Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL SKRIPSI

GAMBARAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK BIDANG


KEDOKTERAN GIGI DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA
SEMARANG

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

DWI PUTRO SETIYANTOMO


NIM : J2A015040

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengobatan menggunakan antibiotik telah dikenal sejak lama. Antibiotik

adalah segolongan senyawa, baik alami atau sintetik yang mempunyai efek

menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya

dalam proses infeksi oleh bakteri (Saputra, et al, 2015). Obat ini pertama kali

ditemukan oleh ilmuwan bernama Paul Ehlrich pada tahun 1910 dan sampai saat

ini menjadi medikasi andalan untuk menangani berbagai kasus penyakit infeksi

bakteri (Humaida, 2014). Hal ini sesuai dengan hadits dari HR.Muslim yang

berbunyi:

“Semua penyakit ada obatnya. Jika sesuai antara penyakit dan obatnya, maka akan

sembuh dengan izin Allah” (HR Muslim No. 2204)

Aktivitas antibiotik bergantung pada jenis bakteri yang menginfeksi.

Berdasarkan sifat spektrum kerjanya, antibiotik diklasifikasikan menjadi spektrum

sempit dan spektrum luas. Antibiotik spektrum sempit memiliki kemampuan

menghambat jenis bakteri gram negatif sehingga dapat mengurangi jumlah

kolinisasinya. Antibiotik sprektrum luas memiliki kemampuan lebih untuk

menghambat dan membunuh berbagai macam mikroorganisme (Suardi, 2014).


Antibiotik di kedokteran gigi diindikasikan untuk pengobatan infeksi

odontogenik, infeksi oral non-odontogenik, dan sebagai profilaksis melawan

infeksi secara fokal maupun lokal. Diperkirakan sekitar 10% dari semua peresepan

berhubungan dengan infeksi odontogenik. Pemberian antibiotik kepada pasien

infeksi odontogenik tergantung lokasi infeksi dan mikroba yang terlibat (Ramu &

Padmanaban, T, 2012). Pemberian antibiotik golongan penisilin dan amoksisilin,

makrolida seperti klindamisin, golongan sefalosporin dan metronidazole

merupakan antibiotik yang paling sering diresepkan oleh dokter gigi. Hal ini sesuai

dengan jenis bakteri penyebab infeksi odontogenik, yaitu bakteri gram positif dan

anaerob (Suardi, 2014). Salah satu studi menyebutkan antibiotik menjadi golongan

obat yang dikonsumsi terbanyak di Indonesia yaitu sekitar 27% dari semua obat

yang digunakan (Ambada, 2013).

Hasil studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara

tidak tepat (Mally, et al, 2015). Hal ini beresiko menimbulkan masalah resistensi

antibiotik pada penderita yang mengkonsumsi secara irrational. Sebuah studi

menyebutkan bahwa di RS Dr Kariadi Semarang sebagai rumah sakit besar

menghadapi masalah resistensi antibiotik. Data ini didukung dengan penemuan

isolate dalam darah memiliki tingkat multiresistensi tinggi terhadap antibiotik, serta

sebanyak 45%-56% penggunaan antibiotik di rumah sakit ini irasional (Humaida,

2014).

Di negara lain, obat antibiotik merupakan penyebab tertinggi terjadinya

ROTD (Reaksi Obat Tidak Diinginkan), sehingga perlu dilakukan pemantauan

yaitu farmakovigilan untuk mengetahui keamanan dan efektivitas obat setelah


pemasaran (Depkes, 2011). Penggunaan antibotik yang rasional diharapkan dapat

meningkatkan therapeutic outcome dan membatasi laju resistensi. (Andualem, B.,

2013)

Antimicrobial Resistant (AMR) telah muncul sebagai salah satu tantangan

di dunia kesehatan. Persoalan resistensi anti mikroba mulai menjadi isu kesehatan

masyarakat yang menyita perhatian bagi tenaga kesehatan. Resistensi antimikroba

terjadi ketika mikroorganisme seperti bakteri, virus dan jamur mengalami

perubahan sehingga obat-obatan yang digunakan untuk menyembuhkan infeksi

yang ditimulkan mikrorganisme ini menjadi tidak efektif karena mikroorganisme

semakin sukar untuk disembuhkan (Negara, 2014).

