Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Kulit menutupi seluruh permukaan kulit manusia dan merupakan bagian tubuh

yang terpapar dunia luar.Kulit memiliki fungsi yaitu melindungi jaringan bagian dalam

tubuh dari trauma, radiasi, infeksi, mengatur suhu tubuh dengan cara berkeringat,

vasokonstriksi atau vasodilatasi. Luka yang tidak dapat ditutupi secara primer, dapat

dilakukan penutupan dengan berbagai cara diantaranya adah skin graft.

Skin Graft umumnya merupakan auto-transplantasi dimana kulit yang

digunakan berasal dari individu yang sama. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk

meningkatkan keberhasilan tindakan bedah yang dilakukan untuk mengurangi

seminimal mengkin reaksi penolakan yang dapat timbul. Metode baku yang digunakan

dalam cangkok kulit, yaitu split cangkok kulit, transposisi, flap bertangkai, dan cangkok

jaringan bebas.

Skin Grafting merupakan cangkok lapisan epidermis kulit yang dapat

dipindahkan secara bebas. Kulit yang digunakan dapat berasal dari bagian mana saja

dari tubuhnya, namun lazimnya berasal dari daerah paha, pantat, punggung, atau perut.

Permukaan kulit dapat diperluas dengan membuat irisan-irisan yang bila direnggang

akan membentuk jala, sehingga luasnya mencapai 1,5 kali hingga 6-9 kali luas semula.

Teknik cangkok jala ini disebut mesh dan biasanya digunakan pada luka bakar yang

luas. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka diperlukan beberapa persyaratan

antara lain, pendarahan pada daerah resipien (daerah yang pendapat kulit cangkokan)

harus baik, tidak adanya infeksi, dan keadaan umum penderita.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SKIN GRAFT

Skin graft merupakan suatu tindakan pembedahan dimana dilakukan

pemindahan sebagian atau seluruh tebalnya kulit dari suatu daerah asal (donor)

tanpa disertai vaskularisasinya ke daerah lainya (resipien) untuk menutupi suatu

defek. Pada umumnya skin graft digunakan ketika metode tindakan bedah

rekonstruksi lainya tidak sesuai atau penyembuhan luka tidak menunjukan

keberhasilan. Skin graft biasanya digunakan pada kasus-kasus seperti luka

luas, luka bakar derajat tiga, luka yang tidak menunjukan penyembuhan seperti

ulkus diabetik, ulkus pembuluh darah, yang berfungsi mencegah hilangnya cairan,

mencegah infeksi, mencegah perluasan lebih lanjut dari luka tersebut.

Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap luka yang tidak dapat ditutup

primer mempunyai indikasi untuk dilakukan skin graft. Jaringan yang dapat

ditutup dengan skin graft adalah jaringan terbuka yang memiliki permukaan luka

dengan baskularisasi yang cukup seperti otot, fasia, dermis, perikondrium,

periosteum, peritoneum, pleura dan jaringan granulasi. Luka yang kurang suplai

pembuluh darah sulit untuk dapat menghidupi skin graft, misalnya tulang, tulang

rawan, tendon, saraf, maka tidak dapat dilakukan teknik skin graft. Atau daerah

yang seharusnya dilakukan skin graft tetapi karena mengalami trauma

berat menyebabkan vaskularisasi daerah tersebut menjadi berkurang, sehingga

tidak baik untuk dilakukan skin graft.

Skin graft pada umumnya menggunakan kulit dan individu yang sama

sebagai upaya untuk meningkatkan keberhasilan tindakan. Kulit yang digunakan

2
dapat digunakan dari bagian tubuh mana saja, namun lazimnya dari daerah paha,

bokong, punggung, atau perut. Keberhasilan skin graft juga ditentukan oleh

perawatan pre-operatif dan post-operatif dari tindakan skin graft.

