PROSEDUR PERCOBAAN :
A. Isolasi DNA Plasmid
1. Dilakukan pengulturan transforman yang mengandung plasmid ScFv CHIKV pD861.
Transforman E.coli BL21 yang mengandung plasmid pD861 ditumbuhkan dalam 5 mL
media LB cair yang telah ditambahkan 5μL kanamisin (10mg/mL) selama 16-18 jam,
suhu 37oC , dengan laju pengocokan 200rpm
2. Dimasukkan 500 μL buffer BL pada kolom CP3 kemudian disentrifugasi pada 12.000
rpm selama 1 menit. Dibuang larutan yang terkumpul ditabung penampung (collection
tube), disimpan kolom CP3 di rak tabung mikro
3. Dikultur sel E.coli BL21 dimasukkan kedalam tabung mikro 1,5mL lalu disentrifugasi
dengan kecepatan 12.000rpm selama 1 menit untuk mengumpulkan pellet
4. Pellet sel ditambahkan 250μL buffer P1 kemudian diresuspensi
5. Ditambahkan 250μL buffer P2, lalu tabung mikro diinversi sebanyak 8 kali
6. Ditambahkan 350μL buffer P3, lalu tabung diinversi sebanyak 8 kali sampai larutan
menjadi keruh. Tabung mikro disentrifugasi pada 12.000 rpm selama 10 menit
7. Supernatant dipindahkan kedalam kolom CP3 lalu disentrifugasi dengan kecepatan
12.000 rpm selama 1 menit
8. Sebanyak 500μL buffer PD dialirkan ke kolom CP3 lalu kolom CP3 disentrifugasi pada
kecepatan 12.000 rpm selama 1 menit
9. Sebanyak 600μL buffer pencuci (wash Buffer) yang telah ditambahkan etanol
ditambahkan pada kolom CP3 dan disentrifugasi dengan kecepatan 12.000 rpm selama 1
menit. Pencucian dengan buffer pencuci dilakukan 2 kali
10. Kolom CP3 kemudia disentrifugasi kempali pada kecepatan 12.000 rpm selama 2 menit
11. Kolom CP3 dilepaskan dari tabung penampung, lalu dipindahkan ketabung mikro baru
12. Buffer EB ditambahkan pada kolom CP3 sebanyak 60μL, lalu didiamkan pada suhu ruang
selama 5 menit dan disentrifugasi dengan kecepatan 12.000 rpm selama 2 menit.
Selanjutnya buffer EB ditambahkan kembali pada pada kolom CP3 sebanyak 40μL lalu
didiamkan pada suhu ruang selama 5 menit dan disentrifugasi dengan kecepatan
12.000rpm selama 2 menit, isolate plasmid kemudia disimpan di suhi -20oC atau
dianalisis dengan elektroforesis
B. Elektroforesis Agarosa
1. Disiapkan gel agarosa dengan prosedur sbb :
a. Ditimbang 0,35g agarosa dalam labu Erlenmeyer 100mL, kemudian ditambahkan 35
mL buffer TAE 1X
b. Dipanaskan larutan tersebut hingga agarosa larut
c. Didinginkan hingga suhu larutan tersebut mencapai 50-60OC
d. Disiapkan gel tray dengan memasang penyumbatan dan pembentuk sumur gel
e. Dituang gel kedalam tray, ditunggu sampai membeku sekitar 30 menit
2. Dibuka pembentuk sumur dan penyumbat gel dengan hati-hati, masukan tray kedalam
chamber elektroforesis yang telah berisi buffer TAE 1X (sampai gel terendam)
3. Dicampurkan 5μL sampel dengan 1μL loading buffer 1μL GelRed dalam tabung mikro
ukuran 0,6mL
4. Dimasukkan campuran sampel kedalam sumur
5. Dicampurkan 1μL marka DNA 1 kb + 1 μL loading buffer + 4μL NFW + 1 GelRed
dalam tabung mikro ukuran 0,6mL. kemudian dimasukkan kedalam sumur yang lain
6. Dipasang penutup chamber, disetting alat pada tegangan 80volt selama 45 menit
7. Hasil elektroforesis divisualisasi dengan alat UV-transilluminator
HASIL DAN PEMBAHASAN :
DAFTAR PUSTAKA :
http://www.generasibiologi.com/2016/12/prinsip-metode-cara-teknik-isolasi-dna-plasmid-.html
http://www.tiangen.com/asset/imsupload/up0141604001433139285.pdf
https://blogs.uajy.ac.id/bihungoreng/2013/05/26/elektroforesis-gel-agarose/
http://anadianaazam.blogspot.com/2012/06/elektroforesis-gel-agarosa.html
http://anadianaazam.blogspot.com/2012/06/elektroforesis-gel-agarosa.html
JUDUL PRAKTIKUM : Perbanyakan Gen PT2 Menggunakan metode PCR dan