Hasil penelitian Antimicrobial Resistant di Indonesia (AMRIN-Study)

menunjukkan bukti bahwa dari 2.494 individu di masyarakat 43% Escherichia coli

resisten terhadap berbagai jenis antibiotik, antara lain : ampisilin (34%),

kotrimoksazol (29%) dan klorafenikol (25%). Pemasalahan resistensi ini

mengakibatkan turun atau hilangnya efektivitas obat atau senywa kimia yang

berguna untuk mencegah atau mengobati infeksi. Dampak lain dari pemakaian

antibiotik yang irrasional adalah meningkatnya toksisitas dan efek samping

antibiotik tersebut serta meningkatnya biaya terapi (Ivoryanto, et al, 2017)

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti penggunaan

antibiotik bidang kedokteran gigi di Kota Semarang (Humaida, R, 2014).


B. Rumusan masalah

Bagaimana gambaran penggunaan antibiotik pada bidang kedokteran gigi

di kota semarang ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian adalah untuk mengetahui gambaran

penggunaan antibiotik pada bidang kedokterandi Kota Semarang.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian adalah sebagai berikut :

a. Menggambarkan penggunaan antibiotik pada perawatan dibidang

kedokteran gigi.

b. Menggambarkan jenis antibiotik yang sering digunakan pada perawatan

dibidang kedokteran gigi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bidang Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat membantu menambah ilmu pengetahuan

khususnya penggunaan antibiotik di bidang kedokteran gigi.

2. Bagi Instansi

a. Terlaksanannya pengembangan keilmuwan melalui hasil penelitian

b. Sebagai bahan penelitian selenjutnya.

3. Bagi Peneliti
a. Mengetahui gambaran penggunaan antibiotik di bidang kedoteran gigi.

b. Meningkatkan kemajuan dalam menulis karya ilmiah.

E. Keaslian Penelitian

No Peneliti Judul Jenis Hasil Penelitian Perbedaan


Penelitian Penelitian

1 Juwita Tingkat Penelitian Tingkat pengetahuan Penelitian ini


Purnamasari Pengetahuan deskriptif dari 64,79% untuk
(2015). Mahasiswa dengan mahasiswa profesi mengetahui
Profesi Program pendekatan terhadap penggunaan obat antibiotik
Studi potong lintang antibiotik di RSGMP yang sering
Pendidikan pengambilan UNSRAT Manado digunakan
Dokter Gigi sampel yang termasuk dalam oleh dokter
Terhadap digunakan .kategori kurang baik. gigi di kota
Penggunaan ialah semarang.
Antibiotik Di purposive
RSGMP sampling.
Manado.

2 Febrina Study Penelitian Berdasarkan hasil Penelitian ini


Mahmudah, Penggunaan deskriptif penelitian para dokter untuk
Sri A. Sumiwi, Antibiotik analitik (cross- di bagian bedah mengetahui
Sri Hartini berdasarkan sectional) digestif cenderung obat antibiotik
(2016). ATC/DDD dan dengan meresepkan antibiotik yang sering
DU 90% di pengambilan lebih banyak dan digunakan
Bagian Bedah data secara umumnya dari jenis oleh dokter
Digestif di retrospectif antibiotik yang gigi di kota
Salah Satu berspektrum luas. semarang.
Rumah Sakit di
Bandung.
3 Ketut Surya Analisis Penenlitian ini Hasil penelitian Penelitian ini
Negara (2014) Implementasi bersifat menunjukkan untuk
Kebijakan deskriptif implementasi kebijakan mengetahui
Penggunaan dengan penggunaan antibiotic obat antibiotik
Antibiotika pendekatan dan penerapan yang sering
Rasional Untuk kualitatif. intervensi WHO belum digunakan
Mencegah Dalam berjalan baik. oleh dokter
Resistensi penelitian ini gigi di kota
Antibiotik di dianalisis semarang.
RSUP Sanglah lebih dalam
Denpasar : Studi tentang
kasus Infeksi implementasi
Methicillin kebijakan dan
Resistant pedoman
Staphylococcus penggunaan
Aureus. antibiotic yang
rasional sesuai
dengan
rekomendasi
WHO.
4 Wibowo Perbandingan Penelitian ini Rasional penggunaan Penelitian ini
Bagus Antara dilakukan antibiotik pasien anak untuk
Saputra, Rasionalitas dengan rawat inap 78 % dan mengetahui
Nahwa Penggunaan metode studi rawat jalan 75 % tidak obat antibiotik
Arkhaesi, Antibiotik observasional rasional. yang sering
Moh. Syarofil Pasien Anak analitik digunakan
Anam (2015) Rawat Inap dengan desain oleh dokter
Dengan Rawat cross sectional gigi di kota
Jalan Di pendekatan semarang.
Puskesmas retrospektif.
Halmahera
Semarang.
DAFTAR PUSTAKA