B. ANATOMI KULIT

Kulit adalah organ tubuh yang terluas yang terletak paling luar dan

membatasi dari lingkungan hidup manusia, yang memiliki fungsi sebagai

proteksi terhadap trauma, radiasi, perubahan suhu dan infeksi, sebagai

termoregulator melalui vasokonstriksi dan vasodilatasi, absorbsi, ekresi,

pengindraan sensori, pembentukan pigmen, serta produksi vitamin D. Luas

kulit rata-rata orang dewasa adalah satu setengah sampai dua persegi. Tebalnya

antara satu setengah sampai lima millimeter, tergantung dari letak, dimana letak

kulit paling tebal ada di telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis

berada di kelopak mata dan regio post aurikuler. Umur, jenis kelamin, dan

keadaan gizi juga berpengaruh terhadap ketebalan kulit.

Gambar 1. Anatomi Kulit

3
Secara histologis, kulit tersusun atas beberapa lapis yaitu lapisan epidermis,

lapisan dermis serta lapisan subkutis.

1. Epidermis

Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang tersusun atas epitel

skuamous yang terutama terdiri oleh keratinosit. Epidermis tidak memiliki

pembuluh darah sehingga mendapat vaskularisasi melalui difusi dari dasar

dermis menuju ke ke membran basalis yang memisahkan epidermis dan

dermis.

 Stratum Korneum

Disebut juga lapisan tanduk. Merupakan lapisan kulit yang

paling luar, terdiri atas sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan

protoplasma berubah menjadi keratin (zat tanduk).

 Stratum Lusidum

Merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel gepeng tidak berinti

dengan protoplasma yang berubah menjadi protein eleidin. Lapisan ini

tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.

 Stratum Granulosum

Terdiri dari dua sampai tiga lapis sel gepeng dengan sitoplasma

yang kasar yang terdiri atas keratohialin.

 Stratum Basalis

Merupakan dasar epidermis, berproduksi dengan cara mitosis.

Terdiri atas dua jenis sel yaitu sel kolumner dan melanosit.

4
2. Dermis

Lapisan dermis jauh lebih tebal dari pada epidermis, terbentuk oleh

jaringan elastik dan fibrosa dengan elemen selular, kelenjar dan rambut

sebagai adneksa kulit. Terdiri atas dua bagian yaitua pars papilaris dan pars

retikularis.

3. Subkutis

Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar

berisi sel-sel lemak.

C. PEMBAGIAN SKIN GRAFT

1. Autograft

Graft berasal dari individu yang sama (berasal dari tubuh yang sama).

Hal ini dilakukan jika cukup tersedianya kulit sehat dan jika kesehatan pasien

memenuhi untuk perawatan tambahannya yaitu perawatan donor.

2. Allograft

Graft berasal dari individu yang sama spesiesnya (berasal dari tubuh

orang lain)

3. Xenograft

Berasal dari makluk lain berbeda spesies (binatang).

Berdasarkan ketebalannya, skin graft dibagi atas :

a. SPLIT THICKNESS SKIN GRAFT (STSG)

STSG merupakan tindakan definitive sebagai penutup defek yang

permanen atau hanya sebagai tindakan yang sementara sambil menunggu

tindakan yang definitif. Tindakan ini dimaksudkan untuk mengontrol serta

mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dan menutup struktur vital

tubuh.
5
STSG diindikasikan untuk menutup defek kulit yang luas. STSG

digunakan pada saat kosmetik tidak menjadi pertimbangan utama atau jika

ukuran defek terlalu luas sehingga tidak dapat dilakukan FTSG. Penggunaan

lainnya untuk menutup ulkus kulit yang kronik yang tidak sembuh-sembuh

serta menutup daerah luka akibat luka bakar yang bertujuan untuk

mengurangi tubuh dari kehilangan cairan. Kontra indikasi penggunaan STSG

yaitu tidak digunakan jika dari segi kosmetik sangat diperhatikan seperti

daerah wajah atau leher.

