Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH AIDS

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

NAMA : ARIANI NDRURU

NIM : 1516180017

DOSEN PENGUJI : IVANSRI MARSAULINA PANJAITAN, SST, M.Kes

AKADEMI KEBIDANAN HELVETI


MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“MAKALAH AIDS”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan Mata Kuliah. Dalam penulisan makalah, tidak sedikit hambatan
yang penulis hadapi.Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penulisan
makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Baik pada teknis penulisan maupun dalam materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.

Medan, September 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar belakang masalah .................................................................. 1
1.2. Perumusan masalah ......................................................................... 4
1.3. Cara mengatasi Masalah.................................................................. 4
1.4. Manfaat Penulisan ........................................................................... 5

BAB II PEMBAHASANA ................................................................................ 6


2.1. Sejarah Aids ..................................................................................... 6
2.2. Pengertian Aids ................................................................................ 8
2.3. Cara Penularan ................................................................................ 9
2.4. Patogenesis ....................................................................................... 12
2.5. Gejala Dan Komplikasi .................................................................... 14
2.6. Pengobatan Alternatif ...................................................................... 20
2.7. Upaya Pencegahan AIDS ................................................................ 21

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 26


3.1. Kesimpulan....................................................................................... 26
3.2. Saran ................................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Virus HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang

dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama

sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada

akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang ringan

sekalipun. Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan

lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa

kekebalan tubuh ketika diserang penyakit maka tubuh tidak memiliki pelindung.

Dampaknya adalah meninggal dunia terkena pilek biasa.

AIDS merupakan singakatan dari Acquired Immune Deficiency Dydrome

penyakit AIDS yaitu suatu penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak

berkembangbiaknya virus HIV didalam tubuh manusia, yang mana virus ini

menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya sistem

kekebalan tubuh. Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh membuat

sipenderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit termasuk penyakit

ringsn sekalipun.

Virus HIV menyerang sel CD4 dan menjadikan tempat berkembangbiak

virus HIV baru, kemudian merusaknya sehinggatidak digunakan lagi sebagaimana

kita ketahui bahwa sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan

tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita lemas dan tidak berupaya

1
melawan jangkitan penyakit dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski

terkena influenza atau pilek biasa. Ketika tubuh manuasia terkena virus HIV maka

tidaklah langsung menyebabkan atau menderita penyakit AIDS melainkan

diperlukan waktu yang cukup lama bahkan bertahun;tahun bagi viru HIV untuk

menyebabkan AIDS atau HIV positif yang mematikan.

a. Gejala HIV

Pada awalnya yang terinveksi HIV tampaknya seperti orang yang sehat dan tidak

memperhatikan segala-segala tertentu fase ini terjadi selama 5-7 tahun.

Pada tahap selanjutnya akan muncul gejala-gejala seperti yang di bawah ini:

1. Saluran pernafasan,penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak,

batuk nyeri dada dan demam yang terus menerus mencapai 39°C seperti

terserang infeksi virus lainnya (Peunmonia). Tidakn jarang diagnose pada

stadium awal penyakit HIV+ AIDS diduga sebagai TBC.

2. Saluran pencernaan penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan geala

seperti hilangnya nafsu makan, mual, dan muntah. Terap mengalami penyakit

jamur pada rongga mulut dan kerongkongan.

3. Berat badan tubuh penderita mengalami hal disebut juga Wasfing Syndrome,

yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena

gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal

sebagai Malnutrisi termasuk juga karena angguan absorbs / penyerapan

makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarrhea kronik kondisi

letih dan lemah kurang tenaga.

2
4. Sistem persyarafan terjadi gangguan pada persyarafan central yang

mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering

tampak kebinguan dan respon anggota gerak melambat. Pada sistem

persyarafan ujung (peripheral) dan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada

telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi

darah rendah dan impoen.

Fase ini berlangsung 6 bulan sampai 2 tahun untuk mengatahui apakah

seseorang dinyatakan positif menderita penyakit HIV+ AIDS dilakukan

pemeriksaan laboratorium terhadap banyaknya jumlah sel T pada darahnya.

b. Penularan HIV

Sampai saat ini belum dapat diketahui darimana mulai berjangkitnya penyakitnya

AIDS. Penyakit ditularkan melalui kontak biasa namun di tularkan melalui:

 Darah, contohnya : Transfusi darah, terkena darah HIV+ pada kulit yang

terluka, terkena darah menstruasi pada kulit yang terluka, jarum suntik,

dan sebagainya.

 Cairan semen,Air Mani, Sperma, dan Peju Pria, contohnya : Laki-laki

berhubungan badan tanpa kondom atau pengaman lainnya, oral seks, dan

sebagai.

