Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah di Negara berkembang adalah ledakan jumlah

penduduk yang semakin banyak di Indonesia. Gerakan Keluarga Berencana

Nasional di tunjukan terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Dimana merupakan sasaran pengembangan dalam pengupayakan terwujudnya visi

Keluarga Berencana Nasional yaitu “Keluarga Berkualitas” Keluarga yang

berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah

anak yang ideal berwawasan ke depan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya (1).

Program Keluarga Berencana sangat di perlukan dalam upaya untuk

meningkatkan program pengelolaan jumlah penduduk dan program kesehatan

reproduksi. Hal tersebut termasuk dalam target yang menjadi tujuan SDG’s 2015

(Sustainable Development Goal’s) tentang peningkatan derajat kesehatan, hak atas

kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi serta kesetaraan gender. Peningkatan

partisipasi pria dalam program keluarga berencana merupakan langkah yang tepat

dalam upaya mendorong setaraan gender sehingga dapat memberikan konstribusi

terhadap pengendalian pertumbuhan penduduk dan penangan masalah kesehatan

reproduksi serta dapat meningkatkan status kesehatan perempuan dan berdampak

terhadap penurunan angka kematian ibu dan anak (2).

Program keluarga berencana secara langsung maupun tidak langsung

memberikan sumbangan terhadap pemenuhan dasar kesehatan reproduksi dan

kesehjateraan keluarga serta dapat memberikan kesempatan untuk membuat jarak

1
2

waktu kelahiran anak dan mengurangi jumlah kehamilan melalui kontrasepsi

mantap. KB pada pria juga merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka

kesakitan dan kematian ibu yang tinggi akibat dari kehamilan beresiko yang di

alami oleh wanita yang tercantum dalam target SDG;s 2015 (2).

Pemilihan alat kontrasepsi memang sangat berguna sekali dalam program

KB namun perlu di ketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan

kondisi setiap orang. Untuk itu, setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi

yang cocok untuk dirinya. Sampai saat ini belum tersedia satu metode kontrasepsi

yang benar-benar 100% ideal/sempurna. Pengalaman menunjukan bahwa saat ini

pilihan metode alat kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk supermarket

dimana calon peserta memilih sendiri metode kontrasepsi yang di inginkanya, hal

ini menunjukan bahwa sulitnya calon menentukan pilihan alat kontrasepsi yang

akan di pakai sehingga membutuhkan pengetahuan akan alat KB yang

kemungkinan cocok untuk digunakan. (3)

Data Survey Demografis dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017

menyatakan tingkat pengguna alat kontrasepsi di Indonesia terdiri dari pil 12,4%,

IUD 6.2%, Suntik 15.2%, Vasektomi 0.4%, Tubektomi 1.42%, kondom 7.51%.

Di Sumatera Utara Data dan informasi yang di proleh dari profil kesehatan

2017 jumlah pus yang menjadi akseptor KB aktif sebanyak 240,202, diantaranya

IUD 6731 (2,61%), MOW 9903 (7,55%), MOP 1376 (1,05%), implant 16296

(12,42%), suntik 61445 (46,83%), dan kondom 3340 (2,55%) (4).

Data BKKBN Di kota Medan pada 2018 pengguna alat kontrasepsi jenis

suntik 29,0%, Pil 12,2%, implant 4,0%, IUD 4,7%, MOW 3,7%, dan kondom
3

2,7% (1).

Penelitian yang di lakukan oleh Fitrianingsih dan Melaniani dengan judul

Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi pada PUS tahun 2016. Hasil

menunjukan dari 36 PUS yang berusia <30 tahun sebagian besar adalah kelompok

PUS pengguna MKJP yaitu 69.4% di bandingkan kelompok PUS pengguna Non-

MKJP yaitu 30.6%. Hasil uji regresi logistik menunjukan tingkat signifikan umur

0,474 (a=0,05) yang artinya umur mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi di

puskesmas Gading kecamatan Tambaksari Surabaya (5).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Syukaisih yang berjudul Hubungan

Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan Alat Kontrasepsi di Puskesmas

Rambah Samo Kabupaten Rokan hulu 2015. Berdasarkan analisis yang sudah di

lakukan, hasil yang di proleh menunjukan adanya pengaruh yang signifikan antara

pendidikan terhadap pemilihan kontrasepsi dimana p value=0,037 adapun nialai

Odds Ratio (OR)=2,635 artinya akseptor dengan pendidikan menengah memiliki

peluang 2,6 kali memilih alat kontasepsi MKJP di banding akseptor Pendidikan

rendah (6).

Penelitian yang telah di lakukan Ahmad Nasurulloh dengan judul

hubungan tingkat pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga dengan

keikutsertaan KB oleh pasangan usia subur (PUS) di wilayah kerja puskesmas

purwosari kota surakarta, hasil analisis chi square Pengetahuan (nilai p=0,01) Ho

ditolak, sikap (nilai p=0,03) Ho di tolak, dukungan suami (nilai p=0,016) Ho di

tolak, dapat di simpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan, sikap dan dukungan

keluarga dengan keikutsertaan PUS dalam ber-KB di wilayah kerja puskesmas


4

purwosari kota Surakarta (7).

