PERCOBAAN M4
Pelaksanaan Praktikum
Dosen Pembimbing:
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2024
A. TUJUAN
B. DASAR TEORI
Gerak giroskopik merupakan gerak di mana efek – efek yang ditimbulkan oleh
giroskop bekerja. Hal ini akan menyebabkan benda mempertahankan kedudukannya
ataupun kembali ke posisi setimbang setelah mengalami ketidakseimbangan setelah
mengalami gerak giroskopik dengan putaran tertentu (Hibbeler, 2010). Suatu giroskop
simetris 3 sumbu yang telah dipasang pada ketiga sumbunya diperlihatkan pada
gambar-1. Giroskop tersebut dapat berputar di sekitar 3 sumbu utama. Kondisi
kesetimbangan dalam posisi horizontal dapat dilakukan dengan bantuan beban
penyeimbang C sebagaimana diperlihatkan pada gambar-2. Jika giroskop diatur untuk
berputar di sekitar sumbu x, dengan kecepatan sudut ω, maka untuk momentum sudut
L yang nilainya konstan terhadap ruang dan waktu berlaku rumusan berikut.
Karena pengaruh torsi tambahan (yang bekerja tegak lurus dalam kasus khusus
ini), setelah selang waktu dt, momentum sudut L akan berputar dengan sudut 𝑑𝜙
dari posisi awalnya (lihat gambar. 3).
Giroskop tidak roboh di bawah pengaruh torsi tambahan, tetapi bereaksi tegak
lurus terhadap gaya yang dihasilkan oleh torsi ini. Giroskop, yang mengalami gaya
gravitasi tersebut, menggambarkan apa yang disebut gerakan presesi. Kecepatan sudut
presesi memenuhi hubungan berikut ini.
Jika T pdan T R masing-masing menyatakan periode presesi dan periode rotasi,
maka dengan menggunakan relasi ω p=2 π /T p dan ω R =2 π /T R maka didapatkan
persamaan berikut.
Persamaan (5) dapat kita tuliskan dalam bentuk yang lebih sederhana, yaitu
sebagai berikut.
Apabila dibuat grafik nilai kebalikan dari T R sebagai fungsi waktu presesi T p
seperti terlihat pada gambar-4, maka kemiringan garis lurus (slope) pada gambar-4
nilainya adalah K. Berdasarkan nilai K yang diperoleh dalam eksperimen dengan
mengacu persamaan (7) dapat ditentukan nilai momen inersia cakram giroskop.
B.2. Gerakan Nutasi Giroskop
Ditinjau Giroskop yang sudah dirotasikan dan dalam kondisi tidak ada gaya yang
bekerja. Giroskop tersebut dapat bergerak bebas di sekitar 3 sumbunya dengan
posisi sumbu giroskop terletak secara horizontal. Giroskop yang sedang berputar
saat tidak ada gaya yang bekerja diberikan sedikit pukulan lateral terhadap
sumbu giroskop, sehingga giroskop mulai melakukan gerakan nutasi (gerakan
osilasi sumbu giroskop). Periode gerakan nutasi yang disimbolkan K n dengan
memiliki ketergantungan dengan periode rotasi T R .
C. PERALATAN
3. Catu daya
4. Cakram Gyroscope
5. Stopwatch digital
7. Penahan beban, 10 g
D. PROSEDUR
1. Merotasikan Giroskop, di mana dalam kondisi tidak ada gaya yang bekerja dan
stopwatch (dalam perhitungan nantinya untuk mencari periode presesi dikalikan dua).
6. Dengan cara yang sama mengulangi langkah 1 s/d 4, untuk massa yang lainnya
1. Merotasikan Giroskop, di mana dalam kondisi tidak ada gaya yang bekerja dan
2. Memberikan sedikit pukulan lateral terhadap sumbu giroskop berputar saat tidak
ada
gaya yang bekerja, sedemikian rupa giroskop mulai melakukan gerakan nutasi.
