HYPEREMESIS GRAVIDARUM
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
DHEA MEILANI
DEWI ASNIJAR
FILLAILI RISKA
HIRANSIA SINAGA
KARMILA
MAUHIZAH HASANAH
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“HYPEREMESIS GRAVIDARUM “ ini dapat terselesaikan dengan baik meski pun banyak
kendala dan hambatan yang dihadapi pada saat penulisan makalah ini.
Sebelumnya penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Dsen telah
memberikan bimbingan , serta semua pihak yang telah membantu baik dukungan moral
Sungguh merupakan suatu kebanggaan dari penulis apabila makalah ini dapat terpakai
sesuai fungsinya, dan pembaca dapat mengerti dengan jelas apa yang dibahas di dalamnya.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa makalah ini banyak memiliki kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukkan berupa saran
dan kritik yang tentunya positif sifatnya membangun untuk lebih menyempurnakan makalah
ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
2. Etiologi ................................................................................................................. 3
3. Patofisiologi ......................................................................................................... 5
5. Diagnosis .............................................................................................................. 6
6. Komplikasi ........................................................................................................... 6
7. Penanganan ......................................................................................................... 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil melahirkan atau dalam 42
hari sesudah berakhirnya kehamilan tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan
disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya tetapi tidak
secara kebetulan atau oleh penyebab lainnya(Sarwono, 2006: 22).
Berdasarkan definisi ini kematian maternal dapat digolongkan pada kematian obstetrik
langsung (direct obstetric death), kematian obstetrik tidak langsung (inderect obstetric death),
kematian yang terjadi bersamaan tetapi tidak berhubungan dengan kehamilan dan persalinan
misalnya kecelakaan. Kematian obstetrik langsung disebabkan oleh komplikasi kehamilan,
persalinan, nifas atau penanganannya. Di negara-negara sedang berkembang sebagian besar
penyebab ini adalah pendarahan, infeksi dan abortus. Kematian tidak langsung disebabkan oleh
penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum kehamilan atau persalinan, misalnya
hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hepatitis, anemia, malaria, dan lain-lain termasuk
hiperemesis gravidarum. (Sarwono, 2006: 22)
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, perubahan-perubahan
anatomik pada anak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin.
Beberapa faktor predisposisi yang sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes
dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG, faktor organik karena masuknya villi
khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik, faktor psikologis keretakan rumah
tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul
tanggung jawab dan faktor endoktrin lainnya. Gejala yang sering terjadi pada 60% – 80%
primigravida dan 40% – 60% multigravida. Mual biasanya terjadi pagi hari. Rasa mual
biasanya dimulai pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan keempat,
namun sekitar 12% ibu hamil masih mengalaminya hingga 9 bulan. (Khaidirmuhaj, 2009)
Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan obstetri, salah
satunya dengan melakukan pelayanan pemeriksaan ibu hamil untuk mengetahui keadaan ibu
dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap kelainan yang ditemukan
dengan tujuan agar ibu hamil dapat melewati masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan
baik dan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Dalam melakukan pelayanan Ante Natal
Care (ANC) hendaknya selalu memberikan penjelasan dan motivasi mengenai yang dirasakan
ibu hamil termasuk didalamnya hiperemesis gravidarum, karena masih banyak ibu hamil yang
tidak mengetahui cara mengatasi mual dan muntah yang dialaminya, maka dengan ini Angka
1
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) akan mengalami penurunan karena
derajat kesehatan suatu bangsa ditentukan oleh derajat kesehatan ibu dan anak.
Saya tertarik untuk membahas makalah ini karena banyak sekali penderita hiperemesis
gravidarum hasil penelitian menunjukkan bahwa anoreksia memiliki persentase sebesar 55%
dari seluruh pasien yang mengalami hiperemesis gravidarum
2
BAB II
PEMBAHASAN
1 Pengertian Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi
dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).
Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nousea dan
vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek sistemik,
dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD, Hal:232).
Hiperemesis Gravidarum diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan
selama kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal:112).
