Anda di halaman 1dari 7

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN PRA BEDAH UROLOGI DI RSUP

DR.SARDJITO YOGYAKARTA
TAHUN 2012
DEWI SAFITRI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Penggunaan antibiotik yang tidak rasional akan

menimbulkan dampak negative yaitu munculnya dan

berkembangnya kumam-kuman kebal antibiotik, perawatan

penderita menjadi lebih lama, biaya pengobatan menjadi

lebih mahal, dan akhirnya menurunnya kualitas pelayanan

kesehatan (Khairuddin, 2009).

Pemakaian antibiotik di rumah sakit 30% sampai 50%

diberikan untuk tujuan profilaksis bedah. Dari

penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan,

diketahui bahwa 30%-90% penggunaan antibiotik

profilaksis bedah “tidak rasional” (Wulandari, 2009).

Penggunaan antibiotika yang tidak rasional memicu

resiko timbulnya resistensi yang kemudian dapat

meningkatkan perkembangan kuman-kuman resisten,

meningkatnya efek samping obat seperti reaksi toksik,

superinfeksi juga alergi, dan meningkatkan biaya

pelayanan kesehatan pasien sehingga akhirnya menurunkan

kualitas pelayanan (Scribd, 2011).

Permasalahan resistensi bakteri juga telah menjadi

masalah yang berkembang di seluruh dunia sehingga WHO

1
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN PRA BEDAH UROLOGI DI RSUP
DR.SARDJITO YOGYAKARTA
TAHUN 2012
DEWI SAFITRI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

mengeluarkan pernyataan mengenai pentingnya mengkaji

faktor-faktor yang terkait dengan masalah tersebut dan

strategi untuk mengendalikan kejadian resistensi. Salah

satu cara untuk mengendalikan kejadian resistensi

bakteri adalah dengan penggunaan antibiotik secara

rasional (Bronzwaer S dkk, 2002).

Penggunaan antibiotik profilaksis di rumah sakit

merupakan pemberian antibiotik yang dilakukan sebagai

upaya preventif untuk mencegah terjadinya infeksi

daerah operasi. Pemberian antibiotik harus dilakukan

dengan dasar yang rasional karena resistensi bakteri

yang semakin berkembang berhubungan dengan penggunaan

antibiotik tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya

antibiotik profilaksis diberikan seminimal mungkin dan

spektrum aktivitas obat yang digunakan sebaiknya

sesempit mungkin. Meskipun prinsip penggunaan

antibiotik profilaksis dalam operasi telah ditetapkan,

masih terdapat penggunaan yang tidak sesuai (Gyssens,

1999).

Berdasarkan uraian di atas, penggunaan antibiotik

yang tidak rasional pada kasus bedah khususnya bedah

urologi perlu mendapat perhatian khusus, karena

kebanyakan kasus bedah urologi melibatkan jenis operasi

terkontaminasi yang rentan menimbulkan kejadian infeksi

2
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN PRA BEDAH UROLOGI DI RSUP
DR.SARDJITO YOGYAKARTA
TAHUN 2012
DEWI SAFITRI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

yang tinggi yang menyebabkan peningkatan mortalitas dan

morbiditas pada pasien apabila tidak diberikan

antibiotik profilaksis pra-bedah. Oleh karena itu,

peneliti melakukan penelitian ini untuk mengetahui

rasionalitas penggunaan antibiotik profilaksis di

Bangsal Bedah Urologi RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.

I.2. Perumusan Masalah

Bagaimanakah rasionalitas penggunaan antibiotik

profilaksis pada pasien pra-Bedah Urologi di RSUP Dr.

Sardjito pada tahun 2012 ?

I.3. Tujuan Penelitian

I.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotik

profilaksis pada pasien pra Bedah Urologi di RSUP

Dr.Sardjito Yogyakarta pada tahun 2012.

I.3.2. Tujuan khusus

Mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotik

berdasarkan jenis antibiotik, rute pemberian, waktu

pemberian , dosis, lama pemberian dari antibiotik

profilaksis pada pasien pra Bedah Urologi di RSUP

Dr.Sardjito Yogyakarta pada tahun 2012.

3
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN PRA BEDAH UROLOGI DI RSUP
DR.SARDJITO YOGYAKARTA
TAHUN 2012
DEWI SAFITRI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

I.4. Keaslian Penelitian

Telah ada penelitian tentang pengunaan antibiotik,

seperti :

1. Penelitian oleh Caesilia Arum Pranasari (2007)

dengan judul Gambaran Pemberian Antibiotik

Profilaksis Dan Kejadian Infeksi Luka Postoperasi

Pada Pasien Bedah Orthopedi Di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta. Jenis penelitian deskriptif dengan

rancangan retrospektif dengan sample pasien yang

dilakukan tindakan bedah orthopedi di RSUP

Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005. Hasilnya

penggunaan antibiotik profilaksis terbanyak adalah

Ceftriaxone secara parenteral dan dilanjutkan

setelah operasi, 40% dilanjutkan 1-3 hari

postoperasi dan 60% dilanjutkan >3 hari postoperasi.