 Cairan Vagina pada Perempuan, contohnya ; Wanita berhubungan badan

tanpa pengaman, pinjam-pinjam alat bantu seks, dan sebagainya.

 Air Susu Ibu / ASI, contohnya : Bayi yang minum ASI wanita HIV+,

Laki-laki meminum susu ASI pasanganya, dan lain sebagainya.

3
1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dirumuskan permasalah

pokok dalam hal ini yaitu:

“Bagaimana cara pengobatan dan pencegahan penyakit HIV+ atau AIDS?”

1.3. Cara mengatasi Masalah

Pengobatan atau peranganan penyakit AIDS kendatipun dari berbagai

Negara terus melakukan solusinya dalam mengatasi HIV+ atau AIDS, namun

hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun vaksin

yang dapat menyembuhkan manusia dari virus HIV penyebab AIDS. Adapun

tujuan pemberian obat-obatan pada penderita AIDS adalah untuk membantu

memperbaiki daya tahan tubuh meningkat kualitas hidup bagi mereka yang

mengetahui terserang virus HIV dalammengurangi angka kelahiran dan kematian.

Kita semua diharapkan untuk tidak mengucilkan dan menjauhi penderita HIV

karena mereka membutuhkan dukungan agar bisa melanjutkan hidup tanpa

banyak beban dan berpulang kerahmatullah dengan ikhlas.

Cara mengatasinya adalah dengan cara:

 Jangan melakukan seks bebas,

 Jangan memakai jarum suntik secara bergantian,

 Kekurangan anti body,

 Melakukan doror darah orang mempunyai penyakit HIV,dan lain-lain.

4
I.4.Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah:

a. Melalui penulisan ini kita dapat mengetahui penyakit HIV+ atau AIDS itu

berasal dari mana

b. Memberitahukan penyakit HIV+ atau AIDS itu sangat berbahaya.

c. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada Penulis

d. dan pembaca tentang penyakit HIV+ atau AIDS.

5
BAB I I

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Aids

Kasus AIDS pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di Amerika Serikat pada

tahun 1983 dan virusnya di temukan Luc Montagnier pada tahun 1983. AIDS

pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 juni 1981, ketika Centers for Disease

Control and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia

pneumosistis (sekarang masih diklasifikasi sebagai PCP tetapi diketahui

disebabkan oleh Peneumocystis Jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di Los

Angeles.

Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retovirus yang disebut

Human Immunodeciency Virus (HIV). Dua spesies HIV yang diketahui

menginfeksi manusia adalah HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 lebih mematikan dan lebih

mudah masuk kedalam tubuh. HIV-1 adalah sumber dari mayoritas infeksi HIV di

dunia, sementara HIV-2 sulit di masukan dan kebanyakan berada di Afrika Barat.

Baik HIV-1 dan HIV-2 berasal dari primate. Asal HIV-1 berasal dari Sooty

Mangabey (cercocebus atys), monyet dari Guinea Bissau, dan Kamerun.

Banyak ahli berpendapat bahwa HIV masuk ke dalam tubuh manusia akibat

kontak dengan primate lainnya, contohnya selama berburu atau pemotongan

daging. Teori yang lebih controversial yang dikenal dengan nama hipotesis OPV

AIDS, menyatakan bahwa epidermik AIDS dimulai pada akhir tahun 1950-an di

Kongo Belgia sebagai akibat dari penelitian Hilary Koprowski rehadap vaksin

6
polio. Namun demikian, komunitas ilmiah umunya berpendapat bahwa scenario

tersebut tida didukung oleh bukti-bukti yang ada.

Penyakit AIDS dewasa ini telah terjangkit hampir setiap didunia (pandemi),

termasuk diantaranya Indonesia. Hingga November 1996 diperkirakan telah

terdapat sebanyak 8.400.000 kasus didunia yang terdiri dari 6,7 juta dewasa dan

1,7 anak-anak. Di Indonesia berdasarkan data-data yang bersumber dari Direktorat

Jendaral P2M dan PLP Depertemen Kesehatan RI sampai dengan 1Mei 1998

jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 685 orang yang dilaporkan oleh 23

provinsi di Indonesia. Data jumlsh penderita yang sebenarnya. Pada penyakit ini

berlaku teori “Gunung Es” dimana penderita yang kelihatan hanya sebagian kecil

dari yang semestinya. Untuk itu WHO mengestimasikan bahwa 1 penderita yang

terinfeksi telah terdapat kurang lebih 100-200 penderita HIV yang belum

diketahui.

Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu

singkat terjadi peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin banyak negara.