Keuntungan dari STSG :

 Kemungkinan pengambilan sampel lebih besar

 Dapat dipakai untuk menutup defek yang luas

 Donor dapat diambil dari daerah tubuh mana saja

 Daerah donor dapat sembuh sendiri/ re-epitelisasi

Kerugian dari STSG :

 Mempunyai kecendrungan kontraksi lebih besar

 Memiliki kecenderungan terjadi perubahan warna

 Permukaan kulit mengkilat

 Secara estetik kurang baik

b. FULL THICKNESS SKIN GRAFT (FTSG)

FTSG sering dijumpai sebagai tindakan definitif untuk memperbaiki

kerusakan pada kulit wajah. Hal ini disebabkan karena kecenderungan

kontraksi lebih kecil, resistensi terhadap trauma lebih besar. Akan tetapi

jumlah dan ukuran donor sangat terbatas. Daerah donor FTSG meliputi kepala

dan leher, retroaurikuler, supraklavikuler, dapat pula diambil dari daerah

abdomen atau paha.

6
Penggunaan FTSG diindikasikan pada defek dimana jaringan

disebelahnya tidak bebas, juga digunakan jika jaringan disebelahnya memiliki

lesi premaligna atau maligna dan menghalangi penggunaan flap. Lokasi

yang sering digunakan pada FTSG yaitu ujung hidung, dahi, kelopak mata,

kantus medial, konka dan jari.

Keuntungan dari penggunaan FTSG yaitu :

 Kecenderungan untuk terjadinya kontraksi lebih kecil

 Kecenderungan untuk terjadinya berubah warna lebih kecil

 Kecenderungan permukaan kulit mengkilat lebih kecil

 Secara estetik lebih baik dari STSG

Kerugian dari penggunaan FTSG yaitu :

 Kemungkinan take lebih kecil dibanding dengan STSG

 Hanya dapat menutup defek yang tidak terlalu luas

 Donor harus dijahit atau ditutup oleh STSG bila luka donor agak

luas sehingga tidak dapat ditutupi primer.

 Donor terbatas pada tempat-tempat tertentu.

D. TEKNIK DAN ALAT-ALAT SKIN GRAFT

Split Thickness Skin graft

 Jika ada defek yang mau dikoreksi dengan STSG, ukuran lesi diukur dengan

tepat, bisa juga jahitan dilakukan untuk mengecilkan ukuran defek supaya

donor STSG juga diminimalisir.

 Area donor yang bagus seperti anterior-lateral atau medial paha, bokong,

atau aspek medial dari tangan. Untuk defek yang lebih besar, STSG donor

haruslah permukaan yang rata.

7
 Pemilihan daerah donor tergantung besarnya defek harus area yang bisa

tertutupi pakaian dan mudah untuk terapinya pasca donor

 Langkah awal yaitu daerah donor dianestesi lokal dengan/ tanpa epinefrin

dan bisa dikembungkan untuk pengangkatan.

 Alat-alat yang digunakan untuk STSG adalah Freehand dermatom, powered

dermatom, razor blade, pisau bedah biasa (no 22) atau pisau humby.

 Powered dermatom dipakai untuk STSG dengan daerah yang lebih luas karena

ketebalan graft yang diambil harus sama.

 Setelah pemilihan alat yang sesuai, lokasi donor dibersihkan dengan NaCl :

a. Dimulai dengan melukis “sterile tongue depressor” di area donor di depan

ahli bedah, tepatnya didepan permukaan dipotong dermatom (alat pemotong

kulit) untuk menyediakan permukaan yang rata.

b. Kemudian ahli bedah mengarahkan dermatom dengan tahanan yang tetap

pada permukaan kulit dengan sudut 300 – 45o . Gerakan dermatom harus

dalam arah taking off/ landing pesawat.

c. Graft kemudian diambil dengan hati-hati dan diletakkan dalam NaCl yang

steril.

 Tahap selanjutnya graft bebas dimodifikasi ahli bedah. Graft diletakkan

hati-hati pada area yang terbuka untuk ditutup dengan well-padded

dressing, staples atau beberapa jahitan kecil. Bila resipen luas, dapat dibantu

dengan membuat lubang-lubang pada graft seperti jala (mesh graft). Area donor

ditutup dengan dressing nonaderen steril selama 5-7 hari untuk mencegah

infeksi.

 Bolster (bantalan) bisa diberi pada graft supaya meminimalkan daya tarik

dan menjaga kelembaban graft. Jika boster digunakan atau staples keduanya

8
bisa di aff setelah 7-10 hari. Pada keadaan tertentu, transplantasi dan harvest

bisa ditunda 2-3 minggu supaya jaringan bisas bergranulasi terutama untuk

transplatasi jaringan yang avaskuler.

 Skin graft biasanya sembuh dengan sedikit skar dan biasanya terlihat seperti

kulit normal disekitarnya.

Gambar 2. Teknik pengambilan skin graft

9
Graft meshing machine Devol dermatome

Gambar 3. Alat- alat skin graft

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL SKIN GRAFT

Yang beresiko mengalami komplikasi selama operasi skin graft diantaranya :

 Usia lanjut ( > 60 tahun ) atau bayi baru lahir

 Merokok

 Penderita penyakit kronis

 Menggunakan obat hipertensi, insulin, relaksan otot

Faktor – Faktor Penyebab Kegagalan Skin Graft

 Hematoma

Hematoma dapat menghalangi proses revaskularisasi. Untuk mencegah

hematoma dapat dipakai metode mesh grafting dengan membuat insisi kecil

ultiple dengan jarak teratur untuk drainase darah atau eksudat dan juga untuk

memperluas kulit.

 Faktor mekanik, berupa kegagalan imobilisasi sehingga skin graft

10
bergeser dan revaskularisasi tidak terjadi.

 Infeksi

 Tekhnik yang salah, diantaranya adalah :

a. Menempelkan skin graft pada daerah yang masih berepitel

b. Skin graft terbalik

c. Skin graft terlalu tebal

Jika skin graft dapat bertahan dalam waktu 72 jam tanpa ada infeksi

maka umumnya tidak aka nada reaksi penolakan dan umumnya skin graft dapat

berhasil.

Faktor-Faktor Keberhasilan Skin Graft

Suksesnya transplantasi dari suatu Skin Grafting berhubungan dengan

take dari graft tersebut. Take dari graft tergantung dari :

 Vaskularisasi yang adekuat

Suatu skin graft memerlukan aliran darah yang adekuat dari

daerah resipien untuk dapat bertahan hidup. Skin Graft yang dilakukan pada

daerah resipien yang kaya akan pembuluh darah mempunyai kemungkinan

untuk take yang lebih besar. Aliran darah dari daerah resipien ke graft

kemudian akan melewati fase imbibisi plasmic, inoskulasi, hingga akhirnya

terbentuk bridging pembuluh darah yang baru ke graft. Untuk itu, hal-hal yang

menghalangi aliran darah ke graft seperti jaringan granulasi harus disingkirkan

terlebih dahulu.

 Kontak yang baik antara skin graft dengan daerah resipien

Agar proses pembentukan bridging pembuluh darah yang baru dari

daerah ke graft dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan kontak yang

baik antara skin graft dengan daerah resipiennya. Untuk itu yang harus

11
diperhatikan adalah tekanan yang adekuat pada graft, ada tidaknya kumpulan

cairan antara graft dengan resipien, dan pergerakan antara graft dengan

resipiennya.

a. Tekanan yang adekuat

Tekanan yang adekuat dapat dicapai dengan melakukan

fiksasi yang baik yaitu dengan penjahitan interuptus dipinggir

kemudian dilanjutkan dengan beberapa jahitan kasur diatas skin graft

untuk menjamin kontak dan mencegah pergeseran. Penjahitan yang

terlalu longgar akan menyebabkan bergesernya graft sehingga tidak

dapat terbentuk bridging pembuluh darah yang baru. Sedangkan

penjahitan yang terlalu kuat akan menyebabkan tarikan yangkemudian

akan merusak graft itu sendiri.

b. Mencegah timbunan cairan antara graft dengan resipien

Darah, serum dan bahan purulen akan memisahkan graft dari

resipiennya, menghalangi vaskularisasi sehingga akan menghalang take

dari skin graft tersebut dan menyebabkan kegagalan graft. Perdarahan

yang terjadi pada proses penempelan graft biasanya akan berhenti

sendiri dalam 5-10 menit, sehingga sebelum operasi dilanjutkan, harus

dilakukan evakuasi terhadap bekuan darah yang mungkin terjadi. Bila

dicurigai akan adanya seroma, hematoma atau pus di bawah kulit,

sebaiknya dalam 24-48 jam dilakukan pengamatan skin graft. Seroma,

hematoma atau bekuan darah harus segera di evakuasi dengan

melakukan insisi kecil pada graft tepat di atas seroma, hematoma atau

bekuan darah tersebut, selanjutnya dilakukan pembalutan lagi. Perawatan

dan penggantian pembalut dilakukan tiap hari sampai seroma, hematoma

12
dan bekuan darah tidak ada lagi di bawah skin graft.

c. Imobilisasi yang baik

Adanya pergerakan antara graft dengan daerah resipien akan

menghancurkan bridging kapiler yang baru sehingga mengalami

terbentuknya vaskularisasi graft. Untuk menjaga agar tidak terjadi

pergerakan antara graft dengan resipien dapat digunakan spalk untuk

daerah ekstrimitas, leher dan aksila, untuk melindungi skin graft dari

gerakan-gerakan tubuh yang dapat merusak skin graft serta mencegah

kontraksi yang terjadi karena posisi anatomis. Pada daerah wajah,

imobilisasi dapat dilakukan dengan balutan tie over.

 Tidak adanya infeksi

Sukses tidaknya penutupan luka tergantung pada ada tidaknya

infeksi luka. Infeksi luka ditentukan oleh keseimbangan antara daya tahan

luka dan mikroorganismenya. Bila jumlah mikroorganismenya lebih dari 104 /

gram jaringan, maka resiko infeksi adalah sebesar 89%. Skin graft yang

dilakukan pada jaringan yang mengandung lebih dari 105/gr jaringan akan

selalu gagal. Streptococcus beta hemolyticus masih dianggap sebagai faktor

infeksi yang menyebabkan kegagalan skin graft. Demam yang tidak tinggi

disertai adanya bau atau kemerahahn pada pinggir skin graft antara hari ke-2

dan hari ke-4 pasca bedah apalagi bilai disertai rasa nyeri yang semakin

bertambah akan lebih menyokong adanya infeksi pada daerah operasi.

Pada pasien dibetes atau mereka yang mendapat terapi imunosupresan lebih

mudah mendapatkan infeksi. Pencegahan infeksi dilakukan dengan kompres

NaCl 0.9% dan memberikan antbiotik yang sesuai dengan mikroorganisme

yang dapat merusak graft.


13
F. PERAWATAN SKIN GRAFT PADA DONOR DAN RESIPEN

a. Daerah Resipen

Bila diyakini tindakan hemostatis daerah resipen telah

dilakukan dengan baik dan fiksasi skin graft telah dilakukan dengan

baik, balutan dibuka hari ke-5 untuk mengevaluasi hasil dari skin graft

dan benang fiksasi/jahitan dicabut. Skin graft take yang dimaksud

adalah terjadi revaskularisasi dimana skin graft memperoleh cukup

vaskularisasi untuk hidup seperti parasit ditempat baru. Apabila baik

dilakukan perawatan tiap 2-3 hari. Disarankan pada penderita

tindakan skin graft diekstremitas tetap memakai pembalut elastic

sampai pematangan graft kurang 3-6 bulan.

Bila diduga akan adanya hematoma atau bekuan darah dibawah

kulit sebaiknya dalam 24-48 jam dilakukan pengamatan skin graft.

Karena bila terjadi seroma, hematoma atau bekuan darah dibawah skin

graft akan mengurangi kontak skin dengan resipen sehingga akan

menghalangi take dari skin grat tersebut. Pada pengamatan ini

dilakukan pembukaan balutan dengan hati-hati jangan sampai merusak

skin graft (terangkat atau tergeser). Seroma, hematoma atau bekuan

darah harus segera dievakuasi dengan melakukan insisi kecil pada

skin graft tepat diatas seroma/hematoma/bekuan darah tersebut

selanjutnya dilakukan pembalutan lagi.

Perawatan dan pergantian balutan dilakukan tiap hari sampai

seroma/hematoma bekuan darah tidak ada lagi dibawah skin graft. Bila

evakuasi seroma/hematoma/bekuan darah dilakukan dalam 24 jam

pertama, graft masih dapat terjamin take 100%. Infeksi pada skin graft

14
tidak akan menimbulkan kenaikan suhu badan dalam 24 jam pertama

pasca bedah. Demam yang tidak tinggi disertai adanya bau atau

kemerahan pada pinggir skin graft antara hari ke-2 dan ke-4 pasca

bedah.

b. Daerah Donor

Pada donor split thickness skin graft balutan luka dibuka

setelah proses epitelisasi. Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau

epitelialisasi. Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi

untuk thin split thickness skin graft 7- 9 hari, intermediate split

thickness skin graft 10 – 14 hari sedangkan thick split thickness skin

graft memerlukan 14 atau lebih. Perawatan split thickness skin graft

secara umum diambil rata-rata 14 hari. Balutan dibiarkan sekitar 14

hari kecuali bila balutan kotor diganti bagian luarnya saja. Balutan

pada donor biasanya melekat erat dengan kulit. Saat melepas

balut/tulle harus hati- hati dan jangan dipaksa. Bila balutan masih

melekat erat tidak diangkat. Hal yang terbaik balutan dapat

terpisah/terlepas spontan. Bagian yang masih melekat dibiarkan sampai

dapat terlepas sendiri karena telah terjadi epitelisasi bila

pelepasan balut/tulle dipaksa akan berdarah disertai rasa nyeri, ini

merusak proses epitelisasi dan penyembuhan akan bertambah lama.

Luka donor full thickness skin graft diperlakukan seperti luka

jahitan biasa yaitu hari ke-3 kontrol luka dan hari ke-7 jahitan dapat

diangkat atau bila diyakini hasil tindakan tidak akan timbul masalah

control dapat langsung hari ke-7. Pada donor full thickness skin graft

yang tidak dapat ditutup primer, dilakukan penutupan dengan split

15
thickness skin graft, perawatannya seperti perawatan luka split

thickness graft.

G. FASE PENYEMBUHAN SKIN GRAFT SECARA FISIOLOGIS

Terdapat dua tahap pemulihan skin graft yaitu :

1. Imbibisi plasmic (24-48 jam pertama setelah graft )

Dalam proses ini, jaringan donor akan mendapatkan nutrisi melalui

penyerapan plasma dari kulit dibawahnya melalui kapiler-kapiler, sehingga

STSG dikatakan memiliki kemungkinan berhasil yang lebih besar karena cairan

plasma yang diserap lebih efektif.

2. Fase penyembuhan/inokulasi (48-72 jam sampai 1 minggu setelah graft)

Kelenjar limfe yang terbentuk pada jaringan graft kira-kira 1 minggu,

dan reinervasi graft akan dimulai pada minggu-minggu pertama. Proses

revaskularisasi skin graft sebagai berikut:

 Hubungan anastomose langsung antara graft dengan pembuluh

darah resipen (autoinokulasi). (48 jam)

 Pertumbuhan dari pembuluh darah resipen ke dalam saluran endothelial

graft. (72 jam) Penetrasi pembuluh darah baru ke dalam dermis graft. (4-7

hari)

H. INDIKASI

Umumnya, skin graft dilakukan pada operasi rekonstruksi, ketika metode

rekonstruksi lain tidak dapat dilakukan, seperti penutupan primer, penyembuhan

sekunder, atau skin flap tidak memungkinkan dilakukan atau akan memberikan

hasil suboptimal.STSG dilakukan ketika kosmetik tidak diprioritaskan atau

ketika defek berukuran besar sehingga tidak memungkinkan untuk FTSG,

selain itu STSG digunakan untuk menutup ulkus kronis yang tidak kunjung

16
sembuh, penutupan sementara untuk observasi kemungkinan rekurensi tumor,

bedah koreksi gangguan depigmentasi, dan menutup luka bakar untuk

mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi kehilangan cairan.

FTSG diindikasikan pada defek dengan jaringan disekitarnya

immobile atau jarang. Selain itu, FTSG dilakukan jika jaringan di

sekitarnya memiliki lesi premalignan atau malignan dan tidak memungkinkan

untuk skin flap. Indikasi umum FTSG adalah ketika prosedur bertahap tidak

memungkinkan untuk pada pasien.

I. KONTRA INDIKASI

Kontraindikasi STSG adalah jika kosmetik dan ketahanan graft

menjadi prioritas atau ketika kontraktur luka dapat mengkompromis fungsi.

Kecocokan warna dan tekstur yang buruk, kurangnya struktur ekrin, menimbulkan

bekas pada STSG dibandingkan dengan FTSG.

Kontraindikasi FTSG adalah ketika dasar resipien kekurangan suplai

vaskular yang menyebabkan resipien tidak dapat mempertahankan graft.

Penggunaan FTSG pada jaringan avaskular, seperti tulang atau kartilago, biasa

berakibat nekrosis graft kecuali jika area graft kecil dan dapat menyebabkan

bridging phenomenon terjadi.

J. KOMPLIKASI

Komplikasi dari penggunaan skin graft yaitu :

 Pendarahan

 Infeksi

 Hematoma

 Kontraktur

 Penyembuhan tidak sesuai dengan tekstur, warna atau topografi.

17
K. PERAN FISIOTERAPI PADA SKIN GRAFT

1. Peran Fisioterapi Sebelum Operasi

Tahap ini dimulai segera, setelah pasien dirawat di rumah sakit sampai

pasien dibawa ke ruang operasi untuk skin grafting.

Tujuan pemberian terapi :

 Memelihara jalan nafas

 Mengurangi edema.

 Mencegah kerusakan struktural

 Untuk mencegah kontraktur dan deformitas.

 Untuk mempertahankan ROM dan menjaga kekuatan posisi tubuh pasien

dengan benar

 Untuk mencegah infeksi.

Terapi yang diberikan yaitu :

 Breathing Exercise

 Elevation

 Splint

 Passive Exercise

 Positioning

 Strengthening exercises

2. Peran Fisioterapi Pasca Operasi

Tujuan pemberian Terapi :

 Untuk mencegah kerusakan struktural saat hasil skin graft kering

 Untuk mencegah kerusakan pada daerah donor

 Untuk memperbaiki sensasi pada kulit

 Untuk mengurangi edema.

18
 Untuk mencegah infeksi.

 Untuk mencegah pembentukan bekas luka kulit yang dicangkokkan.

 Untuk menghindari contracture dan deformitas.

 Untuk menambah ROM dan kekuatan otot.

 Untuk meningkatkan aktivitas fungsional dan berjalan.

Terapi yang diberikan:

 Ultra Sound

 Cold Pack

 Elevasi

 Passive Exercise

 Splint

 Positioning

 Functional Exercise

 Group exercise

19
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Skin graft merupakan suatu tindakan pembedahan dimana dilakukan

pemindahan sebagian atau seluruh tebalnya kulit dari suatu daerah asal (donor) tanpa

disertai vaskularisasinya ke daerah lainya (resipien) untuk menutupi suatu defek. Skin

graft pada umumnya menggunakan kulit dan individu yang sama sebagai upaya

untuk meningkatkan keberhasilan tindakan. Kulit yang digunakan dapat digunakan

dari bagian tubuh mana saja, namun lazimnya dari daerah paha, bokong, punggung,

atau perut. Keberhasilan skin graft juga ditentukan oleh perawatan pre-operatif dan

post-operatif dari tindakan skin graft.

20
21

Anda mungkin juga menyukai