku
semprot
3. Rasa pahit seperti vitamin B kompleks disalut (salut tunggal) dengan monogliserida atau
digliserida
4. Vitamin A dan D dalam bentuk bebas dilindungi dengan matriks gelatin, gula atau starch
dan pengawet
5. Vitamin E dalam serbuk kering teradsorpsi
VIII. Evaluasi
Evaluasi tablet kunyah tidak diatur dalam FI IV. Beberapa parameter yang dievaluasi di
bawah sebagian besar mengacu pada evaluasi tablet konvensional.
3. Evaluasi kimia
a. Penentuan Kadar
Metode analisis yang sesuai (kromatografi, titrimetri, spektrofotometri, dan lain-lain) bisa
digunakan untuk menentukan kadar zat aktif pada sampel yang representatif (biasanya aliquot
dari 20 tablet yang dipilih acak yang dihaluskan). Jumlah kadar yang diperoleh dinyatakan
dalam persentase terhadap kadar obat di label. Nilai yang diperoleh harus berada dalam batas-
batas yang telah ditentukan untuk masing-masing zat aktif.
b. Keseragaman Sediaan
Keragaman bobot tidak boleh melebihi 6% untuk tablet dengan kadar zat aktif lebih dari 50
mg atau 50% terhadap obot seluruhnya.
Keseragaman kandungan perlu dilakukan jika kandungan zat aktif kurang dari 50 mg.
Prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan yang tercantum di FI IV.

3. Evaluasi Fisik
a. Pemeriksaan Fisik meliputi pemeriksaan terhadap adanya capping atau rengat dan
parameter penampilan lainnya.
b. Kekerasan ambil 10 – 20 tablet secara acak, tetapkan kekerasan.
c. Friabilitas 20 tablet digerus, ambil 6 gram, masukkan ke dalam friabilator selama 100
putaran, kemudian timbang bobot yang hilang. Nilai friabilitas tidak melebihi 4%.
d. Waktu hancur
e. Disolusi
f. Rasa
4. Uji Stabilitas
Stabilitas dipercepat dengan suhu tertentu
Stabilitas dalam kondisi nyata
Pemeriksaan stabilitas meliputi :
– Pada waktu tertentu, tentukan kadar zat aktif
– Periksa terhadap adanya perubahan fisik (totol-totol pada tablet, migrasi zat warna,
kristalisasi zat aktif pada permukaan tablet, ada bau)
– Periksa perubahan kekerasan, friabilitas, kecepatan disolusi, waktu hancur
– Periksa stabilitas rasa
INTERAKSI PADA OBAT ANALGESIK – ANTIINFLAMASI
6 Januari 2013 by pharmacistsucces

I.PENDAHULUAN

Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-
obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang
signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama.

Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di Amerika
menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus masuk rumah sakit atau harus
tinggal di rumah sakit lebih lama daripada seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian
karena interaksi dan/atau efek samping obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering
mendapat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih
dari satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang dipengaruhi
tingkat keparahan penyakit atau usia.

Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas dan/atau
pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila menyangkut obat dengan
batas keamanan yang sempit (indeksterapi yang rendah), misalnya glikosida jantung,
antikoagulan dan obat-obat sitostatik. Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa
digunakan bersama-sama.

Terdapat 2 tipe interaksi obat yaitu secara farmakokinetika dan


farmakodinamika. Farmakokinetik : Apayang dilakukan tubuh terhadap obat, salah satu obat
dapat mengubah konsentrasi yang lain dengan mengubah penyerapan, distribusi,
metabolisme, atau ekskresi-Biasanya (tapi tidak selalu) dimediasi oleh sitokrom P450 (CYP)
. Farmakodinamik :Terkait dengan efek obat pada tubuh. Satu jenis obat memodulasi efek
farmakologis obat lain: aditif, sinergis, atau antagonis.

Kombinasi sinergis, efek farmakologis lebih besar dari penjumlahan 2 obat, interaksi yang
menguntungkan: aminoglikosida+penisilin-Berbahaya: barbiturat+alkohol.

Antagonisme, efek farmakologis lebih kecil dari pada penjumlahan 2 obat,


interaksi yang menguntungkan: naloksondiopiat overdosis. Interaksi yang
berbahaya:AZT+stavudine.

Aditivitas, efek farmakologis sama dengan penjumlahan dari 2 obat, interaksi


yang menguntungkan: aspirin+acetaminophen, interaksi yang berbahaya: neutropenia dengan
AZT+gansiklovir.