Dikatakan pula bahwa epidemic yang terjadi tidak saja mengenal penyakit

(AIDS), virus (HIV) tetapi juga reaksi/dampak negative berbagai bidang seperti

kesehatan, social, ekonomi, politik, kebudayaan dan demografi. Hal ini

merupakan tantangan yang harus diharapi baik oleh negara maju maupun negara

berkembang.

7
2.2. Pengertian Aids

Acquired Immunoficiency Syndrome (AIDS) adalah Syndrome akibst

defisiensi immunitas selluler tanpa penyebab lain yang diketahui, ditandai dengan

infeksi oportunistik keganasan berakiba penderita berakibat fatal. Munculnya

Syndrome ini erat hubungannya dengan berkurangnya zat kekebalan tubuh yang

prosesnya tidaklah terjadi seketika melainkan sekitar 5-10 tahun setelah seseorang

terinfeksi HIV.

Berdasarkan hal tersebut maka penderita AIDS dimasyarakat digolongkan

kedalam 2 kategori yaitu:

1. Penderita yang mengidap HIV dan telah menunjukkan gejala klinis (penderita

AIDS positif).

2. Penderita yang mengidap HIV, tetapi belum menunjukkan gejala klinis

(penderita AIDS negatif).

Menurut Suensen (1989) terdapat 5t-10 juta HIV positif yang dalam waktu 5-7

mendatang diperkirakan 10-30% diantaranya menjadi penderita AIDS. Pada

tingkat pandemi HIV itu dapat berkembang lebih lanjut dan menyebabkan

kelainan imunologis yang luas dan gejala klinik yang bervariasi. AIDS merupakan

penyakit yang sangat berbahaya karena mempunyai case fatality rate 100% dalam

5 tahun setelah diagnose AIDS ditegakkan, maka semua penderita akan

meninggal.

8
2.3. Cara Penularan

Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan suatu

penyakit yaitu sumber infeksi, vehikulum yang membawa agent, host yang rentan,

tempat keluar kuman dan tempat masuk kuman (port’d entrée). Virus HIV sampai

saat ini terbukti hanya menyerang sel Lymfosit T dan sel otak sebagai organ

sasarannya. Virus HIV sangat lemah dan mudah mati diluar tubuh. Sebagai

vehikulum yang dapat membawa virus HIV keluar tubuh dan menularkan kepada

orang lain adalah cairan tubuh. Cairan tubuh yang terbukti menularkan

diantaranya semen, cairanvagina atau servik dan darah penderita.

Banyak cara yang diduga menjadi cara penularaan virus HIV, namun hingga

kini cara penularan HIV yang diketahui adalah melalui:

1. Transmisi Seksual

Penularan (transmisi) HIV sacara seksual terjadi ketika ada kontak antara

sekresi cairan vagina atau preseminal seseorang dengan rectum, atau membrane

mukaso mulut pasanganya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih

berisiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan

seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa dan seks oral.

Kekerasan seksual secara umum menungkatkan risiko penularaan HIV karena

pelindung umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap

rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV. Penyebabnya gangguan

pertahanan jaringan epitel risiko penularan HIV karena adanya borok alat

kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit

dan makrofaga) pada semen dan sekresi vagina. Penelitian epidermiologis dari

9
Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Serikat. Menunjukkan bahwa terdapat

sekitar empat kali lebih besar risiko terinfaksi AIDS akibat adanya borok alat

kelamin seperti yang disebabkan oleh sifils dan/atau chancroid. Resiko tersebut

juga meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular

seksual seperti kencing nabah, infeksi Chlamydia, dan trikomoniasis yang

menyebabkan pengumpulan local lifosit dan makrofaga.

Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap

dan kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan

dari bervariasi pada berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antar orang.

Pada penelitian Darrow (1985) ditemukan resiko seropositive untuk zat anti

terhadap HIV cenderung naik pada hubungan seksual yang dilakukan pada

pasangan tidak tetap. Orang yang sering berhubungan seksual dengan berganti

pasangan merupakan kelompok manuasia yang berisiko tinggi terinfeksi virus

HIV.

Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual maupun

Heteroseksual.

a. Homoseksual

Didunia barat, Amerika Serikat dan Eropa tingkat promiskuitas

homoseksual menderita AIDS, berumur antara 20-40 tahun dari semua

golongan rusial. Cara hubungan seksual anogenetal merupakan perilaku

seksual dengan resiko tinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi mitra

seksual yang pasif menerima ejakulasi semen dari seseorangan pengidap

HIV. Hal ini sehubungan dengan mukosa rectum yang sangat tipis dan

10
mudah sekali mengalami pertukaran pada saat berhubungan secara

anogenital.

b. Heteroseksual

Di Afrika dan Asia Tenggara cara penularan utama melalui hubungan

heteroseksual pada promiskuitas dan penderiDi Afrika dan Asia Tenggara

cara penularan utama melalui hubungan heteroseksual pada promiskuitas

dan penderita terbanyak adalah kelompok umur seksual pada promiskuitas

dan penderita terbanyak adalah kelompok umur seksual aktif baik pria

maupun wanita yang mempunyai banyak pasangan dan berganti-ganti.