Penelitian yang di lakukan oleh hassanudin assails dengan judul hubungan

sosial budaya debgan pemilihan alat kontrasepsi tahun 2015 dengan hasil ada

hubungan sosial budaya dengan pemilihan metode alat kontrasepsi dimana

p=value<0,05. Dengan nilai OR 3,574 beararti responden yang menyatakan

bahwa sosial budaya mendukung memiliki peluang 3,574 kali lebih besar untuk

menggunakan metode kontrasepsi di bandikan yang sosial budaya yang tidak

mendukung (8).

Penelitian ini di lakukan di desa bekulap dusun lV kecamatan selesai

dengan survey awal pada PLKB (penyuluhan lapangan KB) pada tanggal 15 maret

2019 di dapatkan hasil jumlah keseluruhan PUS sebanyak 58 jiwa. Seluruh

tahapan KS (Keluarga Sejahtera), KPS (Keluarga Pra Sejahtera) dan KS 1

(Keluarga Sejahtera 1) sebanyak 34,4% dan pengguna KB aktif 64,6%. Jumlah

pasangan usia subur bukan peserta KB sebanyak 13%, ingin anak di tunda bukan

peserta KB sebanyak (5,1%), ingin anak segera sebanyak (3,4%), hamil sebanyak

(5,1%), tidak ingin anak lagi (10,6%), tidak peserta KB (5,1%).

Peneliti juga telah melakukan melakukan wawancara terhadap salah satu

PUS di desa Bekulap sekitar 5 orang dengan memberikan pernyataan pemilihan

alat kontrasepi diantaranya 2 orang memilih MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang) yang berjenis implant dan 3 orang lainnya menggunakan Non MKJP

(Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) yang berjenis suntik dan pil dengan

alasan mereka masih takut dan tidak percya diri untuk memilih MKJP (Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang).


5

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian di Desa Bekulap dusun lV kecamatan Selesai tahun 2019

yang berjudul “Faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi pada

PUS di Desa Bekulap dusun lV kecamatan Selesai.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan faktor (Umur, paritas, sikap dan budaya) dengan

pemilihan alat kontrasepsi pada PUS di Desa Bekulap Dusun lV Kecamatan

Selesai .

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat

kontrasepsi pada PUS di Desa Bekulap Dusun lV Kecamatan Selesai.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi umur di Desa Bekulap

Dusun lV Kecamatan Selesai.

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi paritas di Desa Bekulap

Dusun lV Kecamatan Selesai.

3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap di Desa Bekulap

Dusun lV Kecamatan Selesai.

4. Untuk mengetahui distribusi frekuensi budaya di Bekulap

Dusun lV Kecamatan Selesai.


6

5. Untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor yang berhubungan dengan

pemilihan alat kontrasepsi pada PUS di Desa Bekulap Dusun lV Kecamatan

Selesai.

6. Untuk mengetahui hubungan umur terhadap faktor yang berhubungan

dengan pemilihan alat kontrasepsi pada PUS di Desa Bekulap

Dusun lV Kecamatan Selesai.

7. Untuk mengetahui hubungan paritas terhadap faktor yang berhubungan

dengan pemilihan alat kontrasepsi pada PUS di Desa Bekulap

Dusun lV Kecamatan Selesai.

8. Untuk mengetahui hubungan Sikap terhadap faktor yang berhubungan

dengan pemilihan alat kontrasepsi pada PUS di Desa Bekulap

Dusun lV Kecamatan Selesai.

9. Untuk mengetahui hubungan budaya terhadap faktor yang berhubungan

dengan pemilihan alat kontrasepsi pada PUS di Desa Bekulap

Dusun lV Kecamatan Selesai.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Institusi Kesehatan Helvetia Medan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan

dan sumber bacaan di perpustakaan Institusi Kesehatan Helvetia serta

dapat jadi bahan masukan bagi peneliti selanjutnya.


7

2. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi peneliti

selanjutnya dan untuk memperdalam pembahasan tentang faktor yang

berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi pada PUS.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Responden

Sebagai bahan informasi bagi PUS dan menambah pengetahuan responden

tentang pentingnya Faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat

kontrasepsi pada PUS.

2. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan dan informasi kepada tenaga kesehatan untuk

meningkatkan mutu pelayanan tentang KB pada PUS di Desa Sambirejo

Dusun 1 kecamatan Binjai-Langkat di wilayah kerja dengan meliputi

pelayanan dalam memberikan informasi dan penyuluhan tentang Faktor

yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi pada PUS.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh fitrianingsih dan Melaniani faktor

sosiodemografi dengan pemilihan alat kontrasepsi variabel umur menunjukan dari

36 PUS yang berusia kurang dari 30 tahun, sebagian besar adalah kelompok PUS

yang menggunakan Non MKJP yaitu 69,4%, di bandingkan kelompok PUS yang

menggunakan MKJP yaitu 30,6%. Uji regresi logistic menunjukan tingkat

signifikansi umur 0,042 (a=0,05) yang artinya umur memengaruhi pemilihan alat

kontrasepsi di puskesmas Gading kecamatan tambaksari Surabaya (5).

