Anda di halaman 1dari 28

Sedangkan syarat jamban sehat menurut Depkes RI

(1985), antara lain :


1. Tidak mencemari sumber air minum. Letak lubang penampungan kotoran paling sedikit berjarak 10 meter
dari sumur air minum (sumur pompa tangan, sumur gali, dan lain-lain). Tetapi kalau keadaan tanahnya
berkapur atau tanah liat yang retak-retak pada musim kemarau, demikian juga bila letak jamban di sebelah
atas dari sumber air minum pada tanah yang miring, maka jarak tersebut hendaknya lebih dari 15 meter;
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus. Untuk itu tinja harus tertutup
rapat misalnya dengan menggunakan leher angsa atau penutup lubang yang rapat;
3. Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di sekitarnya, untuk itu lantai jamban
harus cukup luas paling sedikit berukuran 1×1 meter, dan dibuat cukup landai/miring ke arah lubang
jongkok;
4. Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk itu harus dibuat dari bahan-bahan yang kuat dan tahan lama
dan agar tidak mahal hendaknya dipergunakan bahan-bahan yang ada setempat;
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang;
6. Cukup penerangan;
7. Lantai kedap air;
8. Luas ruangan cukup, atau tidak terlalu rendah;
9. Ventilasi cukup baik;
10. Tersedia air dan alat pembersih.
Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa macam jamban menurut beberapa ahli. Menurut Azwar
(1983), jamban mempunyai bentuk dan nama sebagai berikut :

1. Pit privy (Cubluk): Kakus ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah sedalam 2,5 sampai 8
meter dengan diameter 80-120 cm. Dindingnya diperkuat dari batu bata ataupun tidak. Sesuai dengan
daerah pedesaan maka rumah kakus tersebut dapat dibuat dari bambu, dinding bambu dan atap daun
kelapa. Jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter.
2. Jamban cemplung berventilasi (ventilasi improved pit latrine): Jamban ini hampir sama dengan jamban
cubluk, bedanya menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan pipa ventilasi ini dapat dibuat dari
bambu.
3. Jamban empang (fish pond latrine): Jamban ini dibangun di atas empang ikan. Di dalam sistem jamban
empang ini terjadi daur ulang (recycling) yaitu tinja dapat langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang,
dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja, demikian seterusnya.
4. Jamban pupuk (the compost privy): Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih
dangkal galiannya, di dalam jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang dan sampah, daun-
daunan.
5. Septic tank: Jamban jenis septic tank ini merupakan jamban yang paling memenuhi persyaratan, oleh
sebab itu cara pembuangan tinja semacam ini yang dianjurkan. Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi
yang kedap air, dimana tinja dan air buangan masuk mengalami dekomposisi.
Jamban bentuk septic tank sebagai bentuk jamban yang paling memenuhi syarat, tinja mengalami
beberapa proses didalamnya, sebagai berikut :

1. Proses kimiawi: Akibat penghancuran tinja akan direduksi sebagian besar (60- 70%), zat-zat padat akan
mengendap di dalam tangki sebagai sludge Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak
dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam tangki tersebut.
Lapisan ini disebut scum yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan di bawahnya, yang
memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang akan berfungsi
pada proses selanjutnya.
2. Proses biologis: Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif
anaerob yang memakan zat-zat organik alam sludge dan scum. Hasilnya selain terbentuknya gas dan zat
cair lainnya, adalah juga pengurangan volume sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat
penuh. Kemudian cairan influent sudah tidak mengandung bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang
relatif rendah. Cairan influent akhirnya dialirkan melalui pipa.
Reference, antara lain : Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Azwar, A. 1983. Mutiara, Jakarta.
dan Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Direktorat Jenderal PPM & PL. 2003,

http://www.indonesian-publichealth.com/syarat-jamban-keluarga/

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47438/4/Chapter%20II.pdf

nurut Daniel (2009) terdapat tiga jenis sampah, di antaranya:

1. Sampah organik: sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang bisa terurai
secara alamiah/biologis, seperti sisa makanan dan guguran daun. Sampah
jenis ini juga biasa disebut sampah basah.
2. Sampah anorganik: sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit
terurai secara biologis. Proses penghancurannya membutuhkan
penanganan lebih lanjut di tempat khusus, misalnya plastik, kaleng
dan styrofoam. Sampah jenis ini juga biasa disebut sampah kering.
3. Sampah bahan berbahaya dan beracun (B3): limbah dari bahan-bahan
berbahaya dan beracun seperti limbah rumah sakit, limbah pabrik dan
lain-lain.
Sementara Alex (2012) lebih menjelaskan jenis-jenis sampah lebih
rinci sebagai berikut:

1. Berdasarkan Sumbernya

1. Sampah alam: sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan


melalui proses daur ulang alami, seperti daun-daun kering di hutan yang
terurai menjadi tanah.
2. Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia,
seperti feses dan urin.
3. Sampah rumah tangga: sampah dari kegiatan di dalam rumah tangga,
sampah yang dihasilkan oleh kebanyakan rumah tangga adalah kertas dan
plastik.
4. Sampah konsumsi: sampah yang dihasilkan oleh manusia dari proses
penggunaan barang seperti kulit makanan dan sisa makanan.
5. Sampah perkantoran: sampah yang berasal dari lingkungan perkantoran
dan pusat perbelanjaan seperti sampah organik, kertas, tekstil, plastik dan
logam.
6. Sampah industri: sampah yang berasal dari daerah industri yang terdiri
dari sampah umum dan limbah berbahaya cair atau padat.
7. Sampah nuklir: sampah yang dihasilkan dari fusi dan fisi nuklir yang
menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi
lingkungan hidup dan juga manusia.
2. Berdasarkan Jenisnya

1. Sampah organik: buangan sisa makanan misalnya daging, buah, sayuran


dan sebagainya.
2. Sampah anorganik: sisa material sintetis seperti plastik, logam, kaca,
keramik dan sebagainya.
3. Berdasarkan Bentuknya

1. Sampah padat: segala bahan buangan selain kotoran manusia, urin dan
sampah cair.
2. Sampah cair: bahan cairan yang telah digunakan lalu tidak diperlukan
kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
Referensi:

Alex S. 2012. Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk


Organik. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Daniel, Valerina. 2009. Easy Green Living. Bandung: Hikmah.

https://ayodarling.wordpress.com/2013/04/07/jenis-jenis-sampah/
Berdasarkan komposisinya air limbah mengandung berbagai macam bahan atau zat-zat yang dapat
mengganggu dan membahayakan lingkungan dan kehidupan manusia. Kandungan zat-zat berbahaya yang
terdapat dalam air limbah tersebut tergantung dari sumber air limbah itu sendiri. Beberapa sumber air limbah
antara lain :
• Air limbah rumah tangga
Sumber utama air limbah rumah tangga dari masyarakat adalah berasal dari perumahan dan daerah
perdagangan. Adapun sumber lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah daerah perkantoran atau lembaga
serta daerah fasilitas rekreasi. Untuk daerah-daerah tertentu banyaknya air limbah diukur secara langsung.
• Air limbah industri
Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung dari jenis dan besar-kecilnya
industri, pengawasan pada proses industri, derajat penggunaan air, derajat pengolahan air limbah yang ada.
Untuk memperkirakan jumlah air limbah yang dihasilkan oleh industri yang tidak menggunakan proses basah
diperkirakan sekitar 50m3/Ha/hari. Sebagai patokan dapat dipergunakan pertimbangan bahwa 85-95% dari
jumlah air yang dipergunakan adalah berupa air limbah apabila industri tersebut tidak menggunakan kembali
air limbah. Apabila industri tersebut memanfaatkan kembali air limbahnya, maka jumlahnya lebih kecil.
• Air limbah rembesan dan tambahan
Apabila turun hujan di suatu daerah, maka air yang turun secara cepat akan mengalir masuk ke dalam saluran
pengering atau saluran air hujan. Apabila saluran ini tidak mau menampungnya, maka limpahan air hujan akan
digabung dengan saluran air limbah, dengan demikian akan merupakan tambahan yang sangat besar. Oleh
karena itu, perlu diketahui curah hujan yang ada sehingga banyaknya air yang akan ditampung melalui saluran
air hujan atau saluran pengering dan saluran air limbah dapat diperhitungkan.
Selain air yang masuk melalui limpahan, maka terdapat air hujan yang menguap, diserap oleh tumbuh-
tumbuhan dan ada pula yang merembes ke dalam tanah. Air yang merembes ini akan masuk ke dalam tanah
yang akhirnya menjadi air tanah. Apabila permukaan air tanah bertemu dengan saluran air limbah, maka
bukanlah tidak mungkin terjadi penyusupan air tanah tersebut ke saluran air limbah melalui sambungan-
sambungan pipa atau melalui celah-celah yang ada karena rusaknya pipa saluran.

