Anda di halaman 1dari 2

( Zatta Yumni Ihdhar Syarafina/ G84170048/ Biokimia Seluler)

STRUKTUR dan FUNGSI RETIKULUM SARKOPLASMA

Retikulum sarkoplama (RS) merupakan sistem membran intrasel, berisi


cairan, yang melingkari setiap miofibril. Retikulum sarkoplasma merupakan bentuk
khusus retikulum endoplasmik yang berfungsi antara lain untuk menyimpan ion
Ca2+. Pada RS terekspresi tiga jenis protein: sarco/endoplasmic Ca2+-ATPase
(SERCA), reseptor rianodin (saluran pelepas Ca2+, Ca2+ release channel) dan
calsequestrin (protein pengikat Ca2+). Pada otot rangka manusia, triad terdapat
pada tepi miofibril, terletak pada batas pita A dan I. Membran TT dan sistena
terminalis dipisahkan oleh suatu celah. Merentang pada celah tersebut terdapat
struktur yang disebut kaki (junctional feet) yang merupakan saluran pelepas Ca2+
dari RS (reseptor rianodin) ( Wangko 2014). Retikulum sarkoplasma banyak
menyimpan ion kalsium (Ca2+) yang dikeluarakn ketika otot terstimulus untuk
berkontraksi. Setelah terjadi kontraksi, ion kalsium dipompa kembali kedalam
retikulum sarkoplasma untuk disimpan (Sakti 2016).
Mekanisme kontraksi otot yang dianut adalah sliding filament mechanism
yang dikemukakan oleh Jean Hanson dan Hugh Huxley tahun 1950. Pada kontraksi
otot terjadi pergeseran miofilamen tebal dan tipis serta pemendekan sarkomer dan
serat otot, tetapi tidak terjadi pemendekan miofilamen. Pada saat akan dimulainya
kontraksi otot rangka, ion Ca2+ dilepaskan ke dalam sarkoplasma melalui saluran
pelepas Ca2+(reseptor rianodin) dan akan secara efisien ditranspor kembali ke
dalam RS oleh kerja SERCA pada membran RS saat relaksasi otot. RS akan
menyimpan Ca2+ yang terikat pada protein calsequestrin. Oleh karena Ca2+ didaur
ulang sedemikian efisien maka pada kontraksi otot rangka (short term) tidak
diperlukan Ca2+ ekstrasel (Kristanto dan Wangko 2015). RS otot rangka
merupakan tempat penyimpanan ion Ca2+ dalam jumlah besar. Transpor ion ini
melalui membran RS diaatur oleh dua molekul: reseptor rianodin dan Ca+2-
ATPase. Sinyal pelepasan ion Ca2+ diawali oleh adanya depolarisasi membran
sarkolema yang dihantarkan ke TT. Aksi potensial akan meluas ke RS melalui
struktur kaki pada daerah triad dan memicu pelepasan ion Ca2+ dari RS melalui
saluran pelepas Ca2+ ke sarkoplasma di sekitar miofilamen tebal dan tipis (Wangko
2014)
Jaringan otot mencapai 40-50% dari berat tubuh dan tersusun dari sel-sel
kontraktil yang disebut serabut otot. Pada saat seseorang terkejut, takut,cemas atau
berada dalam keadaan tegang, sistem saraf akan memacu aliran darah ke otot-otot
skeletal dan ketegangan menyebabkan serabut-serabut otot kontraksi. Selama
kontraksi, panjang miofilamen aktin (miofilamen tipis) dan miosin (miofilamen
tebal) tetap sama namun posisinya saling bersilangan. Retikulum sarkoplasma akan
melepas cadangan ion kalsium ke sekitar filamen tebal dan tipis yang bertumpang
tindih tersebut sehingga panjang sarkomer akan memendek yang akan
memperpendek serabut otot. Sebaliknya, bila seseorang sudah merasa tenang dan
relaks setelah diberikan terapi maka akan terjadi relaksasi otot yang akan berjalan
bersamaan dengan respon otonom dari saraf parasimpatis. Impuls saraf terhenti dan
depolarisasi membran selesai, ion kalsium ditangkap kembali oleh retikulum
sarkoplasma sehingga proses kontraksi berhenti. Setiap serabut otot akan menerima
satu ujung sel saraf pada medulla spinalis yang menstransmisi impuls ke otot, di
sinilah akan terjadi hubungan antara sistem saraf dengan otot (Rahmawati et al.
2017)
Kontraksi merupakan hal terpenting dari otot dan menggunakan ATP
sebagai sumber energinya. Mekanisme kontraksi otot dapat dijelaskan dengan teori
sliding filament yang membutuhkan ATP yang tersimpan di dalam kepala miosin.
Tahapan awal, pada neuromuscular junction, asetilkolin dilepaskan dari sinaps
terminal menuju reseptor dalam sarkoma. Hasil perubahan potensial membran
serabut otot akan hasilkan potensial aksi ke sepanjang tubulus T. Retikulum
sarkoplasma meningkatkan konsentrasi kalsium di sarkomer dan sarkoplasma
dengan melepaskan cadangan ion Ca. Ion Ca berikatan troponin menghasilkan
perubahan kompleks troponin-tropomiosin pada bagian aktif aktin, kepala miosin
berikatan dengan bagian aktif sehingga terjadi meosin cross-bridge yang siklus
berulangnya menyebabkan kontraksi pada otot. Siklus ini terjadi akibat hidrolisa
ATP, dan menimbulkan pergeseran filamen serta pemendekan serabut otot.
Pemecahan oleh asetilkolinesterase pada asetilkolin meningkatkan potensial aksi
sehingga retikulum sarkoplasma akan menurunkan ion Ca dengan menyerapnya
kembali. Terjadi pencegahan interaksi cross-bridge dan akibatnya pergeseran
filamen akan berhenti dan kontraksi pun terhenti. Relaksasi otot terjadi dan otot
akan kembali secara pasif pada resting length ( Sotarduga 2017).

DAFTAR PUSTAKA

Kristanto E, Wangko S. 2015. Patofisiologi rigor mortis. Jurnal Biomedik. 6(3):


833-839.
Rahmawati PM, Widjajanto E, Astari AM. 2017. The influence of progressive
muscke relaxation on anxiety level of pre-caesarean section mother in
delivery room. NurseLine Journal. 2(2): 117-125.
Sakti NA. 2016. Rancang bangun sumber arus listrik multifrekuensi pada tomografi
impedansi elektrik untuk mendeteksi anomali organ tubuh [skripsi].
Surabaya (ID): Universitas Airlangga.
Sotarduga GE. 2017. Pengaruh kopi terhadap kelelahan otot pada sprint 100 m
[skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Wangko S. 2017. Jaringan otot rangka ( sistem membran dan struktur halus unit
kontraktil). Jurnal Biomedik. 6(3): 827-832.

Anda mungkin juga menyukai