Penelitian yang di lakukan oleh fitrianingsih dan Melaniani faktor

sosiodemografi dengan pemilihan alat kontrasepsi variabel paritas menunjukan

bahwa dari 25 PUS yang memiliki anak lahir hidup yang memiliki jumlah anak

lebih dari dari 3 sebagian besar adalah kelompok PUS pengguna MKJP yaitu

80,0%, di bandingkan dengan PUS pengguna Non MKJP yaitu 20%. Uji regresi

logistic menunjukan tingkat signifikan anak lahir hidup 0,027 (a=0,05) yang

artinya paritas mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi di puskesmas gading

kecamatan tambaksari Surabaya Surabaya(5).

Hasil uji analisis deskriptif yang di lakukan oleh jessa kris dayanti di

dapatkan sebanyak 59 responden memiliki sikap yang baik. 55 responden

menggunakan alat kontrasepsi sedangkan 4 responden tidak menggunakan alat

kontrasepsi. Pada analisis bivariate hubungan sikap dengan penggunaan metode

kontrasepsi di dapat nilai p sebesar 0,000 (p<0,05) maka secara statistic terdapat

8
9

nilai yang signifikan antara sikap dengan pemilihan alat kontrasepsi (9).

Hasil penelitian yang di lakukan oleh Wa niaga yang berjudul hubungan

budaya dengan pemilihan alat kontrasepsi di puskesmas labibia kota kendari tahun

2018 analisis ada hubungan antara budaya dengan pemilihan alat kontrasepsi di

wilayah kerja puskesmas labibia kota kendari tahun 2018 dengan hasil analisis

Chi square nilai p< (14,367>3,841) P>a (0,000<0,05) maka sesuai Ho ditolak ha

diterima (3).

2.2 Keluarga Berencana

2.2.1 Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasutri

untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak di

inginkan, mendapatkan kelaahiran yang di inginkan, yang mengatur interval di

antara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (7).

Secara umum (KB) dapat di artikan sebagai suatu usaha yang mengatur

banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi,

ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian

sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Dan di harapkan dengan adanya

perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang memang

sangat di harapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri

kehamilan dengan aborsi (10).

2.2.2 Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan umum dari Keluarga Berencana adalah membentuk keluarga kecil

sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
10

kelahiran anak, sehingga tercapai keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat

memenuhi kebutuhen hidupnya . meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia

perkawinan, dan peningkatan ketahanan serta kesehjateraan ibu, anak, keluarga

dan bangsa. Memenuhi permintaan masyarakat terhadap pelayanan KB dan KR

yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi,

dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi (10).

2.2.3 Ruang Lingkup Program KB

Ruang lingkup Program KB secara umum adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi informasi dan edukasi (KIE).

2. Konseling.

3. Pelayanan kontrasepsi.

4. Pelayanan infertilitas.

5. Pendidikan sex (sex education).

6. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan.

7. Konsultasi genetik.

8. Tes keganasan.

9. Adopsi (11)

2.2.4 Manfaat Keluarga Berencana

Manfaat Keluarga Berencana dipandang dari segi Kesehatan yaitu :

1. Untuk Ibu : Perbaikan kesehatan karena tercegahnya kehamilan yang

berulang kali dalam jangka yang terlalu pendek, peningkatan kesehatan

mental dan sosial yang di mungkinkan oleh adanya waktu yang cukup

untuk beristirahat dan menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan-


11

kegiatan lainnya.

2. Untuk anak-anak : Anak yang akan di lahirkan dapat tumbuh secara wajar

karena ibu yang mengandung berkeadaan sehat, sesudah anak lahir tersebut

memperoleh perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup.

3. Untuk ayah : Memperbaiki kesehatan fisiknya, memperbaiki kesehatan

mental dan sosial.

4. Untuk seluruh keluarga adalah kesempatan seluruh anggota keluarga

mempunyai kesempatan yang banyak dan sama akan segala hal(10).

2.2.5 Metode-metode Keluarga Berencana

Kebijaksanaan yang di tempuh dengan tiga fase yakni :

1. Fase menunda/mencegah kehamilan bagi pasangan usia subur dengan usia

istri di bawah usia 20 tahun.

2. Fase menjarangkan kehamilan periode usia istri antara 20-30 tahun

merupakann periode usia yang paling baik.

3. Fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan periode

umur istri di atas 30 tahun terutama di atas 35 tahun sebaiknya mengakhiri

kesuburan setelah mempunyai dua orang anak (10).