2. Transmisi Non Seksual

Jalur penularan ini terutaemofilia, dan resipien terutama berhubungan dengan

obat suntik, penderita hemophilia, dan resepien transfusi darah dan produk darah.

Berbagi dan menggunakan kembali jarum suntik (syringe) yang mengandung

darah yang terkontaminasi oleh organism biologis penyebab penyakit (pathogen),

tidak hanya merupakan risiko utama atas infeksi HIV, tetapi juga hepatitis B dan

hepatitis C. Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari

semua infeksi baru HIV dan 50% infeksi hepatitis C di Amerika Uara, Republik

Rakyat Cina, dan Eropa Timur.

a. Transmisi Parenral

1. Transmisi melalui benda Merupakan akibat penggunaan jarum suntik

dan alat tusuk lainnya (alat tindik) yang telah terkontaminasi, misalnya

pada penyalah gunaan narkotik suntik yang menggunakan jarum suntik

yang tercemar secara bersama-sama. Di samping dapat juga terjadi

11
melaui jarum suntik yang di pakai oleh petugas kesehatan tanpa

disterilkan terlebih dahulu. Resiko tertular cara transmisi parenral ini

kurang dari 1%.

2. Darah/produk darah merupakan transmisi melalui transfuse atau

produk darah di negara-negara barat sebelum 1985. Sesudah tahun

1985 transmisi melalui jalur ini di negara barat sangat jarang, karena

darah donor telah diperoksa sebelum ditransfusikan. Resiko retular

infeksi/HIV lewat transfusi darah adalah lebih dari 90%.

b. Transmisi Transplasental

Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai

resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan

dan sewaktumenyusui. Penularan melalui air susu ibu (ASI) termasuk

penularan dengan resiko rendah.

2.4. Patogenesis

AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV . HIV adalah

retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia,

seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel

T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ hingga

jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (µL) darah, maka

kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut

AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian

timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang diidentifikasi dengan

memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.

12
Dasar utama pathogenesis HIV adalah kurangnya jenis limposit T

helper/induser yang mengandung marker CD 4 (sel T 4). Limpfosit T 4

merupakan pusat dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak

langsung dalam menginduksi fungsi-fungsi imunologik. Menurun atau hilangnya

sistem imunitas seluler, terjadi karena HIV secara selektif menginfeksi sel yang

berperan membentuk zat antibody pada sistem kekebalan tersebut, yaitu sel

lymfosit T4. Setelah HIV mengikat diri pada molekul CD 4, virus masuk kedalam

target dan ia melepas bungkusnya kemudian dengan anzym reverse transcryptae ia

merubah bentuk RNA agar dapat bergabung dengan DNA sel target. Selanjutnya

sel yang berkembang biak akan mengundang bahan genetic virus. I nfeksi HIV

dengan demikian menjadi irreversible dan berlangsung seumur hidup.

Pada awal infeksi, HIV tidak segera menyebab kematian dari sel yang di

infeksinya tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi (penggandaan), sehingga

ada kesempatan untuk berkembang dalam tubuh penderita tersebut, yang lambat

laun akan menghabiskan atau merusak sampai jumlah tertentu dari sel lymfosit

T4. Setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun kemudiam, barulah pada

penderita akan terlihat gejala klinis sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut.

Masa antara bulan sampai lebih dari 10 tahun, rata-rata 21 bulan pada anak-anak

dan 60 bulan pada orang dewasa.

Infeksi oleh virus HIV menyebab fungsi kekebalan tubuh rusak yang

mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang atau hilang, akibatnya mudah terkena

penyakit-penyakit lain seperti penyakit ibfeksi yang disebabkan oleh bakteri,

protozoa, dan jamur dan juga mudah terkena penyakit kanker seperti sarcoma

13
Kaposi. HIV mungkin juga secara langsung menginfeksi sel-sel syaraf,

menyebabkan kerusakan neurologis.

2.5. Gejala Dan Komplikasi

Gejala-gejala utama

Berbagai gejala AIDS umunya tidak akan terjadi pada yang memiliki sistem

kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh

bakteri,virus, fungi, dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur

sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati

pada penderita AIDS. HIV memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita

AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarcoma Kaposi, Kanker

leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.