https://risqha21.wordpress.com/2011/11/15/sumber-air-limbah/

sumber air limbah


23NOV
Limbah, sampah, dan kotoran yang berasal dari rumah tangga, perusahaan, dan/atau kendaraan
merupakan masalah serius yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kesehatan lingkungan.
Pembuangan sampah rumah tangga dibiasakan pada tempat sampah, karena itu tempat sampah
seharusnya selalu tersedia di lingkungan rumah tempat tinggal sesuai dengan jenisnya, sampah basah
(garbage), sampah kering (rubbish), dan sisa-sisa industri (industrial waste).

Selain itu, kebiasaan meludah, buang air kecil dan besar (human excreta), air limbah (sewage) juga
harus dikelola dengan baik agar tidak mengganggu kesehatan lingkungan. Sampah yang tidak dikelola
dengan baik dapat menjadi sarang hewan penyebar penyakit dan bau yang tidak sedap.
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri
maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang
dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta menggangu lingkungan hidup.

Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal
dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air
permukaan dan air hujan yang mungkin ada. Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan
adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti
industri, perhotelan dan sebagainya.

Meskipun merupakan air sisa namun volumenya besar karena lebih kurang 80% dari air yang digunakan
bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor
(tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan laut dan akan digunakan oleh
manusia lagi.

Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola dan atau diolah secara baik. Air limbah ini berasal dari
berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut:

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu air limbah yang berasal
dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air
bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.
2. Air buangan industri yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang
terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing
industi, antara lain nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral, logam berat,
zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan
polusi lingkungan menjadi lebih rumit.
3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water) yaitu air buangan yang berasal dari daerah
perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat ibadah, dan sebagainya. Pada
umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.

Karakteristik Air Limbah

Karakteristik air limbah perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara pengolahan yang tepat
sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis besar karakteristik air limbah ini digolongkan
sebagai berikut:

1. Karakteristik fisik
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat dan suspensi. Terutama
air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram seperti larutan sabun, sedikit berbau. Kadang-
kadang mengandung sisa-sisa kertas, berwarna bekas cucian beras dan sayur, bagian-bagian tinja, dan
sebagainya.
2. Karakteristik kimiawi
Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal dari air bersih
serta bermacam-macam zat organik berasal dari penguraian tinja, urine dan sampah-sampah lainnya.
Oleh sebab itu pada umumnya bersifat basa pada waktu masih baru dan cenderung ke asam apabila
sudah mulai membusuk.

Substansi organik dalam air buangan terdiri dari 2 gabungan, yakni:

* gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya urea, protein, amine dan asam amino.
* gabungan yang tak mengandung nitrogen, misalnya lemak, sabun dan karbohidrat, termasuk
selulosa.

3. Karakteristik bakteriologis
Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli terdapat juga dalam air limbah tergantung
darimana sumbernya namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air buangan.

Sesuai dengan zat-zat yang terkandung didalam air limbah, maka air limbah yang tidak diolah terlebih
dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain:

1. Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama kolera, typhus
abdominalis, disentri basiler.
2. Menjadi media berkembang-biak mikroorganisme patogen.
3. Menjadi tempat-tempat berkembangbiak nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk.
4. Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap.
5. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah dan lingkungan hidup lainnya.
6. Mengurangi produktivitas manusia karena orang bekerja dengan tindak nyaman dan sebagainya.

Untuk mencegah atau mengurangi akibat-akibat buruk tersebut di atas diperlukan kondisi, persyaratan,
dan upaya-upaya sedemikian rupa sehingga air limbah tersebut:

1. Tidak mengkontaminasi sumber air minum.


2. Tidak mengakibatkan pencemaran permukaan tanah.
3. Tidak menyebabkan pencemaran air untuk mandi, perikanan, air sungai, atau tempat-tempat
rekreasi.
4. Tidak dapat dihinggapi serangga dan tikus dan tidak menjadi tempat berkembangbiaknya
berbagai bibit penyakit dan vektor.
5. Tidak terbuka kena udara luar (jika tidak diolah) serta tidak dapat dicapai oleh anak-anak.
6. Baunya tidak mengganggu.

https://ubay16.wordpress.com/2011/11/23/sumber-air-limbah/

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38754/4/Chapter%20II.pdf air limbah


BAB II

PEMBAHASAN
 SUMBER-SUMBER AIR

A. Pengertian Air

Pengertian air adalah senyawa kimia yang merupakan hasil ikatan dari unsur hidrogen (H2) yang
bersenyawa dengan unsur oksigen (O) dalam hal ini membentuk senyawa H2O. Air merupakan senyawa
kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak
dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah
sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri.

Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian yang diakibatkan
oleh dehidrasi. Karenanya orang dewasa perlu meminum minimal sebanyak 1,5 – 2 liter air sehari untuk
keseimbangan dalam tubuh dan membantu proses metabolisme. Di dalam tubuh manusia, air
diperlukan untuk transportasi zat – zat makanan dalam bentuk larutan dan melarutkan berbagai jenis
zat yang diperlukan tubuh. Misalnya untuk melarutkan oksigen sebelum memasuki pembuluh-pembuluh
darah yang ada disekitar alveoli.

Berdasarkan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat pengawasan


kualitas air, air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat dan dapat diminum langsung. Air
bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitsanya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

B. Sumber-Sumber Air

1. Air Laut

Air laut mempunyai rasa asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut
3%. Dengan keadaan ini; air laut tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai air minum.

2. Air Atmosfir atau Air Meteriologik

Karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri tebu atau
debu dan lain sebagainya, maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada
waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung
banyak kotoran.

Dalam kehidupan sehari-hari air ini dikenal sebagai air hujan. Dapat terjadi pengotoran dengan
adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran – kotoran industri/debu dan lain sebagainya
tatapi dalam keadaan murni sangat bersih, Sehingga untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air
minum hendaknya tidak menampung air hujan pada saat hujan baru turun, karena masih mengandung
banyak kotoran.

Selain itu air hujan memiliki sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak
reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi (karatan). Disamping itu air hujan ini
mempunyai sifat lunak sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

3. Air Permukaan

Air permukaan seringkali merupakan sumber air yang paling tercemar, baik karena kegiatan manusia, fauna,
flora, dan zat-zat lainnya. Air permukaan meliputi:Air permukaan ada dua macam; air sungai dan air rawa
atau danau. Pada umumnya air ini mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur,
batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota, dan lain sebagainya.

a. Air Sungai

Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna,
mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang sangat tinggi

b. Air Rawa atau danau

Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zaat-zat organis yang telah membusuk,
misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat.

4. Air Tanah

Menurut Chandra (2006) dalam buku Pengantar Kesehatan lingkungan,pengertian air tanah
merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi dan menyerap ke dalam lapisan tanah
dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa
lapisan tanah dan menyebabkan terjadinya kesadahan pada air.

