Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA

PERCOBAAN M4

PENENTUAN MOMEN INERSIA CAKRAM GIROSKOP

MENGGUNAKAN FENOMENA GERAK PRESESI

Pelaksanaan Praktikum

Hari: Kamis Tanggal: 29 Februari 2024 Jam ke: 9 -10

Oleh Kelompok 4 Kelas B1:

1. Mochamad Afifuddin (182221044)


2. Nita Octavia (182221045)
3. Kaysa Salsabila Khairunnisa (182221047)
4. Alfi Safrina Wulandari (182221050)
5. Yolanda Ilona Bunga Cantika (182221061)

Dosen Pembimbing:

Samian, S.Si., M.Si.

Supadi, S.Si., M.Si.

LABORATORIUM MEKANIKA DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2024
A. TUJUAN

1. Menentukan momen inersia piringan (cakram) sebuah giroskop menggunakan


fenomena gerak presesi.
2. Mengamati gerakan rotasi, presesi dan nutasi pada sebuah giroskop

B. DASAR TEORI

Gerak giroskopik merupakan gerak di mana efek – efek yang ditimbulkan oleh
giroskop bekerja. Hal ini akan menyebabkan benda mempertahankan kedudukannya
ataupun kembali ke posisi setimbang setelah mengalami ketidakseimbangan setelah
mengalami gerak giroskopik dengan putaran tertentu (Hibbeler, 2010). Suatu giroskop
simetris 3 sumbu yang telah dipasang pada ketiga sumbunya diperlihatkan pada
gambar-1. Giroskop tersebut dapat berputar di sekitar 3 sumbu utama. Kondisi
kesetimbangan dalam posisi horizontal dapat dilakukan dengan bantuan beban
penyeimbang C sebagaimana diperlihatkan pada gambar-2. Jika giroskop diatur untuk
berputar di sekitar sumbu x, dengan kecepatan sudut ω, maka untuk momentum sudut
L yang nilainya konstan terhadap ruang dan waktu berlaku rumusan berikut.

Gambar 1. Giroskop 3 sumbu yang telah dipasang pada ketiga sumbunya


Gambar 2. Sebuah giroskop pada keadaan setimbang dalam posisi horizontal

B.1. Gerakan Presesi Giroskop

Penambahan massa tambahan 𝑚∗ pada jarak 𝑟 ∗ dari titik tumpu menginduksi


torsi tambahan, yang nilainya sama dengan perubahan momentum sudut terhadap
waktu dan arahnya sejajar dengannya.

Karena pengaruh torsi tambahan (yang bekerja tegak lurus dalam kasus khusus
ini), setelah selang waktu dt, momentum sudut L akan berputar dengan sudut 𝑑𝜙
dari posisi awalnya (lihat gambar. 3).

Gambar 3. Presesi dari sumbu horizontal sebuah giroskop

Giroskop tidak roboh di bawah pengaruh torsi tambahan, tetapi bereaksi tegak
lurus terhadap gaya yang dihasilkan oleh torsi ini. Giroskop, yang mengalami gaya
gravitasi tersebut, menggambarkan apa yang disebut gerakan presesi. Kecepatan sudut
presesi memenuhi hubungan berikut ini.
Jika T pdan T R masing-masing menyatakan periode presesi dan periode rotasi,
maka dengan menggunakan relasi ω p=2 π /T p dan ω R =2 π /T R maka didapatkan
persamaan berikut.

Persamaan (5) dapat kita tuliskan dalam bentuk yang lebih sederhana, yaitu
sebagai berikut.

dengan ketentuan konstanta K kita definisikan sebagai berikut.

Apabila dibuat grafik nilai kebalikan dari T R sebagai fungsi waktu presesi T p
seperti terlihat pada gambar-4, maka kemiringan garis lurus (slope) pada gambar-4
nilainya adalah K. Berdasarkan nilai K yang diperoleh dalam eksperimen dengan
mengacu persamaan (7) dapat ditentukan nilai momen inersia cakram giroskop.
B.2. Gerakan Nutasi Giroskop

Ditinjau Giroskop yang sudah dirotasikan dan dalam kondisi tidak ada gaya yang
bekerja. Giroskop tersebut dapat bergerak bebas di sekitar 3 sumbunya dengan
posisi sumbu giroskop terletak secara horizontal. Giroskop yang sedang berputar
saat tidak ada gaya yang bekerja diberikan sedikit pukulan lateral terhadap
sumbu giroskop, sehingga giroskop mulai melakukan gerakan nutasi (gerakan
osilasi sumbu giroskop). Periode gerakan nutasi yang disimbolkan K n dengan
memiliki ketergantungan dengan periode rotasi T R .

