MAKALAH
Kelompok 7:
Mohammad Rifandi Muslim 140710160006
Daffa Dzakwan 140710170014
Sonia Fitria 140710170020
Muhammad Bani Al-Rasyid 140710170045
Faris Fathudinulhaq 140710170046
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… 1
PENDAHULUAN …………………………………………………………………….... 2
PEMBAHASAN ……………………………………………………………………….. 5
KESIMPULAN ………………………………………………………………………… 18
Lampiran
1
I. PENDAHULUAN
Porong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sidoarjo yang terdampak
oleh semburan lumpur, selanjutnya disebut sebagai Lumpur Sidoarjo (LUSI). Studi yang
telah dilakukan menyatakan bahwa untuk memperkirakan zona aliran lumpur bawah
permukaan dapat dilakukan berdasarkan indikasi zona lemah atau penurunan rapat massa
(Supriyana, 2015).
Cara untuk mengetahui nilai rapat massa diindikasikan oleh nilai Anomali
Bouguer, untuk memperkirakan nilai Anomali Bouguer setiap titiknya dapat kita lakukan
dengan menggunakan Triangulasi, Delaunay, dan Inverse Distance. Di samping menentukan
nilai suatu titik, ketiga metode tersebut dapat kita gunakan untuk memvalidasi data hasil
pengamatan.
2
Gambar 1.1 Peta sebaran titik pengamatan di overlay dengan peta satelit (Google, 2018)
3
Gambar 1.2 Peta hasil pengolahan triangulasi, Delaunay, dan Inverse Distance
4
II. PEMBAHASAN
2. 1. Analisa Metode Triangulasi
2. 1. 1. Titik T1
Peta anomali bouguer diambil didaerah Kecamatan Porong, Kabupaten
Siduardjo, Jawa Timur. Dalam peta anomali bouguer ini meninjau besaran nilai gravity pada
daerah tersebut. Dalam pengoperasian hasil data, diambil beberapa titik untuk menentukan
titik triangulasi data untuk menentukan besaran anomali yang ada disekitar titik tersebut.
Adapun 3 data yang diambil berdasarkan titik-titik yang saling berdekatan, yaitu titik P-
277, P-057 dan P-058 dimana terletak pada 2 lapisan kontur yang berbeda yang membentuk
titik triangulasi baru berupa titik T1 seperti pada gambar 2.1.
Nilai yang terdapat dari tiap titik diketahui seperti pada tabel 2.1 serta nilai
koordinat (x,y) atau longitude dan latitudenya seperti pada tabel 2.1 dimana berdasarkan
hasil value ketiga titik ini tidak memiliki besar range antar titik yang tidak terlalu jauh, yaitu
sekitar -19 sampai -21. Dimana tanda minus (-) menandakan nilai gravity disana rendah yaitu
menunjukkan pada skala peta -19 mGal sampai -21 mGal yang menunjukkan warna layer
lapisan berwarna ungu muda hingga ungu tua.
Ketiga titik ini diambil untuk mengetahui keberadaan anomali yang terdapat
disekitaran pada titik baru triangulasi yang terbentuk. Berdasarkan hasil operasi perhitungan
kuantitatif yang didapatkan, harga value yang terdapat pada titik triangulasi T1 tidak berbeda
jauh dengan 3 titik lainnya yaitu sebesar -20,045999582543 mGal. Hal ini dapat
diperkirakan bahwa tidak ada anomali yang unik karena hasil value T1 tidak berubah secara
signifikan.
Tabel 2.1 Data Titik Triangulasi 1 (T1)
5
Gambar 2.1 Ttitk Triangulasi 1
2. 1. 2. Titik T2
Pada metode triangulasi ini, dipilih titik P(106), P(107), dan P(108). Ketiga titik
ini nanti akan saling menghubungkan sehingga membentuk triangulasi T2. Alasan
dipilihnya ketiga titik ini karena dapat mempermudah titik amat dan memiliki jarak yang
saling dekat. Akan tetapi, ketiga titik yang saling dekat ini dapat dilakukannya triangulasi
dan keunikannya sendiri terlihat dari titk amat yang mudah dilihat dan memiliki 2 level
anomaly yang berbeda dan berada di lokasi yang dekat dengan lumpur lapindo sehingga
dapat dilihat tujuan saya melakukan triangulasi di tiga titik tersebut.
6
Tabel 2.2 Data Titik Triangulasi 2 (T2)
2. 1. 3. Titik T3
Pada peta anomaly bouguer diambil 15 titik pada triangulasi, dari ke 15 titik
tersebut diambil 3 titik yang saling berhubungan untuk menentukan/melihat anomaly pada
titik yang ingin ditinjau. Pada titik ini saya meninjau titik P-(062), P-(065), dan P-(115).
Pada titik ini saya ingin mengetahui titik tengah triangulasinya yaitu T3. Pada saat
pengambilan 3 titik triangulasinya terdapat perbedaan warna di level 3 pada rentan -14
sampai -16.
Tabel 2.3 Data Titik Triangulasi 3 (T3)
7
Gambar 2.3 Ttitk
Triangulasi 3
Pada titik ini telah diketahui longitude dan latitude yaitu pada gambar 1 serta
titik dan anomaly bouguer yaitu pada gambar 2. Bahwa pada titik ini tidak terlihat anomaly
yang terjadi di titik tengah triangulasi yaitu T3.