Kesadahan pada air ini akan menyebabkan air mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi. Zat-
zat mineral tersebut antara lain kalsium, magnesium, dan logam berat seperti besi dan mangan.

a. Air Tanah Dangkal

Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan
tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak
mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai
unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah di sini berfungsi sebagai
saringan.
Disamping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang
dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air yang akan terkumpul merupakan air
tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melaui sumur-sumur dangkal.

b. Air Tanah Dalam

Air tanah dalam dikenal juga dengan air artesis. Air ini terdapat diantara dua lapisan kedap air.
Lapisan diantara dua lapisan kedap air tersebut disebut lapisan akuifer. Lapisan tersebut banyak
menampung air. Jika lapisan kedap air retak, secara alami air akan keluar ke permukaan. Air yang
memancar ke permukaan disebut mata air artesis.

Pengambilan air tanah dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan
bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara 100-300 m)
akan didapatkan suatu lapis air.
Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur ke luar dan dalam keadaan ini, sumur ini
disebut dengan sumur artesis. Jika air tidak dapat ke luar dengan sendirinya, maka digunakan pompa
untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini.

c. Mata Air

Mata air merupakan air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang
berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas/kuantitasnya sama dengan
keadaan air dalam. Berdasarkan keluarnya (munculnya ke permukaan tanah) mata air dapat dibedakan
atas :

1. Mata Air Rembesan, yaitu mata air yang airnya keluar dari lereng-lereng,

2. Umbul, yaitu mata air dimana airnya keluar ke permukaan pada suatu dataran.

 KARAKTERISTIK AIR

A. Karakteristik Secara Fisik

1. Temperatur/suhu  berpengaruh terhadap reaksi kimia, reduksi kelarutan gas.

2. Rasa dan bau  diakibatkan oleh senyawa-senyawa lain dalam air seperti gas H2S , NH3, senyawa fenol,
dll.

3. Warna : air yang murni tidak berwarna, bening dan jernih, adanya warna pada air menunjukkan adanya
senyawa lain yang masuk ke dalam air
4. Turbiditas/kekeruhan  karena adanya bahan dalam bentuk koloid dari partikel yang kecil, dan atau
adanya pertumbuhan mikroorganisma.

5. Solid  disebabkan oleh senyawa organik maupun anorganik dalam bentuk suspensi (larut). Jumlah total
kandungan bahan terlarut = TDS (Total dissolve solid), sedangkan bahan yang tidak terlarut (terpisah
dengan filtrasi atau sentrifugasi) = Suspended Solid (SS).

B. Karakterisirk Secara Kimia

1. pH, konsentrasi H+

2. potensial oksidasi-reduksi

3. Alkalinitas

4. Asiditas

5. Kesadahan

6. dissolved Oxygen(DO)

7. Biogical oxygen Demand (BOD)

8. nitrogen (organik, anorganik)

9. pospat

10. klorida.

C. Karakteristik Secara Biologi

Organisme yang ditemukan dalam perairan: bakteri, virus,algae, jamur, mikroinvertebrata


(protozoa, serangga, cacing, dll). Karakteristik biologi ditentukan dengan parameter yang disebut indeks
biotik. Indeks ini menunjukkan ada tidaknya organisme. Indeks Biotik = 2(n Klas 1)+ n Klas 2 n =
banyaknya species Klas 1 = Organisme klas 1, toleran pada polusi organik yang tidak besar. Klas 2 =
Organisme klas 2, toleran pada polusi organik, tetapi tidak dalam kondisi anaerob.

Indeks yang lain  Indeks penyebaran

Indeks Penyebaran/D

D= n1/n2log n1/n2

Keterangan : n1 = banyaknya individu per taxon


n2 = banyaknya (jumlah) total taxon dalam sampel

Penentuan kualitas air dapat pula diukur berdasarkan Indeks pencemar Biologis

(IPB) atau Biologis Indices of Pollution (BIP).

IPB =___A___x100

A+B

A = kelompok mikroba berklorofil

B = kelompok mikroba tanpa klorofil

Nilai IPB :

0-8 : air bersih/jernih

9-20 : air tercemar

21-60 : air tercemar

61-100air tercemar berat

D. Syarat air untuk keperluan rumah tangga terutama air minum menurut ketentuan who harus memenuhi
:

1. Persayaratan fisis : bersih, jernih,, tidak berbau, tidak berasa dan sejuk.

2. Persyaratan kimia : tidak mengandung senyawa beracun, senyawa atau materi yang membahayakan
kesehatan.

3. Persyaratan mikrobiologi : tidak mengandung kelompok mikroba pathogen (Salmonella


Shigella,Clostridium)penyebab disentri, kholera, dan tifus, serta kelompok mikroba pencemar (bakteri
coliform).

Berdasarkan kehadiran bakteri coli pada air minum, WHO membagi kualitas air menjadi 4 kelas :

1. Kelas utama sangat memuaskan : sama sekali tidak mengandung bakteri coli.

2. Kelas dua memuaskan : terdapat 1-2 sel bakteri coli/100 ml.


3. Kelas tiga diragukan : mengandung 3 - 10 sel bakteri coli/100 ml.

4. Kelas empat jelek/kotor : terdapat lebih dari 10 bakteri coli/100 ml.

Di dalam air yang dianggap bersih terdapat sekumpulan mikroba yang bekerja:

1. Kelompok bakteri besi : mengoksidasi senyawa ferro menjadi ferri (Fe2+ Fe3+ ) misal : Crenothrix;
Gallionella; Sphaerotilus.

2. Bakteri sulfur mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S (SO4,H2S) Kehadiran bakteri besi dan sulfur
akan menimbulkan bau yang tidaksedap, perubahan warna perairan, dan berlendir atau terbentuk
filamenkarena pembentukan koloni.

3. Mikroalgae menimbulkan bau amis, dan blooming.

Pada air kotor (tercemar) mengandung semua kelompok mikroba pada air bersih:

1. Kelompok bakteri patogen dan penghasil racun : Salmonella, Shigella,Vibrio, Clostridium, Pseudomonas.

2. Kelompok bakteri pencemar : bakteri coli.

3. Kelompok bakteri pengurai : sebagai dekomposer senyawa-senyawa organik dalam air termasuk korosi
dan degradasi.

E. Pengolahan Air

Ditinjau dari perlu tidaknya pengolahan, air dibedakan dalam 4 macam yaitu:

1. Air yang sama sekali tidak perlu diolah air dapat langsung diminum.

2. Air yang hanya memerlukan penambahan desinfektan saja air dalam tanah atau permukaan yang
diperkirakan hampir tidak terkontaminasi  jumlah E. Coli tidak lebih dari 50 sel/ 100ml.

3. Air yang membutuhkan penyarinagn pasir cepat atau alat penyaring lain yang sejenis, kemudian
dilanjutkan dengan klorininasi secara tetap  air mengandung E. Coli > 5000 sel/100ml<20000 sel/100ml.

4. Air yang sangat tercemar (sama sekali tidak sehat), sehingga perlu pengolahan yang sangat
khusus  jumlah E. Coli > 250000/100ml.

F. Macam-macam Pengolahan Air

1. Pengolahan secara alamiahdalam bentuk penyimpanan atau pengendapan secara alami.


2. Pengolahan air dengan menyaring, Penyaringan pasir lambat (slow sand filter)berdasarkan
gravitasi.Penyaringan pasir cepat (rapid sand filter) perlu tekanan, memerlukan perlakuan sebelumnya:
menambah koagulan atau sedimentasi.

3. Pengolahan air dengan menambah zat kimia yang bertujuan:

a. Mempercepat koagulasi.

b. Membunuh dari mikroorganisme yang merugikan (patogen, penghasil racun, dll).

G. Proses Kepentingan Air Untuk Kepentingan Umum

1. Air sungai dialirkan atau dipompa. Tempar pengambilan air disebut intake. Air lalu diendapkan pada
parit-parit yang lebar dan panjang.