C. PERALATAN

1. Giroskop dengan 3 sumbu

2. Sensor penghalang cahaya dengan penghitung

3. Catu daya

4. Cakram Gyroscope

5. Stopwatch digital

6. Landasan khusus untuk Statif

7. Penahan beban, 10 g

8. Pemberat berlubang (slotted weight) 10 g

9. Pemberat berlubang (slotted weight) 50 g

D. PROSEDUR

D.1. Prosedur Kerja Menentukan Momen Inersia Cakram Giroskop

1. Merotasikan Giroskop, di mana dalam kondisi tidak ada gaya yang bekerja dan

dapat bergerak bebas di sekitar 3 sumbunya. Durasi waktu satu putaran 𝑇R

(periode rotasi) ditentukan menggunakan sensor penghalang cahaya yang dilengkapi

penghitung, dengan posisi sumbu giroskop terletak secara horizontal.

2. Selanjutnya, massa m* = 30 g digantung pada jarak r* = 27 cm pada alur di ujung

sumbu giroskop yang lebih panjang.


3. Menentukan durasi waktu setengah putaran presesi TP/2 secara manual
menggunakan

stopwatch (dalam perhitungan nantinya untuk mencari periode presesi dikalikan dua).

4. Selanjutnya, mengambil massa m* tersebut, sehingga sumbu giroskop dapat kembali

tidak bergerak dan menentukan TR sekali lagi

5. Menentukan nilai rata-rata TR dari kedua pengukuran pada langkah 4

6. Dengan cara yang sama mengulangi langkah 1 s/d 4, untuk massa yang lainnya

7. Kemiringan garis lurus yang diperoleh digunakan untuk menentukan momen


inersia cakram giroskop

D.2. Prosedur Kerja Mengamati Gerakan Nutasi Giroskop

1. Merotasikan Giroskop, di mana dalam kondisi tidak ada gaya yang bekerja dan

dapat bergerak bebas di sekitar 3 sumbunya. Durasi waktu satu putaran 𝑇R

(periode rotasi) ditentukan menggunakan sensor penghalang cahaya yang dilengkapi

penghitung, dengan posisi sumbu giroskop terletak secara horizontal.

2. Memberikan sedikit pukulan lateral terhadap sumbu giroskop berputar saat tidak
ada

gaya yang bekerja, sedemikian rupa giroskop mulai melakukan gerakan nutasi.

3. Menentukan periode nutasi secara manual dengan stopwatch

4. Membuatlah plot grafik antara nilai y terhadap nilai x kemudian menyelidiki

kebergantungan antara periode gerak nutasi dan periode gerak rotasi dengan periode

rotasi

E. DATA HASIL PENGAMATAN

Jari-jari (r) = 0,27 m

Tabel 1. Data pengukuran gerakan presisi dan rotasi untuk massa 30 gram

No TR Sebelum TR Sesudah T ½ Presesi

1 0,192 0,201 14,00

2 0,125 0,159 13,80

3 0,133 0,159 13,74


4 0,125 0,151 15,46

5 0,107 0,146 18,61

Tabel 2. Data pengukuran gerakan presisi dan rotasi untuk massa 40 gram

No TR Sebelum TR Sesudah T ½ Presesi

1 0,118 0,143 12,93

2 0,107 0,139 13,91

3 0,110 0,135 14,30

4 0,115 0,138 12,92

5 0,106 0,136 13,49

Tabel 3. Data pengukuran gerakan presisi dan rotasi untuk massa 50 gram

No TR Sebelum TR Sesudah T ½ Presesi

1 0,121 0,145 11,01

2 0,105 0,127 11,75

3 0,105 0,137 11,28

4 0,108 0,136 10,94

5 0,100 0,129 10,93

Tabel 4. Data pengukuran gerakan nutasi

No TR Sebelum TR Sesudah 10TN

1 0,091 0,100 6,11

2 0,089 0,111 6,47

3 0,098 0,107 6,62

4 0,087 0,103 6,31

5 0,084 0,098 6,09


F. ANALISIS DATA

● Menentukan Momen Inersia untuk Variasi massa 30 gram

Gambar 5. Hubungan antara TR dan TP -1 untuk beban 30 gram

slope=0,161 ± 0,113

m× g × r
I p= 2
4 × π × slope

0 , 03× 9 , 8 ×0 , 27
I p= 2
4 × π × 0,161
2
I p=0,0125 kg m

Δ I p=
| −m× g ×r
2
4 × π × slope
2 |
| Δ slope|

Δ I p=
|−0 ,03 × 9 , 8× 0 , 27
4 × π 2 ×0,1822 |
|0,113|

2
Δ I p=0,00875 kg m
2
I p=(0,0125 ±0,0088) kg m

% kesalahan=| Literatur−Percobaan
Literatur |×100 %
% kesalahan=| |× 100 %
0,00889−0,0125
0,00889