Biasanya penderita AIDS mrmiliki gejala infeksi sistematik; seperti demam,

berkeringat(terutama pada malam hari), pembengkak kelenjar, kedinginan, erasa

lemah, serta penurunan berat badan. Infeksi oportunistik tertentu yang diderita

pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di

wilayah geografis tempat hidup pasien.

1. Penyakit paru-paru utama

Foto sinar-X pneumonia pada paru-paru, disebabkan oleh Pneumocystis

jirovecii.Pneumonia pneumocystis (PCP) jarang dijumpai pada orang sehat yang

memiliki kekebalan tubuh yang baik, tetapi umunya dijumpai pada orang yang

terinfeksi HIV.

Penyakit adalah fungi Pneumocystis jirovecii. Sebelum adanya diagnosis,

perawatan, dan tindakan pencegahan rutin yang efektif di negara-negara Barat,

14
penyakit ini umumnya segera menyebabkan kematian. Di negara-negara

berkembang, penyakit ini merupakan indikasi pertama AIDS pada orang-orang

yang belum dites, walaupun umumnya indikasi tersebut tidak muncul kecuali jika

jumlah CD4 kurang 200 per µL.

Tunberkulosis (TBC) merupakan infeksi unik di antara infeksi-infeksi

lainnya yang terkait HIV, karena dditularkan kepada orang yang sehat

(imunokompeten) melalui rute pernapasan (respirasi). Ia dapat dengan mudah

ditangani bila telah diindentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV, serta

dapat dicegah melalui terapi pengobatan. Namun demikian, resistensi TBC

terhadap berbagai obat merupakan masalah potensial pada penyakit ini.

Meskipun munculnya penyakit ini di negara-negara Barat telah berkurang

digunakannya terapi dengan pengamatan langsung dan metode terbaru lainnya,

namun tidaklah demikian yang terjadi negara-negara berkembang tempat HIV

paling banyak ditemukan. Pada stadium awal infeksi HIV (jumlah CD4>300 sel

per µL), TBC muncul sebagai penyakit paru-paru. Pada stadium lanjut infeksi

HIV, ia sering muncul sebagai penyakit sistemik yang menyerang bagian tubuh

lainnya (tuberculosis ekstrapulmoner). Gejala-gejalanya biasanya bersifat tidak

spesifik (konstitusional) sumsum tulang, tulang, saluran kemih dan aluran

pencernaan, hati, kelenjar getah bening (nodus limfa regional), dan sistem syaraf

pusat. Dengan demikian, gejala yang muncul mungkin lebih berkaitan dengan

tempat munculnya penyakit ekstrapulmoner.

15
2. Penyakit saluran pencernaan utama

Ekofasigitis adalah peradangan pada kerongkongan (esophagus), yaitu jalur

makanan dari mulut ke lambung. Pada individu yang terinfeksi HIV, penyakit ini

terjadi karena infeksi jamur (jamur kandidiasis) atau (herpes simpleks-1 atau virus

sitomegalo). Ia pun dapat disebabkan oleh mikobakteri, meskipun kasusnya

langka.

Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat karena

berbagai penyebab; antara lain infeksi bakteri dan parasit yang umum (seperti

Salmonella, Shigella, Listeria,

Kampilobakter, dan Escherichia coli), serta infeksi oportunistik yang tidak

umum dan virus (seperti Kriptosporindisis, Mikrosporidiosis,mplex, dan virus

sitomegalo, Mycobakcterium avium complex (CMV) yang merupakan penyebab

kolitis).

Pada beberapa kasus, diare terjadi sebagai efek samping dari obat-obatan

yang digunakan untuk menangani HIV, atau efek samping dari infeksi utama

(primer) dari HIV itu sendiri. Selain itu, diare dapat juga merupakan efek samping

dari antibiotik yang digunakan untuk menangani bakteri diare (misalnya pada

Clostridium difficile). Pada stadium akhir infeksi HIV, diare diperkirakan

merupakan petunjuk terjadinya perubahan cara saluran pencernaan menyerap

nutrisi, serta mungkin merupakan komponen penting dalam sistem pembuangan

yang berhubungan dengan HIV.

16
3. Penyakit syaraf dan kejiwaan utama

Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena

gangguan pada syaraf (neuropsyhiatric sequelae), yang disebabkan oleh infeksi

organisme atas sistem syaraf yang telah menjadi rentan, atau sebagai akibat

langsung dari penyakit itu sendiri.

Toksoplamosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel-satu,

disebut Toxoplasma gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi otak dan

menyebabkan radang otak akut (tokoplasma ensefalitis), namun ia juga dapat

menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada mata dan paru-paru. Meningitis

kriptokokal adalah infeksi meninges (membrane yang menutupi otak dan sumsum

tulang belakang) oleh jamur Cryptococcus neoformans. Hal ini dapat

menyebabkan demam, sakit kepala, lelah, mual, dan muntah. Pasien juga mungkin

mengalami sawan dan kebingungan, yang jika tidak ditangani dapat mematikan.