2. Kemudian air dialirkan ke instalasi penyaringan.

3. Air diendapkan di bak pertama.

4. Kemudian air dialirkan melauli tempat pembubuhan zat kimia koagulan (aluminium sullfat atau tawas
(Al2(SO4)3 dan larutan kapur (CaCO3).

H. Mikroorganisme Yang Terdapat Dalam Air

1. Salmonella typhi, adalah bakteri gram negatif berbentuk batang, tidak membentuk spora namun bersifat
patogen, baik pada manusia ataupun hewan. Dapat menyebabkan demam typhoid (typoid fever).
Sebenarnya penyakit demam typoid dapat dipindahkan dengan perantara makanan yang terkontaminasi
dan dengan kontak langsung dengan si penderita. Namun yang paling umum sebagai fakta penyebab
adalah air. Air dapat terkontaminasi oleh bakteri ini karena kesalahan metode pemurnian air atau
kontaminasi silang (Cros contaminant) antara pipa air dengan saluran air limbah (Tarigan, 1988).

2. Clostridium prefringens adalah bakteri gram positif pembentuk spora yang sering ditemukan dalam usus
manusia, tetapi kadang-kadang juga ditemukan di luar usus manusia (tanah, debu, lingkungan dan
sebagainya)(Dewanti, Tanpa tahun).

3. Escherichia coli adalah bakteri gram negatif berbentuk batang yang tidak membentuk spora dan
merupakan flora normal di dalam usus. E.coli termasuk bakteri komensal yang umumnya bukan patogen
penyebab penyakit namun bilamana jummlahnya melampaui normal maka dapat pula menyebabkan
penyakit (Dewanti, Tanpa tahun). E. Coli merupakan salah satu bakteri coliform.

4. Leptospira merupakan bakteri berbentuk spiral dan lentur yang merupakan penyebab penyakit
leptosporosis. Penyakit ini merupakan penyakit zoonosis atau penyakit hewan yang bisa berpindah ke
manusia. Pada umumnya penyebaran bakteri ini adalah pada saat banjir.(Anonim, Tanpa tahun).
5. Shigella dysentriae adalah basil gram negatif, tidak bergerak. Bakteri ini menyebabkan penyakit disentri
(mejan). Spesies lain seperti S. Sonnei dan S. Paradysentriae juga menyebabkan penyakit disentri
(Dwijoseputro, 1976).

6. Vibrio comma adalah bakteri yang berbentuk agak melengkung, gram negatif dan monotrik. Bakteri ini
menyebabkan penyakit kolera yang endemis di indonesia dan sewaktu-waktu berjangkit serta memakan
banyak korban (Dwijoseputro,1976).

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Syarat air untuk keperluan rumah tangga terutama air minum menurut ketentuan WHO harus
memenuhi :

1. Persayaratan fisis : bersih, jernih,, tidak berbau, tidak berasa dan sejuk.

2. Persyaratan kimia : tidak mengandung senyawa beracun, senyawa atau materi yang membahayakan
kesehatan.

3. Persyaratan mikrobiologi : tidak mengandung kelompok mikroba pathogen (Salmonella


Shigella,Clostridium)penyebab disentri, kholera, dan tifus, serta kelompok mikroba pencemar (bakteri
coliform).

Di dalam air yang dianggap bersih terdapat sekumpulan mikroba yang bekerja:
1. Kelompok bakteri besi : mengoksidasi senyawa ferro menjadi ferri (Fe2+ Fe3+ ) misal : Crenothrix;
Gallionella; Sphaerotilus.

2. Bakteri sulfur mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S (SO4,H2S) Kehadiran bakteri besi dan sulfur
akan menimbulkan bau yang tidaksedap, perubahan warna perairan, dan berlendir atau terbentuk
filamenkarena pembentukan koloni.

3. Mikroalgae menimbulkan bau amis, dan blooming.

B. SARAN

1. Sebaiknya kita harus berhati- hati dalam menggunakan air karena air itu ada yang terpolusi dan ada yang
tidak.

2. Jagalah air di lingkungan rumah dan sekitar agar tetap bersih dan terhindar dari pencemaran air.

3. Jangan membuang sampah ke sungai atau kolam, buanglah sampah pada tempatnya agar tidak terjadi
pencemaran air.

4. Hindari pemakaian obat pemberantas hama dan serangga secara berlebihan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous (2009). Diktat Penuntun Pratikum Kimia Anorganik. Malang: UMM.


Kursus Dasar-Dasar Analisa Dampak Lingkungan Kumpulan Diktat Universitas
Gadjah Mada Bekerja Sama Dengan Kantor Menteri PPLH. Yogyakarta. 1984.

Sumber : Sutrisno, Totok. 2006. Teknologi Penyediaan Air bersih. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Suparwato (2008). Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan


Departemen Pendidikan Nasional.

www.sumber-sumber air dan karakteristiknya

Faruq, Umar (2010). Makalah Pencemaran Air. From


http://henithree.student.umm.ac.id/ 2010/01/23/makalah-pencemaran-air/, 23
Januari 2010.

Firman, Muhammad (2009). Cara Atasi Polusi Air Di Negara Berkembang.


Fromhttp://teknologi.vivanews.com/news/read/68548-
cara_atasi_polusi_air_di_negara_berkembang/, 22 Juni 2009.
http://piahtoraya.blogspot.co.id/2015/06/sumber-sumber-air-dan-karakteristiknya.html
AB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. A. Air
1. Pengertian Air
Air adalah materi esensial di dalam kehidupan yang merupakan salah satu dari ketiga
komponen yang membentuk bumi (zat padat, air dan atmosfer). Secara kimia, air dapat
didefinisikan sebagai zat cair yang terdiri dari hidrogen dan oksigen. Air juga dapat dikatakan
materi yang kebutuhannya untuk kehidupan, tidak bisa ditunggu sampai besok apalagi sampai
minggu depan. Oleh karena itu, air dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan yang paling
pokok karena air tidak dapat digantikan dengan benda lain (Suriawiria, 2005).

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak (Permenkes no. 416 tahun 1990).
Selain itu, Air bersih juga dapat dikatakan sebagai air yang sudah terpenuhi syarat fisik dan
kimia. Namum, didalam air bersih belum terpenuhi syarat bakteriologi. Syarat fisik meliputi
rasa, bau, sisa zat padat, dan derajat kekeruhan sedangkan syarat kimia meliputi pH,
kandungan senyawa kimia dalam air, kandungan residu atau sisa, misalnya residu pestisida,
deterjen (kandungan senyawa toksik atau racun) dan sebagainya. Air bersih juga merupakan air
yang layak untuk digunakan untuk kebutuhan apapun. Namun, air bersih belum dapat
dikatakan sebagai air yang siap minum (Suriawiria, 2005).

Air bersih merupakan suatu alat pemenuhan kebutuhan yang sangat berguna dalam kehidupan.
Menurut kegunaannya, air dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu air yang digunakan untuk air
minum secara langsung (tanpa harus diolah terlebih dahulu), air baku untuk diolah sebagai air
minum dan kebutuhan rumah tangga, air untuk keperluan perikanan dan peternakan, dan air
untuk keperluan pertanian sekaligus usaha perkotaan, industri dan pembangkit listrik. Dari
keempat kegunaan air tersebut, yang dapat disebut dengan kebutuhan air bersih adalah air baku
untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga (Gabriel, 2000).

1. 2. Sumber – Sumber Air


Secara garis besar dapat dikatakan air bersumber dari :

1. Laut yang disebut air laut


2. Darat yang disebut air tanah
3. Udara yang disebut air hujan
Dari ketiga sumber air diatas, yang dapat menjadi sarana air bersih yang biasa digunakan oleh
masyarakat pada umumnya untuk kehidupan sehari-hari adalah air tanah dan air hujan karena
untuk menggunakan air laut harus melalui proses desalinasi terlebih dahulu dan biaya proses
desalinasi masih sangat mahal.