Andualem. B. 2013. Sinergistic Antimicrobial Effect of Tenegn Honey (Trigona


iridepennis) and Garlic Againts Standard and Clinical Pathogenic Bacterial
Isolates, Interanational Journal of Microbiological Research, 4 (4) : 16-22.
Ambada. S. 2013. Tingkat Pengetahuan Tentang Antibiotik pada Masyarakat
Kecamatan X Kabupaten X. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Skripsi.
Fernandez. A. M. F. 2013. Studi Penggunaan Antbiotik Tanpa Resep Di Kabupaten
Manggarai dan Manggarai Barat. Jurnal Ilmiah Universitas Surabaya Vol. 2
No. 2
Humaida. R. 2014. Strategy to Handel Resistance of Antibiotics. J Majority.
3(7):113-20
Ivoryanto, E.,Bambang. S., and Ratna. I. K. 2017. Hubungan Tingkat Pendidikan
Formal Masyarakat terhadap Pengetahuan dalam Penggunaan Antibiotika Oral
di Apotek Kecamatan Klojen. Pharmaceutical Journal of Indonesia 2017. 2
(2): 31-36
Mally. G., Ahmad. M, and Siti. S. 2015. Rasional Pengguaan Antibiotik di Salah
Satu Rumah Sakit Umum di Bandung Tahun 2010. Jurnal Farmasi Klinik
Indonesia, Maret 2015. Vol. 4. No 1, hlm 63-70
Negara. K. S. 2014.Analysis The Implementation Policy of Rational Use of
Antibiotics to Prevent Antibiotic Resistance In Sanglah Hospital Denpasar:
Case Study of Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus Infection .Jurnal
ARSI/ Oktober 2014
Kourkouta. L, Kotsiftopoulos. C. H, Papageorgiou. M, Iliadis, C. H, and Monios.
A. 2017. The Rational Use of Antibiotics Medicine. Journal of Healthcare
Communications. 2(3):1-4
Ramu. C., and Padmanaban, T. V. 2012. Indications of Antibiotic Prophylaxis in
Dental Practice: A Review. Asian Pac J Trop Biomed.2(9):749–754
Saputra. W. B., Nahwa. A., and Moh, S. A. 2015. Perbandingan Antara Rasionalitas
Pengggunaan Antibiotik Pasien Anak Rawat Inap Dengan Rawat Jalan di
Puskesmas Halmahera Semarang. Media Medika Muda. Vol 4, Nomor 4,
Oktober 2015 :1597-1610
Suardi. H. 2014. Antibiotik Dalam Dunia Kedokteran Gigi. Cakradonya Dental
Journal (CJD). Volume 6, 692-698, 2085-546x.
Timur. W. W., Lukman. H., and Fita. R. 2017. The Study of Drug Related Problems
of Antibiotics Use In Pediatric Inpatient Patient In RSUD Kota Semarang.
Jurnal Farmasi Sains dan Praktis, Vol. III, No. 2, November 2017
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori

1. Antimikroba

a. Pengertian Antimikroba

Mikroba merupakan makhluk hidup yang dapat menyebabkan

kerusakan bagi makhluk hidup lainnya dengan cara menginfeksi

sehingga menyebabkan timbulnya suatu penyakit baik yang ringan

maupun sampai kematian. Salah satu mikroba yang menyebabkan

penyakit adalah bakteri (Prabowo, 2014).

Penggunaan istilah antimikroba mengarah ke semua jenis mikroba

seperti antibiotik, anti jamur, anti parasite, anti protozoa, anti virus dll.

Antibiotik berbeda dengan istilah desinfektan berdasarkan kerjanya

dapat dilihat bahwa desinfektan dapat mebbunuh kuman dengan cara

membuat lingkungan yang tidak wajar bagi kuman. Sedangkan kerja

antibiotik cenderung bersifat toksisitas selektif dan dapat membunuh

kuman tanpa merugikan inangnya.

