Pembimbing :
Penyusun :
030.07.274
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas referat dengan judul “GLAUKOMA
DAN TRABEKULEKTOMI” dengan baik. Tugas ini merupakan salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata Periode 8 Oktober – 9 November
2012.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Sri
Harto, SpM atas bimbingannya selama menyelesaikan tugas ini. Penulis juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada teman dalam siklus ini yang telah membantu dalam
pembuatan referat ini serta semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
masukan dalam bentuk saran maupun kritik akan saya terima guna memperbaiki
makalah ini. Saya berharap isi dari makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat,
sehingga terjadi kerusakan papil saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi
penglihatan.
Tekanan bola mata normal rata-rata sekitar 15 mmHg, dengan batas antara 12-
20 mmHg. Tekanan bola mata yang tinggi akan mengakibatkan gangguan pembuluh
darah retina yang disusul oleh kematian saraf mata.
Glaucoma merupakan salah satu penyakit penyebab utama kebutaan yang
dapat dicegah. Di amerika, hampir 80.000 penduduknya buta akibat glaucoma.
Kebutaan sering dapat dicegah bila glaucoma dapat terdeteksi dan mendapatkan
pengobatan dini.
Kelainan mata pada glaucoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola
mata, atrofi papil saraf optic dan menciut nya lapangan pandang.
Mekanisme peningkatan tekanan intraocular pada glaucoma adalah gangguan
pengeluaran humor akueus akibat kelainan system drainase sudut kamera anterior
(glaucoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke dalam system
drainase (glaucoma sudut tetutup).
Pada glaucoma akan terdapat melemah nya fungsi mata dengan terjadinya cacat
lapangan pandang dan kerusakan anatomi, berupa ekskavasasi serta degenerasi papil
saraf optic, yang dapat berakhir dengan kebutaan.
Penatalaksanan glaucoma sebaiknya dilakukan oleh ahli oftalmologi dan
kerjasama dari berbagai ahli kesehatan. Pemeriksaan oftalmoskopi dan tonometri
merupakan bagian dari pemeriksaan rutin pada pasien yang kooperatif dan berusia
lebih dari 30 tahun. Hal ini penting pada pasien yang mempunyai riwayat glaucoma
pada keluarganya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Glaucoma berasal dari bahasa Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaucoma.
Glaucoma merupakan salah satu gaup dari penyakit saraf optic yang melibatkan sel
ganglion retina dengan karakterikstik berupa optic neuropathy. Terjadi peningkatan
tekanan bola mata, sehingga terjadi kerusakan papil saraf optikus dan menyebabkan
penurunan fungsi penglihatan.
Sudut filtrasi terdapat di dalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang
dibatasi oleh garis yang menghubungkan akhir dari membaran decement dan
membrane bowman, lalu ke posterior 0,75 mm, kemudian ke dalam mengelilingi kanalis
schlemm dan trabekula sampai ke COA.
Akhir dari membrane decement disebut sebagai garis Schwalbe. Limbus tersiri
dari 2 lapisan dan stroma. Epitelnya 2 kali tebal epitel kornea. Di dalam stromanya
terdapat serat-serat dan cabang akhir dari artery siliaris anterior. Bagian terpenting dari
sudut filtrasi adalah trabekula. Jalina trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan
kolagen dan elastic yang dibungkus oleh sel-sel trabekula yang membentuk suatu
saringan dengan ukuran pori-pori makin mengecil sewaktu mendekati kanal Schlemm.
Kanal Schlemm merupakan kapiler yang mengelilingi kornea. Pada dindingnya
sebelah dalam terdapat lubang sebesar 2 mikro, sehingga terdapat hubungan langsung
antara trabekula dan kanalis Schlemm. Dari kanal schlemm keluar saluran kolektor, 20-
30 buah yang menuju ke pleksus vena didalam jaringan sclera dan episklera dari vena
siliaris anterior di dalam badan siliar.
2.3 FISIOLOGIS HUMOR AKUEUS
Humor akueus adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan
posterior mata. Volumenya adalah sekitar 250 L, dan kecepatan pembentukannya,
yang bervariasi diurnal, adalah 1,5-2 L/menit.
Humor akueus diproduksi oleh korpus siliare. Fungsi dari humor akueus ini
adalah memberikan nutrisi kepada bagian depan dari bola mata. Kemudian cairan ini
akan masuk ke jamera okuli posterior (COP), lalu melalui pupil menuju ke bilik mata
depan kemudian masuk ke kanalis trabekula di sudut kamera anterior. Sudut ini
merupakan tempat melekatnya kornea ke dasar dari iris. Sudut bilik mata depan ini
pada orang normal berukuran 45 derajat dan disebut sudut nya menyempit bila kurang
dari 25 derajat. Melaui trabekula ini ke kanal schlemm, saluran kolektor, kemudian
masuk ke pleksus vena di jaringan sclera dan episklera juga ke dalam vena siliaris
anterior di badan silier.
2.4 ETIOLOGI GLAUKOMA
Glaukoma primer
Glaukoma primer sudut tertutup
Akut :
rasa sakit berat (cekot-cekot) di mata, dapat sampai sakit kepala dan
muntah-muntah.
mata merah, berair
penglihatan kabur
Kronik :
gejala hampir sama dengan yang akut tetapi rasa sakit, merah dan
kabur dapat hilang dengan sendirinya, dan terjadi serangan berulang
beberapa kali. Biasanya rasa sakit kurang berat dibandingkan
dengan yang akut.
Glaukoma sudut terbuka
Awal :
mungkin tanpa gejala
rasa capai pada mata
rasa pegal pada mata
fluktuasi tajam penglihatan
kadang-kadang melihat seperti pelangi sekitar lampu
Lanjut :
penyempitan lapang pandang - buta
Glaukoma simpleks
Tidak diketahui tanda dan gejalanya.
Glaukoma sekunder
a. penglihatan kabur
b. mata merah
c. rasa sakit di mata dan sakit kepala.
Glaukoma kongenital
a. fotofobia/takut sinar
b. mata berair
Glaukoma absolut
Stadium akhir Glaukoma yang dimana terjadi kebutaan total.
Medikamentosa
Pengobatan dengan obat-obatan ditujukan untuk menurunkan tekanan intra-
okular dengan cepat utuk mencegah kerusakan nervus optikus, menjernihkan korea,
menurunkan inflamasi intra-okular, miosis, serta mencegah terbentuknya sinekia
anterior perifer dan posterior. Kegagalan hasil pengobatan dapat disebabkan oleh
kesalahan dalam teknik pemaaian obat walaupun pasien memakai semua obat sesuai
resep. Masalah yang nyata adalah waktu pemberian obat yang bermacam-macam
disertai dengan menutup saluran keluar yang mengalirkan obat ke rongga hidung (kanal
nasolakrimalis).
Penutup saluran nasolacrimal berguna karena bila obat diteteskan pada mata,
obat akan masuk ke rongga hidung dan masuk ke dalam peredaran darah dan bagian
tubuh yang lain sehingga akan memberikan efek samping. Untuk mencegah hal ini
maka pada saat meneteskan obat ke mata maka tempat pengaliran obat masuk ke
hidung (punctumlakrimal) ditutup dengan jari selama 1-2 menit. Biasanya 50% dari obat
akan masuk ke dalam mata yang efeknya akan sangat baik dan waktu kerjanya akan
lebih lama. Aturan pemakaian obat diperlukan pada pemakaian berbagai macam obat
tetes yang diberikan. Sebaiknya antara pemakaian 2 jenis obat dalam batas 10-15
menit. Obat yang diteteskan dalam waktu dekat tidak efisien karena obat yang pertama
diteteskan dibilas oleh obat tetes yan berikutnya.
Obat antiglaukoma:
Obat anti glaucoma
Jenis obat Konsentrasi Dosis Efek obat Penurun Efek samping
an TIO
Okular Sistemik
Prostaglandins analogs
Latanoprost 0.005% 4x Meningkatkan 25-30% Meningkatkan Gejala spt flu,
aliran uveoskleral pigmentasi nyeri otot dan
iris, sendi, sakit
hipertrikosis, kepala
penglihatan
kabur,
teratitis,
uveitis
anterior,
konjungtiva
hiperemis,
reaktivasi,
keratitis
herpes
Travoprost 0.004% 4x s.d.a 25-32% s.d.a s.d.a
Bimatoprost 0.03% 4x Meningkatkan 27-33% s.d.a s.d.a
uveoskleral dan
trabekular
Unoprostone 0.15% 2x Meningkatkan 13-18% s.d.a s.d.a
isopropyl aliran trabekular
β –adrenergic antagonist (β -bloker)
Non selektif
Timolol 0.25-0.5% 4x Menurunkan Kekaburan, Bradikardi, blok
maleate produksi akuos 20-30% iritasi, jantung,
anestesi, bronkospasme,
kornea, hipotensi,
keratitis, depresi SSP
punctuate,
alergi
Timolol-LA 0.5% 4x s.d.a 20-30% s.d.a s.d.a
Timolol 0.5% 4x, 2x s.d.a 20-30% s.d.a s.d.a
hemihydrate
levobonolol 0.25-0.5% 4x, 2x s.d.a 20-30% s.d.a s.d.a
metipranolol 0.3% 2x s.d.a 20-30% s.d.a s.d.a
Carteolol 1.0% 4x, 2x Simpatomimeti
hydrochloride k intrinsic
Selektif
Betaxolol 0.25% 2x s.d.a 15-20% s.d.a Komplikasi
paru-paru
Adrenergic agonist
Non selektif
Epinefrin 0.25, 0.5, 2x Meningkatkan 15-20% Iritasi Kepala ekstra
1.0, 2.0 % aliran akuos konjungtiva, systole
hiperemis,
retraksi
kelopak
mata,midriasi
s
Aβ 2-adrenergic agonist
Selektif
Apraclonidin 0.5-1.0% 2x, 3x Menurunkan 20-30% Iritasi, Hipotensi,
HCL produksi akuos, iskemia, kelelahan,
menurunkan alergi, hidung dan
tekanan vena retraksi, mulut kering,
episkleral kelopak mata, vasovagal
konjungtivitis, attack
folikularis
Sangat selektif
Brimonidine 0.2% 2x, 3x Menurunkan 20-30% Kekaburan Sakit kepala,
tartrate 0.2% produksi akuos, edem kelopak kelelahan,
meningkatkan mata, hipotensi,
aliral uveoskleral kekeringan, insomnia
sensasi
benda asing
Parasimpatomimetik (miotik) agent
Agonis kolinergik (direct acting)
Pilokarpin 0.2-10.0% 2-4% Meningkatkan 15-25% Sinekia Meningkatkan
HCL aliran trabekular posterior, salvias,
keratitis, meningkatkan
miosis, sekresi gaster
miopia
Anti kolinesterase agent (indirect acting)
Achothiopate 0.125% 4x, 2x s.d.a 15-25% Myopia, Sama dengan
iodide katarak, pilokarpin
epipora
Carbonic anhidrase inhibitors
Oral
Asetazolamid 62.5, 125, 2-4x Menurunkan 15-20% Tidak ada Asidosis,
e 250 mg produksi akuos depresi, letargi
metazolamid 25, 50, 100 2x, 3x s.d.a s.d.a s.d.a s.d.a
e mg
Topical
Dorzolamide 2.0% 2x, 3x s.d.a s.d.a Myopia, Kurang
penglihatan menyebabkan
kabur, efek sistemik
keratitis,
konjungtivitis
Hiperosmotik agents
Mannitol(pare 20% 2g/Kg Osmotic gradient TIO rebound Retensi urin,
nteral) BB dehydrates sakit kepala,
vitreous gagal jantung
kongestif
Gliserin(Oral) 50% s.d.a s.d.a s.d.a
Non Medikamentosa
Glaukoma bukan merupakan penyakit yang dapat diobati dengan operasi saja.
Keputusan untuk melakukan operasi glaukoma biasanya langsung pada keadaan yang
memang memiliki indikasi untuk dilakukannya operasi, yaitu:
1. Target penurunan tekanan intra-okular tidak tercapai
2. Kerusakan jaringan saraf dan penurunan fungsi penglihatan yang progresif
meski telah diberi dosis maksimal obat yang bisa ditoleransi ataupun telah dilakukan
laser terapi ataupun tindakan pembedahan lainnya.
3. Adanya variasi tekanan diurnal yang signifkan pada pasien dengan kerusakan
diskus yang berat.
Operasi biasanya merupakan pendekatan primer baik untuk glaukoma kongenital
maupun glaukoma blok papil. Pengawasan terhadap pasien sangat penting mengingat
efek yang kurang baik dari operasi, seperti masalah yang berkaitan dengan bleb, resiko
katarak di kemudian hari dan infeksi.Operasi glaukoma dapat dilakukan dengan laser
maupun teknik bedah insisi dengan banyak prosedur yang bertujuan menurunkan TIO,
diantaranya trabekulektomi dengan berbagai variasinya, prosedur non-penetrasi TIO,
implantasi jalan pintas akuos, operasi sudut untuk glaukoma kongenital dan glaukoma
sudut tertutup dan ablasi badan silar. Prosedur lain seperti iridektomi dan gonioplasti
diperuntukkan untuk gangguan sudut dan drainase cairan.
Pada saat ini, bila seorang dokter ahli mata dihadapkan untuk mengerjakan
bedah anti glaukoma, maka lazimnya yang terpikir adalah melakukan trabekulektomi.
Dari kepustakaan, dapat diketahui, trabekulektomi merupakan bedah anti
glaukoma yang sekarang paling banyak dilakukan, memberikan hasil yang terbaik, dan
dapat digunakan untuk semua jenis glaukoma.
Semula operasi ini dirancang sebagai trabekulokanalektomi, yang
mengharapkan tekanan intraokuler dapat turun oleh karena akuos dapat mengalir
ke seluruh Schlemm yang ikut terpotong pada waktu pengangkatan sebagian
trabekulum. Dikemukakan, walaupun terdapat beberapa mekanisme penyebab
turunnya tekanan intraokuler, ternyata yang paling menonjol adalah terjadinya
pengaliran akuos langsung ke bawah konjungtiva. Hal ini terlihat dengan
terbentuknya gelembung (bleb) akuos di bawah jaringan tersebut pada kasus-
kasus yang terkontrol. Dengan demikian, mekanisme tersebut tidak banyak
berbeda dengan apa yang dicapai bedah filtrasi klasik. Cara pembedahannya
sendiri tidak banyak berbeda dengan bedah filtrasi klasik, hanya saja dibuat flep
sklera yang ternyata merupakan dasar keuntungan dari jenis operasi anti glaukoma
ini, dalam hal mengurangi penyulit pasca bedah.
Cara yang sekarang banyak dilakukan adalah mengguna- kan flep sklera yang
berbasis pada limbus tersebut, tetapi tanpa melakukan dialisis, seperti yang
dikemukakan kembali oleh Cairns (1970). Pada tahun 1972, ia melaporkan hasil
baik pada 95% di antara kasus-kasus yang dilakukan dengan metode tersebut. Pada
tulisan ini, selair, akan dibicarakan mengenai teknik pembedahan dan penyulit -
penyulit yang dapat terjadi selama bedah trabekulektomi, juga usaha-usaha untuk
mengatasi penyulit tersebut.
Urutan bedah trabekulektomi adalah sebagai berikut :
Tindakan pembedahan umumnya dilakukan di bawah anestesi lokal, termasuk
akinesia dan anesteri retrobulber. Setelah disinfeksi daerah operasi dan membuat
tali kendali otot rektus superior serta retraksi palpebra, dilakukan tahap- an-tahapan
pembedahan sebagai berikut:
• Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi pada satiap tahapan pembedahan.
Pasien usia lanjut, hipertensi, arterio sklerosis, kelainan pem- bekuan, penyaldt
obstruksi pernafasan merupakan predis- posisi. Begitu pula penderita glaukoma
kongesti dan posisi kepala penderita yang terlampau rendah dari badan.
Sebagian pendarahan dapat dicegah, misalnya dengan menggunakan jarum
yang tidak memotong pada waktu mem- buat tali kendali. Perdarahan pada
waktu membuat flep tenon konjungtiva dapat dikurangi dengan diseksi tidak me-
motong. Kauterisasi pembuluh darah pada permukaan sklera hendaknya dilakukan
sebelum pembuatan flep sklera. Pada waktu iridektomi, diyakini bahwa tidak
memotong badan siliar atau iris terlalu basal.
Irigasi dengan BSS atau penekanan dengan kapas, tidak jarang dapat
menghentik an perdarahan. Bila melakukan kauterisasi, sebaiknya
dilakukan dengan cara kauterisasi bidang basah, terutama bila mengkauterisasi
dipermukaan sklera dan di bibir jendela trabekula. Hifema yang meng- ganggu
dibersihkan dengan irigasi bilik mata depan melalui lobang parasintesis.
• Konjungtiva robek
Robekan konjungtiva umumnya terjadi di daerah litrbus kornea. Hal ini akan
mengganggu pembentukan bleb pada pembedahan trabekulektomi yang
mempergunakan flep tenon konjungtiva dengan basis limbus. Luka tersebut akan
menjadi lebih terbuka dan berbentuk lobang kancing (button hole) pada waktu
penjahitan kembali flep tenon - konjungtiva.
Masalah ini tidak perlu ada bila trabekulektomi dilakukan dengan menggunakan
flep tenon - konjungtiva yang berbasis pada fornik.
Robekan tersebut harus dijahit, dan dianjurkan untuk menjehitnya dengan
benang 10 - 0 dan jarum yang tidak me- motong, serta menyertakan tenon di
bawahnya sampai tidak ada kebocoran lagi.
a. Akinesia dan anestesia retrobulber, termasuk massase bola mata yang tidak
sempurna.
b. Penekanan bola mata oleh kelopak mata atau speculum palpebra.
c. Posisi kepala terlalu rendah.
Dalam keadaan yang ekstrim dan lazim disertai dengan meningkatrya tekanan bola
mata, bilik mata depan baru dapat dibentuk setelah melakukan sklerotomi
posterior untuk mengurangi volume di rongga mata bagian belakang.
DAFTAR PUSTAKA