Karekterisasinya
TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Memperbanyak Copy an DNA
2. Karakterisasi DNA
TINJAUAN PUSTAKA :
Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah metode untuk amplifikasi (perbanyakan) primer
oligonukleotida diarahkan secara enzimatik urutan DNA spesifik. Teknik ini mampu memperbanyak
sebuah urutan 105-106-kali lipat dari jumlah nanogram DNA template dalam latar belakang besar
pada sequence yang tidak relevan (misalnya dari total DNA genomik). Sebuah prasyarat untuk
memperbanyak urutan menggunakan PCR adalah memiliki pengetahuan, urutan segmen unik yang
mengapit DNA yang akan diamplifikasi, sehingga oligonucleotides tertentu dapat diperoleh. Hal ini
tidak perlu tahu apa-apa tentang urutan intervening antara primer. Produk PCR diamplifikasi dari
template DNA menggunakan DNA polimerase stabil-panas dari Thermus aquaticus (Taq DNA
polimerase) dan menggunakan pengatur siklus termal otomatis (Perkin-Elmer/Cetus) untuk
menempatkan reaksi sampai 30 atau lebih siklus denaturasi, anil primer, dan polimerisasi. Setelah
amplifikasi dengan PCR, produk ini dipisahkan dengan elektroforesis gel poliakrilamida dan secara
langsung divisualisasikan setelah pewarnaan dengan bromida etidium.
PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan suatu teknik perbanyakan (amplifikasi)
potongan DNA secara in vitro pada daerah spesifik yang dibatasi oleh dua buah primer
oligonukleotida. Primer yang digunakan sebagai pembatas daerah yang diperbanyak adalah DNA
untai tunggal yang urutannya komplemen dengan DNA templatnya. Proses tersebut mirip dengan
proses replikasi DNA secara in vivo yang bersifat semi konservatif.
PCR memungkinkan adanya perbanyakan DNA antara dua primer, hanya di dalam tabung
reaksi, tanpa perlu memasukkannya ke dalam sel (in vivo). Pada proses PCR dibutuhkan DNA untai
ganda yang berfungsi sebagai cetakan (templat) yang mengandung DNA-target (yang akan
diamplifikasi) untuk pembentukan molekul DNA baru, enzim DNA polimerase, deoksinukleosida
trifosfat (dNTP), dan sepasang primer oligonukleotida. Pada kondisi tertentu, kedua primer akan
mengenali dan berikatan dengan untaian DNA komplemennya yang terletak pada awal dan akhir
fragmen DNA target, sehingga kedua primer tersebut akan menyediakan gugus hidroksil bebas pada
karbon 3’. Setelah kedua primer menempel pada DNA templat, DNA polimerase mengkatalisis proses
pemanjangan kedua primer dengan menambahkan nukleotida yang komplemen dengan urutan
nukleotida templat. DNA polimerase mengkatalisis pembentukan ikatan fosfodiester antara OH pada
karbon 3’ dengan gugus 5’ fosfat dNTP yang ditambahkan. Sehingga proses penambahan dNTP yang
dikatalisis oleh enzim DNA polimerase ini berlangsung dengan arah 5’→3’ dan disebut reaksi
polimerisasi. Enzim DNA polimerase hanya akan menambahkan dNTP yang komplemen dengan
nukleotida yang terdapat pada rantai DNA templat.
PCR melibatkan banyak siklus yang masing-masing terdiri dari tiga tahap berurutan, yaitu
pemisahan (denaturasi) rantai DNA templat, penempelan (annealing) pasangan primer pada DNA
target dan pemanjangan (extension) primer atau reaksi polimerisasi yang dikaalisis oleh DNA
polimerase.
1. Denaturasi
Selama proses denaturasi, DNA untai ganda akan membuka menjadi dua untai tunggal.
Hal ini disebabkan karena suhu denaturasi yang tinggi menyebabkan putusnya ikatan
hidrogen diantara basa-basa yang komplemen. Pada tahap ini, seluruh reaksi enzim tidak
berjalan, misalnya reaksi polimerisasi pada siklus yang sebelumnya. Denaturasi biasanya
dilakukan antara suhu 90 oC – 95 oC.
2. Penempelan primer
Pada tahap penempelan primer (annealing), primer akan menuju daerah yang spesifik
yang komplemen dengan urutan primer. Pada proses annealing ini, ikatan hidrogen akan
terbentuk antara primer dengan urutan komplemen pada template. Proses ini biasanya
dilakukan pada suhu 50 oC – 60 oC. Selanjutnya, DNA polymerase akan berikatan
sehingga ikatan hidrogen tersebut akan menjadi sangat kuat dan tidak akan putus kembali
apabila dilakukan reaksi polimerisasi selanjutnya, misalnya pada 72 oC.
3. Reaksi polimerisasi (extension)
Umumnya, reaksi polimerisasi atau perpanjangan rantai ini, terjadi pada suhu 72 oC.
Primer yang telah menempel tadi akan mengalami perpanjangan pada sisi 3’nya dengan
penambahan dNTP yang komplemen dengan templat oleh DNA polimerase.
Jika siklus dilakukan berulang-ulang maka daerah yang dibatasi oleh dua primer akan
diamplifikasi secara eksponensial (disebut amplikon yang berupa untai ganda), sehingga mencapai
jumlah copy yang dapat dirumuskan dengan (2n)x. Dimana n adalah jumlah siklus dan x adalah
jumlah awal molekul DNA. Jadi, seandainya ada 1 copy DNA sebelum siklus berlangsung, setelah
satu siklus, akan menjadi 2 copy, sesudah 2 siklus akan menjadi 4, sesudah 3 siklus akan menjadi 8
kopi dan seterusnya. Sehingga perubahan ini akan berlangsung secara eksponensial. PCR dengan
menggunakan enzim Taq DNA polimerase pada akhir dari setiap siklus akan menyebabkan
penambahan satu nukleotida A pada ujung 3’ dari potongan DNA yang dihasilkan. Sehingga nantinya
produk PCR ini dapat di kloning dengan menggunakan vektor yang ditambahkan nukleotida T pada
ujung-ujung 5’-nya. Proses PCR dilakukan menggunakan suatu alat yang disebut thermocycler.
Komponen – komponen PCR antara lain :
1. Enzim DNA Polymerase
Dalam sejarahnya, PCR dilakukan dengan menggunakan Klenow fragment DNA
Polimerase I selama reaksi polimerisasinya. Enzime ini ternyata tidak aktif secara termal
selama proses denaturasi, sehingga peneliti harus menambahkan enzim di setiap
siklusnya. Selain itu, enzim ini hanya bisa dipakai untuk perpanjangan 200 bp dan
hasilnya menjadi kurang spesifik. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, dalam
perkembangannya kemudian dipakai enzim Taq DNA polymerase yang memiliki
keaktifan pada suhu tinggi. Oleh karenanya, penambahan enzim tidak perlu dilakukan di
setiap siklusnya, dan proses PCR dapat dilakukan dalam satu mesin
2. Primer
Primer merupakan oligonukleotida pendek rantai tunggal yang mempunyai urutan
komplemen dengan DNA templat yang akan diperbanyak. Panjang primer berkisar antara
20-30 basa. Untuk merancang urutan primer, perlu diketahui urutannukleotida pada awal
dan akhir DNA target. Primer oligonukleotida di sintesis menggunakan suatu alat yang
disebut DNA synthesizer.
3. Reagen lainnya
Selain enzim dan primer, terdapat juga komponen lain yang ikut menentukan
keberhasilan reaksi PCR. Komponen tersebut adalah dNTP untuk reaksi polimerisasi, dan
buffer yang mengandung MgCl2. Konsentrasi ion Mg2+dalam campuran reaksi
merupakan hal yang sangat kritis. Konsentrasi ion Mg2+ ini sangat mempengaruhi proses
primer annealing, denaturasi, spesifisitas produk, aktivitas enzim dan fidelitas reaksi.
Kegunaan PCR antara lain sebagai berikut :
1. Isolasi Gen
2. DNA Sequencing
3. Bidang Forensik
4. Diagnosa Penyakit
ALAT DAN BAHAN :
A. Perbanyakan Gen PT2 dengan PCR
Alat Bahan
1. Eppendorf mastercycler gradient 1. Gen PT2-pJET1.2
2. Micropipette eppendorf 0,1-2,5 µL; 2. Gen PT2
0,5-10 µL; dan 2-20 µL, 3. Primer forward PT2-EcoRI,
3. Rak tabung 4. Primer reverse PT2-SacII,
4. Tabung mikro 0,6 mL, tip putih (0,1- 5. Nuclease Free Water,
10 µL) dan tip kuning (10-200 µL).. 6. DreamTaq Green PCR Master Mix
(2x)
B. Elektroforesis Agarosa
Alat Bahan
1. Elektroforesis horizontal mini subTM 1. Agarosa
DNA electrophoresis cell (Biorad), 2. buffer TAE 1x (Tris-asetat 0,04 M,
2. Labu erlenmeyer 250 mL, EDTA 0,001 M pH 8,0),
3. Micropipette eppendorf 0,1-2,5 uL; 3. Loading buffer (Sukrosa 50%,
0,5-10 uL; dan 2-20 uL, EDTA 0,1 M pH 8,0, bromfenol biru
4. UV-transiluminator 0,1% pH 8,0),
4. Marka DNA 1 kb, GelRed.
PROSEDUR PERCOBAAN :
A. Perbanyakan Gen PT2 dengan PCR
1. Templat untuk reaksi PCR adalah 1 µL gen PT2-pJET1.2 dan 1 µL gen PT2 (sebagai
kontrol positif)
2. Dimasukkan 12,5 µL DreamTaq Green PCR Master Mix (2x) kedalam tabung mikro 0,6
mL, ditambahkan Primer Forward PT2-EcoRI 1 µL, ditambahkan Primer Reverse PT2-
SacII 1 µL, ditambahkan 9,5 µL Nuclease Free Water serta ditambahkan 1 µL gen PT2-
pJET1.2 (sebagai templat DNA sampel) atau 1 µL gen PT2 (sebagai templat DNA kontrol
positif)
Catatan:
a) Pada saat pemipetan semua reagen disimpan di atas es agar berada dalam keadaan
dingin.
b) Enzim harus disimpan pada -20oC dan hanya dikeluarkan dari freezer sesaat
sebelum digunakan
c) Ketika menambahkan reagen harus selalu dilakukan resuspensi.
d) Komposisi DreamTaq Green PCR Master Mix (2x) terdiri dari DreamTaq DNA
Polymerase, 2x DreamTag Green buffer, dATP, dCTP, dGTP, serta dTTP masing-
masing 0,4 mM, dan 4 mM MgCl2.
3. Set-up mesin PCR atau siapkan program file PCR untuk 25 siklus dengan masing-masing
siklus terdiri atas:
4. Diletakkan tabung mikro di dalam mesin PCR kemudian start reaksi PCR
5. Setelah selesai (tahap HOLD 4°C), klik enter. Saat suhu mencapai 25°C, sampel dapat
diambil dan alat PCR dimatikan.
B. Elektroforesis Agarosa
Siapkan gel agarosa ketika menunggu proses PCR selesai dengan prosedur sebagai berikut:
1. Timbang 0,35 gram agarosa dalam labu erlenmeyer 250 mL, tambahkan 35 mL bufer
TAE 1x.
2. Panaskan larutan tersebut hingga semua agarosa larut, lalu dinginkan hingga suhu larutan
mencapai 50-60oC.
3. Siapkan gel tray dengan memasang penyumbat dan pembentuk sumur gel.
4. Tuang larutan gel ke dalam gel tray, tunggu sampai membeku (sekitar 1 jam).
5. Ambil pembentuk sumur dan penyumbat gel dengan hati-hati. Masukkan gel tray ke
dalam electrophoresis chamber yang telah berisi bufer TAE 1x (sampai gel terendam).
6. Campurkan 5 µL produk PCR dengan 1 µL GelRed kedalam tabung mikro 0,6 mL.
7. Untuk pembuatan marka, campurkan 1 µL DNA 1 kb, 1 µL loading buffer, 4 µL
Nuclease Free Water, dan 1 uL GelRed ke dalam tabung mikro 0,6 mL.
8. Pasang penutup chamber, atur alat pada tegangan 80 volt selama 45 menit.
9. Hasil elektroforesis divisualisasi dengan UV-transiluminator.
Catatan:
a) Sinar UV dapat merusak mata dan menyebabkan kanker kulit, pemakaian transiluminator
harus dalam keadaan tertutup kaca dan menggunakan kacamata khusus.
b) Ketika menambahkan reagen harus selalu dilakukan resuspensi.
HASIL DAN PEMBAHASAN :
DAFTAR PUSTAKA :
https://apikdewefppundip2011.wordpress.com/2012/06/29/makalah-genetika-pcr-polimerase-
chain-reaction/
https://mahmuddin.wordpress.com/2010/08/31/polymerase-chain-reaction-pcr/
JUDUL PRAKTIKUM : Karakterisasi Protein Human Serum Albumin (HSA) Menggunakan
Sodium Dodecyl Sulfate-Polyacrylamide Gel Electrophoesis (SDS-
PAGE)
TUJUAN PRAKTIKUM