kebergantungan antara periode gerak nutasi dan periode gerak rotasi dengan periode
rotasi
Tabel 1. Data pengukuran gerakan presisi dan rotasi untuk massa 30 gram
Tabel 2. Data pengukuran gerakan presisi dan rotasi untuk massa 40 gram
Tabel 3. Data pengukuran gerakan presisi dan rotasi untuk massa 50 gram
slope=0,161 ± 0,113
m× g × r
I p= 2
4 × π × slope
0 , 03× 9 , 8 ×0 , 27
I p= 2
4 × π × 0,161
2
I p=0,0125 kg m
Δ I p=
| −m× g ×r
2
4 × π × slope
2 |
| Δ slope|
Δ I p=
|−0 ,03 × 9 , 8× 0 , 27
4 × π 2 ×0,1822 |
|0,113|
2
Δ I p=0,00875 kg m
2
I p=(0,0125 ±0,0088) kg m
% kesalahan=| Literatur−Percobaan
Literatur |×100 %
% kesalahan=| |× 100 %
0,00889−0,0125
0,00889
% kesalahan=46 , 4 %
● Menentukan Momen Inersia untuk Variasi massa 40 gram
slope=0,145 ± 2,124
m× g × r
I p= 2
4 × π × slope
0 , 04 ×9 , 8 × 0 ,27
I p= 2
4 × π × 0,145
2
I p=0,0138 kg m
Δ I p=
| −m× g ×r
2
4 × π × slope
2 |
| Δ slope|
Δ I p=
|−0 ,03 × 9 , 8× 0 , 27
4 × π 2 ×0,1452 |
|2,124|
2
Δ I p=0,00747 kg m
2
I p=(0,0138 ±0,0075) kg m
% kesalahan=| Literatur−Percobaan
Literatur |×100 %
% kesalahan=| |×100 %
0,00907−0,0138
0,00907
% kesalahan=52 , 5 %
● Menentukan Momen Inersia untuk Variasi massa 50 gram
slope=0,236 ± 0,371
m× g × r
I p= 2
4 × π × slope
0 , 05× 9 , 8 ×0 , 27
I p= 2
4 × π × 0,236
2
I p=0,0851 kg m
Δ I p=
| −m× g ×r
2
4 × π × slope
2 |
| Δ slope|
Δ I p=
|−0 ,03 × 9 , 8× 0 , 27
4 × π 2 × 0,2362 |
|0,371|
2
Δ I p=0,00134 kg m
2
I p=(0,00851± 0,00134)kg m
% kesalahan=| Literatur−Percobaan
Literatur |×100 %
% kesalahan=| |×100 %
0,00924−0,00851
0,00924
% kesalahan=7 , 94 %
● Menentukan Hubungan Periode Rotasi dan Periode Nutasi
Pada percobaan giroskop ini bertujuan untuk menentukan momen inersia cakram
menggunakan metode gerak rotasi dan presesi serta membandingkan hasil pengamatan
dengan mengggunakan gerak nutasi. Gerak rotasi merupakan gerakan melingkar suatu
benda dengan kecepatan sudut tertentu. Kemudian gerak presesi merupakan gerak benda
yang tegak lurus dengan sumbu rotasi dan sumbu putar akbiat adanya gaya gravitasi.
Sedangkan gerak nutasi adalah gerakan anggukan atau bergelombang yang terjadi secara
bersamaan dengan gerak presesi dan nutasi.
Secara etimologis, kata Gyroscope diambil dari bahasa Yunani, gyros yang berarti
sebuah lingkaran dan skopos dari akar kata spek yang berarti untuk mengamati. Dari dua
definisi tersebut bisa dipahami bahwa giroskop adalah alat dengan dua penopang atau
roda di kedua sisinya. Giroskop yang berputar akan berusaha untuk tetap mengarah pada
arah yang ditentukan sehingga perputaran tetap seimbang. Inilah yang disebut dengan
gaya giroskopik. Hal ini bisa dilihat pada cara kerja ban sepeda motor. Ban dapat terus
seimbang karena dipengaruhi oleh gaya giroskopik. Prinsip kerja giroskop datar terlihat
pada sepeda atau sepeda motor pada saat kecepatan tinggi. Roda-roda pada sepeda dan
sepeda motor bergerak secara stabil. Hal ini desebabkan roda-roda tersebut bekerja
dengan gaya giroskopik. Ketika dalam kecepatan rendah atau sedang, keseimbangan ada
pada setang yang dekendalikan oleh pengendara.
Berdasarkan grafik yang dihasilkan, dapat diketahui bahwa dengan variasi massa
yang berbeda namun dengan besar kecepatan sudut yang sama, akan menyebabkan
kecepatan gerakan presesi yang berbeda. Semakin ringan massa suatu benda, atau
semakin kecil nilai torsi maka akan semakin besar periode gerak presesi, sehingga
menimbulkan momen inersia yang kecil. Namun semakin berat massanya, maka akan
semakin lambat gerak presesi namun momen inersianya semakin besar, sebab inersia
sebanding dengan massa bebannya.
H. KESIMPULAN
1. Momen inersia yang didapatkan setelah mengamati gerak presesi pada giroskop
adalah sebesar 0,00875 untuk massa 30 gram dengan presentase kesalahan 46,4%;
0,00747 untuk massa 40 gram dengan persentase kesalahan 52,5%; dan 0,00851
untuk massa 50 kg dengan presentase kesalahan sebesar 7,94%.
2. Telah terbukti bahwasanya dari tiga jenis Gerakan pada giroskop, presesi, rotasi,
dan nutasi. Untuk gerak presesi terjadi ketika cakram yang berotasi diberikan
beban dengan massa tertentu pada jarak r, sehingga berputar mengikuti arah rotasi
cakram. Apabila rotasi cakram diubah dari kondisi semula, maka presisi juga akan
berubah. Gerak rotasi terjadi ketika piringan atau cakram giroskop diputar
sehingga berotasi dengan kecepatan sudut tertentu. Sedangkan Gerak nutasi
adalah gerak bergelombang, atau anggukan dari cakram dan sumbu rotasi, akibat
dari adanya sentuhan lateral.
I. DAFTAR PUSTAKA
Hibbeler, R. C. 2010. Engineering Mechanics, 5th Edition. Prentice Hall.
Utami LJ. 2015. Giroskop. Jurnal: Universitas Negeri Yogyakarta.
Wahjudi Arif. 2018. Rancang Bangun Self Balancing Bike Menggunakan
Giroskop Tunggal Dengan Orientasi Horizontal. [Skripsi]. Surabaya: ITS.
J. LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar peralatan percobaan