II. PENGERTIAN

Analgesik atau analgetik, adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita sering
mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu komponen obat
yang kita minum biasanya mengandung analgesic atau pereda nyeri.
Inflamasi adalah respon dari suatu organism terhadap pathogen dan alterasi mekanis dalamj
aringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera,
seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau inflamasi adalah satu dari respon
utama system kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.Radang terjadi saat suatu mediator
inflamasi (misal terdapat luka) terdeteksi oleh tubuh kita.Lalu permeabilitas sel di tempat
tersebut meningkat diikuti keluarnya cairan ke tempat inflamasi. Terjadilah pembengkakan.
Kemudian terjadi vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah perifer sehingga aliran darah
dipacu ke tempat tersebut. Akibatnya timbul warna merah dan terjadi migrasi sel-sel darah
putih sebagai pasukan pertahanan tubuh kita. Inflamasi distimulasi oleh factor kimia
(histamin, bradikinin,serotonin, leukotrien, dan prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang
berperan sebagai mediator radang di dalam system kekebalan untuk melindungi jaringan
sekitar dari penyebaran infeksi.

Radang sendiri dibagi menjadi 2, yaitu:

 Inflamasi non imunologis : tidak melibatkan system imun (tidak ada reaksi alergi) misalnya
karena luka, cederafisik, dsb.
 Inflamasi imunologis : Melibatkan system imun, terjadi reaksi antigen-antibodi. Misalnya
pada asma.

Prostaglandin merupakan mediator padainflamasi yang menyebabkan kita merasa perih,


nyeri, dan panas. Prostaglandin dapat menjadi salah satu donator penyebab nyeri kepala
primer.

Di membrane sel terdapat phosphatidylcholine dan phosphatidylinositol. Saat terjadi luka,


membrane tersebut akan terkena dampaknya juga. Phosphatidylcholine dan
phosphatidylinositol diubah menjadi asam arakidonat. Asam arakidonat nantinya bercabang
menjadi dua: jalur siklooksigenasi (COX) dan jalur lipooksigenase.

Padajalur COX ini terbentuk prostaglandin dan thromboxanes. Sedangkan pada jalur
lipooksigenase terbentuk leukotriene.

 Prostaglandin: mediator inflamasi dan nyeri. Juga menyebabkan vasodilatasi dan edema
(pembengkakan)
 Thromboxane: menyebabkan vasokonstriksi dan agregasi (penggumpalan) platelet
 Leukotriene: menyebabkan vasokontriksi, bronkokonstriksi

Radang mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan terhadap infeksi :

 Memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi untuk meningkatkan
performa makrofaga
 Menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi
 mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak

Respon peradangan dapat dikenali dari rasa sakit, kulit lebam, demam, dll.yang disebabkan
karena terjadi perubahan pada pembuluh darah di area infeksi :

 pembesaran diameter pembuluh darah, disertai peningkatan aliran darah di daerah infeksi.
Hal ini dapat menyebabkan kulit tampak lebam kemerahan dan penurunan tekanan darah
terutama pada pembuluh kecil.
 aktivasi molekul adhesi untuk merekatkan endothelia dengan pembuluh darah.
 Kombinasi dari turunnya tekanan darah dan aktivasi molekul adhesi, akan memungkinkan sel
darah putih bermigrasi ke endothelium dan masuk ke dalam jaringan. Proses ini dikenal
sebagai ekstravasasi.

Bagian tubuh yang mengalami peradangan memiliki tanda-tanda sebagai berikut :

 tumor atau membengkak


 calor atau menghangat
 dolor atau nyeri
 rubor atau memerah
 functiolaesa atau daya pergerakan menurun, dan kemungkinan disfungsi organ

Anti inflamasi adalah obat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan bukan karena
mikroorganisme (non infeksi). Gejala inflamasi dapat disertai dengan gejala panas,
kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya terganggu. Proses inflamasi meliputi kerusakan
mikrovaskuler, meningkatnya permeabilitas vaskuler dan migrasi leukosit ke jaringan radang,
dengan gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya terganggu. Mediator yang
dilepaskan antara lain histamin, bradikinin, leukotrin, prostaglandin dan PAF.

III. PEMBAGIAN OBAT – OBATAN

Obat Antiinflamasi terbagi atas 2, yaitu :

1.Golongan Steroid

Contoh : Hidrokortison, Deksametason, Prednisone

2.Golongan AINS (non steroid)

Contoh : Parasetamol, Aspirin, Antalgin/Metampiron, AsamMefenamat, Ibuprofen

IV. MEKANISME KERJA

No. Golongan Obat Mekanisme Kerja

1. Steroid Menghambat enzim fosfolipase A2 sehingga tidak


terbentuk asam arakhidonat. Tidak adanya asam
arakhidonat berarti tidak terbentuknya prostaglandin.

2. AINS (Non Steroid) Menghambat enzim siklooksigenase (cox-1 dan cox-2)


ataupun menhambat secara selektif cox-2 saja sehingga
tidak terbentuk mediator-mediator nyeri yaitu
prostaglandin dan tromboksan

V.TABEL INTERAKSI OBAT

No Nama Obat Nama Obat B Mekanisme Mekanisme obat B Interaksi obat


A obat A A+B

1. Aspirin Antasida Mengasetilasi Menetralisir asam Antasida


enzim lambung dengan meningkatkan
siklooksigenase meningkatkan pH pH urine
dan sehingga
menghambat klirens salisilat
pembentukan meningkat
enzim cyclic àdosis salisilat
endoperoxides dalam darah
menurun

2. Aspirin Acetazolamide Mengasetilasi Memblok enzim Aspirin


enzim karbonik anhidrase menggeser
siklooksigenase ikatan
dan acetazolamid
menghambat dengan protein
pembentukan plasma à
enzim cyclic akumulasi
endoperoxides acetazolamid
dalam darah à
toksisitas
acetazolamid

3. Aspirin Kortikosteroid(Betamethasone) Mengasetilasi Menyebabkan Betamethasone


enzim vasokonstriksi, juga menstimulasi
siklooksigenase berkhasiat merintangi metabolisme
dan atau mengurangi aspirin di hati
menghambat terbentuknya cairan dan
pembentukan peradangan dan udema meningkatkan
enzim cyclic setempat klirens renal à
endoperoxides kadar aspirin
menurun à
turunnya
efektivitas
aspirin

4. Aspirin Methotrexate Mengasetilasi Mengganggu aktivsi Aspirin


enzim folat dengan menurunkan
siklooksigenase menginhibisi klirens ginjal
dan dihidrofolatereduktase dan menggeser
menghambat sehingga mengganggu ikatan protein
pembentukan replikasi DNA pada sel methotrexate à
enzim cyclic kadar
endoperoxides methotrexate
meningkat à
toksisitas
methotrexate

5. Aspirin Antikoagulan(warfarin) Mengasetilasi Mengganggu aktivasi Meningkatkan


enzim factor pembekuan darah aktivitas
siklooksigenase yang bergantung pada antikoagulan à
dan vitamin K, yaitu factor, masa
menghambat II, VII, IX, X perdarahan
pembentukan meningkat
enzim cyclic
endoperoxides

6.. Aspirin Kafein Mengasetilasi -meningkatkan Kafein


enzim mobilisasi kalsium meningkatkan
siklooksigenase intraselular- bioavaliabilitas
dan peningkatan akumulasi dan laju
menghambat nukleotida siklikkarena absorpsi dari
pembentukan hambatan aspirin
enzim cyclic phosphodiesterase
endoperoxides

7. Asam Antasida menghambat Menetralisir asam Antasida akan


mefenamat sintesa lambung dengan mempercepat
prostaglandin meningkatkan pH absorpsi asam
dengan mefenamat
menghambat
kerja enzim
cyclooxygenase
(COX-1 & COX-
2)

8. Diklofenak Sukralfat Menghambat Melindungi permukaan Terjadi


kerja enzim sel dari asam lambung, penurunan
siklooksigenase pepsin dan empedu. absorpsi
diklofenak à
efektivitas
diklofenak
menurun

9. Diklofenak Methotrexate Menghambat Mengganggu aktivsi Na-diklofenak


kerja enzim folat dengan menurunkan
siklooksigenase menginhibisi klirens renal
dihidrofolatereduktase methotrexate à
sehingga mengganggu peningkatan
replikasi DNA pada sel kadar
methotrexate
àtoksisitas
methotrexate

10. Diklofenak Kolestiramin Menghambat Menurunkan kadar Peningkatan


kerja enzim kolesterol plasma klirens plasma
siklooksigenase dengan mengikat asam diklofenak à
empedu dalam saluran absorpsi
cerna diklofenak
menurun à
efektivitas
diklofenak
menurun

11. Ibuprofen Lithium Menghambat Menstabilkan suasana Ibuprofen


kerja enzim hati (mood stabilizer) menghambat
siklooksigenase produksi
prostaglandin à
eliminasi
lithium
menurun à
toksisitas
lithium

12. Ibuprofen Gentamisin Menghambat Antibiotik golongan Ibuprofen


kerja enzim aminoglikosida yang menurunkan
siklooksigenase bersifat bakteriostatik laju filtrasi
dengan berikatan secara glomerulus à
irreversibel pada sub akumulasi
unit 30S dari ribosom gentamisin à
dan karena itu toksisitas
menyebabkan gangguan gentamisin
yang kompleks pada
sintesis protein

13. Ibuprofen Fluconazole Menghambat menghambat enzim Fluconazole


kerja enzim cytochrome P450, menginhibisi
siklooksigenase sehingga merintanqi metabolisme
sintesa ergosterol ibuprofen
melalui CYP2C9
à kadar
ibuprofen
meningkat.