Hiperemesis gravidarum adalah bertambahnya emesis yang dapat mengakibatkan
gangguan kehidupannya sehari-hari. Hiperemesia gravidarum yang berlangsung lama
(umumnya antara minggu 6-12) dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin.
(Manuaba, 2007).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama masa hamil.
Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sicknes normal yang umum dialami
wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester
pertama kehamilan. (Varney, 2007)
Dari devenisi di atas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum adalah suatu
keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat)
dan terus menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua belas, jadi mual-muntah
yang berlebihan disaat kehamilan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
2. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-
perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan
vitamin serta zat-zat lain akibat inanisasi. Beberapa faktor predesposisi dan faktor lain yang
telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut:
1. Faktor predesposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan
kehamilan ganda. Frekuansi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormonal memegang peranan, karena pada kedua
keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
3
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil
serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor
organik.
3. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai
salah satu faktor organik.
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga
yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan
menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
Hubungan psikologik dengan hiperemesis gravidarum belum diketahui pasti. Tidak jarang
dengan memberikan suasana baru, sudah dapat membantu mengurangi frekuensi muntah.
(Wiknjosastro, 2005)
Diduga terdapat factor yang menyebabkan hiperemesis gravidarum :
1. Psikologis, bergantung pada:
apakah si ibu menerima kehamilannya. Atau kehamilannya di terima atau tidak
2. Terjadi peningkatan yang mencolok atau belum beradaptasi dengan kenaikan human
chorionic gonadothropin
Factor konsentrasi human chorionic gonadothropin yang tinggi :
1. Primigravida lebih sering dari multigravida.
2. Semakin meningkat pada pola hidatidosa, hamil ganda dan hidramnion
3. Factor gizi / anemia meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum.
4
3. Patofisiologi
Diawali dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi,
tekanan darah turun, dan diuresis menurun. Hal ini menimbulkan perfusi ke jaringan menurun
untuk memberikan nutrisi dan mengonsumsi O2.
Oleh karena itu, dapat terjadi perubahan metabolisme menuju ke arah anaerobik yang
menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebih dapat menimbulkan
perubahan elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih tinggi.
Dampak dari semua masalah tersebut menimbulkan gangguan fungsi alat vital berikut ini
1. Liver
Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun.
Gangguan fungsi sel liver dan terjadi ikterus.
Terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga mmenyebabkan gangguan fungsi
umum.
2. Ginjal
Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun seperti asam laktat
dan benda keton
Terjadi perdarahan dan nekrosis sel ginjal
Diuresis berkurang bahkan dapat anuria
Mungkin terjadi albuminuria
3. Sistem saraf pusat
1. Terjadi nekrosis dan perdarahan otak diantaranya perdarahan ventrikel
2. Dehidrasi sistem jaringan otak dan adanya benda keton dapat merusak fungsi saraf
pusat yang menimbulkan kelainan ensefalopati Wernicke dengan gejala: nistagmus,
gangguan kesadaran dan mental serta diplopia
3. Perdarahan pada retina dapat mengaburkan penglihatan. (Manuaba, 2007)
5
1. Tingkatan I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu
merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada
epigastrum. Nadi meningkat ssekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun,
turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung.
2. Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah
mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata
sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi, oligouria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa
pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
kencing.
3. Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopatiwernicke,
dengan gejala: nistagmus diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat
sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus
menunjukkan adanya payah hati. (Wiknjosastro, 2005)
5. Diagnosis
Diagnosis hiperemis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya
kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum.
Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis,
ulkus venntrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah. Hiperemesis
gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat
memepngaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan.
(Wiknjosastro, 2005)
6. Komplikasi
1. Bagi wanita hamil
Jika tidak diobati, HG dapat menyebabkan gagal ginjal, mielinolisis pontine
pusat, koagulopati, atrofi, Mallory-Weiss sindrom, hipoglikemia, sakit kuning,
6
kekurangan gizi, ensefalopati Wernicke, pneumomediastinum, rhabdomyolysis,
deconditioning, avulsion limpa, dan vasospasms arteri serebral. Depresi merupakan
komplikasi sekunder umum HG. Pada kesempatan langka seorang wanita dapat
meninggal karena hiperemesis; Charlotte Bronte adalah korban diduga penyakit ini.