2. Antibiotik

a. Pengertian Antibiotik

Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh organisme

hidup yang mampu menghambat proses penting dalam kehidupan

spesies atau lebih organisme. Antibiotik adalh produk yan dihasilkan


oleh bermcam-mcam spesies dari mikroorganisme (bakteri, fungi dan

avtinomycetes) yang dapat menekan pertumbuhan dari mikroorganisme

(Brunton, et al., 2010)

b. Sejarah Antibiotik

Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu Anti (melawan)

dan Biotikos (cocok untuk kehidupan). Antibiotik yang pertama kali

ditemukan oleh Paul Whlrich pada tahun 1910, sampai saat masih

banyak di konsumsi oleh masyarakat pada kasus penyakit infeksi. Pada

tahun 1927, Alexander Fleming menemukan antibiotik pertama yaitu

penicilin. Istilah antibiotik awalnya dikenal sebagai senyawa alami

yang dihasilkan oleh jamur atau mikroorganisme lain yang membunuh

bakteri penyebab penyakit pada makhluk hidup khususnya manusia dan

hewan (Permatasari. D, 2013). Pada tahun 1942 Selma menemukan

istilah antibiotik untuk menggambarkan semua senyawa yang

diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan

mikroorganisme lain.

c. Sifat- sifat Antibiotik

Setiap Antibiotik memiliki sifat-sifat fisik, kimia dan farmakologi

yang berbeda demikian pulan spektrum antibiotik dan mekanisme

kerjanya. Secara in vitro antibiotik di bagi menjadi 2 yaitu

1) Bakteriostatik yaitu antibiotik yang dapat menghambat

pertumbuhan multiplikasi bakteri, misalnya : sulfonamide,


tetrasiklin, klorafenikol, eritromisin dengan konsentrasi rendah,

klindamisin, linkomisin dan asam amino salisilata.

2) Bakterisid yaitu antibiotik yang besifat destruktif terhadap bakteri,

misalnya penisilin, sepalosporin, aminoglikosida, eritromisin

(konsentrasi tinggi), kotrimoksasol, rifampisin, dan vankomisin.

Pembagian ini bersifat absolut karena beberapa obat bersifat

bakteriostatik atau bakterisid tergantung konsentrasnya.

Misalnyacontrimoxazole, erythromycin, novobiocin, lincomycin

dan clindamycin. Manfaat dari pembagian ini berguna dalam

pemilihan antibiotik pada pasien dengan status imunologi yang

rendah (immunosuppressed) misalnya penderita HIV-AIDS, pada

pasien pembawa kuman (carrier). Pada pasien dengan kondisi yang

sangat lemah (debilitated). Contoh pasien menderita end-stage

maka harus dipilih antibiotik bakterisid.

3. Macam - macam Antibiotik

a. Berdasarkan Spektrumnya

1) Broad spectrum (Antibiotik kerja luas)

Antibiotik jenis ini sering kali dipakai untuk mengobati penyakit

infeksi yang belum diidentifikasi dengan pembiakan sensitivitas.

Contoh dari antibiotik berspektrum luas yaitu tetracycline dan

cephalosporin efektif terhadap organisme baik gram positif

maupun negatif
2) Narrow spectrum (Antibiotik kerja sempit ). Antibiotik jenis ini

efektif untuk melawan satu jenis organisme. Peniscilin dan

erythromycin merupakan contoh dari antibiotik ini dipakai untuk

mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif.

Karena antibiotik jenis ini bersifat selektif, maka obat - obat

sejenis ini lebih aktif dalam melawan organisme tunggal tersebut

dari pada antibotik berspektrum luas (Permatasari, 2013)

4. Macam-macam Antibiotik

a. Berdasarkan Spektrumnya

1) Broad spectrum (Antibiotik kerja luas)

Antibiotik

5. Penggunaan Antibiotik

Antibiotik baik baik spectrum sempit maupun spectrum luas hanya

dapat digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan

bakteri dan tidak bermanfaat untuk mengobati penyakit akibat virus.

Penggunaan antibiotik harus diambil sesuai dengan resep dokter yang

telah ditentukan. Dosis dan lama penggunaan yang ditetapkan harus

dipatuhi walaupun telah merasa sehat. Antibiotik tidak boleh disimpan

dalam jangka waktu yang lama untuk mengantisipasi penyakit yang akan

dating dan tidak boleh dikonsumsi oleh orang lain walaupun gejala

penyakitnya sama (Pulungan, 2017).

Faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang tercapainya

sasaran penggunaan antibiotik :


a. Aktivitas antimikroba

b. Toksisitas antibiotik

c. Pola penggunaan infeksi

Anda mungkin juga menyukai