14. Indometasin Probenesid Menghambat Menghambat reabsorpsi Probenesid


kerja enzim asam urat di tubulus menurunkan
ginjal sehingga sekresi klirens
siklooksigenase asam urat meningkat indometasin à
kadar plasma
indometasin
meningkat

VI. CONTOH OBAT DI PASARAN

No. Nama Obat Nama di Pasaran Nama Produsen Indikasi

1. Hidrokortison Hidrokortison Kalbe Farma Dermatitis (alergi, atopik),


neurodermatitis

2. Deksametason Dexamethasone Sampharindo Mengatasi gejala inflamasi akut,


penyakit alergi, edema serebral,
arthritis rematoid.

3. Prednisone Prednison Berlico Berlico Mulia Demam rematik akut, asma bronkial,
Farma obat anti-inflamasi.

4. Parasetamol Paracetamol Errita Mengurangi rasa sakit kepala, sakit


gigi dan menurunkan panas.

5. Asam salisit Aspirin Bayer Demam, sakit kepala, sakit gigi,


pusing, nyeri otot

6. Antalgin Antalgin Generik INF Untukmenghilangkan rasa sakit,


terutamakolikdan
sakitsetelahoperasi.

7. Asam Allogon Konimex Nyeriringan,


Mefenamat sedangsampaiberatsepertisakitkepala,
nyeriotot, artralgia (nyerisendi),
sakitgigi, osteoartitisrematoid, gout,
nyerisaathaid, nyerisetelahoperasi.

8. Ibuprofen Profenal Yarindo Meredakan nyeri misalnya pada sakit


Farmatama gigi, sakit kepala, nyeri otot dan
dismenore primer

VII. Interaksi Dengan Makanan

Analgesik Asetosal dan NSAID kuat lain, jika diminum bersama makanan untuk mengurangi
resiko iritasi saluran cerna. Tapi jika diminum bersama dapat mengurangi absorpsi.

jika diinginkan efek cepat, Jangan dikonsumsi bersama alcohol karena dapat meningkatkan
resiko perdarahan.
Pemakaian sering obat-obat ini, menurunkan absorpsi asam folat dan vit. C

Obat Makanan Efek

Parasetamol Kopi, teh, minuman cola Potensiasi


(kandungan : kafein)
Meningkatkan resiko toksik
dari parasetamol
AINS Kunyit (kandungan : kurkumin) Sinergistik

Meningkatkan aktivitas
analgetik-antiinflamasi dalam
tubuh
Anti Inflamasi Steroid Jus buah anggur Potensiasi

Meningkatkan kadar obat dan


resiko toksik dari obat AIS
Aspirin Gingseng, bawang putih, ginkgo Sinergistik
biloba
Meningkatkan aktivitas
antikoagulan aspirin dan
resiko pendarahan

DAFTAR PUSTAKA

ISO 2011-2012

Richard, Harkness. (1989). Informasi Obat. Diterjemahkan oleh Goeswin Agoes dan
MathildaB.Widianto. Bandung: Penerbit ITB.

Tatro DS (Ed.) .(1992).Drug Interaction Facts. J.B. Lippincott Co. St. Louis

Tatro, D. (2009). Drug Interaction Facts. The authority on drug interactions.


NTERAKSI OBAT

Interaksi obat merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap
pengobatan. Obat dapat berinteraksi dengan makanan atau minuman, zat kimia atau dengan obat
lain. Dikatakan terjadi interaksi apabila makanan, minuman, zat kimia, dan obat lain tersebut
mengubah efek dari suatu obat yang diberikan bersamaan atau hampir bersamaan (Ganiswara,
2000). Beberapa obat sering diberikan secara bersamaan pada penulisan resep, maka mungkin
terdapat obat yang kerjanya berlawanan. Obat pertama dapat memperkuat atau memperlemah,
memperpanjang atau memperpendek kerja obat kedua. Interaksi obat harus lebih diperhatikan,
karena interaksi obat pada terapi obat dapat menyebabkan kasus yang parah dan tingkat kerusakan-
kerusakan pada pasien, dengan demikian jumlah dan tingkat keparahan kasus terjadinya interaksi
obat dapat dikurangi (Mutschler, 1991).

Kejadian interaksi obat yang mungkin terjadi diperkirakan berkisar antara 2,2% sampai 30%
dalam penelitian pasien rawat inap di rumah sakit, dan berkisar antara 9,2% sampai 70,3% pada
pasien di masyarakat. Kemungkinan tersebut sampai 11,1% pasien yang benar-benar mengalami
gejala yang diakibatkan olehinteraksi obat (Fradgley, 2003).

Oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk mempelajari interkasi obat, dengan
mempelajari interaksi obat diharapkan dapat meminilasir kesalahan pengobatan.