Angka kejadian infeksi luka postoperasi pada pasien

bedah orthopedi di RSUP Dr.Sardjito tahun 2005

adalah 8,7 %. Yang membedakan penelitian adalah

perbedaan waktu, tempat dan bagian bedah yang

diambil.

2. Penelitian oleh Tim AMRIN (2000-2004) dengan judul

Prevalence and prevention AMRIN study 2000-2004 :

Antibiotic usage. Desain penelitian retrospektif

4
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN PRA BEDAH UROLOGI DI RSUP
DR.SARDJITO YOGYAKARTA
TAHUN 2012
DEWI SAFITRI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dengan sample pasien di RSUP Dr Kariadi dan Dr.

Soetomo Surabaya. Parameter penelitian adalah

Kualitas & kuantitas penggunaan antibiotik. Hasilnya

terdapat ketidaksesuaian penggunaan antibiotik baik

secara kuantitas maupun kualitas.

3. Penelitian oleh Dertarani Vindi (2009) dengan judul

Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik di Bagian

Ilmu Bedah RSUP Dr Kariadi. Penelitian deskriptif

dengan pendekatan retrospektif. Hasilnya adalah

rasionalitas penggunaan antibiotik sebesar 35,5%

dengan presentase kategori V tanpa indikasi sebesar

52,3%.

4. Penelitian oleh Kusuma Ningrum Tri Ika (2009) dengan

judul Evaluasi Penggunaan Antibiotik Berdasar

Kriteria Gyssens Pasien Rawat Inap Kelas III di

Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr.Kariadi Periode

Agustus-Desember 2008. Penelitian deskriptif dengan

pendekatan retrospektif. Pengambilan sampel dengan

consecutive random sampling. Hasilnya berdasarkan

kategori Gyssens sebesar 51,90% termasuk kategori I

(rasional) ;2,29% kategori IIA (tidak rasional

karena dosis tidak tepat) ; 4,58% termasuk kategori

IIIA (tidak rasional karena lama pemberian terlalu

lama); 5,34% termasuk kategori IIIB (tidak rasional

5
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN PRA BEDAH UROLOGI DI RSUP
DR.SARDJITO YOGYAKARTA
TAHUN 2012
DEWI SAFITRI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

karena lama pemberian terlalu singkat);35,87%

termasuk kategori V (tidak rasional karena pemberian

antibiotik tanpa indikasi). Yang membedakan

penelitian adalah perbedaan waktu, tempat dan cara

penilaian.

5. Penelitian oleh Yuniftiadi Fajar (2010) dengan judul

Kajian rasionalitas penggunaan antibiotik di

Intensive Care Unit RSUP Dr. Kariadi Semarang

periode Juli-Desember 2009. Data didapatkan dari 40

sampel diambil dengan simple random sampling.

Hasilnya terdapat ketidaksesuaian penggunan

antibiotik baik secara kuantitas maupun kualitas.

Yang membedakan penelitian adalah perbedaan waktu,

tempat dan bidang yang diambil.

6. Penelitian oleh Marityaningsih Norma Juwita (2010)

dengan judul Kualitas Penggunaan Antibiotik Di

Bangsal Bedah Dan Obstetri Ginekologi Setelah

Kampanye Penggunaan Antibiotik Secara Bijak. Desain

observasional analitik dengan pendekatan prospektif.

Hasilnya terdapat 48% peresepan antibiotik dengan

klasifikasi tidak tepat indikasi dan 16% peresepan

yang dinilai tepat indikasi. Yang membedakan

penelitian adalah perbedaan waktu, tempat dan bagian

bedah yang diambil.

6
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN PRA BEDAH UROLOGI DI RSUP
DR.SARDJITO YOGYAKARTA
TAHUN 2012
DEWI SAFITRI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

I.5. Manfaat Penelitian

1. Menjadi bahan masukan yang objektif untuk

mengevaluasi rasionalitas penggunaan antibiotik

profilaksis kepada Departemen Kesehatan dan Dinas

Kesehatan sehingga bisa meningkatkan kualitas dan

kuantitas pelayanan.

2. Peneliti dapat menambah pengetahuan tentang

rasionalitas penggunaan antibiotik profilaksis.

3. Bisa dijadikan acuan atau bahan perbandingan untuk

penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai