Ekonomi Lingkungan
Ekonomi Lingkungan
a. PENGERTIAN
Ekonomi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari kegiatan manusia dalam
memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga fungsi/peranan lingkungan
dapat dipertahankan atau bahkan dapat ditingkatkan dalam penggunaannya untuk
jangka panjang.
1
Non rivalry in consumption bagi sumberdaya lingkungan artinya,
walaupun lingkungan itu telah dikonsumsi seseorang atau sekelompok
orang, volume atau jumlah yang tersedia bagi orang lain tidak akan
berkurang, contohnya oksigen, sinar matahari,air laut dll.
Kedua sifat tersebut menyebabkan orang atau individu tidak mau
memelihara karena tidak ada bayaran untuk itu.
2
c. KEBIJAKAN PEMERINTAH
Kebijakan pemerintah yang perlu diambil dan sudah dilaksanakan pemerintah
Indonesia dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
agar fungsi lingkungan dapat tetap lestari adalah:
a. Memperbaiki hak penguasaan atas sumber daya alam dan lingkungan
( property right) dari ” common property” menjadi ”private property”.
Dengan adanya private property, barang public dapat diubah sifatnya
menjadi barang privat, sehingga akan cenderung dipelihara dengan baik.
b. Memperbaiki sumber daya alam dan lingkungan sehingga biaya eksternal
dapat diinternalkan dengan cara menerapkan command and control sytem
dan atau dengan economic incentive system termasuk polluter pays
principle. Untuk itu perlu disiapkan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL), Rencana Kelola Lingkungan (RKL), Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL) untuk setiap proyek atau kegiatan yang
memberikan dampak besar bagi lingkungan.
c. Menggunakan tekanan social untuk mengurangi pencemaran seperti
dengan system ecolabeling. Pemerintah menggunakan kekuatan para
konsumen untuk menekan produsen agar mau memproduksi produk yang
bersahabat dengan lingkungan sejak awal pengambilan input sampai
dengan konsumsi akhir.
d. Semua perusahaan atau industri dihimbau untuk melaksanakan audit
lingkungan yang dilaksanakan secara sukarela oleh pemrakarsa kegiatan
dan merupakan alat pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang
sifatnya internal. Manfaat dari kegiatan ini:
- untuk mengidentifikasi resiko lingkungan
- sebagai dasar bagi pelaksanaan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan
atau upaya penyempurnaan rencana yang ada.
- meningkatkan kepedulian pimpinan lembaga atau kegiatan tentang
pelaksanaan kegiatan terhadap kebijakan dan tanggung jawab
lingkungan.
3
e. Memberikan insentif untuk pengelolaan lingkungan yang baik melalui
penghargaan atau perlombaan seperti Program Kalpataru, Adipura dll.
4
Cara mengukur kelangkaan sumber daya alam sebagai hasil dari fungsi
lingkungan bila tidak dapat dilaksanakan secara fisik, dapat juga dengan cara
melihat apakah biaya produksinya meningkat dan semakin mahal. Jika demikian
adanya, maka sumber daya alam itu semakin langka.
5
Kemajuan suatu bangsa dapat tercapai dengan melaksanakan pembangunan
berkelanjutan di segala bidang. Pembangunan merupakan suatu proses
pengolahan sumberdaya alam dan penggunaan sumberdaya manusia dengan
memanfaatkan teknologi. Kedua fungsi sumberdaya tersebut harus dapat
diperhatikan agar dapat terus menerus menunjang kegiatan atau proses
pembangunan yang berkelanjutan.
Menurut Sumarwoto,2006, pengertian pembangunan berkelanjutan adalah:
perubahan positif social ekonomi yang tidak mengabaikan system ekologi dan
social dimana masyarakat bergantung padanya. Keberhasilan penerapannya
memerlukan kebijakan, perencanaan dan proses pembelajaran social yang
terpadu, viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh masyarakat
melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia
usahanya.
Secara implicit definisi tersebut menurut Hegley,Jr,1992, mengandung
pengertian strategi imperative bagi pembangunan berkelanjutan sebagai
berikut:
1. berorientasi untuk pertumbuhan yang mendukung secara nyata
tujuan ekologi, social, dan ekonomi.
2. memperhatikan batas-batas ekologis dalam konsumsi materi dan
memperkuat pembangunan kualitatif pada tingkat masyarakat
dan individu dengan distribusi yang adil.
3. perlunya campur tangan pemerintah, dukungan dan kerja sama
dunia usaha dalam upaya konservasi dan pemanfaatan yang
berbasis sumber daya.
4. perlunya keterpaduan kebijakan dan koordinasi pada semua
tingkat dan antara yuridiksi politik terkait dalam pengembangan
energi bagi pertumbuhan kebutuhan hidup.
5. bergantung pada pendidikan, perencanaan dan proses politik
yang terinformasikan, terbuka, dan adil dalam pengembangan
teknologi dan manajemen.
6
6. mengintegrasikan budaya social dan biaya lingkungan dari
dampak pembangunan ke dalam perhitungan ekonomi.
Tiga pilar pembangunan berkelanjutan sejak Deklarasi Stockholm 1972
menuju Rio de Janeiro 1992, sampai dengan Rio + 10 di Johanesburg
2002 ditekankan perlunya koordinasi dan integrasi sumberdaya alam,
sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan dalam setiap pembangunan
nasional dengan pendekatan kependudukan, pembangunan dan lingkungan
sampai dengan integrasi aspek social, ekonomi, dan lingkungan yang
menjadi pertimbangan sekarang adalah bagaimana pelaksanaan untuk
diintegrasikan ketiga pilar tersebut.
North
Three Dimentional
model
Society
Today’s Tomorrow’s
generation generation
environment economy
7
2. Dimensi Manusia Sebagai Subjek dan Objek Pembangunan Sosial
Ekonomi
Manusia sebagai individu
Proses pembangunan seharusnya menempatkan manusia sebagai
subyek sekaligus obyek pembangunan itu (Misra,1991). Manusia
merupakan subyek pembangunan karena ia merupakan pelaksana
pembangunan. Manusia menjadi obyek pembangunan, sebab
sasaran hasil pembangunan pada hakikatnya untuk kepentingan
manusia itu sendiri. Pembangunan dilaksanakan oleh dan untuk
manusia, oleh karenanya aspek kesejahteraan yang adil dan merata
di setiap wilayah harus diupayakan. Dalam pelaksanaan
pembangunan, manusia memiliki hak dan kewajiban yang diatur
sedemikian rupa sehingga kedudukan manusia sebagai subyek dan
obyek pembagunan dapat terwujud. Dalam pembangunan
lingkungan hidup Indonesia, masalah hak dan kewajiban
pengelolaan lingkungan diatur dalam UU No. 23 Tahun 1997
khusunya BAB III yang mengatur hak dan kewajiban, dan peran
masyarakat, yakni pada pasal 5,6 dan 7.
* Pasal 5 UU No. 23 Tahun 1997 ini mengatur mengenai hak setiap
orang, yakni:
a. Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup
yang baik dan sehat.
b. Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup,
yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan
hidup.
c. Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam
pengelolaan lingkungan hidup, sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.
* Kemudian pasal 6 mengatur mengenai kewajiban seseoarng,
yakni:
8
a. Setiap orang berkewajiban memelihara pelestarian fungsi
lingkungan hidup, mencegah serta menanggulangi pencemaran
dan perusakan lingkungan hidup.
b. Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat
mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
Berikutnya mengenai peran masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan hidup beserta cara pelaksanaannya diatur dalam pasal 7
yakni masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-
luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Pelaksanaan hal tersebut dilakukan dengan cara:
a. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan
kemitraan.
b. Menumbuhkembangkan kemapuan dan kepeloporan
masyarakat.
c. Menumbuhkan ketanggapan masyarakat untuk melakukan
pengawasan social.
d. Memberikan saran pendapat
e. Menyampaikan informasi dan/atau menyampaikan laporan.
9
penuh perhatian akan semua kebutuhan dasar bagi kehidupan.
Jaminan kehidupan masa depan ini juga menyangkut masa depan
bangsanya, artinya generasi masa depan bangsa juga harus
terjamin kebutuhan hidupnya.
Dalam konsep pembangunan berkelanjutan, terkandung makna
bahwa segala upaya pemanfaatan sumber daya , pengembangan
teknologi, perubahan tatanan kelembagaan, peningkatan investasi,
harus diarahkan secara harmonis dan terpadu untuk memenuhi
kebutuhan generasi masa kini dan akan datang. Hal ini dinyatakan
tegas oleh Komisi Dunia untuk Pembangunan dan Lingkungan di
Stockholom, Swedia tahun 1984 yakni manusia pada prinsipnya
memiliki kemampuan untuk membuat pembangunan berkelanjutan,
sehingga terjamin pemenuhan kebutuhan manusia untuk hari ini,
tanpa mengurangi hak generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhannya akan sumber daya alam.
10
yaitu mekanisme pasar. Dalam perekonomian bersifat kapitalis ini motif untuk
mencari keuntungan merupakan daya penggerak yang sangat kuat dalam kegiatan
usaha. Akibat adanya kebebasan berusaha individu yang kuat akan menang dan
mendesak individu yang lemah yang akan menjadi korban utama pencemaran
lingkungan.
Sistem kapitalis yang menghendaki masyarakat lebih dipentingkan
daripada individu. Perencnaan disusun oleh pemerintah pusat dan individu tidak
diberi kebebasan untuk memilih ataupun melakukan kegiatannya. Akibatnya hak
asasi manusia kurang mendapatkan tempat, dan ini cenderung mematikan
kreatifitas individu. Namun seringkali sasaran yang diinginkan sulit tercapai dan
hanya kelompok tertentu yang kuasa dalam membuat keputusan yang mendapat
perlindungan.
Dalam kedua system ekonomi ini terdapat ketidakmampuan dalam
mencapai alokasi factor produksi secara efisien, artinya tidak memberikan
kesejahteraan social yang maksimum. Ketidakmampuan tersebut disebabkan oleh
kegagalan mekanisme pasar, baik yang berupa kegagalan pasar bebas dalam
mencerminkan seluruh biaya social bagi harga-harga input maupun harga-harga
produksi (output).demikian juga tidak tersedianya pasar bagi barang-barang dan
jasa lingkungan. Untuk tercapainya kesejahteraan sosial yang maksimum bagi
barang dan jasa lingkungan diperlukan campur tangan pemerintah. Namun tidak
dapat dipungkiri bahwa campur tangan pemerintah tersebut memerlukan
pengorbanan atau biaya, karena pemerintah tidak selalu efisien daripada
mekanisme pasar bebas.
Ketidakefisienan alokasi factor produksi juga disebabkan oleh adanya
kegagalan dalam campur tangan pemerintah, karena dengan campur tangan itu
efisiensi yang seharusnya dapat dicapai oleh mekanisme pasar terhambat oleh
campur tangan tersebut. Misalnya, pemerintah memberikan subsidi bahan baker
minyak, pupuk, menentukan harag maksimum untuk suatu barang atau jasa
tertentu, mengawasi valuta asing dsb.
11
Meskipun dianggap sebagai kekuatan yang akan mengalokasikan factor
produksi dalam kegiatan produksi sehingga sehingga dapat efisien; dalam
kenyataannya pasar akan gagal melakukan fungsinya bila dalam perekonomian
tersebut terdapat eksternalitas sehingga tidak dapat mencapai kesejahteraan social
yang maksimal. Mekanisme pasar cenderung mengabaikan biaya-biaya atau
beban yang dipikul oleh pihak ketiga sebagai akibat adanya kegiatan yang
dilaksanakan oleh suatu pemrakarsa atau perusahaan. Contohnya, transaksi jual
beli minuman kaleng (coca-cola), biaya menampung limbah atau memusnahkan
limbah kaleng bekas belum tercermin pada harga minimum kaleng tersebut. Jika
tidak ada dinas kebersihan kota yang mengumpulkan kaleng atau sampah, maka
kaleng tersebut akan dibuang ke kebun atau lahan kosong atau di pinggir jalan,
sungai dsb, yang berarti lingkunganlah yang menampung beban resikonya. Ini
semua tidak tercermin dalam harga produk yang dijual di pasar atau took-toko.
Inilah yang disebut dengan biaya eksternal.
BSM
Harga
BPM
D
E
Ps
B
Pp
C
Pk
Q
O
Qs Qp Qk
12
Gambar diatas menunjukkan pengaruh biaya eksternal terhadap volume produksi.
Seorang produsen akan memaksimumkan laba dengan menghasilkan produk pada saat
biaya marginal privat sama dengan penerimaan marjinal yaotu pada titik B dengan
jumlah produksi sebanyak Qp. Namun dengan adanya biaya eksternal yang membentuk
biaya social maka produsen akan menghasilkan produk setinggi Qs karena untuk
menyamakan biaya social marjinal (BSM) dengan permintaan (penerimaan marjinal).
Selisih produk Qs-Qp disebut dengan kegagalan pasar, yaitu apabila perusahaan individu
tidak memasukkan biaya eksternal ke dalam komponen biaya produksinya.
a. Pencemaran sebagai Eksternalitas
Keseimbangan material (materials balance) dari suatu perekonomian dipandang
sebagai suatu keseimbangan umum yang menunjukkan bagaimana perekonomian
dan lingkungan berinteraksi secara kompleks sebagai suatu system terpadu.
Analisis keseimbangan umum memusatkan perhatian pada semua pengaruh dari
setiap perubahan variable ekonomi. Contoh, terjadi perubahan harga suatu produk
pertanian (Padi), maka penggunaan masukan (bibit, pupuk, air, tanah, dll) akan
turut berubah. Dengan penggunaan SDA yang meningkat pasti aliran limbah yang
terbuang ke alam juga meningkat dan dengan sendirinya profil pencemaran
lingkungan dalam perekonomian juga akan berubah.
Ekonomi lingkungan menganalisis pencemaran sebagai biaya eksternal dimana
setiap dampak terhadap tingkat kesejahteraan pihak ketiga yang timbul sebagai
akibat tindakan seseorang tanpa dipungut kompensasi atau pembayaran.
13
Negara. Cara-cara ini akan mengubah mekanisme pasar dengan menentukan
harga barang dan jasa dimana biaya lingkungan (eksternal) sudah diperhitungkan
di dalamnya. Pendekatan seperti ini disebut dengan pendekatan insentif atas dasar
mekanisme pasar (market-based incentives approach). Berlawanan dengan
pendekatan pengaturan langsung (command and control regulatory approach)
yang melibatkan system penentuan system. Misalnya baku mutu lingkungan,
dapat dipaksakan melalui peraturan perundang undangan tanpa bantuan
mekanisme pasar.
Para ekonom berpendapat bahwa system insentif atas dasar mekanisme pasar
lebih efektif dibandingkan system insentif pendekatan langsung. Meskipun
kenyataannya system pengendalian pencemaran di Negara-negara berkembang
lebih banyak didasarkan pada pendekatan pengaturan langsung.
Ada dua alas an utama mengapa system pengaturan langsung tidak efisien:
1. system pengaturan langsung menghendaki informasi lengkap
mengenai berbagai industri pencemar, sehingga memerlukan biaya
yang tidak sedikit. Perusahaan pencemar jauh lebih tahu
dibandingkan pemerintah mengenai biaya apa saja dan seberapa
besar yang diperlukan untuk menanggulangi pencemaran.