% kesalahan=46 , 4 %
● Menentukan Momen Inersia untuk Variasi massa 40 gram

Gambar 6. Hubungan antara TR dan TP -1 untuk beban 40 gram

slope=0,145 ± 2,124

m× g × r
I p= 2
4 × π × slope

0 , 04 ×9 , 8 × 0 ,27
I p= 2
4 × π × 0,145
2
I p=0,0138 kg m

Δ I p=
| −m× g ×r
2
4 × π × slope
2 |
| Δ slope|

Δ I p=
|−0 ,03 × 9 , 8× 0 , 27
4 × π 2 ×0,1452 |
|2,124|

2
Δ I p=0,00747 kg m
2
I p=(0,0138 ±0,0075) kg m

% kesalahan=| Literatur−Percobaan
Literatur |×100 %
% kesalahan=| |×100 %
0,00907−0,0138
0,00907

% kesalahan=52 , 5 %
● Menentukan Momen Inersia untuk Variasi massa 50 gram

Gambar 7. Hubungan antara TR dan TP -1 untuk beban 50 gram

slope=0,236 ± 0,371

m× g × r
I p= 2
4 × π × slope

0 , 05× 9 , 8 ×0 , 27
I p= 2
4 × π × 0,236
2
I p=0,0851 kg m

Δ I p=
| −m× g ×r
2
4 × π × slope
2 |
| Δ slope|

Δ I p=
|−0 ,03 × 9 , 8× 0 , 27
4 × π 2 × 0,2362 |
|0,371|

2
Δ I p=0,00134 kg m
2
I p=(0,00851± 0,00134)kg m

% kesalahan=| Literatur−Percobaan
Literatur |×100 %
% kesalahan=| |×100 %
0,00924−0,00851
0,00924

% kesalahan=7 , 94 %
● Menentukan Hubungan Periode Rotasi dan Periode Nutasi

Gambar 8. Hubungan antara TR dan TN


G. PEMBAHASAN

Pada percobaan giroskop ini bertujuan untuk menentukan momen inersia cakram
menggunakan metode gerak rotasi dan presesi serta membandingkan hasil pengamatan
dengan mengggunakan gerak nutasi. Gerak rotasi merupakan gerakan melingkar suatu
benda dengan kecepatan sudut tertentu. Kemudian gerak presesi merupakan gerak benda
yang tegak lurus dengan sumbu rotasi dan sumbu putar akbiat adanya gaya gravitasi.
Sedangkan gerak nutasi adalah gerakan anggukan atau bergelombang yang terjadi secara
bersamaan dengan gerak presesi dan nutasi.

Secara etimologis, kata Gyroscope diambil dari bahasa Yunani, gyros yang berarti
sebuah lingkaran dan skopos dari akar kata spek yang berarti untuk mengamati. Dari dua
definisi tersebut bisa dipahami bahwa giroskop adalah alat dengan dua penopang atau
roda di kedua sisinya. Giroskop yang berputar akan berusaha untuk tetap mengarah pada
arah yang ditentukan sehingga perputaran tetap seimbang. Inilah yang disebut dengan
gaya giroskopik. Hal ini bisa dilihat pada cara kerja ban sepeda motor. Ban dapat terus
seimbang karena dipengaruhi oleh gaya giroskopik. Prinsip kerja giroskop datar terlihat
pada sepeda atau sepeda motor pada saat kecepatan tinggi. Roda-roda pada sepeda dan
sepeda motor bergerak secara stabil. Hal ini desebabkan roda-roda tersebut bekerja
dengan gaya giroskopik. Ketika dalam kecepatan rendah atau sedang, keseimbangan ada
pada setang yang dekendalikan oleh pengendara.

Dalam percobaan ini menggunakan giroskop 3 sumbu yang memiliki titik


seimbang posisi horizontal. Untuk membuat cakram berputar, diberikan sentuhan
eksternal awal dari praktikan, dengan melilitkan benang pada celah yang terdapat
dibelakang cakram kemudian menariknya. Setelah cakram berotasi, dapat diamati
peristiwa menarik dari giroskop, yaitu presesi dan nutasi. Untuk mendapatkan nilai
momen inersia dari fenomena presesi dan rotasi digunakan sebuah sensor penghalang
cahaya. Dengan sensor ini dapat mendeteksi periode rotasi cakram (TR). Sedangkan
untuk mendeteksi periode gerak presesi (TP) digunakan stopwatch. Dalam praktikum ini
dilakukan dengan menggunakan 3 variasi beban, yaitu 30 gram, 40 gram, dan 50 gram.
Dari TR dan TP akan diplot grafik, TP sebagai sumbu x dan 1/ TR sebagai sumbu y.
Ketika diregresi akan didapatkan kemiringan (K) tertentu sehingga inersia dapat dicari
dengan menggunakan persamaan (7). Besarnya momen inersia suatu benda merupakan
hasil kali antara massa benda dan kuadrat jarak ke sumbu putarnya. Sehingga didapatkan
nilai inersia 0,0125 kg m2 untuk massa 30 gram dengan presentase kesalahan 46 , 4 % ,
2 2
0,0138 kg m untuk massa 40 gram dengan persentase kesalahan 52,5%, dan 0,0851 kg m
untuk massa 50 gram dengan presentase kesalahan sebesar 7,94%.

Berdasarkan grafik yang dihasilkan, dapat diketahui bahwa dengan variasi massa
yang berbeda namun dengan besar kecepatan sudut yang sama, akan menyebabkan
kecepatan gerakan presesi yang berbeda. Semakin ringan massa suatu benda, atau
semakin kecil nilai torsi maka akan semakin besar periode gerak presesi, sehingga
menimbulkan momen inersia yang kecil. Namun semakin berat massanya, maka akan
semakin lambat gerak presesi namun momen inersianya semakin besar, sebab inersia
sebanding dengan massa bebannya.

Untuk percobaan berikutnya adalah membuktikan adanya fenomena nutasi. Pada


percobaan presesi, giroskop dirotasikan dengan beban tertentu. Pada percobaan nutasi,
giroskop dirotasikan tanpa diberi beban, namun diberikan pukulan lateral dari praktikan.
Pukulan lateral tersebut menyebabkan giroskop bergerak menggelombang atau
mengangguk. Dalam hal ini 3 fenomena gerak terjadi sekaligus, yaitu cakram berotasi,
giroskop berpresisi dan giroskop bernutasi. Semakin besar pukulan lateral yang diberikan
maka akan memperlambat gerak presesi giroskop. Dan semakin besar rotasi, juga bisa
memberikan pukulan lateral yang besar pula. Sebab Besarnya periode nutasi sebanding
dengan periode rotasi cakram.

H. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Momen inersia yang didapatkan setelah mengamati gerak presesi pada giroskop
adalah sebesar 0,00875 untuk massa 30 gram dengan presentase kesalahan 46,4%;
0,00747 untuk massa 40 gram dengan persentase kesalahan 52,5%; dan 0,00851
untuk massa 50 kg dengan presentase kesalahan sebesar 7,94%.
2. Telah terbukti bahwasanya dari tiga jenis Gerakan pada giroskop, presesi, rotasi,
dan nutasi. Untuk gerak presesi terjadi ketika cakram yang berotasi diberikan
beban dengan massa tertentu pada jarak r, sehingga berputar mengikuti arah rotasi
cakram. Apabila rotasi cakram diubah dari kondisi semula, maka presisi juga akan
berubah. Gerak rotasi terjadi ketika piringan atau cakram giroskop diputar
sehingga berotasi dengan kecepatan sudut tertentu. Sedangkan Gerak nutasi
adalah gerak bergelombang, atau anggukan dari cakram dan sumbu rotasi, akibat
dari adanya sentuhan lateral.

I. DAFTAR PUSTAKA
Hibbeler, R. C. 2010. Engineering Mechanics, 5th Edition. Prentice Hall.
Utami LJ. 2015. Giroskop. Jurnal: Universitas Negeri Yogyakarta.
Wahjudi Arif. 2018. Rancang Bangun Self Balancing Bike Menggunakan
Giroskop Tunggal Dengan Orientasi Horizontal. [Skripsi]. Surabaya: ITS.

J. LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar peralatan percobaan

Lampiran 2. Gambar saat percobaan

Anda mungkin juga menyukai