Leukoensefalopati multifocal progresif adalah penyakit demielinasi, yaitu

penyakit yang menghancurkan selubung syaraf (myelin) yang menutupi serabut

sel syaraf (akson), sehingga merusak penghantaraan impuls syaraf. Ia disebabkan

oleh virus JC, yang 70% populsinya terdapat di tubuh manusia dalam kondisi

laten, dan menyebabkan penyakit hanya ketika sistem kekebalan sangat lemah,

sebagaimana yang terjadi pada pasien AIDS. P enyakit ini berkembang cepat

(progresif) dan menyebar (multilokal), sehingga biasanya menyebabkan kematian

dalam waktu setelah diagnosis.

Kompleks demensia AIDS adalah penyakit penurunan kemampuan mental

(demensia) yang terjadi karena menurunya metabolism sel otak (ensefalopati

17
metabolik) yang disebabkan oleh infeksi HIV, dan dorong pula oleh terjadinya

pengaktifan imun oleh makrofag dan microglia pada otak yang mengalami infeksi

HIV, sehingga mengeluarkan neurotoksin. Kerusakan syaraf yang spensifik,

tampak dalam bentuk ketidak normalan kognitif,perilaku,dan motorik, yang

muncul bertahun-tshun setelah infeksi HIV terjadi. Hal ini berhubung dengan

keadaan rendahnya jumlah sel T CD4+ dan tingginya muatan virus pada plasma

darah. Angka kemunculannya (prevalensi) di negara-negara Barat adalah sekitar

10-20%, mamun di India hanya 1-2% pengidap infeksi HIV.P erbedaan ini

mungkin terjadi katena adanya perbedaan suptipe di India.

4. Kanker dan Tumor ganas (malignan)

Sarkoma Kaposi

Pasien dengan infeksi HIV dasarnya memiliki risiko yang lebig tinggi

terhadap terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena oleh virus DNA penyebab

mutasi genetik; yaitu terutama virus Eptein-Barr (EBV), virus herpes Sarkoma

Kaposi(KSHV), dan virus papiloma manusia (HPV).

Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang pasien yang

terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda homoseksual tahun

1981 adalah salah satu pertand pertama wabah AIDS. Penyakit ini sebabkan oleh

virus dari subfamily gammaherpervirinae, yaitu virus herpes manusia-8 yang juga

disebut virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncul di kulit

dalam bentuk bintik keungu-unguan, tetapi dapat menyerang organ lain, terutama

mulut, saluran pencernaan, dan paru-paru.

18
Kanker gatah tingkat tinggi (limfoma sel B) adalah kanker yang menyerang

sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah benning, misalnya seperti

limfoma Burkitt (Burkitt’s lymphoma) atau sejenis (Burkitt’s-like lymphoma)

diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL), dan limfoma sistem syaraf pusat primer,

lebih sering muncul pada pasien yang terinfeksi HIV. Kanker ini seringkali

merupakan perkiraan kondisi (prognosis) yang buruk. Pada beberapa

kasus,limfoma adalah tanda utama AIDS.Limfoma ini sebagian besar disebabkan

oleh virus Eptein-Barr atau virus herpes Sarkoma Kaposi. Kanker leher rahim

pada wanita yang terinfeksi HIV dianggap tanda utanma AIDS.Kanker ini

disebabkan oleh virus papiloma manysia.

Pasien yang terinfeksi HIV jugs terkens tumor lainnya, seperti limfoma

Hodgkin.kanker usus besar bawah (rectum) dan kanker anus. Namun demikian,

banyak tumor-tumor yang umum seperti kanker payudara dan kanker usus besar

(colon), yang tidak meningkat kejadiannya pada pasien terinfeksi HIV. Di tempat-

tempat dilakukannya terapi antiretrovirus yang sangat aktif (HAART) dalam

menangani AIDS, kemunculan berbagai kanker yang berhubungan dengan AIDS

menurun, namun pada saat yang sama kanker kemudian menjadi paenyebab

kematian yang paling umum pada pasien yang terinfeksi HIV.

5. Infeksi oportunistik lainnya

Pasien AIDS biasanya menderita infeksi oportunistik dengan gejala tidak

speitik, terutama semam ringan dan kehilangan berat badan. Infeksi opoetunistik

ini termasuk infeksi Mycobacterium avium-intracellulare dan virus sitomegalo.