Air tanah disebut juga air tawar karena tidak terasa asin. Berdasarkan lokasinya, air tanah dapat
dibedakan menjadi air permukaan tanah dan air jauh dari permukaan tanah. Air permukaan
tanah adalah air yang dapat kita temukan tanpa harus melakukan penggalian terlebih dahulu,
seperti sungai, rawa-rawa, danau,dll. Kesemuanya ini tergantung kepada curah hujan. Air jauh
dari permukaan tanah merupakan air yang tersimpan di dalam lapisan tanah, seperti air sumur
gali dan air sumur bor (Gabriel, 2000).

1. Persyaratan Air
1. a. Kuantitas
Syarat kuantitas air menyangkut jumlah air yang dibutuhkan manusia dalam kegiatan tertentu
dan terkait juga dengan jumlah ataupun volume air yang tersedia oleh sarana penyediaan air.
Selain itu, jumlah dari segi kuantitas air ini adalah volume air yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia, yaitu 2500 ml (8 gelas) per hari (http://uripsantoso.wordpress.com//).
1. b. Kualitas
Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia,
mikrobiologi dan radioaktif (Permenkes no. 416 tahun 1990). Air dapat dikatakan bersih jika
memiliki kualitas air bersih yang sudah memenuhi syarat fisik dan syarat kimia.

1) Fisik
Pada dasarnya, air di dunia ini didapatkan dalam tiga wujud, yaitu bentuk padat sebagai es,
bentuk cair sebagai air, dan bentuk gas sebagai uap air. Akan tetapi, yang dapat kita gunakan
untuk kebutuhan sehari-hari adalah bentuk cair sebagai air. Dalam hal ini air harus bebas dari
pencemaran dalam arti memenuhi kualitas fisik dari air, yaitu kekeruhan, warna, rasa dan bau,
serta suhu (Gabriel, 2000).

a) Kekeruhan
Adanya benda-benda lain yang tercampur atau terlarut di dalam air, seperti tanah liat, lumpur,
benda-benda organik yang halus, plankton, dll. Pada dasarnya, kekeruhan tidak mempunyai
efek langsung terhadap kesehatan tetapi air yang keruh harus di olah terlebih dahulu agar dapat
digunakan sesuai dengan fungsi air pada umumnya.

b) Warna
Warna dari air umumnya disebabkan oleh ekstrak zat warna dari humus yang berasal dari hutan
atau tanaman rawa dan tanaman-tanaman lain. Zat warna yang timbul ini menyebabkan warna
coklat kekuning-kuningan seperti teh pada permukaan air.

Warna dari air tersebut memiliki 2 tipe, yaitu :

1. True colour, yaitu warna yang ada di dalam air setelah bahan yang larut diambil.
2. Apparent colour, yaitu true colour ditambah bahan lain yang dihasilakan oleh suatu benda
dalam bentuk suspensi.
Dalam hal tertentu warna yang terjadi di dalam air dapat pula disebabkan oleh zat besi, air
buangan industri atau mikroorganisme.

c) Rasa dan Bau


Rasa dan bau pada air dapat disebabkan oleh benda-benda asing, seperti bahan-bahan organik,
garam-garam anorganik atau gas yang larut dalam air. Bahan-bahan tersebut dapat berasal dari
rumah tangga, pertanian, dan sumber-sumber alamiah.

d) Suhu
Sebenarnya untuk skala air bersih, suhu tidak terlalu berpengaruh dan tidak terlalu
menimbulkan akibat yang berbahaya bagi manusia. Air bersih sebaiknya memiliki suhu yang
sejuk tidak mempunyai beda suhu yang banyak dengan suhu udara luar. Pada umumnya air
tanah dan air permukaan memiliki kriteria ini (Sanropie, dkk., 1983).

2) Kimia
Kualitas air secara kimia meliputi nilai pH, kandungan senyawa kimia di dalam air, kandungan
residu atau sisa, kandungan senyawa toksik atau racun, dan sebagainya. Pada pengaturan nilai
pH diperkenankan sampai batas yang tidak merugikan karena efeknya terhadap rasa,
korosivitas, dan efisiensi klorinasi.

Air baru dapat dikatakan bersih jika sudah terbebas dari bahan-bahan kimia, seperti Hg (air
raksa), Pb (timbal), serta limbah-limbah yang mengandung bahan kimia yang sangat berbahaya
bagi kesehatan manusia (Suriawiria, 2005).

3) Mikrobiologi
Syarat mikrobiologi adalah bersihnya kandungan dari mikroorganisme di dalam air, baik
berupa bakteri ataupun berbagai mikroba lain yang dapat menimbulkan dampak merugikan
bagi kesehatan manusia. Salah satunya adalah timbulnya berbagai macam penyakit di dalam
tubuh manusia (http://id.wikipedia.org/wiki/mikrobiologi//).
4) Radioaktif
Radioaktif berhubungan dengan pancaran partikel-partikel dari sebuah inti atom. Syarat air ini
dimaksudkan adalah air yang terbebas dari jenis limbah yang mengandung atau terkontaminasi
radionuklida pada konsentrasi atau aktivitas yang melebihi batas yang diinginkan yang
ditetapkan oleh badan pengawas tenaga nuklir (http://id.wikipedia.org/wiki/radioaktif//).
1. Penyehatan Air
Secara umum penyehatan air dapat pengelolaan air baku atau air alami dapat dilakukan dengan
beberapa cara, sebagai berikut:

1. a. Cara sederhana
Cara sederhana ini dilakukan dengan cara penampungan. Penampungan yang dimaksudkan
agar bahan-bahan yang menyebabkan air tersebut keruh, misalnya oleh lumpur dan
sebagainya,akan terendapkan terlebih dahulu di dalam bak tersebut. Dengan begitu, air yang
akan dialirkan atau digunakan, sudah jernih karena lumpurnya sudah mengendap. Tentu saja
bak penampungan ini tidak akan dibiarkan begitu untuk waktu yang lama karena cepat atau
lambat endapannya akan banyak serta kemungkinan akan menyumbat saluran atau akan
terbawa air lagi. Oleh karena itu, dalam waktu tertentu endapannya harus dibuang atau
dikeluarkan.

Cara pembersihan air dengan sistem bak penampungan ini sangat baik dilakukan untuk air
baku yang berasal dari sumber mata air atau dari sungai yang langsung dari hutan atau
pegunungan yang masih kelihatan jernih. Jika berasal dari danau apalagi dari sungai yang
keruh, sulit untuk dilakukan cara penampungan ini. Oleh karena bahan-bahan yang terlarut di
dalam air yang besar kemungkinan cukup tinggi sehingga airnya kelihatan keruh. Hal ini
merupakan kendala yang sulit diatasi dan diperlukan cara lain atau cara yang lebih efektif untuk
pembersihannya.

1. b. Cara penyaringan pasir


Cara ini dilakukan dengan menggunakan dua jenis pasir, ijuk dan batu gamping. Untuk
membuat alat penyaringan ini, harus disiapkan empat buah bak yang masing-,masing memiliki
manfaat yang berbeda. Bak pertama diisi dengan ijuk pada permukaan dan pasir kasar di
bawahnya. Pada bak kedua juga ditambahkan ijuk pada permukaan tetapi ditambahkan pasir
halus di bagian dalam bak. Selain itu, pada bak ketiga diletakkan batu gamping dan bak terakhir
dibiarkan kosong untuk penampungan air bersih.
Di dalam penggunaan bak saringan, yang paling penting untuk diperhatikan adalah sebagai
berikut:

1) Menjamin agar pasir yang digunakan cukup halus dan mempunyai diameter efektif antara
0,15 – 0,35 mm

2) Menjaga agar kecepatan penyaringan tidak melebihi kreteria yang telah ditetapkan, yaitu
antara 0,2 – 0,5 m³/m²/jam

3) Menjaga agar air baku yang masuk ke dalam saringan tidak terlalu keruh, tidak melebihi 50
mg/l sebagai SiO2.