Definisi interaksi obat

Interaksi obat dapat didefinisikan sebagai modifikasi efek satu obat akibat obat lain yang
diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan, atau bila dua atau lebih obat berinteraksi
sedemikian rupa sehingga keefektifan atau toksisitas satu atau lebih akan berubah (Fradgley, 2003).

Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di keluarkan lagi
dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan
eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan secara bersamaan dapat
menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksi dengan zat makanan yang
dikonsumsi bersamaan dengan obat.

Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu interaksi
farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antar obat
(yang diberikan bersamaan) yang bekerja pada reseptor yang sama sehingga menimbulkan efek
sinergis atau antagonis. Interaksi farmakokinetik adalah interaksi antar 2 atau lebih obat yang
diberikan bersamaan dan saling mempengaruhi dalam proses ADME (absorpsi, distribusi,
metabolisme, dan eliminasi) sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan salah satu kadar obat
dalam darah.

Interaksi obat dengan makanan


Interaksi antara obat & makanan dapat terjadi ketika makanan yang kita makan mempengaruhi obat
yang sedang kita gunakan, sehingga mempengaruhi efek obat tersebut. Interaksi antara obat &
makanan dapat terjadi baik untuk obat resep dokter maupun obat yang dibeli bebas, seperti obat
antasida, vitamin dll.

Kadang-kadang apabila kita minum obat berbarengan dengan makanan, maka dapat mempengaruhi
efektifitas obat dibandingkan apabila diminum dalam keadaan perut kosong. Selain itu konsumsi
secara bersamaan antara vitamin atau suplemen herbal dengan obat juga dapat menyebabkan
terjadinya efek samping.

 >> Beberapa contoh interaksi obat dan makanan

Tidak semua obat berinteraksi dengan makanan. Namun, banyak obat-obatan yang dipengaruhi oleh
makanan tertentu dan waktu Anda memakannya. Berikut adalah beberapa contohnya:

 Jus jeruk menghambat enzim yang terlibat dalam metabolisme obat sehingga
mengintensifkan pengaruh obat-obatan tertentu. Peningkatan pengaruh obat mungkin
kelihatannya baik, padahal tidak. Jika obat diserap lebih dari yang diharapkan, obat tersebut
akan memiliki efek berlebihan. Misalnya, obat untuk membantu mengurangi tekanan darah
bisa menurunkan tekanan darah terlalu jauh. Konsumsi jus jeruk pada saat yang sama
dengan obat penurun kolesterol juga meningkatkan penyerapan bahan aktifnya dan
menyebabkan kerusakan otot yang parah. Jeruk yang dimakan secara bersamaan dengan
obat anti-inflamasi atau aspirin juga dapat memicu rasa panas dan asam di perut.
 Kalsium atau makanan yang mengandung kalsium, seperti susu dan produk susu lainnya
dapat mengurangi penyerapan tetrasiklin.
 Makanan yang kaya vitamin K (kubis, brokoli, bayam, alpukat, selada) harus
dibatasi konsumsinya jika sedang mendapatkan terapi antikoagulan (misalnya warfarin),
untuk mengencerkan darah. Sayuran itu mengurangi efektivitas pengobatan dan
meningkatkan risiko trombosis (pembekuan darah).
 Kafein meningkatkan risiko overdosis antibiotik tertentu (enoxacin,
ciprofloxacin, norfloksasin).Untuk menghindari keluhan palpitasi, tremor, berkeringat atau
halusinasi, yang terbaik adalah menghindari minum kopi, teh atau soda pada masa
pengobatan.

Interaksi obat dengan obat


Interaksi Famakokinetik

1. Interaksi pada proses absorpsi

Interaksi dala absorbs di saluran cerna dapat disebabkan karena

a. Interaksi langsung yaitu terjadi reaksi/pembentukan senyawa kompleks antar senyawa obat yang
mengakibatkan salah satu atau semuanya dari macam obat mengalami penurunan kecepatan
absorpsi.
Contoh: interaksi tetrasiklin dengan ion Ca2+, Mg2+, Al2+ dalam antasid yang menyebabkan jumlah
absorpsi keduanya turun.

b. Perubahan pH

Interaksi dapat terjadi akibat perubahan harga pH oleh obat pertama, sehingga menaikkan atau
menurukan absorpsi obat kedua.

Contoh: pemberian antasid bersama penisilin G dapat meningkatkan jumlah absorpsi penisilin G

c. Motilitas saluran cerna

Pemberian obat-obat yang dapat mempengaruhi motilitas saluan cerna dapat mempegaruhi
absorpsi obat lain yang diminum bersamaan.

Contoh: antikolinergik yang diberikan bersamaan dengan parasetamol dapat memperlambat


parasetamol.

2. Interaksi pada proses distribusi

Di dalam darah senyawa obat berinteraksi dengan protein plasma. Seyawa yang asam akan
berikatan dengan albumin dan yang basa akan berikatan dengan α1-glikoprotein. Jika 2 obat atau
lebih diberikan maka dalam darah akan bersaing untuk berikatan dengan protein plasma,sehingga
proses distribusi terganggu (terjadi peingkatan salah satu distribusi obat kejaringan).

Contoh: pemberian klorpropamid dengan fenilbutazon, akan meningkatkan distribusi klorpropamid.

3. Interaksi pada proses metabolisme

a. Hambatan metabolisme

Pemberian suatu obat bersamaan dengan obat lain yang enzim pemetabolismenya sama dapat
terjadi gangguan metabolisme yang dapat menaikkan kadar salah satu obat dalam plasma, sehingga
meningkatkan efeknya atau toksisitasnya.

Cotoh: pemberian S-warfarin bersamaan dengan fenilbutazon dapat menyebabkan mengkitnya


kadar Swarfarin dan terjadi pendarahan.

b. Inductor enzim
Pemberian suatu obat bersamaan dengan obat lain yang enzim pemetabolismenya sama dapat
terjadi gangguan metabolisme yang dapat menurunkan kadar obat dalam plasma, sehingga
menurunkan efeknya atau toksisitasnya.

Contoh: pemberian estradiol bersamaan denagn rifampisin akan menyebabkan kadar estradiol
menurun dan efektifitas kontrasepsi oral estradiol menurun.

4. Interaksi pada proses eliminasi

a. Gangguan ekskresi ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obat

jika suatu obat yang ekskresinya melalui ginjal diberikan bersamaan obat-obat yang dapat merusak
ginjal, maka akan terjadi akumulasi obat tersebut yang dapat menimbulkan efek toksik.

Contoh: digoksin diberikan bersamaan dengan obat yang dapat merusak ginjal (aminoglikosida,
siklosporin) mengakibatkan kadar digoksin naik sehingga timbul efek toksik.

b. Kompetisi untuk sekresi aktif di tubulus ginjal

Jika di tubulus ginjal terjadi kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk sistem trasport aktif
yangsama dapat menyebabkan hambatan sekresi.

Contoh: jika penisilin diberikan bersamaan probenesid maka akan menyebabkan klirens penisilin
turun, sehingga kerja penisilin lebih panjang.

c. Perubahan pH urin

Bila terjadi perubahan pH urin maka akan menyebabkan perubahan klirens ginjal. Jika harga pH urin
naik akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat asam lemah, sedangkan jika harga pH
turun akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat basa lemah.

Contoh: pemberian pseudoefedrin (obat basa lemah) diberikan bersamaan ammonium klorida maka
akan meningkatkan ekskersi pseudoefedrin. Terjadi ammonium klorida akan mengasamkan urin
sehingga terjadi peningkatan ionisasi pseudorfedrin dan eliminasi dari pseudoefedrin juga
meningkat.

Pasien yang Rentan Terhadap Interaksi Obat


Efek dan tingkat keparahan interaksi obat dapat bervariasi antara pasien yang satu de ngan yang
lain. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kerentanan pasien terhadap interaksi obat, antara lain
yaitu:

1). Pasien lanjut usia


2). Orang yang minum lebih dari satu macam obat

3). Pasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal dan hati

4). Pasien dengan penyakit akut

5). Pasien dengan penyakit yang tidak stabil

6). Pasien yang memiliki karakteristik genetik tertentu

7). Pasien yang dirawat oleh lebih dari satu dokter (Fradgley, 2003).

Reaksi yang merugikan dan interaksi obat yang terjadi pada pasien lanjut usia adalah tiga sampai
tujuh kali lebih banyak daripada mereka yang berusia pertengahan dan dewasa muda. Pasien lanjut
usia menggunakan banyak obat karena penyakit kronis dan banyaknya penyakit mereka, oleh karena
itu mereka mudah mengalami reaksi dan interaksi yang merugikan (Kee dan Hayes, 1996).

---->>>Reaksi yang merugikan dan interaksi obat yang terjadi pada pasien lanjut usia lebih tinggi
karena beberapa sebab, yaitu:

1). Pasien lanjut usia menggunakan banyak obat karena penyakit kronik dan

banyaknya penyakit mereka.

2). Banyak dari pasien lanjut usia melakukan pengobatan diri sendiri dengan obat

bebas, memakai obat yang diresepkan untuk masalah kesehatan yang lain, menggunakan obat yang
diberikan oleh beberapa dokter, menggunakan obat yang diresepkan untuk orang lain, dan tentunya
proses penuaan fisiologis yang

terus berjalan.

3). Perubahan-perubahan fisiologis yang berkaitan dengan proses penuaan seperti

pada sistem gastrointestinal, jantung dan sirkulasi, hati dan ginjal dan perubahan ini mempengaruhi
respon farmakologik terhadap terapi obat.

Penatalaksanaan Interaksi Obat


Langkah pertama dalam penatalaksanaan interaksi obat adalah waspada terhadap pasien yang
memperoleh obat-obatan yang mungkin dapat berinteraksi dengan obat lain. Langkah berikutnya
adalah memberitahu dokter dan mendiskusikan berbagai langkah yang dapat diambil untuk
meminimalkan berbagai efek samping obat yang mungkin terjadi. Strategi dalam penataan obat ini
meliputi :
1. Menghindari kombinasi obat yang berinteraksi.

Jika risiko interaksi obat lebih besar daripada manfaatnya, maka harus

dipertimbangkan untuk memakai obat pengganti.

2. Menyesuaikan dosis

Jika hasil interaksi obat meningkatkan atau mengurangi efek obat, maka perlu dilaksanakan
modifikasi dosis salah satu atau kedua obat untuk mengimbangi kenaikan atau penurunan efek obat
tersebut.

3. Memantau pasien

Jika kombinasi obat yang saling berinteraksi diberikan, pemantauan

diperlukan.

4. Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya

Jika interaksi obat tidak bermakna klinis, atau jika kombinasi obat yang berinteraksi tersebut
merupakan pengobatan yang optimal, pengobatan pasien dapat diteruskan tanpa perubahan
(Fradgley, 2003).

Level Signifikansi Klinis dalam Interaksi Obat


Menurut Hansten dan Horn (2002) signifikansi klinis dibuat dengan mempertimbangkan
kemungkinan bagi pasien dan tingkat dokumentasi yang tersedia. Setiap interaksi telah ditandai
dengan salah satu dari tiga kelas, yaitu: Mayor, Moderat, atau Minor. Sistem klasifikasi tersebut
telah disesuaikan dengan banyak provider lain dari informasi interaksi obat. Pengetahuan signifikansi
klinis dari suatu interaksi hanya menyediakan sedikit informasi untuk memilih strategi manajemen
yang tepat untuk pasien khusus. Interaksi obat ditandai dengan salah satu dari tiga kelas
berdasarkan interevensi yuang dibutuhkan untuk meminimalisasi risiko dari interaksi. Interaksi
ditandai berdasarkan nomer signifikansi sebagai berikut:

1. Interaksi kelas 1

Sebaiknya kombinasi ini dihindari, karena lebih banyak risikonya

dibandingkan keuntungannya.

2. Interaksi kelas 2

Biasanya kombinasi ini dihindari, sebaiknya penggunaan kombinasi

tersebut hanya pada keadaan khusus.

3. Interaksi kelas 3
Interaksi kelas 3 ini risikonya minimal, untuk itu perlu diambil tindaka n

yang dibutuhkan untuk mengurangi risiko.

Konsekuensi dari interaksi obat.


Interaksi obat dapat mengakibatkan peningkatan atau penurunan yang bermanfaat atau
efek merugikan yang diberikan obat-obatan. Bila interaksi obat meningkatkan manfaat dari
administratif obat tanpa meningkatkan efek samping, kedua obat dapat digabungkan untuk
meningkatkan kontrol terhadap kondisi yang sedang dirawat. Misalnya, obat-obatan yang
mengurangi tekanan darah oleh berbagai mekanisme yang berbeda dapat digabungkan karena efek
menurunkan tekanan darah dicapai oleh kedua obat-obatan mungkin akan lebih baik dibandingkan
dengan obat itu sendiri. Penyerapan beberapa jenis obat meningkat oleh makanan. Oleh karena itu,
obat ini diambil dengan makanan dalam rangka untuk meningkatkan konsentrasi mereka didalam
tubuh dan, pada akhirnya, mereka berpengaruh. Sebaliknya, bila penyerapan obat-obatan berkurang
oleh makanan, maka obat diambil pada waktu perut kosong.

Interaksi obat yang paling banyak dikuatirkan adalah yang mengurangi dari efek yang
diinginkan atau meningkatkan efek merugikan dari obat itu sendiri. Obat yang mengurangi
penyerapan atau meningkatkan metabolisme atau penghapusan obat lainnya cenderung
mengurangi efek dari obat yang lain. Hal ini dapat mengakibatkan kegagalan terapi atau
memerlukan peningkatan dosis obat agar berpengaruh. Sebaliknya, obat-obatan yang meningkatkan
penyerapan atau mengurangi eliminasi atau metabolisme obat lain yang meningkatkan konsentrasi
obat-obatan lain di dalam tubuh dan menyebabkan lebih banyak efek samping. Terkadang, obat
berinteraksi karena mereka menghasilkan efek samping yang serupa. Oleh karena itu, bila kedua
obat yang menghasilkan efek samping yang sama digabungkan, frekuensi dan kerasnya dari efek
samping yang meningkat.

