Anda di halaman 1dari 3

Validitas Metode Superimposisi

Tingkat validitas metode superimposisi dalam beberapa ahli tidak ada yang menyatakan
dengan pasti tigkat validitasnya contoh,Pada penelitian dari Koelmeyer,1982 Tengkorak lengkap
sangat diperlukan untuk mendapatkan tingat akurasi pada identifikasi apapun yaitu tengkorak
tanpa mandibula yang tidak diketahui identitasnya akan sulit dilakukan identifikasi maupun
mendapatkan hasil positif jadi untuk melakukan pemeriksaan ini kita memerlukan suatu
tengkorak dengan struktur yang lengkap.5

Pada awal penggunaan ada beberapa masalah yang ditemukan dari penggunaan
superimposisi fotograf tengkorak yaitu posisi fotograf dan tengkorak harus diletakkan pada
orientasi yang sama pada gambar. Pada tahun 1935, Brash dan Smith berhasil melakukan
superimposisi fotograf dengan mengunakan teknik superimposisi dimana tengkorak dan fotograf
diatur sesuai dengan ukuran yang benar dan diorientasikan sehingga didapatkan hasil sketsa
wajah yang akurat. Dan masalah lainpun muncul seperti satu tengkorak dapat cocok dengan
orang yang berbeda sehingga digunakanlah metode garis,gambar dan poin penanda yang terdapat
pada sejumlah ketebalan jaringan ikat hingga posisi sebuah tengkorak berorientasi sama pada
fotograf. Adapun teknik yang menggunakan sebuah metode yang berbasis komputer untuk
mengecek hasil dari superimposisi dikembangkan oleh Bajnocky dan kiralyfalvi. Namun dari
penelitian tersebut mengemukakan bahwa superimposisi dtidak mampu digunakan sebagai hanya
untuk identifikasi namul dalam hal eklusi dan inklusi metode superimposisi bisa digunakan
sebagai salah satu metode yang dianjurkan 5

Beberapa keterbatasan untuk penggunaan superimposisi sebagai alat untuk identifikasi


ditemukan dalam penelitian ini, dan kegunaan dalam sistem hukum harus dipertanyakan. Teknik
ini berguna di negara-negara seperti Afrika Selatan pada khususnya, dimana standar ilmiah
teknik nyata seperti DNA komparatif analisis atau odontologi tidak selalu bisa digunakan.
Namun, dengan tidak adanya faktor individualisasi atau bukti -bukti yang nyata lain, teknik ini
seharusnya hanya digunakan sebagai alat skrining awal. Namun, harus diperhitungkan bahwa
untuk penelitian ini semua superimposisi dilakukan secara digital di komputer dan itu adalah
mungkin bahwa metode tradisional yang lebih manual, dengan menggunakan kamera video dll
dapat menghasilkan hasil yang agak lebih baik. 5
Sebagai kesimpulan, Penelitian ini dalam berbagai penelitian tidak ada hasil yang
mengemukakan bahwa metode ini mendapatkan hasil dengan validitas 100% yang ada hanya
positif palsu dan negative palsu. Penelitianysng dilakukan oleh para pakar 0,6% dengan
menggunakan penggabungan kedua foto anterior dan lateral. Koelmeyer,1982 yaitu
menyatakan Tengkorak lengkap sangat diperlukan untuk mendapatkan tingat akurasi pada
identifikasi apapun yaitu tengkorak tanpa mandibula yang tidak diketahui identitasnya akan sulit
dilakukan identifikasi maupun mendapatkan hasil positif.Redyy ,1999 dan aulsebrook et al,
menyatakan bahwa superimposisi foto tengkorak seharusnya digunakan sebagai tambahan untuk
teknik identifikasi lainnya,yaitu tidak menjadikan satu-satu dasar untuk identifikasi. Sedangkan
Jayaprakash et al,2000,menyatakan bahwa penggunaan dari superimposisi foto tengkorak
sebagai sebuah alat identifikasi , dan menyatakan bahwa tingkat akurasinya sebesar 91%.5

DAFTAR PUSTAKA

1. Surjit S. Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 41, No 4. Desember 2008.


2. Ballerinin L, Cordon O. Craniofacial Superimposition in Forensic Identification using
Genetic Algorithms. Third International Symposium on Information Assurance and
Security. 2007. IEE Computer Society.
3. Ubelaker,Douglas h.2015.Craniofacial Superimposition:Historical Review and Current
Issues.Journal of forensic sciences.
4. Gordon GM, Steyn M. An investigation into the accuracy and reliability of skull-photo
superimposition in a South African sample. Forensic Anthropology Research Centre,
Department of Anatomy, P.O. Box 2034, University of Pretoria, Pretoria, 0001, South
Africa

5. Rawlani S, Rwalani S, Bhowate R, Chandak R. Racial Characteristics of Human Teeth. Int J


Forensic Odontol. 2017;2(1):38–42.

6. Brogdon BG. Forensic Radiology, University Distinguished, Departement and Former


Chairman, Departement Otradiology University of South Alabama. CRC Press.
Washington DC. 1998, pp 71-101.
7. Randolph Quinney, Patrick. Forensic Anthropology. Research gate. Chapter : January
2011
8. Knight Bernard,Pekka Sauko. Knight’s forensic pathology 3rd : Chapter 3: The
establishment of identy of human remains. Horder Arnold. India: 2004, P.108-11.

9. Cotton, F. et all. 2004. Cranial Structures And Craniometric Points Detected On MRI.
Surgr Radiol Anat (2005)2 7:64-70

10. Damas S, Cordon O, Ibanez O. Forensic Identification by Computer Aided Craniofacial


Superimposition : a Survey. ACM Journal Name, Vol. V, Pages 1-31.
11. Cistulli AP, Gotsopoulos H, Sullivan CE. Relationship Between Craniofacial
Abnormalities and Sleep Disordered Breathing in Marfan’s Syndrome. 2001.
12. Ohoiwutun, Tiana. 2015. Ilmu Kedokteran Forensik. (Interaksi dan Dependensi Hukum
pada Ilmu Kedokteran). Hal: 104-105
13. Vanezies M. Forensic Facial Reconstruction Using 3D Computer Graphic: Evaluation
and Improvement of Its Reliablility in Identification. 2007, pp 21-43. Available at :
theses.gla.ac.uk/375/1/2008vanezisphd.pdf.2007.
14. Yoshino M, Kubota S, Matsuda H, et all. Face to Face Video Superimposition Using 3
Dimensional Physiognomic Analysis, Japanese Journal of Science and Technology for
Identification (1996).
15. Campomanes-Almarez BR, Cordon O, Damas S, et al. Computer-based Craniofacial
Superimposition In Forensic Identification Using Soft Computing. Journal of Ambient
Intelligence and Humanized Computing. Springer: Verlag Berlin Heidelberg. 2012.
16. Scully B, Nambiar P dkk, Determining the validity of furue’s method of craniofacial
superimposition for identification; Annal Dent Univ Malaya 2002; 9 : 17-22
17. Ibanez O, Cordon O, Damas S, et al. Forensic Identification by Craniofacial
Superimposition using Soft Computing. Genetic And Evolutionary Computation
Conference (Gecco 2010). European Centre for Soft Computing.

Anda mungkin juga menyukai