Ketiga hal tersebut dimaksudkan agar penetrasi kotoran ke dalam lapisan pasir tidak mencapai
bagian yang lebih dalam dari 5 cm dari permukaan dan agar saringan pasir tidak lekas mampat
akibat akumulasi bahan-bahan yang dipisahkannya.

1. c. Cara koagulasi
Kekeruhan air ada yang tidak dapat dihilangkan dengan kedua cara diatas. Hal ini disebabkan
oleh partikel-partikel koloid yang hanya dapat diendapkan dengan proses koagulasi kimiawi.
Koagulasi kimiawi dapat dilakukan dengan penambahan bahan kimia. Bahan kimia yang umum
digunakan adalah Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3. 18 H2O) yang juga dikenal dengan nama
tawas. Bahan ini paling banyak digunakan karena relatif murah dan mudah diperoleh
dipasaran.

Pengolahan air dengan tawas untuk keperluan rumah tangga secara individu dapat dilakukan
dengan cara yang sangat sederhana, yaitu :

1) Sediakan dua buah drum (drum plastik atau gentong tanah) dengan volume masing-masing
200/l. Drum pertama diisi dengan air baku yang akan diolah, kemudian biarkan mengendap
selama 1,5–3 jam. Air yang sudah diendapkan tersebut kemudian dipindahkan ke drum yang ke
dua.

2) Larutkan tawas sejumlah yang diperlukan dalam 1–2 liter air (kalau perlu dipanaskan).
Apabila dosis tawas diperlukan 60 mg/liter, 200 liter air yang diolah perlu dilarutkan sebanyak
12 gr tawas (kurang lebih ½ sendok makan). Tawas tersebut kemudian dimasukkan dalam
drum ke dua dan diaduk hingga merata selama 3–5 menit sehingga terlihat pembentukan-
pembenukan flok yang agak besar. Biarkan flok tersebut mengendap ke dasar drum selama 3-5
jam. Apabila dalam waktu tersebut masih terdapat flok yang belum mengendap, biarkan
mengendap dalam waktu yang lebih lama agar pengendapan menjadi lebih sempurna
(Suriawiria, 2005).

Selain itu, untuk pengolahan air yang mengandung mikroorganisme penyebab penyakit tidak
dapat digunakan cara di atas. Akan tetapi dapat dengan penggunaan bahan kimia berupa
kaporit.

1. 5. Pengawasan Air
Pengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air
yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta meningkatkan kualitas air
(Permenkes no. 416 tahun 1990). Untuk mendapatkan air bersih yang sehat, cukup dan terus
menerus, maka sarana penyediaan air bersih dan juga air bersih itu sendiri perlu diadakan
pengawasan dan pemeliharaan. Pengawasan dalam arti agar air bersih yang dihasilkan kualitas
maupun kuantitasnya terjamin (Effendi, 2003).

Menurut Permenkes no. 416 tahun 1990, kegiatan pengawasan kualitas air mencakup :

1. Pengamatana lapangan dan pengambilan contoh air


2. Pemeriksaan contoh air
3. Analisis hasil pemeriksaan
4. Perumusan saran dan cara pemecahan masalah yang timbul dalam hasil kegiatan
5. Kegiatan tindak lanjut berupa pemantauan upaya penanggulangan/perbaikan termasuk
kegiatan penyuluhan
1. Pemeliharaan Sarana Air Bersih
Pemeliharaan yang dimaksud disini adalah agar sarana air bersih selalu dalam kondisi yang
baik dan berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan diadakan pengawasan dan pemeliharaan
sarana air bersih diharapkan konsumen atau masyarakat yang memakainya tidak merasa
dirugikan, justru sebaliknya masyarakat akan ikut berpartisipasi menjaganya.

Sarana penyediaan air bersih harus bebas dari bahaya pencemaran dan pengrusakan dan Dinas
Kesehatan berhak menyelenggarakan pengawasan kualitas air bersih dengan melakukan
pemeriksaan laboratorium terhadap contoh air secara berlaku.

Sarana air bersih akan cepat rusak atau tidak bisa dipakai lagi kalau sarana tersebut tidak
dipelihara dengan baik. Pemeliharaan yang baik apabila dilakukan secara berkala tersebut
tergantung dari macam sarananya.

1. a. Pemeliharaan penampungan air hujan


Pemeliharaan bak dengan baik, bersihkan lingkungan sekitar bak, dan jaga agar air di dalam
bak selalu dalam keadaan bersih. Atur penggunaan air, perhitungkan supaya diakhir musim
hujan bak dalam keadaan terisi penuh sehingga benar-benar berfungsi sebagai penyelamat di
musim kering, bak jangan sampai kering sekali, paling tidak sisakan air setinggi 10 cm untuk
menjaga kelembaban dan dinding bak.

1. b. Pemeliharaan sumur dan sumber air lainnya


Pemeliharaan sumur dilakukan dengan menyikat dinding sumur dengan terlebih dahulu
dicelupkan dalam larutan khlor (kaporit). Langkah-langkah yang harus dikerjakan:

1) Buatlah larutan khlor sebanyak 20 liter dengan kadar khlor aktif 50 PPm

2) Pergunakanlah sikat bertangkai panjang untuk menyikat dinding sumur yang terlebih
dahulu dicelupkan dalam larutan khlor yang telah dibuat

3) Tuangkan sisa larutan ke dalam sumur dan aduklah air sumur dengan timba, agar larutan
khlor merata

4) Biarkanlah selama paling sidikit 30 menit sampai satu malam


Sumber air lainnya seperti air sungai ataupun mata air yang dalam pemeliharaannya perlu
dijaga kebersihannya sebab jika telah terjadi pecemaran di lingkungan air tersebut seperti
membuang sampah, feces atau berbagai jenis limbah lainnya, maka akan berpeluang
mengontaminasi air dan segala komponennya yang akan berdampak buruk bagi manusia
dimana air tersebut digunakan sebagian besar masyarakat untuk minum, memasak, mencuci,
mandi, dan sebagainya (Sanropie, dkk., 1983).

1. Hubungan Air dengan Kesehatan


Hubungan air dengan kesehatan erat kaitannya dengan cakupan penyediaan air bersih yang ada
disuatu wilayah, seperti yang terjadi di Kota Kayuagung pada tahun 2009. Berdasarkan data
kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2009 tentang air bersih. Di dalam data
tersebut, OKI menduduki urutan ke empat terakhir se-Provinsi Sumatera Selatan dalam
cakupan penyediaan air bersihnya, yaitu 68,03% dan 30% darinya tersedia oleh sungai
(//http://kesehatan-air/profil-OKI.provinsi-sumsel//) dan hampir 40% dari masyarakat Kota
Kayuagung menjadikan sungai sebagai sarana penyediaan air bersih (Sumatera Ekspres, 10
September 2009).

Secara khusus, pengaruh air terhadap kesehatan dapat bersifat langsung maupun tidak
langsung. Hal ini berkaitan dengan air yang merupakan kebutuhan paling pokok dalam
kehidupan kita.

1. a. Pengaruh tidak langsung


Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh yang timbul sebagai akibat penyalahgunaan air yang
dapat meningkatkan ataupun menurunkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal kesehatan
khususnya. Sebagai contoh pengotoran air dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat karena
dari pengotoran badan-badan air dengan zat-zat kimia yang dapat menurunkan kadar oksigen
terlarut, zat-zat kimia tidak beracun sukar diuraikan secara alamiah dan menyebabkan masalah
khusus seperti estetika, kekeruhan karena adanya zat-zat tersuspensi.

Hal di atas juga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit bagi manusia, salah satunya
diare. Pengaruh ini dapat terjadi melalui perantara, seperti makanan, alat-alat yang digunakan
untuk makan, dll.

1. b. Pengaruh langsung
Pengaruh langsung terhadap kesehatan tergantung sekali pada kualitas air, dan terjadi karena
air berfungsi sebagai penyalur ataupun penyebar penyebab penyakit ataupun sebagai sarang
insekta penyebar penyakit. Kualitas air berubah karena kapasitas air untuk membersihkan
dirinya telah dilampui. Hal ini disebabkan bertambahnya jumlah serta intensitas aktivitas
penduduk yang tidak hanya meningkatkan kebutuhan akan air tetapi juga meningkatkan jumlah
air buangan. Buangan-buangan inilah yang merupakan sumber-sumber pengotoran perairan.
Pengaruh langsung ini dapat terjadi ketika kita minum (Slamet, 1994).

1. B. Diare
1. Pengertian Diare
Diare sesuai dengan definisi Hippocrates, maka diare adalah buang air besar dengan frekuensi
yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Suharyono,
1985). Diare juga merupakan penyakit menular yang ditandai dengan buang air besar dengan
tinja berbentuk cairan atau setengah cairan (setengah padat), dan mengandung air pada tinja
lebih banyak dari biasa (normal), 100-200 ml/tinja (Hendarwanto, 1994).
Berdasarkan buku pedoman pelaksanaan pemberantasan penyakit diare (Dinkes Sumsel, 2002),
diare dikelompokkan menjadi empat jenis yaitu :

1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari).
Akibat diare akut adalah dehidrasi sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama
kematian bagi penderita diare.
2. Disentri yaitu diare yang disertai darah dalam tinja, akibat disentri adalah Anareksia,
penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa.
3. Daire Persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus-menerus.
Akibat diare persiten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
4. Diare dengan masalah lain, yaitu diare yang mungkin juga disertai dengan penyakit lain,
seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
5. 2. Penyebab Diare
Secara etimologi, penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar, yaitu : infeksi,
malabsorbsi, alergi, keracunan, imuno defisiensi, dan sebab-sebab lain. Yang sering ditemukan
di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan (Dinkes Sumsel, 2002).

Diare juga merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Akan
tetapi, diare pada umumnya disebabkan oleh bakteri Escherichia coli enteropatogenik (Slamet,
1994). Penyakit diare termasuk salah satu penyakit perut menular. Penyebabnya oleh karena
sesuatu yang keluar dari tubuh penderita bersama feses, muntahan ataupun urine penderita dan
menular dengan perantara makanan dan minuman serta air yang telah terkontaminasi oleh
bibit penyakit (Entjang, 2000).

Diare yang berkelanjutan dapat disebut diare akut yang merupakan buang air besar dengan
frekuensi yang meningkat dan konsisten tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat
mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu (Suharyono, 1985).

1. 3. Gejala Diare
Orang yang menderita diare dapat dilihat dari gejala demam dan tinja berdarah. Darah
kelihatan di tinja 2-4 hari sesudah adanya gejala diare. 90% ari penderita anak besar
menunjukkan sakit perut. Muntah yang bersifat ringan terjadi pada 30% penderita. Kuman
adalah sensitif terhadap eritromisin, gentamisin, dan nitrofurantoin (Karmali dan Fleming,
1979).

Seseorang yang terkena diare biasanya memiliki ciri, seperti badan terasa lemas, feses
berbentuk lebih cair, dan perut terasa sakit (http://hidup-sehat.com/2009/05/ruang-lingkup-
kesehatan.html). Selain itu, diare bersifat sering, volume banyak, berair, hijau atau kuning, dan
kadang-kadang berlendir, terdapat juga gejala muntah dan panas mendadak berhubungan
dengan diare karena virus (Suharyono, 1985).
Gejala demam dan tinja berdarah terdapat pada 90% penderita. Darah kelihatan di tinja 2-4
hari sesudah adanya gejala diare. 90% ari penderita anak besar menunjukkan sakit perut.
Muntah yang bersifat ringan terjadi pada 30% penderita. Kuman adalah sensitif terhadap
eritromisin, gentamisin, dan nitrofurantoin (Karmali dan Fleming, 1979).

Seseorang yang terkena diare biasanya memiliki ciri, seperti badan terasa lemas, feses
berbentuk lebih cair, dan perut terasa sakit (http://hidup-sehat.com/2009/05/ruang-lingkup-
kesehatan.html). Selain itu, diare bersifat sering, volume banyak, berair, hijau atau kuning, dan
kadang-kadang berlendir, terdapat juga gejala muntah dan panas mendadak berhubungan
dengan diare karena virus (Suharyono, 1985).
1. 4. Dampak Diare
Kehilangan cairan akibat diare menyebab dehidrasi yang dapat bersifat ringan, sedang atau
berat. Dehidrasi akibat diare ini akan mengakibatkan tubuh terasa lemas, gelisah, dan
mengantuk. Diare juga dapat menimbulkan dampak fisik, seperti mata sedikit cekung, mulut
terlihat kering, berat badan menurun, dan denyut nadi lebih cepat (Suharyono, 1983).

1. 5. Pencegahan Diare
Secara umum, untuk mencegah terjadinya penyakit bawaan air, dilakukan pengelolaan air
minum dan air buangan secara terpadu karena semakin banyak penyediaan air bersih maka
akan semakin bisa pencegahan terhadap berbagai macam penyakit bawaan air (Slamet, 1994).
Menurut buku pedoman pelaksanaan pemberantasan penyakit diare (Dinkes Sumsel, 2002),
pencegahan terhadap penyakit diare yang efektif pada umumnya adalah sebagai berikut:

1. Memberikan ASI (jika terjadi pada bayi)


2. Memperbaiki makanan pendamping ASI (pada anak-anak)
3. Menggunakan air bersih yang cukup
4. Mencuci tangan
5. Menggunakan jamban
6. Membuang tinja bayi dan orang dewasa dengan benar
7. Memberikan imunisasi campak (pada anak-anak)
Ada cara yang mudah untuk mencegah terkena diare yaitu cuci tangan dengan sabun. Kebiasaan
sederhana mencuci tangan dengan sabun, jika diterapkan secara luas, akan menyelamatkan
lebih dari satu satu juta orang (//http://kesehatan-pencegah/diare-sehat//).

1. 6. Pengobatan Diare
Menurut WHO, 1978 dalam (Suharyono, 1987), jika seseorang telah terkena diare, maka
secepatnya harus diberi pertolongan dengan :