>> Interaksi obat dan tembakau/rokok <<


Bahwa merokok mempengaruhi metabolisme obat sudah lama diketahui. Mekanisme utama dari
interaksi ini ialah biotransformasi obat dipercepat kerana terjadi induksi dari mikrosomal enzim di
hepar yang disebabkan oleh zat-zat yang ada pada asap rokok.bagaimana presismekanisme ini
belum dapat ditentukan.interkasi obat dengan tembakau/rokok ini mengakibatkan penurunan obat
dalam plasma. Dari tabel I di bawah yang paling penting secara klinis ialah efek terhadap pil

keluwarga berencana (Pil KB) dan oestrogen lainya, juga efek terhadap Theopyllin dapat tergagu.

1. Oestrogen-tembakau/rokok

Studi epidemiologis menujukan bahwa efek kardivaskuler seperti “stroke”, infark miokordial dan
thromboembolisme yang dikaitkan dengan penggunaan konstrasepsi oral (pil KB) jauh lebih besar
pada seorang perokok daripada bukan perokok. Resikok ini meningkatdengan unsure serta jumlah
rokok yang diihisp seharinya. Mekanisme pasti dari interaksi ini masih kurang jelas. Bagaimanapun,
wanita yang sedang ber_KB dengan Pil KB, seharusnya tidak merokok kerana asap rokok dapat
mengurangi kada Oestrogen dalam darah. Dan kalau wanita ini tidak mau menghentikan rokoknya,
maka dia harus memakai cara kontrasepsi yang lain, misalnya kondom.

2. Theophyllin-tembakau/rokok

Merokok secara signifikasi merupakan farmakokinetik Theophyllin. Rokok merasang biotransformasi


Theophyllia di hepra dan mengakibatkan peningkatan kliners Theophyllin, sehigga waktu paruh
(t1/2) Theophyllin menjadi lebih singkat dan kadar dalam darah lebih rendah. Seorang perokok berat
samapai memelukan theophyllin dalam dosis dua kali lipat dari dosis lazim.

Tabel I. Efek obat-obat yang dipengaruhi oleh asap rokok

- Anidepresan trisklik

(Amitriptylin, Desipramine, Imipramine, Nortriptylin).

- Antidiabetika oral

- Benzodiazepines (Diazepam, Chlorodiazepoxid)

- Cholorpromazine

- Kontraseptif oral (pil KB0

- Oestrogen
- Heperain

- Lidocaine

- Pentazocine

- Propaxyphene

- Propanol

- theophyllin

SARAN BAGI PEMBACA:

Saran yang bisa saya berikan pada para pembaca posting Interaksi obat ini tidak banyak, yang
penting dalam memilih obat harus diperhatikan betul interaksinya baik-baik. Dengan
memperhatikan interaksi obat yang akan terjadi jika digunakan, ini dapat dilihat dari indikasi dan
kontrak indikasi karena cara ini cukup mudah dan bisa digunakan di lapangan.

Setiap obat pasti memiliki interaksi pada obat lain maupun makanan, hal ini tidak bisa di
hilangkan karena akan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Bisa di anologikan secara
sederhan suatu interaksi obat dengan matematis contoh 1+1= 2 jika suatau obat di berikan
bersamaan dan memiliki khasiat yang sama makan akan memperkuat efek yang dinginkan.

Tidak bisa di pungkiri dalam mengunaka obat pasti akan terjadi interaksi obat, tapi hal ini tidak
boleh membuat kita takut. dengan adanya interaksi obat ini maka kita dapat
merancang/memformulisasikan obat agar di dapatkan manfaat yang maksimal(khasiat). Intinya
dengan adanya interaksi obat ini kita jangan takut malah ini bisa digunakan untuk penyembuhan.

Literatur saya ambil dari beberapa sumber media onlaind dan beberapa buku di antaranya :

http://www.untukku.com/artikel-untukku/interaksi-obat-apa-yang-patut-anda-ketahui-
untukku.html

http://pio.farmasi.ui.ac.id/interaksiobat.php
http://www.faikshare.com/2010/08/interaksi-obat-dan-makanan.html

Maaf jika ada yang belum saya masukan dalam daftar literatur yang saya gunakan dalam posting
kalih ini.
Akan saya tambahi literaturnya nanti, maaf karena saya sedikit lupa.

Sumber bacaan :

- Melader A, Dabielson K, Schereten B, et al. Enhancement by food of Canrenone biovailability form


spironolactone. Clin Pharmacol Ther 199; 22:100-103.

- Jung D. Clinical Pharmacokinetics. Moduls Yogyakarta 1985.

Dan masih banyak lagi sumber bacaan yang ada untuk menambah pemahan kita.

Anda mungkin juga menyukai