Anda di halaman 1dari 5

Setelah menyelesaikan penugasan, internal auditor harus mengomunikasikan hasil

penugasannya kepada manajemen auditi. Secara umum pengkomunikasian tersebut mencakup


dua bentuk komunikasi, lisan dan tertulis. Komunikasi lisan harus dilakukan sebelum
komunikasi tertulis dalam bentuk laporan hasil audit (LHA) yang resmi
diterbitkan. Pengomunikasian secara lisan dimaksudkan untuk memperoleh kesepakatan
mengenai hasil audit. Semua masalah yang ditemukan harus didiskusikan agar tidak terjadi
penyanggahan yang dapat menyebabkan terhambatnya pelaksanaan tindak lanjut. Auditi
memang diberi kesempatan untuk memberi tanggapan atas temuan audit, namun demikian
bukan berarti bahwa setiap sanggahan auditi harus diterima begitu saja. Hanya jika sanggahan
tersebut disertai bukti yang dapat diyakini, serta bukti tersebut memang tidak ditemukan saat
pelaksanaan audit, barulah sanggahan auditi dapat diterima. Hal ini yang dimaksudkan bahwa
auditor harus memiliki sikap pandang yang terbuka.
A. PENYAMPAIAN SIMPULAN SEMENTARA
Penyampaian hasil penugasan (communication) adalah bagian tidak terpisahkan
dari sebuah penugasan assurance. Selama pelaksanaan penugasan, internal auditor secara
teratur berkomunikasi dengan personil kunci auditi. Pada umumnya komunikasi dilakukan
dalam bentuk tatap muka untuk menyampaikan permasalahan‐permasalahan yang ditemui.
Komunikasi selama proses penugasan dapat membantu auditor internal untuk
memastikan fakta yang ditemukan benar‐benar akurat. Disamping akan dapat diperoleh
informasi langkah koreksi (rekomendasi) terbaik. Hasil komunikasi ini akan dimanfaatkan
untuk penyusunan simpulan/temuan final yang akan dimuat dalam LHA.
Apabila pembicaraan tidak dilakukan secara bertahap, dikhawatirkan setelah
auditor melangkah jauh dengan waktu yang cukup lama ternyata setelah materi temuan
dibicarakan dengan pihak auditi, barulah terungkap adanya bukti atau kebijakan
manajemen lain yang ternyata dapat menggugurkan temuan tersebut. Pembicaraan akhir
harus tuntas. Ada baiknya sebelum dibicarakan final, ketua tim berkonsultasi dulu dengan
pengendali teknisnya dan/atau pengendali mutunya supaya ada keseragaman pendapat
mengenai masalah yang akan dibicarakan dengan auditi. Pengalaman menunjukan bahwa
masih ada pembicaraan akhir atas temuan audit yang dilaksanakan oleh ketua tim audit
sebelum direviu oleh pengendali teknis dan pengendali mutu, misalnya karena lokasi auditi
jauh di luar kota. Hal ini mengandung risiko karena setelah direviu pengendali teknis,
materi temuan dapat saja berubah sehingga tidak lagi sesuai dengan apa yang telah
dibicarakan dengan auditi. Apabila terjadi perubahan materi laporan yang telah dibicarakan
dengan auditi tanpa memberi informasi terlebih dulu kepada auditi, dapat menimbulkan
citra yang kurang baik terhadap auditor.
Usahakan mendapat komentar pejabat atau pihak yang langsung berkepentingan
yang akan melakukan tindak lanjut temuan tersebut dan akan mengalami akibat negatif dari
pelaporan temuan tersebut. Auditor harus memberikan kesempatan kepada pejabat atau
pihak yang terkena atau mungkin terkena secara negatif pelaporan tersebut untuk memberi
komentar tertulis atau lisan serta memberi informasi atau penjelasan sebelum laporan
dikeluarkan. Komentar dan penjelasan tambahan ini harus dihargai dan dibahas untuk
disajikan secara layak, lengkap dan objektif dalam laporan akhir. Apabila komentar
pendahuluan sudah diterima dan kemudian diadakan perubahan penting dalam temuan atau
rekomendasi, maka pejabat atau pihak yang terkena harus diberi kesempatan lagi untuk
memberikan komentar mengenai pembahasan tersebut sebelum laporan diterbitkan.