2. 1. 4. Titik T4
Peta anomali bouguer diambil didaerah Kecamatan Porong, Kabupaten
Siduardjo, Jawa Timur. Dalam peta anomali bouguer ini meninjau besaran nilai gravity pada
daerah tersebut. Dalam pengoperasian hasil data, diambil beberapa titik untuk menentukan
titik triangulasi data untuk menentukan besaran anomali yang ada disekitar titik tersebut.
Adapun 3 data yang diambil berdasarkan titik-titik yang saling berdekatan, yaitu titik P-
102, P-103 dan P-104 dimana terletak pada 2 lapisan kontur yang berbeda yang membentuk
titik triangulasi baru berupa titik T4 seperti pada gambar 2.1.
Nilai value yang terdapat dari tiap titik diketahui seperti pada tabel 2.1 serta
nilai koordinat (x,y) atau longitude dan latitudenya seperti pada tabel 2.2. dimana
berdasarkan hasil value ketiga titik ini tidak memiliki besar range antar titik yang tidak
terlalu jauh, yaitu sekitar -21 sampai -24. Dimana tanda minus (-) menandakan nilai gravity
disana rendah yaitu menunjukkan pada skala peta -20 mGal sampai -24 mGal yang
menunjukkan warna layer lapisan berwarna biru tua hingga ungu.
Ketiga titik ini diambil untuk mengetahui keberadaan anomali yang terdapat
disekitaran pada titik baru triangulasi yang terbentuk. Berdasarkan hasil operasi perhitungan
kuantitaf yang didapatkan, harga value yang terdapat pada titik triangulasi T4 tidak berbeda
jauh dengan 3 titik lainnya yaitu sebesar -21,919004341853 mGal. Hal ini dapat
8
diperkirakan bahwa tidak ada anomali yang unik karena hasi value T4 tidak berubah secara
signifikan.
Tabel 2.4 Data Titik Triangulasi 4 (T4)
9
Berdasarkan hasil triangulasi tidak terdapat berbedaan nilai Anomali Bouguer
yang signifikan, nilai T5 mendekati nilai dari P-007. Apabila dilihat pada peta titik T5 berada
pada level kontur yang sama dengan P-007, maka dapat dikatakan bahwa nilai dari P-007
adalah valid.
10
Gambar 2.6 Titik Delaunay 1 (D1).
11
Gambar 2.7 Titik Delaunay 2 (D2).
12
Gambar 2.8 Titik Delaunay 3 (D3).
Hasil ini dikolerasikan dengan skala warna yang tertera pada peta, menunjukkan hasil dari
Delaunay sesuai dengan warna yang mengindikasikan nilai Anomali Bouguer. Berdasarkan
hasil tersebut data dapat dikatakan valid.
13
2. 3. Analisa Metode Inverse Distance
Inverse distance merupakan suatu metode interpolasi data yang termasuk ke
dalam exact interpolator, metode ini mengasumsikan bahwa setiap titik pengamatan
memiliki pengaruh yang bersifat lokal dan berkurang terhadap jarak. Dalam suatu area
pengamatan suatu titik (dianggap sebagai titik nol) akan dipengaruhi titik-titik lain pada area
pengamatan, oleh karena itu perhitungan nya menyertakan keseluruhan titik amat.
Untuk mengetahui kecenderungan nilai Anomali Bouguer dengan menggunakan
metode Inverse Distance, kami mengambil titik-titik yang cenderung menyebar yang berada
di sebelah selatan, dan utara area pengamatan. Pertimbangan lain dalam menentukan titik
yang akan dicari nilai Anomali Bouguer-nya adalah ketiadaan/sedikitnya titik amat pada
lokasi tersebut. Rincian posisi titik yang kami tentukan sebagai berikut.
Gambar 2.9 Titik Inverse Distance (ID2) memiliki koordinat: 112.67806204241, -7.5326045490793 dan nilai
Anomali Bouguer: -15.04438118265 mGal.
14
Gambar 2.10 Titik Inverse Distance (ID2) memiliki koordinat: 112.70154840471, -7.4817433538867 dan
Anomali Bouguer: -21.17654204211 mGal.
15
Gambar 2.11 Titik Inverse Distance (ID3) memiliki koordinat: 112.67734382776, -7.5498872022987 dan
Anomali Bouguer: -10.464464728283 mGal dan Titik Inverse Distance (ID4) memiliki koordinat:
112.66301224862, -7.5459868358235, dan Anomali Bouguer -7.7957444345541 mGal.
16
Gambar 2.12 Sebaran titik Inverse Distance
17
III. KESIMPULAN
Hasil pengolahan menunjukkan bahwa sebaran nilai Anomali Bouguer yang
memiliki nilai Anomali Bouguer tinggi berada di sebelah selatan, lebih tepatnya arah barat
daya area pengamatan. Semakin ke utara menunjukkan nilai Anomali Bouguer yang semakin
merendah. Nilai Anomali Bouguer berkolerasi kuat dengan rapat massa, nilai Anomali
Bouguer yang rendah diduga kuat menunjukkan material yang memilki rapat massa yang
rendah.
18
IV. REFERENSI
Supriyana, Edy. 2015. KAJIAN PERGERAKAN FLUIDA BAWAH PERMUKAAN
BERDASARKAN ANALISIS RAPAT MASSA DAERAH PORONG SIDOARJO.
Departemen Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran: Jurnal Material dan Energi
Indonesia. Vol. 05 No.01 17-23
19