2.2.6 Defenisi Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti “mencegah” atau “melawan”

dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma

yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/

mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang

matang dengan sperma tersebut.


12

Kontrasepsi adalah pencegahan yang nyata secara langsung terhadap

proses konsepsi sebelum, selama atau setelah hubungan seksual yang di sengaja.

Dari beberapa defenisi dapat di simpulkan bahwa kontrasepsi adalah upaya-upaya

pencegahan kehamilan secara sengaja yang di lakukan oleh salah satu atau kedua

pasangan sebelum, selama, atau setelah berhubungan seksual. Adapun tujuan

kontrasepsi di klarifikasikan dalam tiga kategori, yaitu menunda/mencegah

kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan/mengakhiri kehamilan

atau kesuburan (11).

2.2.7. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi

Jenis alat kontrasepsi berdasarkan efektivitasnya terbagi menjadi dua yaitu

MKJP dan Non-MKJP :

1. MKJP ( Metode kontrasepsi jangka panjang)

1) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

AKDR, Spiral atau pun IUD adalah alat yang di buat dari polietilen

dengan atau tanpa metal/steroid yang di tempatkan dalam Rahim.

a. Cara Kerja

AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel

telur.

b. Indikasi

a) Tidak ada faktor lupa

b) Metode jangka panjang

c) Mengurangi kunjungan ke klinik

d) Lebih murah dari pil dalam jangka panjang


13

c. Kontraindikasi

a) Hamil atau di duga hamil

b) Infeksi leher Rahim

c) Penderita penyakit kelamin

d) Pernah menderita radang rongga panggul

e) Penderita pendarahan pervaginam yang abnormal

f) Riwayat kehamilan Ektopik

g) Penderita kanker alat kelamin

d. Efek samping

Pendarahan dan kram selama minggu-minggu pertama setelah

pemasangan. Kadang-kadang di temukan keputihan yang bertambah

banyak. Disamping itu pada saat berhubungan (Senggama) terjadi

expulsi (IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya.

Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman dan di

hubungkan dengan resiko infeksi Rahim.

2) AKBK (Alat kontrasepsi Bawah Kulit)

Adalah 6 kapsul kecil yang terbuat dari silicon berisi hormone

levonogestrel yang di tanam di bawah kulit.

a. Cara kerja

a) Lendir serviks menjadi kental

b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit

menjadi implantasi

c) Menekan ovulasi
14

b. Indikasi

a) Sekali pasang untuk 5 tahun

b) Tidak mempengaruhi produksi ASI

c) Tidak mempengaruhi tekanan darah

d) Tidak memerlukan pemeriksaan panggul

c. Kontraindikasi

a) Hamil atau di sangka hamil

b) Pendarahan pervaginam yang belum tau penyebabnya

c) Tumor/keganasan

d) Penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis

d. Efek Samping

Kadang-kadang pada saat pemasangan akan terasa nyeri, selain itu di

temukan haid yang tidak teratur, sakit kepala, spotting atau anemia

pendarahan yang kronis.

3) Kontrasepsi Mantap (Kontap)

Adalah pemotongan atau pengikatan kedua saluran telur wanita

(Tubektomi) atau kedua saluran sperma laki-laki (vasektomi).

a. Cara kerja

Hal ini mencegah pertemuan sel telur dengan sperma

b. Indikasi

a) Paling efektif

b) Mengakhiri kesuburan selamanya

c) Tidak perlu perawatan khusus


15

c. Kontraindikasi

Tidak ada

d. Efek samping

a) Bengkak, nyeri, dan infeksi pada luka .

2. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi jangka Panjang)

1) Suntik

Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan

dengan melalui suntikan hormon. Adapun jenis suntikan hormone ini ada

yang terdiri atas satu hormon, dan ada pula yang terdiri atas dua hormone

sebagai contoh jenis suntikan yang terdiri satu atas satu hormon adalah

Depo provera, Depo progestin, Depo geston, dan noristerat. Sedangkan

yang terdiri atas dua hormon adalah Cyclofen dan Mesygna.

a. Cara kerja

Depo provera di suntikan setiap 3 bulan sedangkan noristerat setiap 2

bulan. Wanita yang mendapatkan suntikan KB tidak mendapatkan

ovulasi.

b. Indikasi

a. Mengurangi kunjungan

b. Merupakan metode yang telah di kenal oleh masyarakat

c. Dapat di pakai dalam waktu yang lama

d. Tidak mempengaruhi produksi air susu ibu


16

c. Kontraindikasi

a) Hamil atau di sangka hamil

b) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya

c) Tumor/Keganasan

d) Penyakit jantung, hati, darah tinggi, kencing manis dan varices.

d. Efek Samping

Efek samping dari suntikan cyclofem yang sering di temukan adalah

mual, berat badan bertambah, sakit kepala, pusing-pusing dan kadang

gejala tersebut hilang setelah beberapa bulan atau setelah suntikan di

hentikan. Sedang efek samping dari Depo provera, Depo Progestin,

Depo geston dan Noristeat yang sering di jumpai adalah siklus haid

tidak teratur, terjadi bercak pendarahan, masa menstruasi lebih lama.