2. Bagi janin
Bayi dari wanita dengan hiperemesis berat yang mendapatkan kurang dari 7 kg
(15,4 lb) selama kehamilan cenderung berat lahir rendah, kecil untuk usia kehamilan,
dan lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Sebaliknya, bayi dari wanita dengan
hiperemesis yang memiliki keuntungan kehamilan berat lebih dari 7 kg muncul mirip
sebagai bayi dari kehamilan tanpa komplikasi. Tidak ada jangka panjang tindak lanjut
penelitian telah dilakukan pada anak dari ibu hiperemesis.
7. Penanganan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jelas
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis,
memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan
mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu
bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering
atau biskuit denagn teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya
dihindarkan. Makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan
karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak
mengandung gula.
1. Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan
pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen. Sedativa yang
sering diberikan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan adalah B1 dan B6. Anti
histaminika juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan
antiemetik, seperti disiklominhidrokhlorid atau khlorpromasin. Penanganan hiperemesis
gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
7
2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, terapi cerah dan peredaran udara yang
baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke
dalam kamar penderita, sanpai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan
makanan/minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa
takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik,
yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
4. Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose
5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium,
dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein,
dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing perlu diperiksa
sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4
jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan
seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum
bertambah baik dapat dicoba untuk memberikan minum dan dapat ditambah dengan makanan
yang tidak cair. Dengan penanganan di atas, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan
keadaan akan bertambah baik.
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikistrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan,
takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam
keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk
melakukan abortus teraupetik sering sulit diambil, oleh karana itu di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala
ireversibel pada organ vital. (Wiknjosastro, 2005)
8
BAB III
TINJAUAN KASUS
Seorang ibu datang ke RS.PUTRI HIJAU dengan keluhan mengalami mual, muntah,
sakit ulu hati, kepala terasa pusing, lemas dan tidak selera makan dirasakan selama kurang
lebih 1 bulan ini.
1.PENGKAJIAN DATA MENURUT 7 LANGKAH VARNEY
Nomor RM : 016546
Tanggal Masuk : 28-06-2019
Jam Masuk : 20:45 wib
2.Anamnesa
A.Pengkajian
1.Tiba di vk tanggal : 28-06-2019 pukul : 20.50 wib
Kiriman : rumah sakit
alasan kunjungan saat ini : Mual muntah terus menerus
2.Riwayat kehamilan sekarang
G5P3A1
Trimester 1 : 1x kunjungan
Haid terakhir : 21-04-2019
TTP : 28-01-2020
Imunisasi TT : -
9
3.Riwayat kesehatan yang lalu
a.Penyakit yang pernah diderita :
Anemia : Tidak
Hipertensi : Tidak
DM : Tidak
TB Paru : Tidak
Operasi : Tidak
Riwayat Gameli : Tidak
b.Riwayat perkawinan
Kawin ke : Pertama
Umur menikah : 23 tahun
Lama menikah : 10 tahun
c.Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Kehamilan : Kehamilan yang lalu ibu juga mengalami hyperemesis
gravidarum
Persalinan : Persalinan ibu yang lalu normal
d.Pola makan