1. Memberikan secepatnya cairan yang mengandung garam (elektrolit) dan gula selama anak
atau orang yang menderita diare sebanyak yang hilang melalui tinja ataupun muntah
2. Jika terjadi pada bayi, maka air susu ibu dan makanan lain harus terus diberikan begitu
anak mau makan dan jangan dihentikan
3. Pemberian oralit untuk menggantikan cairan yang hilang
4. Penggunaan obat-obatan lain sesuai dengan petunjuk dokter jika diperlukan
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. A. Hasil
1. Cakupan air bersih di Kota Kayuagung secara keseluruhan hanya 68,03% dan 30% dari
cakupan air bersih ini tersedia oleh sungai dan hampir 40% dari masyarakat Kota
Kayuagung menjadikan sungai sebagai sarana penyediaan air bersih.
2. Penyebab utama penyakit diare di Kota Kayuagung pada bulan Juli sampai Agustus
tahun 2009 adalah tercemarnya sungai di Kota Kayuagung, dimana sungai ini
merupakan sarana penyediaan air bersih bagi sebagian masyarakat Kota Kayuagung.
3. Meningkatnya jumlah penderita diare di Kota Kayuagung pada bulan Juli sampai
Agustus tahun 2009 disebabkan oleh keadaan sungai Kota Kayuagung yang pada bulan-
bulan ini mengalami penyurutan. Hal ini terjadi karena pada bulan Juli sampai Agustus
tahun 2009 di Kota Kayuagung terjadi musim kemarau.
4. Pemerintah Kota Kayuagung berupaya untuk menanggulangi penyakit diare dengan
memaksimalkan tenaga medis di RSUD Kayuagung.
2. B. Pembahasan
1. Kurangnya cakupan air bersih dapat ditanggulangi dengan melakukan pengolahan
terhadap air yang sudah tercemar, seperti yang telah dijelaskan pada tinjauan teori di
atas, yaitu dengan cara sederhana, cara penyaringan pasir, dan cara koagulasi agar dapat
lebih memperbesar cakupan air bersih yang digunakan oleh masyarakat Kota
Kayuagung. Beberapa cara ini dapat dipakai untuk memenuhi syarat fisik air bersih.
Akan tetapi, untuk memenuhi sarat mikrobiologi air yang sudah tercemar, seperti air
sungai Kota Kayuagung yang telah tercemar bakteri penyebab penyakit diare, yaitu
bakteri Escherichia coli harus digunakan kaporit untuk membunuh bakteri penyebab
penyakit diare tersebut.
2. Terkait dengan penyebab utama penyakit diare di Kota Kayuagung adalah tercemarnya
sarana penyediaan air bersih, dalam hal ini adalah sungai, maka hal ini dapat
ditanggulangi dengan mengurangi zat pencemar yang masuk ke dalam sungai. Oleh
karena salah satu zat pencemar yang masuk ke dalam sungai adalah limbah dari
aktivitas manusia yang di buang ke sungai, maka masyarakat Kota Kayuagung harus
memiliki kesadaran akan lingkungan dengan tidak lagi mencemari sungai Kota
Kayuagung dengan berbagai zat pencemar, khususnya zat pencemar yang mengandung
bakteri penyebab penyakit diare.
3. Keadaan sungai Kota Kayuagung yang mengalami penyurutan pada musim kemarau ini
sebaiknya ditanggapi serius oleh masyarakat pengguna sungai untuk terus
memperhatikan kuantitas dan kualitas air yang mereka gunakan. Jika kuantitas air
sudah tidak memungkinkan lagi untuk kualitas air yang baik maka masyarakat harus
mengolah air tersebut sebelum mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
karena jika tidak dilakukan pengolahan yang dapat mengembalikan kualitas air tersebut
dapat menimbulkan berbagai dampak merugikan, khususnya bagi kesehatan tubuh
manusia. Pengolahan ini seperti yang dijelaskan dalam tinjauan pustaka di atas, yaitu
dengan cara sederhana, penyaringan pasir, dan cara koagulasi ataupun dengan
penggunaan bahan kimia seperti kaporit ataupun tawas.
4. Pemerintah Kota Kayuagung hanya mengutamakan pengobatan terhadap penderita
tetapi kurang memperhatikan penyebab meningkatnya jumlah penderita diare yang
mendominasi di Kota Kayuagung. Seperti yang telah dijelaskan di dalam latar belakang
penulisan, salah satu penyebab dari tercemarnya sarana penyediaan air bersih di Kota
Kayuagung adalah tinja dimana mengandung bakteri penyebab diare. Oleh karena itu,
sebaiknya pemerintah Kota Kayuagung menyediakan tempat khusus pembuangan tinja
bagi masyarakat Kota Kayuagung agar mereka tidak lagi membuang tinja ke sungai.
Selain itu, Pemerintah harus lebih menggalakkan kegiatan yang dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat Kota Kayuagung untuk mengurangi pencemaran terhadap sarana
penyediaan air bersih yang dalam hal ini adalah sungai.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas di atas, maka dapat ditarik kesimpulan antara lain
:

1. Persentase cakupan air bersih di Kota Kayuagung dapat dikatakan sangat minim karena
hanya mencapai angka 68,03%.
2. Penyebab utama penyakit diare di Kota Kayuagung pada bulan Juli sampai Agustus tahun
2009 adalah tercemarnya sungai di Kota Kayuagung.
3. Peningkatan jumlah penderita diare di Kota Kayuagung disebabkan oleh kurangnya
penyediaan air bersih bagi masyarakat.
4. Upaya penanggulangan penyakit diare dari Pemerintah Kota Kayuagung lebih menekankan
pada pengobatan.
5. B. Saran
Disarankan kepada pembaca pada umumnya dan masyarakat kota Kayuagung khususnya untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Masyarakat Kota Kayuagung sebaiknya melakukan pengolahan terhadap air yang tercemar
untuk dapat memaksimalkan cakupan air bersih di Kota Kayuagung pada bulan Juli sampai
Agustus tahun 2009..
2. Masyarakat Kota Kayuagung sebaiknya mengurangi pencemaran terhadap air sungai di Kota
Kayuagung.
3. Masyarakat Kota Kayuagung sebaiknya memaksimalkan penyediaan air bersih di Kota
Kayuagung.
4. Pemerintah Kota Kayuagung sebaiknya bisa menekan jumlah penderita penyakit diare di
Kota Kayuagung dengan penanggulangan terhadap penyebab dari penyakit diare itu sendiri
karena jika tidak dimulai dari penyebabnya maka akan semakin meningkatkan angka
penderita.
Daftar Pustaka
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, Pedoman teknis Pencegahan, Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan VI Diare dan Kecacingan , 2002
Entjang, Indan, Ilmu Kesehatan Masyarakat , PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2000
Effendi, Hefni, Telaah Kualitas Air, Kanisius, Yogyakarta, 2003
Gabriel, J.F., Fisika Lingkungan, Hipokrates, Jakarta, 2000
Hendarwanto, Diare Akut karena Infeksi, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 1994

http://hidup-sehat.com/2009/05/ruang-lingkup-kesehatan.html//
http://id.wikipedia.org/wiki/mikrobiologi//
http://id.wikipedia.org/wiki/radioaktif//
http://kesehatan-pencegah/diare-sehat//
http://kesehatan-air/profil-OKI.provinsi-sumsel//
http://uripsantoso.wordpress.com//
Karmali, M.A., Fleming, P.C. Campylobacter Enteritis In Children, J. Pediat, 94 : 527,
1979
Miller, G.T., Living In The Environment Seventh Edition, Wadsworth Publishing Company.
California, 705 P, 1992

Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang Syarat – Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air

Ryadi, Al Slamet, Kesehatan Lingkungan, Karya Anda, Surabaya, 1984


Sudiyanto, Kesehatan Lingkungan, Rineka Cipta, Surabaya, 1975
Sanropie, Djasio, Sumini AR, dkk., Penyediaan Air Bersih, Departemen Keehatan RI,
Jakarta, 1983
Suharyono, Diare Akut Klinik dan Laboratorik, Rineka Cipta, Jakarta, 1985
Slamet, Juli Soemirat, Kesehatan Lingkunga,. Gadjah Mada University Press, Bandung, 1994
Suriawiria, Unus, Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat, PT. Alumni,
Bandung, 2005
Sumatera Ekspres, 10 September 2009

https://narunilif1.wordpress.com/kesehatan-lingkungan/

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34137/4/Chapter%20II.pdf air bersih


Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain :

a. Air buangan yang bersumber dari Rumah tangga ( domestic wastes water), yaitu air
limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri
ekstreta (tinja dan air seni), air bekas cucian, air bekas memasak, air bekas mandi, dan
umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.
b. Air buangan kotapraja ( municipal wastes water), yaitu air buangan yang berasal dari
daerah perkantoran , perdagangan, hotel, tempat-tempat umum, tempat-tempat ibadah,
dll. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air
limbah rumah tangga (notoatmojo,2011: 195).
c. Air buangan Industri (industrial astes water) yang berasal dari berbagai jenis industry
akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat bervariasi sesuai
dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industry, antara lain nitrogen,
mineral, logam berat, zat pelarut, dll. limbah industri lebih sulit pengolahannya karena
mengandung pelarut mineral, logam berat, dan zat-zat organik lain yang bersifat toksik
(Chandra,2006).

Anda mungkin juga menyukai