Virus sitomegala dapat menyebabkan gangguan radang usus besar (kolitis) seperti

19
yang dijelaskan di atas, dan gangguan radang pada retina mata (retinitis

sitomegalovirus), yang dapat menyebabkan kebutaan. Infeksi yang disebabkan

oleh jamur Penicillium marneffei, atau disebut Penisiliosis, kini adalah infeksi

oportunistik ketiga yang paling umu (setelah tuberculosis dan kriptokosis) pada

orang yang positif HIV di daerah endemik Asia Tenggara.

2.6. Pengobatan Alternatif

Berbagai bentuk pengobatan alternative digunakan untuk menangani gejala

atau mengubah arah perkembangan penyakit. Akupunktur telah digunakan untuk

mengatasi beberapa gejala, misalnya kelainan syaraf tepi (peripheral neuropathy)

seperti kaki kram, kesemutan atau nyeri; namun tidak menyembuhkan infeksi

HIV. Tes-tes uji acak klinis terhadap efek obat-obatan.

Abacavir – Nucleoside analog reverse transcriptase inhibitor (NARTI atau

NRTI) Struktur kimia Abacavir Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obst untuk

HIV atau AIDS.Metode satu-satunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan

pada kontak dengan virus atau, jika gagal, perawatan antiretrovirus secara

langsung setelah kontak dengan virus secara signifikan, disebut post-exposure

prophylaxis (PEP). PEP memiliki jadwal empat minggu takaran yang menuntut

banyak waktu. PEP juga memiliki efek samping yang tidak menyerangkan seperti

diare, tidak enak badan, mual, dan lelah.

20
2.7. Upaya Pencegahan AIDS

Mengingat sampai saat ini obat untuk mengobati dan vaksin untuk

mencegah AIDS belum di temukan, maka alternative untuk menanggulangi

masalah AIDS yang terus meningkat ini adalah upaya pencegahan oleh semua

pihak untuk tidak terlibat dalam lingkaran transmisi yang mungkin dapat terserang

HIV.

Pada dasarnya upaya pencegahan AIDS dapat dilakukan oleh semua pihak

asal mengetahui cara-cara penyebaran AIDS. Ada 2 cara pencegahan AIDS yaitu

jangka pendek dan jangka panjang:

a. Upaya pencegahan AIDS jangka pendek

Upaya pencegahan jangka pendek adalah dengan KIE, memberikan informasi

kepada kelompok resiko tinggi bagaimana pola penyebaran virus AIDS

(HIV), sehingga dapat diketahui langkah-langkah pencegahannya.

Ada 3 pola penyebaran virus HIV :

1. Melalui hubungan seksual

2. Melalui darah

3. Melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya

1. Pencegahan Infeksi virus HIV melalui hubungan seksual

Virus HIV pada semua cairan tubuh penderita tetapi yang terbukti berperan

dalam penularan AIDS adalah mani, cairan vagina, dan darah. HIV dapat

menyebar melalui hubungan seksual pria ke wanita, dari wanita ke pria dan

pria ke pria. Setelah mengetahui cara penyebaran HIV melalui hubungan

seksual maka upaya pencegahan adalah dengan cara:

21
 Tidak melakukan hubungan seksual. Walaupun cara ini sangat efektif,

namun tidak mungkin dilaksanakan sebab seks merupakan kebutuhan

biologis.

 Melakukan hubungan seksual hanya dengan seorang mitra seksual yang

setia dan tidak terinfeksi HIV (homogami).

 Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin.

 Hindari hubungan seksual dengan kelompok rediko tinggi tertular AIDS.

 Tidak melakukan hubungan anogenital.

 Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual dengan

kelompok resiko tinggi tertular AIDS dan pengidap virus HIV.

2. Pencegahan Infeksi HIV melalui Darah

Darah merupakan media yang sangat cocok untuk hidup virus AIDS.

Langkah-langkah untuk pencegahan terjadinya penularan melalui darah

adalah:

 Darah yang digunakan untuk transfuse diusahakan bebas HIV dengan jalan

memeriksa darah donor. Hal ini masih belum dapat dilaksanakan sebab

memerlukan biaya yang tinggi serta peralatan canggih karena prevensi

HIV di Indonesia masih rendah, maka pemeriksaan donor darah hanya

dengan uji petik.

 Menghimbau kelompok resiko tinggi tertular AIDS untuk tidak menjadi

donor darah. Apabila terpaksa karena menolak, menjadi donor menyalahi

kode etik, maka darah yang dicurigai harus di buang.

22
 Jarum suntik dan alat tusuk yang lain harus disterilisasikan secara baku

setiap kali habis dipakai.

 Semua alat yang tercemar dengan cairan tubuh penderita AIDS harus

disterilisasikan secara baku.

