Anda di halaman 1dari 12

Validasi CT Dental Post Mortem untuk Identifikasi Korban Bencana

Thomas D. Ruder a,b,c,n, Yannick A. Thali a,d, Saiful N.A. Rashid e,f, Michael T. Munda,g, Michael J. Thali a, Gary M. Hatch h,
Angi M. Christensen i, Sandra Somaini j, Garyfalia Ampanozi a,c

aInstitut Kedokteran Forensik, Departemen Kedokteran Forensik dan Pencitraan, Universitas Zurich, CH-8057 Zurich, Swiss
bInstitut Diagnostik, Intervensi, dan Radiologi Anak, Rumah Sakit Universitas Bern, CH-3010 Bern, Swiss
cPusat Pencitraan dan Virtopsi Forensik, Institut Kedokteran Forensik, Universitas Bern, CH-3012 Bern, Swiss
dInstitut Radiologi, Rumah Sakit Cantonal Lucerne, CH-6000 Lucerne, Swiss
eDepartemen Pencitraan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Putra Malaysia, Malaysia
fInstitut Nasional Kedokteran Forensik, Rumah Sakit Kuala Lumpur Malaysia
gPelayanan Medis JDMT AG, CH-8330, Pfaffikon, Swiss
hPusat Radiologi-Patologi untuk Pencitraan Forensik, Departemen Radiologi dan Patologi, Fakultas Kedokteran, Universitas New
Mexico, Albuqurque, NM, 87102, USA
iLaboratorium Biro Investigasi Federal, Quantico, VA 22135, USA
jInstitut Diagnostik dan Intervensi Neuroradiologi, Rumah Sakit Universitas Bern, CH-3010 Bern, Swiss

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji akurasi dan variabilitas antar pembaca terkait perbandingan identifikasi
radiologi berdasarkan pada post mortem computed tomography (PMCT) dental dan radiografi dental ante mortem (AM)
Lima individu (yang akan membandingkan) dengan berbagai tingkat keahlian dan pengalaman akan membandingkan
115 gambar PMCT dental terhadap 114 radiografi dental AM untuk mengidentifikasi kesesuaian (n=98), gambar PMCT
tanpa pasangan (n=17) dan radiografi AM tanpa pasangan (n=16). Tingkat konfidensi (LOC) dan jumlah ciri yang sesuai
(NOCF) akan didokumentasikan. Akurasi kesesuaian/ekslusi, koefisiensi inter-korelasi dan korelasi antar
kesesuaian/ekslusi, LOC serta NOCF akan dihitung untuk semua pembanding.
Rerata akurasi yaitu 92% untuk kesesusian dan 80% untuk eksklusi. Koefisiensi korelasi antar pembanding terkait LOC
dan NOCF yaitu masing-masing 0.623 dan 0.907. LOC terkait dengan NOCF berpasangan namun akurasi
kesesuaian/ekslusi tidak terkait baik itu dengan LOC ataupun NOCF
Penelitian ini menunjukkan bahwa perbandingan visual gambar PMCT dengan radiorgafi dental AM merupakan suatu
metode yang layak untuk identifikasi. Akurasi identifikasi menggunakan PMCT/radiografi dental AM sebanding dengan
penelitian yang menggunakan radiografi dental post mortem (PM)/AM. Individu pembanding dengan pengalaman
praktik di segi identifikasi forensik dan pengalaman disertai modalitas imaging (di kasus ini: PMCT dental) mendapatkan
akurasi yang lebih tinggi dibandingkan individu pembanding yang tidak berpengalaman. Kesesuaian akurasi tidak terkait
dengan konfidensi subjektif atau jumlah ciri yang sesuai. Maka disarankan untuk berkeja dalam tim dibandingkan secara
individu ketika menghadapi kasus identifikasi forensik, untuk meminimalkan interpretasi subjektif dan menghindari bias
konfirmasi
Kata kunci: Radiologi forensik, Identifikasi forensik, Identifikasi dental, CT post mortem, CT Dental post mortem

1. Pendahuluan
Identifikasi kematian merupakan bagian penting dari penyelidikan forensik(1). Identifikasi individu mengacu pada perbandingan data
ante mortem (AM) dan post mortem( PM), khususnya sidik jari, sampel DNA atau dental record(2). Interpol menawarkan panduan
umum identifikasi korban dalam bencana massal(2). Namun, belum ada panduan yang diakui secara internasional untuk kasus tertentu
(tunggal) dan prosedurnya berbeda dikarenakan pengaruh lokal, ketersediaan ahli serta skenario/kondisi(3).
Dalam 15 tahun terakhir, penggunaan post mortem computed tomography (PMCT) dalam penyelidikan kematian mengalami
peningkatan(4) dan potensinya untuk identifikasi korban bencana juga sesuai untuk kondisi baik itu skenario bencana massal maupun
simulasi(5-7). Saat ini, PMCT memiliki peranan dalam hal identifikasi korban bencana (DVI)(8). Salah satu alasan utama cepatnya
aplikasi PMCT untuk identifikasi yaitu data dari skan PMCT dapat diformat ulang dan dianggap bisa sesuai di hampir semua
pemeriksaan gambar AM, termasuk radiografi dental(4). Untuk gambar PMCT gigi geligi yang diformat ulang (terkadang disebut
sebagai “dental CT” atau “dental PMCT) untuk identifikasi komparatif, telah diperkenalkan di bidang forensik sejak dekade lalu(9).
Saat ini, identifikasi radiologi melalui perbandingan dental PMCT dengan radiografi dental AM sering digunakan untuk identifikasi
individu di berbagai situasi (termasuk oleh beberapa peneliti laporan kali ini)
Kelebihan utama dental PMCT dibandingkan radiografi dentak post mortem pada umumnya, yaitu: 1. Gambar tiga dimensi yang bisa
diformat ulang (seperti: gambar dental PMCT yang bisa disesuaikan dengan berbagai tipe dental radiografi AM, yang meliputi:
panorex/ortopantomogram dan radiografi bite-wing) 2. Gambar PMCT membutuhkan tindakan yang sifatnya non invasif (seperti:
tidak diperlukan insisi otot masseter atau ekstraksi mandibula untuk mendapatkan posisi dental radiografi PM yang adekuat) 3. PMCT
menyediakan informasi anatomis dan patologis yang mendetail tidak hanya pada gigi geligi namun untuk jaringan lunak sekitarnya
yang meliputi mandibula dan sinus paranasal serta maksila (yang kemungkinan berkontribusi untuk identifikasi)(5,9-13).
Terdapat ssejumlah konsekuensi yang dibahas di dalam literatur mengenai keterbatasan utama dari dental PMCT yaitu okurensi artifak
logam (artifak beam hardening) dari bahan restorasi dengan opasitas radiologi yang tingggi, seperti emas dan amalagam (5,9-
11,13,14). Artifak logam tersebut menutupi detail dari bahan restorasi. Beberapa peneliti beranggapan bahwa tipe artifak ini
kemungkinan berpotensi mempengaruhi kelayakan komparatif identifikasi radiologi berdasarkan pada dental PMCT dan radiografi
dental AM, meskipun belum ada bukti yang terpublikasi untuk memastikan hipotesis ini (5,9-11,14). Selain itu, beberapa metode telah
dikembangkan untuk mereduksi garis artifak (13-15) dan secara keseluruhan, kebanyakan peneliti percaya bahwa PMCT merupakan
suatu alat yang berguna dan layak untuk identifikasi dental baik itu di kasus identifkasi tunggal maupun di kejadian massal
(3,5,10,120). Hipotesis yaitu membandingkan dental PMCT terhadap radiografi dental AM (setidaknya) dianggap valid untuk
identifikasi sebagai metode konvensional perbandingan radiografi dental PM terhadap AM (16-19). Akurasi indentifikasi komparatif
menggunakan dental PMCT dan radiografi dental AM belum secara langsung dievaluasi
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji akurasi dan variabilitas antar pembanding terkait identifikasi komparatif radiologi
berdasarkan pada dental PMCT dan radiografi dental AM di skenasio massal menggunakan beberapa individu pembanding dengan
berbagai tingkat keahlian dan pengalaman
2. Bahan dan Metode
2.1 Populasi penelitian
Departemen kepolisian umum menyetujui penelitian ini. Pengawas penelitian (yang bertindak sebagai reader) meninjau arsip institusi
terkait semua laporan forensik di mana identifikasi individual dilakukan melalui perbandingan dental PMCT dan radiografi dental bite
wing AM antara Januari 2007 dan Desember 2010
Setiap laporan tersebut dilengkapi dengan perbabdingan radiografi bite wing AM dan gambar reformatted volume rendering terkait
dari dental PMCT. Dari laporan tersebut, pengawas penelitian mengekstraksi 115 gambar dental PMCT individu dan 114 radiografi
bite wing AM yang terdiri dari 98 PMCT dan radiografi AM berpasangan (Gambar 1), 17 gambar PMCT tambahan tanpa radiografi
AM, dan 16 radiografi AM tanpa gambar PMCT. Setiap gambar dipilih oleh pengawas penelitian dengan tujuan untuk menciptakan
serangkaian gambar yang realistik, yang mewakili simulasi skenario bencana massal di laut di mana data post mortem dari 115
individu yang tidak teridentifikasi dibandingkan dengan 114 data ante mortem dari individu yang hilang. 17 gambar PMCT tambahan
tanpa radiografi AM dikaitkan dengan 17 temuan tubuh di mana data AM tidak tersedia dan 16 radiografi AM tambahan tanpa gambar
PMCT dirangkaian dengan 16 individu hilang yang masih belum bisa ditemukan (dari dalam air).
Gambar 1. Empat contoh gambar radiografi ante mortem dan reconstructed post mortem computed tomography (PCMT) dari salah
satu kuadran, Ciri kasus A-C yaitu adanya bahan restorasi. Ciri D yaitu kasus tanpa bahan restorasi. PCMT memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan gambar dental konvensional yaitu meliputi reformatting gambar tiga dimensi, akuisisi tindakan non invasif
dan informasi anatomis serta patologis tidak hanya untuk gigi namun juga untuk jaringan penghubung sekitar termasuk mandibula dan
sinus paranasal serta maksila. Keterbatasan utama dental PCMT yaitu okurensi artifak logam (beam ardening artifact) dari bahan
restorasi dengan opasitas radiologi yang tinggi sehingga menutupi detail dari bahan restorasi (seperti: A dan B). Penelitian ini
menemukan tidak ada bukti bahwa akurasi pendekatan ini tenganggu akibat artifak dari gambar CT
Semua 229 gambar dicetak secara terpisah di kertas foro berukuran 60 x 95 mm. Setiap gambar diberi keterangan tanpa nama
dan terdiri dari gambar PMCT atau radiografi AM dari salah satu kuadran gigi. Setiap radiografi diberi tanda secara
tersendiri, nama pertama korban, setiap PMCT diberi tanda dari nomor 1 hingga 115. Belum ada informasi lebih lanjut
pada kertas foto yang dicetak (termasuk spesifikasi rahang kanan atau kiri, atas atau bawah).
2.2 Prosedur pengambilan gambag (Imaging)
Dental PMCT dilakukan menggunakan skaner CT heliks, multi detektior (Somatom Emotion 6, Siemens Healthcare,
Erlangen, Jerman) dengan pengambilan data mentah pada 110 kV, 160 mAs, dan kolimasi 6 mm x 1 mm.
Rekonstruksi gambar CT dilakukan dengan ketebalan potongan 1.25 mm, lapisan 0.7 mm, menggunakan kernel
jaringan lunak dan bone-weoghted. Volume gambar direkonstruksi dari rekonstruksi kernel jaringan lunak
menggunakan algoritma volume (Classic Metal 1) di ruang kerja khusus (InSpace, Leonardo, Siemens Healthcare,
Erlangen, Jerman). Radiografi dental AM telah dilakukan di beberapa mesin x-ray yang berbeda dari berberapa pabrikan,
menggunakan berbagai prosedur, bergantung pada pilihan dokter gigi masing-masing

2.3 Identifikais radiologi


Lima individu pembanding dengan berbagai tingkat keahlian dan pengalaman diminta untuk membandingkan gambar PMCT
terhadap radiografi AM. Pembanding 1 (FRx) merupakan radiologis dengan pengalaman tiga tahun di bidang radiologi forensik
termasuk PMCT dan identifikasi dental; pembanding 2 (FPa) merupakan patologis forensik dengan pengalaman tiga tahun di
bidang radiologi forensik termasuk PMCT dan identifikasi dental; pembanding 3 (FOd) merupakan patologi forensik dan
odontologis dengan pengalaman delapan tahun di bidang odontologi forensik termasuk identifikasi dental (namun pengalaman
masih kurang terkait PMCT); pembanding 4 (CRx) merupakan radiologis dengan pengalaman tiga tahun di bidang radiologi
klinik namun pengalaman masih kurang terkait PMCT dan tidak ada pengalaman terkait identifikasi dental; pembanding 5
(MSt) merupakan mahasiswa kedokteran tahun kelima, tanpa pengalaman baik itu di bidang radiologi forensik atau PMCT dan
identifikasi dental

Setiap individu pembanding diminta untuk membandingkan semua 115 gambar PMCT secara terpisah terhadap 114 radiografi
AM dan mengklasifikasikan gambar tersebut (selain 98 kasus dengan radiografi AM dan PMCT yang berpasangan) atau
eksklusi (terlepas dari 33 eksklusi, 17 kasus dengan PMCT namun tanpa radiografi AM dan 16 kasus dengan radiografi AM
tanpa PMCT). Totalnya, terdapat kemungkinan 131 klasifikasi yang tepat. Individu pembanding tidak mengetahui jumlah total
radiografi yang berpasangan, jumlah gambar PMCT tanpa radiografi AM, jumlah radiografi AM tanpa PMCT, serta tidak
mengetahui data pribadi atau data kasus subjek yang dilibatkan di penelitian

Individu pembanding mengindikasikan tingkat konfidensi mereka untuk setiap keputusan menggunakan kategori Panduan Identifikasi
Korban Bencana Interpol: 1. Identifikasi positif 2. Identifikasi probable (kemungkinan) 3. Identifikasi possible (bisa saja) dan 4.
Eksklusi (bukan). Selain itu, individu pembanding menghitung ciri terkait di setiap gambar PMCT/radiografi AM. Ciri terkait
ditentukan oleh individu pembanding secara terpisah berdasarkan keputusan meraka terkait perbandingan visual ciri radiografi AM
dan gambar PMCT berikut: 1. Jumlah gigi (satu poin) 2. Jumlah gigi dengan restorasi (satu poin) 3. Posisi dan bentuk restorasi (satu
poin untuk setiap restorasi) dan 4. Posisi relatif gigi (satu poin). Total jumlah ciri tersebut digunakan untuk mengkategorikan setiap
gambar secara objektif, yaitu: kesesuaian moderat (1-3 ciri), kesesuaian baik (4-6 ciri), kesesuaian sangat baik (>4 ciri). Perlu dicatat
bahwa penelitian sebelumnya tidak menunjukkan dasar untuk mendefinisikan jumlah minimum poin terkait untuk identifikasi
dental(20). Lebih lanjut, frekuensi populasi menjadi argumentasi yang lebih penting dibandingkan jumlah poin di perbandingan
identifikasi forensik(21). Oleh sebab itu, di penelitian kali ini peneliti mengevaluasi konsep tersebut di dalam skenario DVI
2.4 Analisis statistik
Analisis data dilakukan dengan IBMS SPSS Statistics (Version 20, release 20.0.0, 2011, IMB Corp., Armonk, NY, USA). Uji
Shapiro-Wilk digunakan untuk menguji normalitas distribusi. Uji non parametrik Levne digunakan untuk menguji homogenitas
variabel. Koefisiensi korelasi antar pembanding (ICC) digunakan untuk menguji kesesuaian inter pembanding terkait tingkat
konfidensi (identifikasi positif, identifikasi probable, identifikasi possible dan eksklusi) begitupun kesesuaian antar pembanding
terkait jumlah ciri radiologi. ICC<0.40 mengindikasikan reproduksibilitas yang buruk. Nilai ICC dalam rentang 0,40-0.75
mengindikasikan reproduksibilitas yang baik, dan nilai ICC lebih dari 0.85 menunjukkan reproduksibilitas yang sangat
baik(22). Uji Games-Howell digunakan unutk menguji tingkat signifikansi antar tingkat konfidensi berpasangan dan jumlah ciri
radiologi. Uji MannWhitney U digunakan untuk menguji tingkat signifikansi antar jumlah ciri radiologi dan akurasi gambar
pasangan. Uji Fisher’s Exact digunakan untuk menentukan korelasi antar tingkat konfidensi dan akurasi kesesuaian/ekslusi.
Nilai p <0.05 mengindikasikan signifikan
3. Hasil
Rerata jumlah pasangan PMCT dan radiografi yang tepat untuk kelima individu pembanding yaitu 90.2/98 (92%, rentang: 78-
95 kesesuaian). Rerata jumlah gambar PMCT tambahan atau radiografi AM tanpa foto berpasangan yang sesuai yaitu 24/33
(80%, rentang 20-32 ekslusi). Hal ini berarti rerata sensitivitas, spesifikasi, nilai prediktif prositif (PPV) dan nilai prediktif
negatif (NPV) yaitu masing-masing 91.5% (rentang: 84.8–98.0%), 81.5% (rentang: 69.0–100%), 93.6% (rentang: 87.6–100%)
dan 75.9% (rentang: 66.7–88.9%). Tabel 1 dan 2 menyajikan hasil terkait kelima individu pembanding
Tabel 1. Detail analisis performa individu pembanding
Pembanding ID Positif ID Probable ID Possible Kesesuaian (total) Eksklusi
True False Trus False True False True % False % True % False %
MSt 65 0 16 3 9 4 90 91. 7 7.1 24 72. 10 30.3
FRx 72 0 15 1 7 2 94 8 3 3.1 28 7 61 18.2
FPa 30 0 32 0 33 0 95 95. 0 0.0 32 84. 41 2.1
CRx 52 4 20 0 6 7 78 9 11 11. 28 8 14 42.4
FOd 53 0 33 1 8 8 94 96. 9 2 20 97. 8 24.2
Rerata 54.4 0.8 23.2 1 12.6 4.2 90.2 9 6 9.2 26.4 0 8.4 25.5
Total 272 4 116 5 63 21 451 79. 30 6.1 132 84. 42
6 8
95. 60.
9 6
92. 80.
0 0

Tabel 2. Sensitivitas, spesifikasi, nilai prediktif positif, nilai prediktif negatif, untuk setiap pembanding
Pembanding Sensitvitas Spesifikasi PPV NPV
MSt 90.0 77.4 92.8 70.6
FRx 94.0 90.3 96.6 82.4
FPa 96.0 100.0 100.0 88.9
CRx 84.8 71.8 87.6 66.7
FOd 92.2 69.0 91.3 71.4
Rerata 91.5 81.5 93.8 75.9

Secara bersamaan, kelima individu pembanding menyesuaikan total 481 gambar PMCT dan radiografi AM. Dari jumlah tersebut, 30 kesesuaian salah. Dari
jumlah tersebut, empat dianggap sebagai “identifikasi positif:, lima sebagai “identifikasi probable” dan 21 sebagai “identifikasi possible”. Selian itu, di 24 dari 30
kasus, kesesuaian yang salah hanya terjadi untuk satu kasus (namun tidak selalu sama) dari lima individu pembandng. Di dua kasus kesesuaian yang salah
ditemukan di dua individu pembanding yang berbeda dan hanya untuk satu kasus untuk kesesuaian yang salah yang dilakukan oleh tiga individu pembanding
yang berbeda. Dengan kata lain, di semua kasus kecuali untuk satu kasus, setiap kesesuaian positif yang salah selalu bertentangan dengan setidaknya oleh tiga
individu pembanding yang berbeda

Kesesuaian antar pembanding terkait tingkat konfidensi (identifikasi positif, identifikasi probable, identifikasi posibel dan ekslusi)
yaitu sedang hingga baik (ICC 0.623). Kesesuaian pembanding terkait jumlah ciri radiologi yaitu sangat baik (ICC 0,907). Uji
Games-Howell menunjukkan bahwa kesesuaian dengan konfidensi subjektif sangat baik secara signifikan terkait dengan tingginya
jumlah ciri radiologis sedangkan kesesuaian dengan tingkat subjektif yang rendah secara signifikan terkait dengan rendahnya jumlah
ciri radiologi (Gambar 2).

Gambar 2. Grafik box-plot menggambarkan hubungan antara tingkat konfidensi untuk PMCT/radiografi AM yang sesuai (ID positif,
ID probable dan ID possible) dan jumlah ciri radiologis. Kotak bawah dan atas masing-masing mewakili persentil ke 25 dan ke 75;
pita hitam di kotak menunjukkan median, perpotongan garis menunjukkan semua data minimum dan maksimum. Uji Games-Howell
menunjukkan bahwa kesesuaian untuk tingkat konfidensi subjektif yang tinggi secara signifikan terkait dengan tingginya jumlah ciri
radiologis sedangkan kesesuaian dengan tingkat konfidensi yang rendah secara signifikan terkait dengan rendahnya jumlah ciri
radiologi

Uji Mann-Whitney U menunjukkan bahwa jumlah ciri radiologi tidak secara signifikan terkait dengan akurasi kesesuaian. Selian itu,
uji Fisher’s Exact menunjukkan bahwa tingkat konfidensi tidak selalu terkait dengan akurasi keseuaian/ekslusi (r=0.333). Dengan
kata lain, individu pembanding setuju baik itu di segi tingkat konfidensi dan jumlah ciri kesesuaian. Namun tidak untuk tingkat
konfidensi dan jumlah ciri yang secara statistik terkait dengan akurasi kesesuaian/ekslusi
4. Pembahasan
Penelitian ini menunjukkan bahwa perbandingan visual gambar PCMT dan radiografi dental AM merupakan suatu metode yang
layak untuk identifikasi dengan akurasi yang sangat baik, apabila dilakukan oleh individu yang berpengalaman

Di penelitian kali ini, identifikasi positif untuk pasangan gambar PMCT dan radiografi dental AM menujukkan akurasi
sebesar 92% (90.2/98) dari semua individu pembanding. Hasil ini sejalan dengan data yang dipublikasikan terkait akurasi
identifikasi melalui perbandingan visual film konvensional dan radiografi PM dan AM dengan rentang dari 85.5% hingga
93%(16-18). Hal ini memastikan hipotesis umum bahwa perbandingan gambar PCMT terhadap radiografi dental AM
merupakan suatu metode yang layak untuk identifikasi sebagai perbandingan radiografi dental PM terhadap radiografi dental
AM (9,10,14,15).

Hasil penelitian kali ini mengindikasikan bahwa pengalaman sangat penting untuk keberhasilan identifikasi. Temuan ini
sejalan dengan penelitian sebelumnya mengenai identifikasi perbandingan menggunakan radiografi dental (17,18). Scholl dkk
menunjukkan bahwa pengalaman individu pembanding lebih penting dibandingkan pelatihan formal; dalam penelitian mereka,
odontologis forensik terlatih yang tidak memiliki pengalaman praktik di segi identifikasi forensik melakukan lebih banyak
kesalahan dibandingkan dokter gigi tanpa pelatihan formal di bidang odontologi forensik namun memiliki pengalaman di segi
identifikasi (91% vs 100% kesesuiaan benar)(17). Pretty dkk meneliti aspek ini lebih lanjut dan menemukan bahwa individu
pembanding dengan pengalaman praktik yang memadai (misalnya melakukan identifikasi forensik lebih dari 5 tahun)
mendapatkan jumlah kesesuaian tepat lebih tinggi (91%) dibandingkan individu pembanding dengan pengalaman praktik
sedang (yaitu melakukan identifikasi forensik selama 1 hingga 5 tahun). Individu pembanding tanpa pengalaman praktik, dan
yang tidak terlatih (masing-masing 81%, 86% dan 84%)(18). Hasil dari penelitian kali ini sejalan dengan temuan tersebut;
ketiga individu pembanding dengan pengalaman yang memadai, seperti yang didefinisikan oleh Pretty (odontologis forensik,
patologis forensik dan radiologis forensik) memperoleh nilai kesesuaian tepat yang lebih tinggi (masing-masing 95.9%, 96.9%
dan 95.9%) dibandingkan dua individu pembanding tanpa pengalaman praktik di segi identifikasi forensik (mahasiswa
kedokteran 91,8%, radiologis klinik 79.6%).

Selain itu, individu pembanding yang tidak berpengalaman membuat lebih banyak kesesuaian false positive (mahasiswa
kedokteran 7.1% dan radiologis klinik 11.2%) dibandingkan dua individu pembanding yang berpengalaman (patologis forensik :
0% dan radiologis forensik 3.1%). Secara tak terduga, odontologis forensik melakukan banyak idenfitikasi false positive sama
halnya dengan individu pembanding yang tidak berpengalaman (9.2%). Meskipun jumlah kesesuaian false positive nampaknya
relatif itnggi (30 kesesuaian false positive vs 451 kesesuaian yang tepat) satu hal yang perlu diingat bahwa mayoritas kesesuiaan
tersebut (21/30) dianggap sebagai “possible identification”. Di skenario DVI nyata, kasus tersebut tentu saja perlu dievaluasi leih
lanjut. Maka dari itu, temuan penelitian kali ini kemungkinan bisa memberikan informasi mengenai aspek lain dari pengalaman:
pengalaman disertai modalitas pengambilan gambar yang digunakan untuk identifikasi. Odontologis forensik memperoleh
pengalaman praktik yang lebih luas di segi identifikasi selamapekerjaannya di Thailand setelah tsunami tahun 2004, namun tidak
pernah bekerja dengan gambar PMCT. Pengalaman beliau dengan dental PMCT bisa menjelaskan tingginya rentang kesesuaian
false positive yang terjadi. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Wenzel dkk(19). Dalam penelitiannya, individu pembanding
yang tidak berpengalaman baik itu di segi radiografi dental dan identifikasi forensik melakukan lebih banyak kesesuaian false
positive dibandingkan individu pembanding dengan pengalaman pengambilan gambar serta proses identifikasi(19). Secara
keseluruhan, hasil dari penelitian kali ini dan penelitian sebelumnya mengindikasikan bahwa pengalaman praktik di segi
indentifikasi forensik penting untuk mendapatkan kesesuaian positif yang tinggi sedangkan pengalaman pengambilan gambar (di
kasus ini: dental PMCT) mempengaruhi jumlah kesesuaian false positive

Menarik untuk diamati bahwa tingkat konfidensi tidak terkait dengan akurasi kesesuaian atau kemampuan untuk mengeluarkan
gambar PMCT atau radiografi dental yang tidak sesuai, Saat ini, baik itu Interpol dan ABFO (Dewan Forensik Odontologis
Amerika) menggunakan empat tingkat konfidensi yang sedikit berbeda untuk mengurutkan kesesuaian gambar dental (Interpol:
kesesuaian positif, kesesuaian probable, kesesuaian possible, ekslusi; ABFIO: kesesuaian positif, kesesuaian possible, bukti tidak
memadai, eksklusi)(2,23). Meskipun Interpol menyediakan pnjelasan cara membedakan antar subkategori tersebut, individu
pembanding di penelitian kali ini menemukan perbedaan antara subkategori yaitu tidak ada kesesuaian tertentu atau sulitnya
melakukan ekslusi. Kesulitan ini tercermin dalam temuan bahwa tingkat konfidensi tidak memiliki dampak signifikan terhadap
akurasi kesesuaian di penelitian kali ini. Merupakan pendapat dari para peneliti bahwa sistem klasifikasi sederhana (kesesusaian
positif, tidak tentu, ekslusi) bisa menjadi lebik praktis untuk kasus indentifikasi umum (karena subkategori tidak sesuai atau tidak
dapat melakukan ekskl;si untuk berbagai data AM dan PM tambahan) dan lebih ilmiah untuk tujuan penelitian. Pendekatan ini juga
dipilih oleh Wenzel dkk dalam penelitinya dan terbukti sangat berhasil(19).

Hal yang juga menarik yaitu kurangnya korelasi signifikan antara jumlah ciri radiologi dan akurasi kesesuaian. Hal ini
cenderung dikarenakan fakta bahwa “ciri radiologis” (yang berarti bahwa individu pembanding percaya dua area atau ciri
yang sama) bersifat subjektif, dan lebih lanjut hubungan antara jumlah titik dan identifikasi yang tepat tidak pernah
ditunjukkan. Di identifikasi forensik, proporsi frekuensi jejak lebih penting dibandingkan jumlah ciri. Sejumlah ciri
radiologi, jika banyak individu memilikinya, sedikit digunakan untuk menarik kesimpulan terkait identifikasi. Sebaliknya,
bahkan satu ciri atau konfigrurasi saja sudah cukup untuk identifikasi, serta menyediakan konfigurasi yang memadai adalah
kondisi yang sangat langka

Penelitian kali ini memiliki beberapa keterbatasan yang perlu dibahas: Pertama, penggunaan gambar cetak dan bukan ganbar
digital yang bisa dikritisi. Peneliti beranggapan bahwa alat pembesaran gambar atau mengubah kontras gambar kemungkinan
meningkatkan hasil. Namun, penggunaan gambar cetak terbukti lebih praktis bagi individu pembanding untuk menampikkan
beberapa gambar sisi-per-sisi selama proses penyesuaian/ekslusi. Kedua: kemungkinan menjadi pertanyaan yaitu data dental
PMCT terbatas untuk gambar VRT tunggal. Peneliti setuju bahwa untuk identifikasi individual, penggunaan data PMCT
utuh dibutuhkan karena gambar PMCT dapat (dan harus) diadaptasikan secara terpisah ke gambar bitewing AM atau
panorex. Di skenario kali ini, peneliti menggunakan gambar PMCT yang telah direkonstruksi secara terpisah dan
diadaptasikan ke radiografi AM ketika digunakan untuk indetifikasi forensik nyata. Hal ini merupakan bagian dari desain
penelitian yang hanya menggunakan gambar dari kasus yang telah teridentifikasi positif menggunakan gambar PMCT dan
radiografi dental. Lebih lanjut, penggunaan gamabr VRT tunggal cetak di penelitian kali ini seirng diremehkan untuk
mengkategoirkan identifikasi yang tepat. Oleh sebab itu, cukup memungkinkan untuk menggunakan data PMCT aasli yang
dapat meningkatkan akurasi identifikasi di kasus yang bersifat ambigu. Terakhir, fakta bahwa individu pembanding diminta
untuk pertama kali mengindikasikan tingkat konfidensi mereka terkait kesesuaian/ekslusi menggunakan sistem klasifikasi
Interpol dan kedua meneliti sejumlah ciri radiologis pada gambar PMCT dan radiografi dental yang kemungkinan
memunculkan bias konfirmasi(24).

Bias konfirmasi merupakan bias kognitif “yang mana individu cenderung menarik, menerima, menginterpretasikan dan menciptakan
bukti baru yang bisa memverifikasi kepercayaan/pandangan yang telah ada”(24). Sejumlah publikasi telah menunjukkan bagaimana
bias konfirmasi dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap disiplin forensik termasuk analisis sidik jari, antropologi, analisis
peluru, analisis bite mark, dan bahkan interpretasi bukti DNA(24-29). Konfirmasi bias terutama di kondisi di mana ahli perlu
menyediakan pendapat subjektif (seperi untuk mengindikasikan tingkat konfidensi terkait kesesuaian identifikasi). Perlu dinyatakan
bahwa penelitian kali ini tidak didesain untuk mencari bias konfirmasi di identifikasi dental, namun menekankan untuk
mempertimbangkan okurensinya di penelitian kali ini. Ditemukan hubungan antara tingkat konfidensi dan jumlah ciri kesesuaian
yang berarti bahwa individu pembanding lebih percaya diri mengenai akurasi identifikasi, lebih banyak poin yang akan mereka lihat
(begitupun sebaliknya). Hal ini diluar dari lingkup penelitian kali ini (dan juga di luar dari lingkup desain penelitian) untuk membahas
efek ini secara mendetail, namun lebih baik untuk dinyatakan bahwa identifkasi oleh satu individu pembanding rentan terjadi bias
subjektif. Cara yang sangat sederhana untuk mereduksi bias konfirmasi adalah melibatkan beberapa individu pembandung untuk
identifikasi dan evaluasi ulang setiap kasus jika tidak disetujui oleh pembanding melalui pembanding ketiga atau melalui kesepakatan.
Pendekatan ini tentunya sangat signifikan mreeduksi jumlah identifikasi false positive di penelitian kali ini, karena 80% (24/30)
kesesuaian false dibuat hanya satu dari lima individu pembanding. Dan juga kesimpulan penelitian kali ini secara tidak sengaja sejalan
dengan panduan Interpol DVI yang sangat menitikberatkan pada pentingnya kerja tim (interdisopliner) dalam identifikasi korban
bencana
5. Kesimpulan
Penelitian kali ini menunjukkan bahwa perbandingan visual gambar PCMT dengan radiografi dental AM merupakan suatu
metode yang layak untuk identifikasi. Akurasi identifikasi menggunakan PCMT/radiografi dental AM sama tinggi di
penelitian kali ini seperti di penelitian pembanding yang menggunakan radiografi dental PM/AM. Belum ada bukti bahwa
akurasi pendekatan ini terganggu oleh keberadaan artifak gambar CT. Hasil penelitian kali ini memberikan bukti bahwa
pengalaman praktik di segi identifikasi forensik penting untuk secara akurat menentukan kesesuaian positif, sedangkan
pengalaman disertai kemampuan pengambilan gambar (di kasus ini: dental PCMT) sebaliknya terkiat dengan jumlah
kesesuaian false positive. Kesesuaian akurasi tidak terkait dengan konfidensi subjektif atau jumlah poin. Maka disarankan
untuk bekerja dalam tim dibandingkan bekerja secara individual ketika berhadapan dengan kasus nyata untuk identifikasi
forensik, guna meminimalkan interpretasi subjektif dan menghindari bias konfirmasi

Anda mungkin juga menyukai