2. perusahaan pencemar memiliki cara yang berbeda dalam
penanggulangan pencemaran, seingga besarnya biaya
penanggulangan pencemaran juga berbeda. Dengan pengaturan
langsung biasanya produsen harus mencapai standar baku mutu
tertentu dengan teknologi tertentu.
Karena kelemahan system pengaturan langsung maka ekonom lebih menyukai system
insentif ekonomi untuk mengendalikan pencemaran. Dengan system insentif ekonomi
ini maka:
1. seorang produsen yang mencemari lingkungan akan dapat melakukan pilihan
dalam menyesuiakan kegiatannya terhadap baku mutu kualitas lingkungan.
2. penerimaan dari pungutan pajak dan retribusi atau bentuk penerimaan lain
akan merupakan sumber penerimaan pemerintah sehingga dapat digunakan
untuk membiayai pengurangan limbah dan pengelolaan lingkungan.
14
Kedua system tersebut dalam praktiknya dipakai bersama-sama dan saling
melengkapi.
15
akhirnya menjadi bagian dari birokrat menjadi sangat penting dan dapat
mempengaruhi pelaksanaan peraturan yang bersangkutan. Akibatnya
birokrat bertindak tidak demi kepentingan masyarakat, tetapi demi
kepentingan kelompok.
16
mengorbankan petani dengan memberikan harga beras yang terlalu rendah
dibandingkan dengan harga pasar. Akibatnya permintaan pasar akan beras
meningkat, bahkan pangan nonberas seperti sagu, ketela, ubi, tales dll
digantikan dengan beras sebagai makanan pokok.
Bagaimana dampaknya terhadap lingkungan? Jelas yang terjadi apabila
produksi berlebihan dan penggunaan lahan pertanian yang sangat intensif
dapat menimbulkan hama wereng yang mengakibatkan kegagalan panen,
seperti peristiwa tahun 1970-an. Sumberdaya air menjadi tercemar oleh
pupuk dan insektisida, sehingga tidak hanya mengganggu kehidupan
satwa air, tetapi juga manusia.
Dampak keseluruhan dari kebijakan pembangunan pertanian adalah:
- pemerintah menggunakan pajak dan sumber pendapatan lain untuk
membiayai subsidi pangan melalui kebijakan harga pangan, sehingga
kebijakan ini telah mengurangi tersedianya dana untuk pembangunan
lainnya.
- Subsidi mendorong penggunaan SDA yang mendapatkan subsidi. Dalam
hal pertanian penggunaan tanah akan sangat intensif dibarengi dengan
penggunaan insektisida dan pupuk buatan yang berlebihan.
- Timbl inefficiency dalam alokasi factor produksi. Sector kegiatan yang
mendapat subsidi menjadi sangat menarik karena tingginya tingkat
keuntungan yang sebetulnya merupakan hal semu sehingga alokasi factor
produksi menjadi tidak tepat.
17
menggunakan air tanpa memperhatikan volume air yanag digunakan.
Akibatnya terjadi pemborosan penggunaan sumberdaya air. Di sisi lain air
yang digunakan untuk listrik, perkotaan dll menjadi kurang tersedia
sehingga harganya menjadi mahal.
3. kebijakan harga energi
Sumber energi seperti bahan bakar minyak, batu bara, gas dan listrik
seringkali mendapat subsidi yang sangat besar di Negara-negara
berkembang termasuk Indonesia. Dengan subsidi BBM mendorong
penggunaan BBM berlebihan sehingga mencemari lingkungan. Dampak
ekonomi dari subsidi BBM jelas merupakan kebocoran yang sangat tinggi
dari dana pemerintah dalam pembangunan. Akibatnya menumpuknya
hutang pemerintah dan swasta karena terpaksa meminjam dari luar negeri
untuk membiayai pembangunan Indonesia.
18