Apabila tidak bisa diperoleh komentar dari pihak yang terkena, maka laporan harus
memaparkan kenyataan itu. Komentar tambahan juga harus diminta apabila komentar
pendahuluan tampaknya tidak relevan dengan simpulan dan rekomendasi yang diajukan.
B. PENYUSUNAN LAPORAN
Proses penyusunan laporan, diawali dengan penyusunan konsep laporan oleh ketua
tim (KT). Pengendali teknis (PT) melakukan reviu konsep laporan untuk keseluruhan aspek
(baik fisik, format dan substansi). Laporan hasil penugasan harus memenuhi syarat kualitas
komunikasi yang baik, yaitu akurat, objektif, jelas, ringkas, konstruktif, lengkap dan tepat
waktu.
1. Akurat: Laporan yang dihasilkan harus sesuai dengan fakta yang terjadi dan
bebas dari kesalahan.
Perlunya keakuratan didasarkan atas kebutuhan untuk memberikan keyakinan
kepada pengguna laporan bahwa apa yang dilaporkan memiliki kredibilitas dan dapat
diandalkan. Satu ketidakakuratan dalam laporan hasil audit dapat menimbulkan
keraguan atas keandalan seluruh laporan tersebut dan dapat mengalihkan perhatian
pengguna laporan hasil audit dari substansi laporan tersebut.
Bukti yang dicantumkan dalam laporan harus masuk akal dan mencerminkan
kebenaran mengenai masalah yang dilaporkan. Penggambaran yang benar berarti
penjelasan secara akurat tentang lingkup dan metodologi audit, serta penyajian temuan
yang konsisten dengan lingkup audit. Salah satu cara untuk meyakinkan bahwa laporan
telah memenuhi standar pelaporan adalah dengan menggunakan proses pengendalian
mutu, seperti proses referensi.
Proses referensi adalah proses dimana seorang auditor yang tidak terlibat dalam
proses audit tersebut menguji bahwa suatu fakta, angka, atau tanggal telah dilaporkan
dengan benar, bahwa temuan telah didukung dengan dokumentasi audit dan bahwa
simpulan dan rekomendasi secara logis didasarkan pada data pendukung.
2. Objektif: Laporan harus adil dan berimbang yang menyajikan penilaian seluruh
fakta dan kejadian yang relevan.
Kredibilitas suatu laporan ditentukan oleh penyajian bukti yang tidak memihak,
sehingga pengguna laporan dapat diyakinkan oleh fakta yang disajikan. Auditor harus
menyajikan hasil audit secara netral dan menghindari kecenderungan melebih‐lebihkan
kekurangan yang ada. Dalam menjelaskan kekurangan suatu kinerja, auditor harus
menyajikan penjelasan pejabat yang bertanggung jawab, termasuk pertimbangan atas
kesulitan yang dihadapi entitas yang diperiksa.
3. Jelas : Laporan harus mudah dibaca dan dipahami.
Laporan harus ditulis dengan bahasa yang jelas dan sesederhana mungkin.
Penggunaan bahasa yang lugas dan tidak teknis sangat penting untuk menyederhanakan
penyajian. Jika digunakan istilah teknis, singkatan dan akronim yang tidak begitu
dikenal, maka hal itu harus didefinisikan dengan jelas. Apabila diperlukan, auditor
dapat membuat ringkasan laporan untuk menyampaikan informasi yang penting
sehingga diperhatikan oleh pengguna laporan hasil audit. Ringkasan tersebut memuat
jawaban terhadap sasaran audit, temuan‐temuan yang paling material dan
rekomendasi.
4. Ringkas: Laporan seharusnya berisi point‐point penting, dihindari bahasa
bertele‐tele, detail dan pengulangan yang tidak perlu.
Laporan yang ringkas adalah laporan yang tidak lebih panjang dari yang
diperlukan untuk menyampaikan dan mendukung pesan. Laporan yang terlalu rinci
dapat menurunkan kualitas laporan, bahkan dapat menyembunyikan pesan yang
sesungguhnya dan dapat membingungkan atau mengurangi minat pembaca.
Pengulangan yang tidak perlu juga harus dihindari. Meskipun banyak peluang untuk
mempertimbangkan isi laporan, laporan yang lengkap tetapi ringkas, akan mencapai
hasil yang lebih baik.
5. Konstruktif: Laporan hasil penugasan hendaknya bermanfaat bagi auditi serta
membawa kearah perbaikan.
Agar meyakinkan, maka laporan harus dapat menjawab sasaran audit,
menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi yang logis. Informasi yang disajikan
harus cukup meyakinkan pengguna laporan untuk mengakui validitas temuan tersebut
dan manfaat penerapan rekomendasi. Laporan yang disusun dengan cara ini dapat
membantu pejabat yang bertanggung jawab untuk memusatkan perhatiannya atas hal
yang memerlukan perhatian itu dan dapat membantu untuk melakukan perbaikan sesuai
rekomendasi dalam laporan hasil audit.
6. Lengkap: Laporan berisi seluruh informasi penting dan sesuai yang mendukung
rekomendasi dan kesimpulan.
Laporan harus memuat semua informasi dan bukti yang dibutuhkan untuk
memenuhi sasaran audit, memberikan pemahaman yang benar dan memadai atas hal
yang dilaporkan dan memenuhi persyaratan isi laporan hasil audit. Hal ini juga berarti
bahwa laporan harus memasukkan informasi mengenai latar belakang permasalahan
secara memadai. Laporan harus memberikan perspektif yang wajar mengenai aspek
kedalaman dan signifikansi temuan audit, seperti frekuensi terjadinya penyimpangan
dibandingkan dengan jumlah kasus atau transaksi yang diuji, serta hubungan antara
temuan audit dengan kegiatan entitas yang diaudit. Hal ini diperlukan agar pembaca
memperoleh pemahaman yang benar dan memadai.
7. Tepat waktu: Agar suatu informasi bermanfaat secara maksimal, maka laporan
harus tepat waktu, karena laporan yang terlambat disampaikan nilainya menjadi
kurang bagi pengguna laporan hasil audit.
Oleh karena itu, auditor harus merencanakan penerbitan laporan tersebut secara
semestinya dan melakukan audit dengan dasar pemikiran tersebut. Selama audit
berlangsung, auditor harus mempertimbangkan adanya laporan sementara untuk hal
yang material kepada auditi dan/atau kepada pihak lain yang terkait.
Laporan sementara tersebut bukan merupakan pengganti laporan akhir, tetapi
mengingatkan kepada pejabat terkait terhadap hal yang membutuhkan perhatian segera dan
memungkinkan pejabat tersebut untuk memperbaikinya sebelum laporan akhir diselesaikan.
laporan yang dihasilkan tersedia pada saat dibutuhkan.
Laporan Hasil Audit (LHA) dapat disusun dalam dua bentuk yaitu bentuk bab
dan bentuk surat.
a. LHA Bentuk Bab
Dalam menyajikan informasi hasil audit dikelompokkan dalam bab. Ketentuan
mengenai bentuk bab biasanya sudah ditetapkan oleh organisasi audit. Penyusunan LHA
dalam bentuk bab sangat sesuai untuk menyampaikan informasi penting dengan jumlah
materi yang banyak.
b. LHA Bentuk Surat
Laporan bentuk surat biasanya digunakan apabila hal‐hal yang ingin dilaporkan
materinya relatif sedikit atau harus disampaikan dengan segera.

C. MONITORING TINDAK LANJUT


Proses penugasan assurance tidak berakhir saat penugasan selesai. Setiap institusi
auditor internal harus mengembangkan sistem monitoring tindak lanjut hasil penugasan.
Sangat penting bagi auditor internal untuk memastikan bahwa rekomendasi telah
ditindaklanjuti oleh manajemen.
Pemantauan tindak lanjut hasil harus dilakukan agar auditi memahami dan
memperbaiki kelemahan dan kesalahan yang ada sehingga mampu meningkatkan kinerja
organisasinya. Selain itu, auditor internal harus memantau pelaksanaan tindak lanjut yang
dilakukan auditi untuk memastikan bahwa semua rekomendasi sudah dilaksanakan dengan
tepat, sehingga keefektifan pelaksanaan audit bisa tercapai.
Kewajiban untuk melaksanakan tindak lanjut berada pada pimpinan auditi. Hal ini
sesuai dengan pasal 43 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, yang menyatakan bahwa “Pimpinan instansi pemerintah
wajib melakukan tindak lanjut atas rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya”. Pelaksanaan
tindak lanjut tersebut merupakan bagian kegiatan pemantauan sistem pengendalian intern
yang ada. Di sisi lain, auditor internal berkewajiban untuk memantau pelaksanaan tindak
lanjut untuk menjamin keefektifan pelaksanaan audit. Auditor internal harus memasukkan
kegiatan pemantauan tindak lanjut dalam rencana strategis maupun tahunan.
Pada setiap pelaksanaan audit ulangan atas suatu auditi, auditor harus melihat
apakah rekomendasi dari laporan hasil audit terdahulu telah ditindaklanjuti. Auditor
internal bertanggung jawab untuk memberitahukan langkah‐langkah yang harus dilakukan
auditi agar tindak lanjut hasil audit bisa dilaksanakan dengan efektif dan tepat waktu.
Dalam memutuskan penyelesaian tindak lanjut yang belum tuntas, auditor harus
mempertimbangkan pelaksanaan prosedur dengan sifat tindak lanjut yang sama yang
dilakukan oleh auditi yang lain. Pelaksanaan tindak lanjut merupakan kewajiban
manajemen. Sedangkan pemantauan atas pelaksanaan tersebut menjadi tanggung jawab
auditor internal. Agar pemantauan tersebut bisa berjalan dengan efektif, auditor internal
harus membuat prosedur pemantauan pelaksanaan tindak lanjut yang didasarkan pada
tingkat kesulitan, ketepatan waktu, pertimbangan risiko dan kerugian. Untuk temuan audit
yang sangat penting, auditi harus melaksanakan tindak lanjut secepat mungkin dan auditor
internal harus terus memantau tindak lanjut yang dilaksanakan oleh auditi tersebut karena
dampak dari temuan tersebut sangat besar.
Agar pelaksanaan tindak lanjut efektif, perlu dilakukan hal‐hal sebagai berikut.
a. Laporan hasil audit ditujukan kepada tingkatan manajemen yang dapat
melakukan tindak lanjut.
b. Tanggapan auditi diterima dan dievaluasi selama audit berlangsung atau dalam
waktu yang wajar setelah audit berakhir.
c. Laporan perkembangan kemajuan tindak lanjut diterima dari auditi secara
periodik.
d. Status tindak lanjut dari pelaksanaan tindak lanjut dilaporkan kepada pimpinan
auditi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemantauan tindak lanjut hasil audit adalah sebagai
berikut.
a. Semua formulir dan bukti pendukung yang terkait dengan tindak lanjut temuan audit
harus didokumentasikan dengan baik dan dipisahkan antara temuan yang
rekomendasinya sudah tuntas diselesaikan dengan temuan yang masih terbuka (yang
rekomendasinya belum atau belum seluruhnya ditindaklanjuti).
b. Tim pemantau tindak lanjut melakukan pemutakhiran tindak lanjut atas saldo temuan
yang belum ditindaklanjuti dan tindak lanjut yang masih kurang. Pemutakhiran tersebut
dilakukan sekali dalam setahun dan dituangkan dalam sebuah berita acara yang
ditandatangani pimpinan auditi dan tim pemantau tindak lanjut.

Anda mungkin juga menyukai