2) Pil

Tablet yang mengandung hormon estrogen dan progesteron sintetik di

sebut pil kombinasi dan yang hanya mengandung progesteron sintetik saja

di sebut Mini pil atau Pil Progestin.

a. Cara Kerja

a) Menekan ovulasi

b) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu

c) Mengganggu pertumbuhan endometrium, sehingga menyulitkan

implantasi

d) Memperkental lender serviks


17

b. Indikasi

a) Mudah di dapat

b) Mengurangi nyeri haid

c) Mengurangi resiko terjadinya KET

d) Mengurangi resiko terjadinya Kanker ovarium dan Rahim

c. Kontraindikasi

a) Pernah sakit jantung

b) Tumor/keganasan

c) Varices, darah tinggi,

d) Perndarahan pervaginam yang belum di ketahui penyebabnya

e) Penyakit gondok

f) Gangguan fungsi hati dan ginjal

g) Diabetes, epilepsy, dan depresi mental

d. Efek samping

Efek samping Pil KB Antara lain mual, berat badan bertambah, sakit

kepala, perubahan warna kulit efek samping ini dapat timbul berbulan-

bulan

3) Kondom pria

Adalah sarung karet tipis yang di pakai oleh pria pada waktu bersenggama.

a. Cara Kerja

Sarung karet ini mencegah sperma bertemu dengan ovum.


18

b. Indikasi

a) Dapat di pakai sendiri

b) Dapat mencegah penularan penyakit kelamin

c) Tidak mempengaruhi kegiatan menyususi

d) Tidak mengganggu kesehatan

e) Tidak ada efek samping sistemik

f) Tidak perlu resep dari tim medis

g) Tidak mahal

c. Kontraindikasi

a. Alergi

b. Bocor/robek (12).

2.2.9 Pasangan Usia Subur

Pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya

berumur antara 15 tahun sampai dengan 49 tahun pasangan suami istri yg istri

berumur 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun,tetapi

masih haid.PUS yang menjadi peserta KB adalah pasangan usia subur yang

suami/istrinya sedang memakai atau menggunakan salah satu kontrasepsi atau

cara kontrasepsi modern pada tahun pelaksanaan atau pendataan keluarga.

Pasangan usia subur bekisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan

(laki-laki dan perempuan)sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ

dalam reproduksi sudah berfungsi dengan baik. Ini di bedakan dengan perempuan

usia subur berstatus janda atau cerai pada masa ini pasangan usia subur (12).
19

2.2.10 Faktor yang Berhubungan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi pada

PUS

Faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi pada PUS

adalah faktor umur, faktor paritas, dan faktor sikap.

1. Umur

Umur adalah usia Pus yang dinyatakan dalam satuan tahun yang dihitung

sejak lahir sampai penelitian dilakukan. Semakin cukup umur, tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.Menurut

widiastuti 2009 yaitu penyampaian informasi yang baik yaitu pada masa

kedewasaan karena masa kedewasaan merupakan masa dimana terjadi

perkembangan intelegensi, kematangan mental, kepribadian, pola pikirdan prilaku

sosial.

Umur sangat erat hubungan nya dengan tigkat pengetahuan seseorang

karena semakin bertambahnya umur manusia semakin banyak pula pengetahuan

yang akan di dapatnya (13).

2. Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang di punyai oleh PUS, dan

paritas dapat di bedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara.

Klasifikisasi paritas yaitu :

a. Primipara

Adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak yang cukup besar

untuk hidup di dunia luar.


20

b. Adalah wanita yang pernah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali.

c. Wanita yang melahirkan 5 orang anak atau lebih (14).

3. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung di

lihat, tapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup .

Tahapan sikap terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu :

1. Menerima (Receiving)

Menerima di artikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang di

berikan.

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila di Tanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang di berikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang di berikan terlepas

dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide

tersebut.

3. Menghargai (Valving)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling bahagia.


21

1) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah :

1. Pengalaman Pribadi

Sesuatu yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan

menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.

2. Kebudayaan

Kebudayaan di mana kita hidup dan di besarkan mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan sikap.

3. Orang lain yang di anggap penting

Seseorang yang kita anggap penting seseorang yang kita harapkan

peretujuan nya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang

yang tidak ingin kita keecewakan atau seseorang yang berarti khusus kita

akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.

4. Media masa

Media masa sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media masa yang

mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan

orang.

5. Institusi lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidilan dan agama sebagai suatu system mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakan dasar

pengertian dan konsep moral dalam individu.


22

2) Pengukuran Sikap

Kemampuan yang di ukur adalah menerima, merespon, menghargai,

mengorganisasikan dan menghayati. Skala yang di gunakan seseorang

terhadap kegiatan suatu objek diantaranya :

a. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenagi,

mengharapkan objek tertentu.

b. Sikap negative terdapat kecenderungan untuk menjauhi,menghindari,

membenci dan tidak menyukai objek tertentu.(15)

4. Budaya

Budaya dari kata sans atau bodhya yang artinya pikiran dan akal budi.

Budaya ialah segala hal yang di buat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal

budinya yang mengandung cipta rasa dan karsa. Dapat berupa kesenian,

pengetahuan, moral, hukum, kepercayaan, adat istiadat ataupun ilmu.

Budaya adalah keyakinan dan prilaku yang di aturkan atau di ajarkan

manusia kepada generasi berikutnya, budaya adalah sesuatu yang kompleks yang

mengandung pengetahuan, kepercayaan seni, moral ,hokum, kebiasaan dan

kecakapan lain yang merupakan kebiasaan manusia sebagai anggota komunikasi

setempat.

1. Adapun unsur-unsur dari Budaya adalah:

a) Sistem Religi, terdiri dari system kepecayaan kesusastraan suci, system

upacara agama, kelompok keagamaan, ilmu gaib serta system nilai dan

pandangan hidup.
23

b) Sistem dan organisasi masyarakat, terdiri dari kekerabatan, system

kesatuan hidup setempat, asosiasi-asosiasi dan system kenegaraan.

c) System pengetahuan terdiri dari pengetahuan tentang sekitar alam, tentang

alam flora, zat-zat bahan mentah.

d) Bahasa, terdiri darai bahasa lisan dan tulisan.

e) Kesenian, terdiri dari seni patung, seni lukis/gambar.

f) Mata pencaharian, terdiri dari berburu, meramu, perikanan, bercocok

tanam dll.

g) Teknologi dan peralatan terdiri dari alat-alat produktif, ditribusi dan

transport.

2. Wujud Budaya

Tiga kejala kebudayaan yaitu ideals, activities, dan artifact yang memiliki

arti sebagai berikut :

a) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan-gagasan,

nilai-nilai, norma-norma, peraturan.

b) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola

dari manusia dalam masyarakat.

c) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

3. Budaya dalam pemilihan alat kontrasepsi

Pengguna alat kontrasepsi sangat terkait dengan budaya, sebab alat

kontrasepsiterkait dengan cara pemasangan dan kebiasaan menggunakan.

Sebagaimana di ketahui bahwa alat kontrasepsi IUD misalnya. Pemasangan ini

melalui alat kemaluan wanita yang tidak di terima pada orang-orang di lingkungan
24

budaya tertentu. Di samping itu penggunaan nya terkait dengan kebiasaan

masyarakat yang hidup di lingkungan tertentu. Seseorang akan tertarik

menggunakan salah satu alat kontrasepsi jika orang-orang di sekitarnya

menggunakan alat kontrasepsi yang sama. Contohnya ketertarikan seseorang pada

penggunaan alat kontrasepsi suntik akan timbul jika orang-orang di sekitarnya

juga menggunakan kontrasepsi suntik. termasuk juga kebiasaan yang turun

temurun dari ibu ke anak dan seterusnya (3).

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap

permasalahan yang di ajukan dalam penelitian. Adapun hipotesis dalam penelitian

ini yaitu :

1. Ada faktor hubungan Umur dengan pemilihan alat kontrasepsi pada PUS

di Desa Bekulap Dusun lV Kecamatan Selesai.

2. Ada faktor hubungan Paritas dengan pemilihan alat kontrasepsi pada PUS

di Desa Bekulap Dusun lV Kecamatan Selesai.

3. Ada faktor hubungan sikap dengan pemilihan alat kontrasepsi pada PUS di

Desa Bekulap Dusun lV Kecamatan Selesai.

4. Ada faktor hubungan Budaya dengan pemilihan alat kontrasepsi pada PUS

di Desa Bekulap Dusun lV Kecamatan Selesai


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan survey analitik dengan pendekatan

Cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor Umur, paritas dan sikap

dengan pemilihan alat kontrasepsi pada PUS. Pada penelitian ini menggunakan

pendekatan Cross Sectional dimana penelitian ini dengan melakukan pengukuran

atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) yang bertujuan untuk

mengetahui Faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi (16)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Bekulap Dusun lV Kecamatan Selesai

cakupan PUS banyak, tempat penelitian mudah di jangkau.di Desa Sambirejo

dusun 1 sendiri terdapat masalah faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat

kontrasepsi pada PUS.

3.2.2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret-Juli 2019, dimulai dari

pengajuan judul, pengumpulan data, melakukan pengolahan dan analisa data serta

penyusunan hasil penelitian.

25
26

3.3. Populasi dan Sample

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan objek penelitian dan

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh

peneliti untuk di pelajari untuk kemudia di tarik kesimpulannya. Yang termasuk

dalam populasi adalah seluruh pasangan usia subur yang ada di desa Bekulap

Dusun lV Kecamatan Selesai berjumlah 58 jiwa.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang di ambil dari keseluruhan objek yang di teliti

dan di anggap mewakili seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan total sampling yaitu seluruh pasangan usia subur yang

berada di desa Bekulap Dusun lV Kecamatan Selesai berjumlah 58 jiwa.

3.4. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan alur penelitian yang memperlihatkan

variabel-variabel yang mempengaruhi dan di pengaruhi. Ada pun kerangka

konsep dalam penelitian ini berjudul “Faktor yang berhubungan dengan pemilihan

alat kontrasepsi pada PUS di Desa Bekulap Dusun lV Kecamatan Selesai”.

Variabel Independent Variabel Dependent


Karakteristik Suami:
1. Umur Pemilihan alat kontrasepsi
2. Paritas pada PUS
3. Sikap
4. Sumber Informasi

Gambar 3.1. Kerangka Konsep


27

3.5. Defenisi Operasional dan Aspek Pengukuran

Defenisi operasional adalah membatasi ruang lingkup atau pengertian

variabel yang di amati atau peneliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut di beri

batasan. Hal ini juga bermamfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau

pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan

instrumental/alat ukur (16).

Defenisi Operasional dari penelitian ini yaitu:

1. Umur adalah usia Pus yang dinyatakan dalam satuan tahun yang dihitung.

2. Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang di punyai oleh PUS, dan

paritas dapat di bedakan menjadi primipara, multipara dan

grandemultipara.

3. Sikap merupakan respon atau tindakan PUS terhadap pemilihan alat

kontrasepsi pada PUS.

4. Budaya adalah segala hal yang di buat oleh manusia berdasarkan pikiran

dan ajal budinya yang mengandung cipta rasa dan karsa.


28

Tabel 3.1. Defenisi Operasional dan Aspek Pengukuran


Variabel Alat Hasil Kategori/Bobot Skala
Independen Ukur Pengukuran Nilai Pengukuran
Umur Kuisioner (1) 1 Ordinal
pertanyaan 2
<20 =1 <20 3
20-30 =2 20-30
>30 =3 >30

Paritas Kuisioner (1)


pertanyaan Ordinal
primipara = 1 Primipara (1) 1
Multipara =2 multipara (2-3) 2
Grandepara =3 Grandepara (>5) 3

Sikap Kuisioner
(10) pertanyaan
Setuju = 1 Tidak setuju 1 Ordinal
Tidak setuju = 0 Setuju 2
Kuisioner (10)
Budaya pertanyaan
Ya =1 Ya 1 Ordinal
Tidak=0 Tidak 2

Variabel Alat Hasil Kategori/Bobot Skala


Dependen Ukur Pengukuran Nilai Pengukuran
Pemilihan alat Kuisioner a. Non MKJP 1 Ordinal
Kontrasepsi (1) pertanyaan b.MKJP 2
Non
MKJP=1MKJP=2

3.6. Teknik Pengumpulan Data

3.6.1. Data Primer

Data primer adalah teknik pengumpulan data secara langsung oleh peneliti

dengan responden atau subjek dengan cara Tanya jawab sepihak secara sistematis.

Data primer yang digunakan peneliti dalam penelitian ini dengan cara

mengumpulkan data langsung terhadap responden meliputi Nama responden,


29

Umur respnden umur istri, alamat responden, dukungan istri, social budaya,

sumber informasi, akses pelayanan KB dan keikutsertaan menjadi akseptor KB.

3.6.2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder di peroleh dengan cara melihat riwayat

melakukan responden melalui data dari puskesmas.

3.6.3. Data Tertier

Data tertier adalah data yang di peroleh dari naskah yang sudah di

publikaikan. Data tertier yang di gunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

data SDKI 2017, BKKBN Sumut 2015, tentang angka pemilihan alat kontrasepsii.

3.7. Teknik Pengolahan Data

Data yang terkumpul di olah secara komputerisasi melalui langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Collecting

Mengumpulkan data yang berasal dari kuisioner, angka maupun observasi.

2. Checking

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan kuisioner atau observasi

dengan tujuan agar dapat di olah secara benar sehingga pengolahan data

dapat di olah secara benar sehingga pengolahan data membrikanhasil yang

valid dan realible terhindar dari bias.

3. Cooding

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-

variabel yang di teliti.


30

4. Entering

Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) di msaukan ke dalam

program computer yang di gunakan peneliti yaitu program SPSS for

Windows.

5. Data Processing

Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi computer akandi olah

sesuai dengan kebutuhan dari penelitian (iman muhamad).

3.8. Teknik Analisa Data

3.8.1. Analisa Univariat

Analisa univariat di gunakan untuk mendeskripsikan data yang di lakukan

pada tiap variable dari variable hasil peneliti. Melakukan analisa data pada setiap

variable untuk mengetahui distribusi frekuensi dari variable yang diteliti yaitu

Dukungan Keluarga, Sosial Budaya dan Sumber informasi.

3.8.2. Analisa Bivariat

Setelah di ketahui karakteristik masing-masing variable pada penelitian

ini, m aka analisis akan di lanjutkan pada tingkat bivariate. Umtuk mengetahui

hubungan (korelasi) antara variable bebas (independent variable) dengan variable

terikat (Dependent Variabel).

Untuk membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara variabel

bebas dengan variabel terikat di gunakan analisis Chi-square, pada batas

kemaknaan perhitungan stastitik p-value (0,05). Apabila hasil perhitungan

menunjukan nilai p<p value (0,05) maka di katakana (Ho) di tolak dan Ha di
31

terima, artinya kedua variable secara statistik mempunyai hubungan yang

signifikan. Kemudian untuk menjelaskan adanya asosiasi (Hubungan) antara

variable terikat dengan variable bebas di gunakan analisa tabulasi silang.

Aturan yang berlaku pada uji chi square adalah sebagai berikut :

a. Bila pada table 2x2 di jumpai nilai harapan (expected value=E) kurang

dari 5, maka uji yang di gunakan adalah Fisher Exact.

b. Bila pada table 2x2 dan semua nilai E>5 (tidak ada nilai E<5), maka nilai

yang di pakai sebaiknya Continuity Correction.

c. Uji Likelihood Ratio dan Linear-by-Linear Association, biasanya di

gunakan untuk keperluan lebih spesifik misalnya untuk analisis stratifikasi

pada bidang epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linear

antara dua variabel kategorik, sehingga kedua jenis ini jarang di guanakan.

3.9. Uji Validitas dan Realibitas

3.9.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu bener-benar

mengukur apa yang di ukur. Untuk mengetahui apakah kuisioner yang kita susun

tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu di uji dengan

uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total

kuisioner tersebut. Bila semua pertanyaan itu mempunyai korelasi yang bermakna

(construct validity). Apabila kuisioner tersebut telah memiliki validitas konstruk,

berarti semua item (pertanyaan) yang ada di dalam kuisioner itu mengukur konsep

yang kita ukur . Penguji validitas konstruk dengan SPSS adalah menggunakan

korelasi, instrument valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah


32

positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig(2-tailed)] ≤ taraf signifika (a) sebesar

0,05

3.9.2 Uji Realibitas

Reabilitas adalah indeks yang, menunjukan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat di percaya atau di andalkan. Hal ini berarti menunjukan sejauh

mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asah bila di lakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan mengukur

menggunakam alat yang sama.

Demikian juga kuisioner sebagai alat ukur untuk gejala-gejala sosial (non

fisik). Untuk sebelum di gunakan untuk penelitian harus di tes (diuji coba)

sekurang kurangnya dua kai. Uji coba tersebut kemudian di uji dengan tes

menggunakan rumus korelasi pearson (pearso correlation), seperti tersebut di atas.

perlu di catat, bahwa perhitungan realibitas harus di lakukan hanya pada

pertanyaan pertanyaan yang sudah memiliki validitas. Dengan demikian harus

menghitung validitas terlebih dahulu sebelum menghitung reabilitas (17).


DAFTAR PUSTAKA

1. BKKBN edisi kesatu 2018


2. Stalker p SDGS 2015 jakarta 2015
3. Profil kesehatan Indonesia 2017
4. Asti dewi rahayu fitrianingsih dan soenarnatalina melaniani 2016 “faktor
sosiodemografi yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi
5. Syukaisih 2015 “faktor yg berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi
di puskesmas rambah
6. Ahmad Nasurulloh dengan judul hubungan tingkat pengetahuan, sikap dan
dukungan keluarga dengan keikutsertaan KB oleh (PUS) di wilayah kerja
puskesmas purwosari kota surakarta
7. Jessa kris dayanti dkk, 2018 “faktor yang berhubungan dengan penggunaan
metode kontrasepsi pada pus di rowosari”
8. Suratun SKM dkk, pelayanan kelurga berencana penerbit pertama kali
CV.trans info media cetakan kedua 2016
9. Dr.erna setyaningrum pelayanan keluarga berencana penerbit trans info
media Jakarta cetakan pertama 2016
10. Radita kusumaningrum 2009n “ faktor yang mempengaruhi oemilihan jenis
kontrasepsi yang di gunakan PUS
11. Jannah N, Rahayu S. Kesehatan Reproduksi & Keluarga Berencana. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran; 2017.
12. Sri handayani pelayan keluarga berencana 2010 terbitan pustaka rihana
yogyakarta
13. A.wawan dan dewi M, pengetahuan sikap dan prilaku manusia cetakan 1
2010terbitan nuha medika
14. Iman Muhammad panduan penyusunan karya tulis ilmiah bidang kesehatan
2015
15. Iman Muhammad pemamfaatan spss dalam penelitian sosial dan kesehatan
2017

33

Anda mungkin juga menyukai