 Kelompok penyalahgunaan narkotik harus menghentikan kebiasaan

penyuntikan obat ke dalam badannya serta menghentikan kebiasaan

menggunakan jarum suntik bersama.

 Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable)

 Membakar semua alat bekas pengidap virus HIV.

3. Pencegahan Infeksi HIV melalui ibu

Ibu hamil yang mengidap virus HIV dapat memindahkan virus tersebut

kepada janinnya. Penularan dapat terjadi pada waktu bayi di dalam kandungan,

pada waktu persalinan dan sesudah bayi di lahirkan. Upaya untuk mencegah agar

tidak terjadi penularan hanya dengan himbauan agar ibu terinfeksi HIV tidak

hamil.

a. Upaya Pencegahan AIDS Jangka Panjang

Penyebaran AIDS di Indonesia (Asia Pasifik) sebagian besar adalah karena

hubungan seksual, terutama dengan orang asing. Kasus AIDS yang

menimpa orang Indonesia adalah mereka yang pernah ke luar negeri dan

mengadakan hubungan seksual dengan orang asing.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiko penularan dari suami

pengidap HIV ke istrinya adalah 22% dan istri pengidap HIV ke suaminya

adalah 8%. Namun ada penelitian lain yang berpendapat bahwa resiko

23
penularan suami ke istri dan istri ke suami di anggap sama. Kemungkinan

penularan tidak terganggu pada frekuensi hubungan seksual yang

dilakukan suami istri. Mengingat maslah seksual masih merupakan barang

tabu di Indonesia, karena norma-norma budaya dan agama yang masih

kuat, sebetulnya masyarakat kita tidak perlu risau terhadap penyebaran

virus HIV. Namun demikian kita tidak boleh lengah sebab negara kita

merupakan negara terbuka dan tahun 1991 adalah tahun melewati

Indonesia.

Upaya jangka panjang yang harus kita lakukan untuk mencegah

merajalelanya AIDS adalah merubah sikap dan perilaku masyarakat

dengan kegiatan yang meningkatkan norma-norma agama maupun social

sehingga masyarakat dapat berperilaku seksual yang bertanggung jawab.

Yang dimaksud dengan perilaku seksual yang bertanggung jawab adalah :

a. Tidak melakukan hubungan seksual sama sekali.

b. Hanya melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang setia

dan tidak terinfeksi HIV (monogamy).

c. Menghindari hubungan seksual dengan wanita-wanita tuna susila.

d. Menghindari hubungan sekdual dengan orang yang mempunyai lebih

dari satu mitra seksual.

e. Mengurangi jumlah mitra seksual sedikit mungkin.

f. Hindari hubungan seksual dengan kelompok resiko tinggi tertular

AIDS.

g. Tidak melakukan hubungan anogenital.

24
h. Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir seksual.

Kegiatan tersebut dapat berupa dialog antara tokoh-tokoh agama,

penyebararluasan informasi tentang AIDS dengan bahasa agama, melalui

penataran P4 dan lain-lain yang bertujuan untuk mempertebal iman serta norma-

norma agama menuju perilaku seksual yang bertanggung jawab.

Dengan perilaku seksual yang bertanggung jawab diharapkan mampu

mencegah penyebaran penyakit AIDS diIndonesia.

25
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesimpulannya adalah bahwa kita harus waspada terhadap virus HIV/AIDS.

Makalah di atas juga menjelaskan pengertian, sejarah, cara penularan , gejala-

gejal dan pencegahannya. Adapun kesimpulan yang dapat penulis simpulkan

mengenai makalah ini adalah:

1. HIV (Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam

tubuh manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia. AIDS

(Acguired Immuno–Deviensi Syndromer) adalah kumpulan gejala

menurunnya gejala kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari luar.

2. Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada awal

permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita

hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan

tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut.

3. Hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun

vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit

AIDS yang ada hanyalah pencegahannya saja.

3.2. Saran

Menurut saya sebaiknya anda sebagai pembaca janganlah sampai terkena

virus HIV yang menyebabkan penyakit AIDS, karena penyakit ini sungguh

berbahaya. Sebaiknya jangan melakukan hubungan seks jika anda belum menikah

dan jika mau melakukannya sebaiknya ada memakai pelindung seperti kondom.

26
Jangan juga sering-sering berganti pasangan karena itu meningkat resiko terkena

HIV/AIDS.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. http://deqwan1.blogspot.com/2013/10/contoh-makalah-tentang-hiv-aids.html
2. https://www.academia.edu/6373911/MAKALAH_IKM_HIV_AIDS
3. www.rijalhabibulloh.com/2014/08/makalah-hiv-aids.html
4. https://rahha.wordpress.com/2008/09/03/hiv-dan-aids/
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai