Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA

OLEH

RISA DYA PRATIWI

(PESERTA PELATIHAN INSTRUMENTATOR)

INSTALASI BEDAH SENTRAL


RSUD DR SAIFUL ANWAR MALANG
2016
LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA

OLEH :
RISA DYA PRATIWI
1501410032

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MALANG
2016
A. DEFINISI
Hernia adalah penonjolan abnormal dan jaringan atau organ intra abdominal
sebagian atau seluruhnya melalui lubang atau defek dinding abdoman (lab/UPF Ilmu
Bedah RSUD Dr. Soetomo, 1994)
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang
normal melalui defek kongenital atau yang didapat (Long Barbara C, 1996)
Hernia adalah prostitusidari organ melalui lubang defek-tif yang didapat atau
kongenital pada dinding rongga yang secara normal berisi organ (Engram Barbara, 1999)
Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang
(Oswari, 2000).
Hernia inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha (regio
inguinalis). (Oswari, 2000)
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding
rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001).

B. ETIOLOGI
Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya dinding
ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir, contoh
hernia bawaan adalah hernia omphalokel yang terjadi karena sewaktu bayi lahir tali
pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup) dan masih terbuka.
Demikian pula hernia diafragmatika. Hernia dapat diawasi pada anggota keluarga
misalnya bila ayah menderita hernia bawaan, sering terjadi pula pada anaknya. Pada
manusia umur lanjut jaringan penyangga makin melemah, manusia umur lanjut lebih
cenderung menderita hernia inguinal direkta. Pekerjaan angkat berat yang dilakukan
dalam jangka lama juga dapat melemahkan dinding perut (Oswari. 2000 : 217).
Menurut Sabston David C. 1994 : 229 peningkatan tekanan intra abdomen akibat
dari berbagai sebab antara lain :
a) Pengejanan mendadak (pada waktu buang air besar)
b) Gerakan badan yang terlalu aktif
c) Obesitas
d) Batuk menahun
e) Asites
f) Kehamilan dan adanya abdomen yang besa

C. KLASIFIKASI HERNIA
Menurut Sabiston, 1994 dan Long Barbara C, 1996)
1. Menurut lokasinya dibagi menjadi :
a) Hernia inguinalis yaitu suatu penonjolan bisa lateralis atau medialis. Pada lateralis
anatominya regio menggambarkan 9 lapisan aspek antero alteral dinding
abdomen, sedang medial anatominya terletak medial terhadap pembuluh-
pembuluh darah epigrastika provunda.
b) Hernia umbikalis yaitu suatu cacat konginetal atau akuisitas pada bayi dan anak
kecil. Pada umbikalis anak kecil cenderung menutup secara spontan dalam dua
tahun pertama.
c) Hernia femoralis yaitu merupakan tingginya, maka seharusnya dioperasi bila
kondisi pasien memungkinkan agar kantong hernia secara lengkap di ekuisi cukup
tinggi supaya putung kantong terektrasi baik diatas ligamentum inguinale.
2. Menurut isinya, terbagi atas :
a) Hernia usus halus yaitu suatu penonjolan baik lateral maupun medial dimana
organ yang turun berupa usus halus atau kolon.
b) Hernia omentum yaitu suatu penonjolan baik alteral atau medial dimana organ
yang turun berupa omentum.
3. Menurut terlihat atau tidaknya, terbagi atas :
a) Hernia interna yaitu hernia yang tidak terlihat, tetapi terjadi lubang alami.
Contoh : Hernia diafrakmatika, hernia di fomen Winslow, incaserasi dirasakan
sebagai ilius, hernia diliganentum treuz dan hernia di foramen obduratria.
b) Hernia eksterna yaitu penonjolan yang terlihat dari luar yang terus membesar
disebabkan karena batuk kronis.
Contoh : Hernia inguinalis lateralis, hernia femoralis, hernia umbilicalis, hernia
epigastricalis dan hernia prienalis.
4. Menurut kausanya, terbagi atas :
a) Hernia konginetal yaitu hernia yang disebabkan oleh kegagalan penutupan
prosesus vaginalis (kantong hernia) sewaktu turun kedalam skortum.
b) Hernia traumatic yaitu hernia yang tidak mutlak diperlukan pembedahan dan bila
diperlukan pembedahan terjadi trauma misal : pada hernia umbikalis.
c) Hernia incisional yaitu hernia dimana timbul karena terjadi setelah diinsisi dan
biasanya terjadi karena kurang kuatnya organ yang telah diinsisi.
5. Menurut keadaannya, terbagi atas :
a) Hernia reponibilis yaitu suatu hernia yang dapat keluar masuk cavum abdomen.
b) Hernia irreponibilis yaitu suatu hernia yang tidak dapat masu cavum abdomen,
tetapi tetap di kantongnya.
c) Hernia incarserata yaitu hernia yang tidak dapat direposisi ke dalam kavitas
abdominalis.
d) Hernia stragulasta yaitu berawalan dari hernia incarserata karena pembengkakan
progresif isi incarserata bisa timbul sebagai hasil obstruksi vena dan pembuluh
limfe di leher kantong.
6. Beberapa hernia lainnya :
a) Hernia pantolen yaitu hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi pada
suatu sisi dan dibatasi oleh vaso epigastrika inferior.
b) Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk scotum secara
lengkap.
c) Hernia littre yaitu hernia yang isinya diverticulum meckeli.

Dari jenis hernia yang paling umum di derita oleh anak. Hernia yang sering
menyerang pada anak yakni hernia inguinalis dan hernia umbilikalis.
D. PATOFISIOLOGI
Menurut Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr. Soetomo, 1994 dan Long Barbara C,
1996 faktor penunjang yang menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis
adalah:
a) Faktor bawaan (faktor interna)
Terdapat hubungan antara cavum abdomen dengan scrotum (timbulnya lubang
alami) disebabkan canalis inguinalis terbuka terus karena proses vaginalis tidak
berobliterasi.
b) Faktor didapat (faktor eksterna)
Fasia abdomen terkoyak akibat mengejan, batuk kronis, mengangkat barang berat,
menangis terus pada anak kecil.
Hernia yang disebabkan oleh faktor bawaan akan timbul hernia inguinalis
kongiteral, sedangkan yang menyebabkan tekanan intra abdomen meningkat, yang dapat
menyebabkan vasia abdomen terkoyak akan menyebabkan hernia inguinalis lateralis
akuistika.
Hernia inguinalis lateralis konginetal dan skuistika bila hernianya dapat keluar dari
anulus internus melalui canalis inguinalis dan masuk ke dalam scrotum disebut hernia
inguinalis completa (hernia scrotalis) sedangkan bila benjolan hanya sampai pada anulus
interna disebut hernia inguinalis lateralis incopleta.
Hernia scotalis dapat bersifat reponibilis (hernia dapat keluar masuk caviun abdomen) clan
bersifat peponibilis (hernia tidak dapat masuk kembali ke dalam cavum abdomen tetapi
berada di kantongnya).
Penekanan pada hernia ring (anulus anternus) dapat menimbulkan beberapa akibat
antara lain :
1. Akibat lokal
a) Oedema karena saluran limphe terbendung.
b) Pada suatu saat tekanan daerah oedema sama dengan tekanan arteri sehingga arteri
terbendung akibatnya suplei darah berhenti sehingga timbul nekrosis dari usus
yang terjepit tadi.
c) Kemudian terjadi infeksi serta timbul abses yang berakibat fatal bagi klien.
2. Akibat umum
a) Pasien tidak dapat minum dan muntah sehingga klien kekurangan cairan dan
elektrolit.
b) Selain muntah dan sekresi dari usus yang melebar sehingga memebratkan dehidrasi
yang sudah terjadi.
c) Terjaid absorbsi bahan-bahan toksit dari usus ke dalam tubuh.
d) Terjadi ischema pada usus yang akhirnya timbul paralise.
E. PENATALAKSANAAN
a) Dengan resposisi secara manual.
b) Dengan memakai sabuk hernia untuk penderita yang tidak memerlukan tindakan
bedah.
c) Herniografi (bedah perbaikan hernia) Adalah di seksi dari kantung hernia dan di
kembalikan pada susunan semua pada cavum abdomen.
d) Hernioplash adalah perbaikan pada jaringan yang lemah sehingga menguatkan
dengan kawat jalinan baju / tascia.
e) Pemberian analgesik pada hernia yang menyebabkan nyeri.

F. KOMPLIKASI
a) Terjadi perlengketan antara isi hernia dan dinding kantung hernia sehingga isi
hernia tidak dapat di masukkan kembali.
b) Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat banyak unsur yang masuk.

G. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN


1. Operasi
Sebelum anak mencapai usia satu tahun, biasanya belum dilakukan tindakan
operasi. Diharapkan, lubang yang berupa saluran itu akan menutup sendiri
mengikuti pertumbuhannya. Namun, jika setelah berusia satu tahun, lubang masih
terbuka, dokter akan menganjurkan operasi. Tindakan ini ditujukan untuk menutup
lubang. Bila dibiarkan begitu saja, maka lubang tersebut dapat bertambah besar.
Ketika anak mulai berjalan dan beraktivitas, lubang tadi dapat terus membesar
akibat dorongan terus-menerus. Akibatnya, tidak hanya cairan yang keluar, usus
pun dapat keluar, sehingga berlanjut menjadi hernia.
2. Menggunakan Korset/penyangga
Tidak semua hernia harus dioperasi. Bila masih dapat dimasukkan kembali, maka
tindakan yang bisa dilakukan adalah menggunakan penyangga/ penunjang/ korset
untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Pada anak-anak atau bayi,
reposisi spontan dapat terjadi karena cincin hernia pada anak lebih elastis. Bila
sudah tidak dapat direposisi, maka satu-satunya tindakan yang harus dilakukan
adalah dengan operasi.
3. Hindari hal-hal yang memicu tekanan di dalam rongga perut
Untuk mencegah terjadinya kekambuhan, hindarkan anak dari hal-hal yang memicu
tekanan di dalam rongga perut, misalnya batuk dan bersin yang kuat, konstipasi
(sembelit), mengejan, serta mengangkat barang berat. Usahakan anak tidak
mengejan kuat ketika buang air kecil atau besar. Jelaskan pada anak mengenai
risiko batuk dan mengejan. Anda pun bisa menggunakan kondisi ini sebagai alasan
agar anak menghindar terlalu banyak permen (menghindari batuk), makan banyak
buah agar buang air besarnya mudah.

H. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a) Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus.
b) Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan
elektrolit.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Mobilitas fisik berhubungan dengan paralise.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah.
3. Nyeri berhubungan dengan terputusnya integritas jaringan.

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Mobilitas fisik berhubungan dengan paralise.
Intervensi :
a) Catat respon-respon emosi/perilaku pada imobilisasi.
b) Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi yang spesifik.
c) Berikan/bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif.
d) Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif.
e) Anjurkan pasien untuk melatih kaki bagian bawah/lutut.
f) Berikan obat untuk menghilangkan nyeri kira-kira 30 menit sebelum
memindahkan/melakukan ambulasi pasien.
Rasional :
a) Imobilisasi yang dipaksakan dapat memperbesar kegelisahan, peka rangsang.
b) Tergantung pada bagian tubuh yang terkena/jenis prosedur, aktivitas yang
kurang berhati-hati akan meningkatkan kerusakan spinal.
c) Memperkuat otot abdomen dan fleksor tulang belakang, memperbaiki
mekanika tubuh.
d) Keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang khusus tetapi biasanya
berkembang dengan lambat sesuai toleransi.
e) Stimulasi sirkulasi vena/arus balik vena menurunkan keadaan vena yang statis
dan kemungkinan terbentuknya trombus.
f) Antisipasi terhadap nyeri dapat meningkatkan ketegangan otot. Obat dapat
merelaksasikan pasien, meningkatkan rasa nyaman dan kerjasama pasien
selama melakukan aktivitas.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah.
Intervensi :
a) Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk, dan mengatasi
sekresi.
b) Timbang berat badan sesuai indikasi.
c) Jaga keamanan saat memberikan makan pada pasien.
d) Berikan makan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering dengan
teratur.
e) Tingkatkan kenyamanan, lingkungan yang santai termasuk sosialisasi saat
makan. Anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai
pasien.
f) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi terhadap pasien.
Rasional :
a) Faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis makanan sehingga pasien
harus terlindung dari aspirasi.
b) Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi.
c) Menurunkan resiko regurgitasi dan terjadinya aspirasi.
d) Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutisi yang
diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan.
e) Meskipun proses pemulihan pasien memerlukan bantuan makan dan
menggunakan alat bantu, sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau
teman dapat meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makan.
f) Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan
kalori/nutrisi tergantung pada usia, berat badan, ukuran tubuh, keadaan
penyakit sekarang

3. Nyeri berhubungan dengan terputusnya integritas jaringan.


Intervensi :
a) Identifikasi karakteristik, lokasi, lama nyeri (dengan skala 0-10).
b) Anjurkan klien istirahat ditempat tidur.
c) Atur posisi pasien senyaman mungkin.
d) Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam.
e) Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasional :
a) Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan penting untuk
memilih intervensi yang efektif.
b) Istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri.
c) Posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta
mengurangi nyeri.
d) Relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman.
e) Analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih
nyaman.

Malang, Maret 2016


Pembimbing OK 2 (Bedah Anak)
DAFTAR PUSTAKA

Barbara Engran (1999) , Rencana Asuhan Kepera3watan Medical Bedah Volum 1 , EGC,
Jakarta.

Doengoes ME (2000), Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, EGC , Jakarta.

Ester, M., 2001, Keperawatan Medikal Bedah, EGC. Jakarta.

http://zaa23.wordpress.com/2009/05/13/hernia-inguinalis-pada-anak/

http://adydech.blogspot.com/2010/12/asuhan-keperawatan-anak-pada-pasien.html

Long, B.C. 1999, Perawatan Medikal Bedah, Volume 3, Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan padjajaran Bandung.

Nettina, S.M, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan, EGC. Jakarta Oswari, E. 2000, Bedah
dan Perawatannya, FKUI. Jakarta.

Purnawan Djunaidi dkk (1999) , Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3, Media Ausculapius
FKUI , jakarta.

Anda mungkin juga menyukai