Diet : tidak ada
Alkohol : tidak
Merokok : tidak
e.Pola eliminasi
BAK frekuensi : 6-8 x/24 jam
BAB frekuensi : 1x/24 jam
Data Obyektif
1. Status Generalis
a. Keadaan umum ibu
- Kesadaran : CM
- BB Sebelum hamil : 53 kg
- BB Sekarang : 59 kg
- TB : 155 cm
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi (HR) : 82 x/mnt
- RR : 22 x/mnt
- Suhu : 36,5 ◦C
b. Kepala dan leher
10
- Rambut : Bersih dan tidak ketombe
- Muka : Tidak Oedema, pucat dan tidak ada cloasma gravidarum
- Mata :
Simetris : Simetris
Konjungtiva : Merah
Sklera : Merah
Strabismus : Tidak strabismus
Buta : Tidak buta
- Hidung : Tidak ada polip
- Gigi & mulut :
Caries : Tidak ada caries
Stomatitis : Tidak stomatitis
Pembengkakan amandel : Tidak ada pembangkakan amandel
c. Penampilan
- Fisik : normal
- Psikologi : normal
d. Telinga :
- Simetris : Simetris
- Serumen : Tidak ada serumen
e. Leher
- Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
f. Dada & axilla
- Mammae :
Simetris : Simetris
Benjolan / massa : Tidak ada benjolan
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
Puting susu : Menonjol
Colostrum : Tidak ada colostrum
g. Abdomen
Normal, tidak ada bekas operasi
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. LABORATORIUM
11
- Darah :
HB : 11gr %
Gol darah :B
Kebutuhan :
Memantau keadaan umum ibu
Memberikan Penkes tentang terjadinya mual muntah
Memberikan Penkes tentang pemenuhan nutrisi dengan menganjurkan ibu makan
dalam posrsi kecil tetapi sering
Kolaborasi dengan Dokter Obgyn
Mencuci Tangan
Memberikan Teraphy Ondancetron 4 mg / 12 jam , Ivfd RL 20 tts/mnt , dan
Aminofusin L 600/Hari
12
5.PERENCANAAN
6.PELAKSANAAN
Memantau keadaan umum ibu
Keadaan ibu wajah terlihat pucat kesadaran CM
TTV : TD : 120/80mmHg, HR : 82x/mnt, RR : 22x/mnt, dan S : 36,5oC.
Memberikan Penkes tentang terjadinya mual muntah
Mual muntah terjadi karena adanya peningkatan hormon HCG yang diproduksi oleh
villi korialis sehingga menunjang peningkatan dari hormon progesteron. Terjadinya
peningkatan hormon progesteron mengabitkan otot oblik dan longitudinal dalam
usus berelaksasi sehingga gerakan peristaltik melambat sehingga terjadinya
peningkatan asam dalam lambung
Memberikan Penkes tentang pemenuhan nutrisi dengan menganjurkan ibu makan
dalam posrsi kecil tetapi sering
Kolaborasi dengan Dokter Obgyn
Mencuci Tangan
Memberikan Teraphy Ondancetron 4 mg / 12 jam , Ivfd RL 20 tts/mnt, aminofusin
L 600/ hari
7.EVALUASI
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan TD : 120/80, HR : 82x/mnt, RR : 22x/mnt,
dan S : 36,5oC.
Ibu sudah mengerti terjadinya mual muntah pada kehamilan
Ibu bersedia makan sesering mungkin dalam porsi kecil
13
Kolaborasi dengan dokter Obgyn telah dilakukan
Telah mencuci tangan
Teraphy telah diberikan
14
2. CATATAN PERKEMBANGAN SOAP
28/06/19 Bidan S: Os mengatakan masih mual, lemas dan nyeri ulu hati
P:
P:
15
P:
A: G5 P3 A1 + Hyperemesis Gravidarum
P:
P:
“Pulang dalam keadaan sembuh, terapi pulang ondancetron 9 tab 3x1 peroral dan
melakukan kunjungan pada 06-07 2019 di RS.PUTRI HIJAU”
16
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum adalah suatu
keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat)
dan terus menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua belas, jadi mual-muntah
yang berlebihan disaat kehamilan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jelas
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik,
memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan
mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering.
2. Saran
Saran untuk ibu yang menderita Hiperemesis Gravidarum agar leebih memperhatikan pola
makan dan keadaan fisik ibu, dan sran untuk bidan agar dapat meberikan asuhan dan pandangan
tentang Hiperemesis gravidarum dengan cara menginformasikannya kepada seorang ibu
dengan baik, agar kedepannya seorang ibu dapat menjadi ibu yang tidap lagi menjadi penderita
hiperemesis gravidarum.
17
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
18