Anda di halaman 1dari 14

AKURASI DAN RELIABILITAS PENGUKURAN PANJANG GIGI

PADA FOTO KONVENSIONAL DAN CBCT: SEBUAH STUDI


KOMPARATIF IN VITRO

JOURNAL READING RADIOLOGI

Oleh:
Destiana Dewi Ramadhanty
4251211421

Pembimbing:
Mutiara Sukma Suntana, drg., Sp.RKG

PROGRAM PROFESI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2022
Nama : Destiana Dewi Ramadhanty
NIM : 4251211421
Judul : Akurasi dan Reliabilitas Pengukuran Panjang Gigi pada Foto Konvensional dan
CBCT: Sebuah Studi Komparatif in vitro

Cimahi, Maret 2022

Ka. Bagian Radiologi Pembimbing

Mutiara Sukma Suntana, drg., Sp.RKG Mutiara Sukma Suntana, drg., Sp.RKG
NID. 412194575 NID. 412194575
Akurasi dan Reliabilitas Pengukuran Panjang Gigi pada Foto Konvensional dan
CBCT: Sebuah Studi Komparatif in vitro
Kumar Adarsh, Payal Sharma, and Achint Juneja

Abstrak
KONTEKS: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi akurasi dan reliabilitas
pengukuran Panjang gigi menggunakan teknik foto konvensional dan cone-beam computed
tomography (CBCT)
TUJUAN: Tujuan dari penelitian ini untuk menilai akurasi dan reliabilitas pengukuran panjang
gigi yang bervariasi menggunakan pindaian CBCT dan teknik foto konvensional [radiografi
intraoral periapikal (IOPA) dan orthopantomogram/panoramik (OPG)].
PENGATURAN DAN DESAIN: Ini adalah studi komparatif in vitro.
SUBJEK DAN METODE: Totalnya, 50 gigi premolar berakar satu yang telah diekstraksi
dipasang pada mandibula manusia yang kering. Setiap gigi yang diekstraksi, pengukuran untuk
panjang gigi, mahkota, dan akar dilakukan menggunakan kaliper Vernier dan menggunakan
tiga modalitas foto: radiografi CBCT, OPG, dan IOPA. Pengukuran dibandingkan
menggunakan gold standard (kaliper Vernier).
ANALISIS STATISTIK: Analisis varians satu arah digunakan untuk membandingkan nilai
rata-rata antara kelompok yang menggunakan kalpier Vernier, CBCT, IOPA, dan OPG.
Perbandingan multipel nilai rata-rata dari panjang gigi, akar, dan mahkota dilakukan
menggunakan uji Bonferroni.
HASIL: Perbedaan yang signifikan dari pengukuran panjang gigi terlihat antara pengukuran
yang dilakukan menggunakan CBCT dan IOPA serta antara IOPA dan OPG. Tetapi, tidak ada
perbedaan yang bermakna dari kelompok lainnya. Perbedaan yang sangat signifikan terlihat
antara pengukuran panjang akar menggunakan IOPA dan OPG serta antara CBCT dan OPG.
Tetapi, tidak ada perbedaan yang signifikan dari kelompok lainnya. Tidak ada perbedaan yang
signifikan dari pengukuran panjang mahkota menggunakan kaliper Vernier dan CBCT serta
antara IOPA dan OPG. Tetapi, ada perbedaan signifikan terlihat pada seluruh kelompok.
KESIMPULAN: Di antara teknik radiografi, CBCT ditemukan sebagai yang paling akurat
dalam mengukur panjang gigi, akar, dan mahkota.
Kata kunci:
CBCT, teknik radiografi konvensional, IOPA, pengukuran panjang gigi.

Pendahuluan
Seperti yang dikatakan Mah dan Hatcher,[1] jika tujuannya untuk meningkatkan “kualitas,
efisiensi, dan aksesibilitas dari perawatan kraniofasial,” maka ada kebutuhan besar untuk
“modalitas foto yang akurat dan efektif.” Komplikasi dari resorpsi akar telah membingungkan
peneliti dental dan klinisi selama bertahun-tahun. Gigi rahang atas anterior resorpsi sekitar 1,4
mm[2] selama perawatan ortodontik, dan sebanyak 20% pasien setidaknya memiliki satu gigi
insisif rahang atas yang resorpsi >2 mm selama tahun pertama perawatan.[3] Resorpsi akar yang
diinduksi secara ortodontik juga biasa terjadi pada gigi posterior, hingga 47% dengan beberapa
akar tumpul, hingga 27% memiliki resorpsi sedang, dan hingga 6,5% dengan resorpsi berat
setidaknya sepertiga dari panjang akar sebelum perawatan.[4]
Radiografi periapikal, menggunakan teknik paralel dipertimbangkan sebagai gold standard
klinis dalam mengukur panjang gigi dan mengestimasi resorpsi akar.[5]
Kesalahan dalam memposisikan film vertikal (kesalahan angulasi, kesalahan linear,
pembengkokan film, dan lainnya) atau angulasi yang tidak tepat dari instrument pemegang film
menyebabkan distorsinya (elongasi atau pemendekan) foto radiografi.[5] Variasi anatomis (co:
palatum yang tinggi dan sempit, torus yang besar, dan lainnya) juga dapat menyebabkan
kesalahan pada radiografi. Perubahan sudut antara gigi dan film juga menyebabkan efek yang
signifikan pada pengukuran radiografi periapikal yang berbasis linear.[6] Karena radiografi dua
dimensi (2D), mungkin saja terjadi tumpang tindih dari struktur anatomis, menjadi lebih sulit
untuk identifikasi poin referensi.
Minat pada perangkat foto tiga dimensi (3D) telah meningkat selama beberapa dekade.
Dalam upaya untuk mengadopsi foto 3D untuk diagnosis dan rencana perawatan ortodontik,
diperlukan pemindaian yang memberikan kualitas diagnostik tinggi yang memungkinkan
pengukuran 3D yang akurat dari seluruh struktur kraniofasial.
Cone-beam computed tomography (CBCT), alternatif radiografi yang menghasilkan
gambar multiplanar reformatted (MPR) dan memungkinkan tampilan 2D dalam tiga dimensi
(bidang aksial, koronal, dan sagital), dapat mengatasi kesalahan orientasi dan masalah tumpang
tindih yang melekat pada radiografi periapikal.[7] Dalam CBCT, data volumetrik juga dapat
direkonstruksi untuk menghasilkan tampilan yang dianggap sebagai 3D dan dapat diputar
untuk perspektif alternatif. Kami juga dapat mengarahkan data volumetrik untuk menghasilkan
tampilan khusus di berbagai bidang 2D. Visualisasi yang jelas dari gigi-geligi (posisi akar,
lokasi yang tepat dari gigi impaksi, dan sebagainya) dapat dilakukan dengan CBCT. Risiko
radiasi yang terkait dengan CBCT kira-kira setara dengan serangkaian radiografi intraoral
mulut penuh konvensional; data volumetrik CBCT memberikan informasi diagnostik yang
lebih signifikan untuk klinisi. Akurasi tinggi pengukuran CBCT telah ditunjukkan dalam
banyak penelitian yang mengevaluasi objek geometris dan tengkorak manusia, dengan
perkiraan CBCT dalam 1%-2% dari panjang sebenarnya.[8]
Tujuan dari penelitian ini untuk menilai akurasi dan reliabilitas dari pengukuran panjang
gigi yang bervariasi menggunakan pindaian CBCT dan teknik foto konvensional [radiografi
intraoral periapikal (IOPA) dan orthopantomogram (OPG)].

Subjek dan Metode


Lima puluh gigi premolar berakar satu yang diekstraksi untuk tujuan ortodontik dipilih
berdasarkan krietia inklusi dan eksklusi berikut ini.

Kriteria Inklusi
1. Gigi yang berkembang sepenuhnya
2. Utuh dan dengan struktur akar gigi yang tidak rusak

Kriteria Ekslusi
1. Adanya restorasi logam
2. Pertumbuhan apeks akar yang tidak sempurna atau adanya resorpsi akar yang jelas
3. Adanya atrisi oklusal yang parah

Gigi yang terpilih dibersihkan dari jaringan lunak, fragmen tulang, dan kalkulus yang
menempel dengan melakukan skeling dan pemolesan. Gigi yang telah dibersihkan
dikumpulkan dan disimpan sesuai dengan panduan Centers for Disease Control and Prevention
(CDC). Gigi-geligi ini disimpan dalam wadah dengan larutan natrium hipoklorit 5%.
Untuk setiap gigi yang diekstraksi, pengukuran sebenarnya untuk panjang gigi, mahkota,
dan akar diukur dengan kaliper Vernier (kelompok 1) dan menggunakan tiga modalitas foto:
radiografi CBCT (kelompok 2), OPG (kelompok 3), dan IOPA (kelompok 4). Landmark
berikut ini digunakan untuk melakukan pengukuran:
1. Apeks akar: bagian paling apikal dari akar
2. Cementoenamel junction sisi mesial (MCEJ): bagian paling apikal dari cementoenamel
junction pada sisi mesial
3. Cementoenamel junction sisi distal (DCEJ): bagian paling apikal dari cementoenamel
junction pada sisi distal
4. Ujung cusp: bagian paling oklusal dari cusp

Total panjang gigi diukur dari apeks akar ke cusp.


Panjang akar diukur dari bagian tengah garis penghubung MCEJ dan DCEJ ke ujung cusp.
Untuk setiap gigi yang diekstraksi, setiap pengukuran dilakukan tiga kali dengan
menggunakan kaliper Vernier digital (Ketepatan 150 kaliper digital) akurat dalam 0,01 mm
[Gambar 1]. Rata-rata dari pengukuran ini diambil sebagai nilai sebenarnya.

Gambar 1: Pengukuran dengan kaliper Vernier

Gigi yang dipilih dipasang pada mandibula manusia yang kering untuk mensimulasikan
kondisi naturalnya [Gambar 2]. Sepuluh gigi dipasang pada saat yang sama. Lima sampel
disiapkan untuk dipasang pada sistem foto ekstraoral.

Gambar 2: Gigi yang diekstraksi dipasang pada mandibula manusia


Seperti yang dikatakan oleh Schropp dkk.,[9] jaringan lunak dari rata-rata pipi manusia
dapat disimulasikan oleh lilin 13-17 mm atau akrilik 14,5 mm dalam penelitian radiografik in-
vitro. Lapisan dari lilin dengan ketebalan 15 mm ditempatkan pada bagian bukal dan lingual
untuk meniru jaringan lunak. Basis kayu yang dibuat khusus disiapkan sebagai tempat di mana
mandibula ditempatkan untuk mensimulasikan posisi normal dari pasien yang berdiri. Meja
yang dibuat khusus juga digunakan untuk setiap pindaian pada CBCT dan OPG.
Radiografi CBCT dan pengukuran [Gambar 3]: Mandibula yang terpasang ditempatkan di
atas meja/bangku kayu yang dibuat khusus dan dipusatkan di atas pelat gigit plastik dari Sistem
Foto Ekstra‑Oral Tom Giano Baru (Newtom–Giano, Vila Silverstrini, Verona, Italia)
(frekuensi tinggi, anoda stasioner: 60-90 kV; 1–10 mA, mode berdenyut titik fokus 0,5 mm).
Balok pemandu digunakan untuk menentukan posisi mandibula yang dipasang dengan benar
yang mensimulasikan protokol penentuan posisi pasien. Kemudian, dua gambar awal diambil
untuk memastikan posisi yang benar. Pemindaian akhir dilakukan pada 90 kV pada resolusi
200 mikron atau 0,2 mm pada bidang pandang (FOV) 5×8 cm. Setelah pengambilan gambar,
setiap gigi dilokalisasi secara individual dalam tampilan MPR di ketiga bidang ortogonal, yaitu
aksial, koronal, dan sagital. Pengukuran dilakukan pada masing-masing bagian pada bidang
sagital. Pengukuran dilakukan oleh dua pemeriksa yang telah terkalibrasi menggunakan
software NNT dengan versi penampil gratis dan aplikasi yang dapat dipakai bersama-sama.

Gambar 3: Pengukuran dengan cone-beam computed tomography

Radiografi panoramik dan pengukurannya [Gambar 4]: Mandibula yang terpasang


ditempatkan di atas basis kayu yang dibuat khusus dan dipusatkan di atas pelat gigit plastik
dari KODAK 800C Panoramik Digital dan mesin orthopantomogram Foto Ekstraoral
Sefalometri (KODAK 800C Panoramik Digital dan Sistem Foto Ekstraoral Sefalometri,
Carestream Inc., NY, Amerika Serikat) sedemikian rupa sehingga terletak dalam batas pusat
fokus mesin. Lalu, mode foto panoramik dipilih pada software Care Stream dan pengambilan
gambar dilakukan. Total panjang gigi, mahkota, dan akar diukur seperti yang disebutkan
sebelumnya.
Gambar 4: Pengukuran dengan orthopantomogram

Radiografi intraoral periapikal dan pengukuran [Gambar 5]: radiografi periapikal dari gigi
diambil menggunakan mesin radiografi Satelac-X Mind (Satelec-X Mind, Perancis). Film
Kodak Insight (F speed) ukuran 2 dan waktu eksposur 0.40 s digunakan untuk mengambil foto
gigi. Semua radiografi periapikal diambil dengan teknik paralel. Setiap gigi dipasang pada
soket mandibula secara individu. Film disejajarkan secara vertikal sejajar dengan sumbu
panjang gigi (mahkota klinis) dan tabung sinar-x (tegak lurus terhadap insiden sinar-x). Secara
horizontal, film ini ditempatkan sejajar dengan garis yang menghubungkan aspek paling mesial
dan distal gigi. Film ini dipasang pada instrumen pemegang film Rinn XCP (Rinn, Elgin, IL,
Amerika Serikat). Sebelum pengambilan foto setiap radiografi, blok gigitan dari instrument
pemegang film ditempatkan di tepi insisal atau ujung cusp gigi. Pemegang film distabilisasi
dengan lilin model untuk menjaga posisi film konstan (sejajar dengan meja) selama
pengambilan foto. Gambar-gambar tersebut ditransfer ke perangkat lunak DBSWIN untuk
pengukuran.

Gambar 5: Pengukuran dengan radiografi intraoral periapikal

Data dilakukan analisis statistik menggunakan perangkat lunak analisis statistik SPSS
(Statistical Package for Social Sciences) versi 20.0. Statistik deskriptif meliputi nilai rata-rata,
standar deviasi (SD), minimum, dan maksimum dihitung untuk setiap empat kelompok
eksperimen. One-way analysis of variance (ANOVA) digunakan untuk membandingkan rata-
rata panjang gigi, panjang akar, dan panjang mahkota dari empat kelompok (kaliper Vernier,
CBCT, IOPA, dan OPG). T-test digunakan untuk membandingan rata-rata individu antara
keempat kelompok.
Hasil
Terbukti dari penelitian pendahuluan, perbedaan panjang, rata-rata, dan SD dari kelompok
1 (kaliper Vernier) dan kelompok 2 (CBCT) masing-masing adalah 0,74 dan 1,67 dan 1,71,
dan perbedaan rata-rata panjang adalah dari dua kelompok. Menggunakan rumus yang ada dari
perangkat lunak Open Epi, versi 3, kami telah menemukan ukuran sampel untuk tiap kelompok
adalah 50. Rumus yang digunakan untuk perhitungan ini adalah

Notasi untuk rumus adalah sebagai berikut:


n adalah ukuran sampel dari kelompok, σ1 adalah SD dari kelompok 1 = 1,67, σ2 adalah
SD dari kelompok 2 = 1,71, Δ adalah perbedaan dari rata-rata kelompok = 0,95, Z1-α/2 = nilai Z
(co: Z = 1,96 untuk confidence interval 95%), dan Z1-β = power = 80%.
Untuk memeriksa reliabilitasnya, pengukuran diulang pada 10 gigi dengan interval 1 bulan.
Tidak ada perbedaan yang signifikan pada pengukuran yang diulang dari ketiga variabel. One-
way ANOVA digunakan untuk membandingkan nilai rata-rata antara kelompok. Perbandingan
multiple dari rata-rata panjang gigi, panjang akar, dan panjang mahkota dilakukan
menggunakan uji Bonferroni. Perbedaan signifikan dari pengukuran panjang gigi [Tabel 1]
terlihat antara pengukuran dengan CBCT dan IOPA (p = 0,20) serta antara IOPA dan OPG (p
= 0,000). Tidak ada perbedaan signifikan yang terlihat antara kelompok lainnya. Perbedaan
yang sangat signifikan terlihat antara pengukuran panjang akar [Tabel 2] dengan IOPA dan
OPG (p = 0,001) serta antara CBCT dan OPG (p = 0,043). Tetapi, tidak ada perbedaan
signifikan yang terlihat antara kelompok lainnya. Tidak ada perbedaan signifikan yang terlihat
antara pengukuran panjang mahkota [Tabel 3] dengan kaliper Vernier dan CBCT (p = 1.000)
serta antara IOPA dan OPG (p = 1.000). Tetapi, ada perbedaan signifikan terlihat pada seluruh
kelompok.
Koefisien korelasi intra-kelas untuk panjang gigi, panjang akar, dan panjang mahkota
antara kaliper Vernier dan metode foto yang berbeda ditemukan signifikan dengan nilai ICC
>0,70 mengindikasikan korelasi tinggi.

Tabel 1: Analisis deskriptif dan perbandingan multipel dari pengukuran panjang gigi
Rata-rata CI 95% untuk rata-rata
Kelompok n SE Signifikan
±SD Batas bawah Batas atas
Kaliper Vernier 50 21,50±1,67 0,24 21,03 21,98
CBCT 50 21,2±1,7 0,26 20,7 21,7
0,001*
IOPA 50 22,3±1,8 0,25 21,8 22,8
OPG 50 20,7±2,0 0,28 20,1 21,2
SE – standar eror; SD – standar deviasi; CI – confidence interval; CBCT – cone-beam
computed tomography; IOPA – intraoral periapical radiograph; OPG – orthopantomogram.
*P<0,001 sangat signifikan. Terlihat perbedaan signifikan antara kelompok CBCT dibanding
IOPA; dan kelompok IOPA dibanding OPG.

Tabel 2: Analisis deskriptif dan perbandingan multipel dari pengukuran panjang akar
Rata-rata CI 95% untuk rata-rata
Kelompok n SE Signifikan
±SD Batas bawah Batas atas
Kaliper Vernier 50 14,02±1,38 0,19 13,63 14,41
CBCT 50 14,2±1,3 0,18 13,8 14,6
0,002*
IOPA 50 14,5±1,4 0,20 14,1 14,9
OPG 50 13,4±1,5 0,22 12,9 13,9
SE – standar eror; SD – standar deviasi; CI – confidence interval; CBCT – cone-beam
computed tomography; IOPA – intraoral periapical radiograph; OPG – orthopantomogram.
*P<0,05 menunjukkan signifikansi, Terlihat perbedaan signifikan antara kelompok CBCT
dibanding IOPA dan kelompok IOPA dibanding OPG.

Tabel 3: Analisis deskriptif dan perbandingan multipel dari pengukuran panjang mahkota
Rata-rata CI 95% untuk rata-rata
Kelompok n SE Signifikan
±SD Batas bawah Batas atas
Kaliper Vernier 50 8,15±1,05 0,15 7,85 8,44
CBCT 50 7,9±0,9 0,12 7,7 8,2
0,001*
IOPA 50 7,3±1,3 0,18 6,9 7,6
OPG 50 7,1±0,8 0,11 6,9 7,4
SE – standar eror; SD – standar deviasi; CI – confidence interval; CBCT – cone-beam
computed tomography; IOPA – intraoral periapical radiograph; OPG – orthopantomogram.
*P<0,05 menandakan perbedaan signifikan antara nilai dari empat kelompok. Perbedaan
signifikan terlihat antara kelompok kaliper Vernier dibanding IOPA; kelompok kaliper Vernier
dibanding OPG dan kelompok CBCT dibanding OPG.

Diskusi
Kemajuan teknologi CBCT sekarang memungkinkan foto ini menjadi standar perawatan
dalam praktik ortodontik. Namun, realisasi potensi penuhnya dalam diagnosis dan perencanaan
perawatan sehari-hari memerlukan validasinya melalui studi akurasi dan reliabilitas.
Perdebatan ditemukan dalam literatur tentang keakuratan pengukuran yang diperoleh dari
pemindaian CBCT. Beberapa mengklaim bahwa ada perkiraan yang terlalu kecil[10] dari
pengukuran, dan yang lain mengklaim bahwa pengukuran memiliki rasio 1:1 dengan
pengukuran ukuran sebenarnya.[11] Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi akurasi
pengukuran panjang gigi yang dilakukan pada modalitas foto yang berbeda dibandingkan
dengan panjang sebenarnya yang diukur dengan kaliper Vernier. Hasilnya menunjukkan bahwa
CBCT dapat mengukur panjang gigi lebih akurat dibanding metode radiografi lainnya. Rata-
rata, hasil pengukuran CBCT menghasilkan perkiraan yang lebih rendah dari panjang gigi
sebenarnya sebesar ~0,2 mm, sedangkan pada OPG panjang gigi ditemukan 0,8 mm lebih
pendek dan IOPA memberikan perbesaran rata-rata 0,82 mm. Temuan penelitian ini sesuai
dengan Sherrard et al.,[12] yang mengevaluasi akurasi dan reliabilitas pengukuran panjang gigi
dan panjang akar yang berasal dari data volumetrik CBCT. Dalam penelitian mereka,
pengukuran panjang gigi dan panjang akar CBCT tidak berbeda secara signifikan dari panjang
sebenarnya; perbedaan rata-rata adalah <0,3 mm, yang sangat dekat dengan perbedaan rata-
rata 0,2 mm yang ditemukan dalam penelitian kami.
Akurasi tinggi pengukuran CBCT telah ditunjukkan dalam banyak penelitian yang
mengevaluasi objek geometris dan tengkorak manusia, dengan perkiraan CBCT dalam 1% -
2% dari panjang sebenarnya. Sebuah studi oleh Marmulla dkk.[8] menggunakan CBCT pada
kubus geometris pantum 12×12×12 cm menunjukkan kesalahan pengukuran absolut 0,13 mm.
Periago dkk.[13] membandingkan akurasi pengukuran linier yang dilakukan pada permukaan
3D yang berasal dari CBCT yang memberikan gambar volumetrik dibanding dengan
pengukuran langsung. Meskipun hasilnya menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
semua pengukuran, mereka tidak signifikan secara klinis. Lascala dkk.[10] membuat 13
pengukuran pada 8 tengkorak menggunakan penanda yang diidentifikasi di seluruh kompleks
kraniofasial. Menariknya, pengukuran sebenarnya selalu ditemukan lebih besar daripada dari
gambar CBCT, dengan perbedaan yang signifikan secara statistik yang melibatkan pengukuran
dasar tengkorak. Penulis menyarankan bahwa hasil ini diharapkan karena NewTom 9000
dirancang khusus untuk foto daerah dentomaksilofasial.
Pada penelitian ini, CBCT menghasilkan perkiraan panjang gigi yang lebih pendek sebesar
0,2 mm (1,2%), tetapi menghasilkan perkiraan panjang akar yang lebih panjang sebesar 0,2
mm (1,4%). OPG menghasilkan perkiraan panjang gigi yang lebih pendek dengan rata-rata 0,8
mm (3,9%) dan panjang akar sebesar 0,6 mm (4,2%). IOPA menghasilkan perkiraan panjang
gigi yang lebih panjang sekitar 0,82 mm (3,8%), dan panjang akar lebih panjang sebesar 0,5
mm (3,5%). Panjang mahkota diukur lebih pendek dari panjang sebenarnya sekitar 0,2 mm
(2,9%), 0,8 mm (10,7%), dan 0,9 mm (12,5%) dengan CBCT, IOPA, dan OPG. Pengukuran
panjang gigi dengan IOPA berbeda secara statistik dibanding yang diukur dengan CBCT dan
OPG. Untuk panjang akar, terlihat perbedaan yang signifikan antara pengukuran dengan CBCT
dan OPG serta antara IOPA dan OPG.
Temuan pada penelitian ini sejalan dengan temuan Sherrard dkk.,[12] yang juga menemukan
pengukuran panjang akar dari radiografi periapikal kurang akurat dibanding dari pindaian
CBCT. Tetapi, berbeda dengan penelitian ini di mana panjang akar menjadi lebih panjang pada
radiografi periapiakal sekitar 0,5 mm, mereka menemukan IOPA menghasilkan panjang akar
yang lebih pendek dari sebenarnya dengan rata-rata 2,6 mm, dengan kesalahan antara 1,1 dan
4,1 mm, dengan 95% lebih pendek sepanjang waktunya. Perbedaan ini dapat dijelaskan karena
adanya kesulitan dalam mengidentifikasi CEJ sebenarnya pada radiografi periapikal.
Landmark ini menjadi samar dengan radiografi 2D, bahkan dengan sudut horizontal yang ideal.
Brezniak dkk.[14] menunjukkan bahwa median CEJ (yaitu, titik tengah antara MCEJ dan DCEJ)
adalah titik referensi yang dapat diandalkan untuk mengukur panjang akar (bahkan dengan
perubahan angulasi gigi), tetapi mereka menggunakan titik amalgam pada gigi akrilik.
Identifikasi landmark yang sebenarnya dengan radiografi 2D mungkin akan lebih sulit.
Meskipun kesalahan foto dapat dikurangi dengan teknik paralel, masih sulit untuk
mendapatkan film dan orientasi kepala tabung sinar-x yang ideal. Kesalahan dalam
memposisikan film vertikal (kesalahan angulasi, kesalahan linier, pembengkokan film, dan
sebagainya) atau angulasi instrument pemegang film yang salah dapat menyebabkan distorsi
gambar. Variasi anatomi seperti langit-langit sempit yang tinggi dan torus yang besar dapat
lebih memperumit kemampuan untuk menghasilkan orientasi. Pengukuran linier yang
dilakukan pada radiografi periapikal dapat dipengaruhi oleh perubahan sudut antara gigi dan
film. Struktur anatomi yang tumpang tindih membuat sulit untuk mengidentifikasi titik
referensi pada radiografi 2D.
Radiografi periapikal dan panoramik dapat digunakan untuk menilai resorpsi akar. Dalam
penelitian ini, pengukuran IOPA dan OPG dari panjang gigi dan akar menunjukkan jumlah
perbedaan yang hampir sama jika dibandingkan dengan pengukuran kaliper Vernier; namun,
perbedaannya adalah dalam arah yang berlawanan. IOPA menghasilkan panjang akar dan total
panjang gigi yang lebih panjang masing-masing sekitar 0,5 dan 0,8 mm. Namun, OPG
menghasilkan total panjang gigi, akar, dan mahkota yang lebih pendek dengan masing-masing
sebesar 0,8, 0,6, dan 0,9 mm. Hal ini berbeda dengan beberapa penelitian di mana film
periapikal ditemukan lebih unggul dalam memperkirakan panjang akar dibandingkan dengan
foto panoramik, karena menghasilkan lebih sedikit distorsi gambar dan resolusi detail halus
yang lebih besar pada radiografi periapikal. Foto panoramik ditemukan telah menghasilkan
perkiraan jumlah resorpsi akar yang lebih panjang dan pendek akibat gerakan ortodontik.
Dengan memposisikan dagu terlalu tinggi, palatum keras menjadi tumpang tindih pada akar
gigi rahang atas. Jika dagu dimiringkan ke bawah, gigi akan tampak tumpang tindih. Posisi
yang benar adalah menyejajarkan kepala sehingga bidang Frankfurt sejajar dengan lantai.
Kesulitan dalam mengidentifikasi cementoenamel junction menjadi sebagai alasan utama
ketidakmampuan untuk mengukur pada film panoramik. Jumlah perbesaran bervariasi di dalam
tengkorak, tetapi umumnya rata-rata 20%-35%. Faktor pembesaran relatif konstan dalam
dimensi vertikal, tetapi pengukuran horizontal ditemukan kurang dapat diandalkan.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa CBCT adalah yang paling akurat untuk
mengukur panjang akar. Hal ini sesuai dengan penelitian,[15] yang menunjukkan computed
tomography multidetektor lebih akurat daripada radiografi intraoral 2D dalam mengidentifikasi
resorpsi akar yang disebabkan oleh erupsi kaninus secara ektopik. Pittayapat dkk.
menggunakan 21 tengkorak manusia kering dan 13 pengukuran linier diselesaikan dua kali
oleh dua pengamat dengan interval 4 minggu. Studi ini telah mengkonfirmasi pengetahuan
tentang akurasi pengukuran sefalometri linier dari gambar 2D dan 3D. Meskipun hasilnya tidak
menunjukkan bahwa pengukuran 3D lebih akurat daripada sefalografi lateral digital standar
2D, hasilnya mengkonfirmasi bahwa pengukuran 3D lebih dapat diandalkan daripada
pengukuran pada gambar 2D. Menurut Asgary dkk.,[17] CBCT memiliki akurasi diagnostik
yang dapat diterima untuk pengukuran ketebalan dinding kanal. Anter dkk.[18] menyimpulkan
bahwa CBCT memberikan penilaian kehilangan tulang alveolar pada defek periodontal dengan
kesalahan pengukuran rata-rata yang minimum dilaporkan sebesar 0,19±0,11 mm dan
kesalahan pengukuran rata-rata yang maksimum dilaporkan sebesar 1,27±1,43 mm, dan tidak
ada kesepakatan pada penelitian mengenai deviasinya apakah mengarah ke perkiraan yang
lebih besar atau kecil.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Rokn dkk.,[19] perkiraan ukuran pada pindaian CBCT
memiliki kesalahan sebesar 8,46% (lebih pendek) sampai 5,21% (lebih panjang). Pada 26,5%
kasus, kesalahan yang dapat diterima sebesar ±1% ditemukan. Nilai absolut dari kesalahan
ditemukan pada kisaran 0,21-8,46 mm dengan nilai rata-rata 2,86±2,30 mm.
Yi dkk.[20] melakukan sebuah studi sistematik dan meta-analisis untuk membandingkan
akurasi diagnostik CBCT dan radiografi periapikal (PR) untuk mendeteksi resorpsi akar
eksternal (ERR) dan menemukan bahwa CBCT memiliki sensitivitas yang jauh lebih tinggi
dibanding PR. Semua studi mengadopsi ERR yang dibuat secara artifisial sebagai teks
referensi. Perbandingan antara CBCT dan PR dari efikasi diagnostik untuk mendeteksi ERR
dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CBCT memiliki sensitivitas yang jauh lebih
tinggi daripada PR. Sayangnya, uji klinis saat ini tampaknya tidak meyakinkan karena tidak
ada gold standard untuk ERR secara in vivo. Selain itu, perbandingan menunjukkan bahwa
CBCT lebih unggul daripada PR dalam mendiagnosis ERR. Studi ini menunjukkan bahwa
CBCT dapat diandalkan dalam mendeteksi keberadaan ERR dalam praktik klinis, yang
memiliki efikasi diagnostik lebih tinggi daripada PR. Namun, dalam penelitian ini, kami telah
memilih tiga teknik radiografi, yang digunakan dalam praktik ortodontik sehari-hari. Penelitian
ini menjelaskan akurasi dan reliabilitas yang tepat dari semua teknik radiografi dengan gold
standard kaliper Vernier, yang kurang dalam penelitian sebelumnya.
Hasil penelitian ini mengindikasikan CBCT adalah modalitas yang lebih baik untuk
mengukur panjang gigi dibandingkan dengan IOPA dan OPG. Reliabilitas dengan pengukuran
yang berulang dari pengukuran panjang gigi, akar, dan mahkota juga ditemukan lebih tinggi
secara signifikan dengan CBCT dibanding pengukuran 2D.
Limitasi dari penelitian ini adalah penggunaan gigi premolar berakar satu. Gigi ini
digunakan sebagai sampel yang praktis karena mudah didapatkan akibat kasus ekstraksi untuk
keperluan ortodontik pasien dan karena dapat ditempatkan dengan mudah pada soket di
mandibula. Namun, akurasi dari panjang gigi dan akar juga harus dievaluasi pada gigi yang
berakar banyak dan gigi yang memiliki jenis morfologi yang berbeda.

Kesimpulan
1. Panjang gigi, akar, dan mahkota ditemukan berbeda secara signifikan ketika diukur
menggunakan kaliper Vernier dan pada CBCT, OPG, dan IOPA.
2. Di antara teknik radiografi, CBCT ditemukan sebagai yang paling akurat untuk pengukuran
panjang gigi, akar, dan mahkota.
3. CBCT menghasilkan perkiraan panjang gigi yang lebih pendek sebesar 1,2% dan panjang
mahkota dengan rata-rata sebesar 2,9%; perkiraan panjang akar yang lebih panjang sebesar
1,2%.
4. IOPA menghasilkan perkiraan panjang gigi yang lebih panjang dengan rata-rata 0,8 mm dan
panjang akar sebesar 0,5. OPG menghasilkan perkiraan panjang gigi yang lebih pendek
sekitar 0,8 mm dan panjang akar sebesar 0,6 mm.
5. Dalam membandingkan pengukuran panjang mahkota, IOPA menghasilkan perkiraan yang
lebih pendek sebesar 0,8 mm dan OPG sebesar 0,9 mm.

Referensi
1. Mah J, Hatcher D. Current status and future needs in craniofacial imaging. Orthod
Craniofac Res 2003;6 Suppl 1:10-6.
2. Sameshima GT, Sinclair PM. Predicting and preventing root resorption: Part I. Diagnostic
factors. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2001;119:505-10.
3. Artun J, Smale I, Behbehani F, Doppel D, Van’t Hof M, Kuijpers-Jagtman AM. Apical
root resorption six and 12 months after initiation of fixed orthodontic appliance therapy.
Angle Orthod 2005;75:919-26.
4. McNab S, Battistutta D, Taverne A, Symons AL. External apical root resorption following
orthodontic treatment. Angle Orthod 2000;70:227-32.
5. Kazzi D, Horner K, Qualtrough AC, Martinez-Beneyto Y, Rushton VE. A comparative
study of three periapical radiographic techniques for endodontic working length
estimation. Int Endod J 2007;40:526-31.
6. Brezniak N, Goren S, Zoizner R, Dinbar A, Arad A, Wasserstein A, et al. A comparison
of three methods to accurately measure root length. Angle Orthod 2004;74:786-91.
7. White SC, Pharoah MJ, Tyndall DA. Oral Radiology: Principles and Interpretation. St.
Louis: Mosby; 2000.
8. Marmulla R, Wörtche R, Mühling J, Hassfeld S. Geometric accuracy of the NewTom 9000
cone beam CT. Dentomaxillofac Radiol 2005;34:28-31.
9. Schropp L, Alyass NS, Wenzel A, Stavropoulos A. Validity of wax and acrylic as
soft-tissue simulation materials used in in vitro radiographic studies. Dentomaxillofac
Radiol 2012;41:686-90.
10. Lascala CA, Panella J, Marques MM. Analysis of the accuracy of linear measurements
obtained by cone beam computed tomography (CBCT-newTom). Dentomaxillofac Radiol
2004;33:291-4.
11. Lagravère MO, Carey J, Toogood RW, Major PW. Three-dimensional accuracy of
measurements made with software on cone-beam computed tomography images. Am J
Orthod Dentofacial Orthop 2008;134:112-6.
12. Sherrard JF, Rossouw PE, Benson BW, Carrillo R, Buschang PH. Accuracy and reliability
of tooth and root lengths measured on cone-beam computed tomographs. Am J Orthod
Dentofacial Orthop 2010;137:S100-8.
13. Periago DR, Scarfe WC, Moshiri M, Scheetz JP, Silveira AM, Farman AG, et al. Linear
accuracy and reliability of cone beam CT derived 3-dimensional images constructed using
an orthodontic volumetric rendering program. Angle Orthod 2008;78:387-95.
14. Brezniak N, Goren S, Zoizner R, Dinbar A, Arad A, Wasserstein A, et al. The use of an
individual jig in measuring tooth length changes. Angle Orthod 2004;74:780-5.
15. Alqerban A, Hedesiu M, Baciut M, Nackaerts O, Jacobs R, Fieuws S, et al. Pre-surgical
treatment planning of maxillary canine impactions using panoramic vs. cone beam CT
imaging. Dentomaxillofac Radiol 2013;42:20130157.
16. Pittayapat P, Bornstein MM, Imada TS, Coucke W, Lambrichts I, Jacobs R, et al. Accuracy
of linear measurements using three imaging modalities: Two lateral cephalograms and one
3D model from CBCT data. Eur J Orthod 2015;37:202-8.
17. Asgary S, Nikneshan S, Akbarzadeh-Bagheban A, Emadi N. Evaluation of diagnostic
accuracy and dimensional measurements by using CBCT in mandibular first molars. J Clin
Exp Dent 2016;8:e1-8.
18. Anter E, Zayet MK, El-Dessouky SH. Accuracy and precision of cone beam computed
tomography in periodontal defects measurement (systematic review). J Indian Soc
Periodontol 2016;20:235-43.
19. Rokn AR, Hashemi K, Akbari S, Kharazifard MJ, Barikani H, Panjnoosh M, et al.
Accuracy of linear measurements using cone beam computed tomography in comparison
with clinical measurements. J Dent (Tehran) 2016;13:333-9.
20. Yi J, Sun Y, Li Y, Li C, Li X, Zhao Z. Cone-beam computed tomography versus periapical
radiograph for diagnosing external root resorption: A systematic review and meta-analysis.
Angle Orthod 2017;87:328-37.

Anda mungkin juga menyukai