Anda di halaman 1dari 4

Deskripsi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

a. Luas Wilayah

Pada tahun 1889, atas usulan Treub, sebidang hutan pegunungan seluas 240 hektare di
atas kebun raya tersebut hingga ke wilayah sekitar Air Panas ditetapkan sebagai cagar alam
oleh Pemerintah Hindia Belanda. Belakangan, pada 1926, cagar alam ini diperluas hingga
mencakup puncak-puncak gunung Gede dan Pangrango, dengan luas total 1.200 ha
(Steenis, 2006).
Menurut BB TNGGP (2017), bersama dengan meningkatnya kesadaran mengenai
pentingnya lingkungan hidup, pada tahun 1979 Pemerintah Indonesia melalui keputusan
Menteri Pertanian menunjuk kawasan hutan Gunung Gede Pangrango seluas 14.000 ha,
yang melingkup kedua puncak gunung beserta tutupan hutan di lereng-lerengnya, sebagai
kawasan Suaka Alam/Cagar Alam (CA). Kemudian pada 6 Maret 1980 cagar alam ini
digabungkan dengan beberapa suaka alam yang berdekatan dan ditingkatkan statusnya
menjadi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango satu dari lima taman nasional yang
pertama di Indonesia, dengan luas keseluruhan 15.196 ha.
Pada tahun 2003, melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor 174/Kpts-II/2003
tanggal 10 Juni 2003 tentang Penunjukan dan Perubahan Fungsi Kawasan Cagar Alam,
Taman Wisata Alam, Hutan Produksi Tetap dan Hutan Produksi terbatas pada Kelompok
Hutan Gunung Gede Pangrango, kawasan TN Gunung Gede Pangrango diperluas dengan
area kawasan hutan yang berdekatan —yang semula di bawah pengelolaan Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat— menjadi ± 21.975 ha. Setelah melalui proses yang panjang
dan pengukuran ulang tata batas kawasan, pada 2009 dilakukan serah terima pengelolaan
kawasan hutan dari Perum Perhutani III Jawa Barat dan Banten kepada Balai Besar
TNGGP, dengan total area yang dialihkan pengelolaannya seluas 7.655,03 ha, sehingga
total luasan TNGGP lalu menjadi 22.851,03 ha. Kemudian melalui Surat Keputusan
Menhut RI No SK.3683/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 08 Mei 2014, kawasan hutan
TNGGP diperluas, ditetapkan dan dikukuhkan menjadi seluas 24.270,80 ha.

b. Pengelolaan
Menurut Balai Besar TN Gunung Gede Pangrango, pengelolaan kawasan TNGGP
berada di bawah Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tanggung jawab pengelolaan ini berada
di tangan Balai Besar TNGGP yang dipimpin oleh seorang kepala balai. Kantor Balai
Besar TNGGP berada di Cibodas, dan dalam pengelolaan operasionalnya dibagi menjadi
3 (tiga) Bidang Pengelolaan Taman Nasional (BPTN), yaitu Bidang PTN Wilayah I
Cianjur, Bidang PTN Wilayah II Sukabumi, dan Bidang PTN Wilayah III Bogor.
Selanjutnya ketiga Bidang PTN dibagi menjadi 6 Seksi Pengelolaan Taman Nasional
(SPTN), dan dibagi lagi menjadi 15 Resort Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) dengan
tugas dan fungsi melindungi dan mengamankan seluruh kawasan TNGP dalam
mewujudkan pelestarian sumberdaya alam menuju pemanfaatan hutan yang berkelanjutan.
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango juga berkerjasama dan berkolaborasi dalam
pengelolaan TNGGP. Beberapa program kerjasama TN GGP dengan mitra-mitranya, di
antaranya, yaitu:
1. Cagar Biosfer Cibodas
2. Program Adopsi Pohon
3. Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol
4. Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa
5. Suaka Elang, Pusat Pendidikan dan Konservasi Elang

c. Transportasi
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki 6 pintu wisata menuju kawasan
TNGGP yaitu:

Gambar 1 : Peta Akses Menuju Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

1. Cibodas
Perjalanan untuk menuju TNGGP berjarak 100 km dari Jakarta. Dapat ditempuh
melalui Jalan Tol Jagorawi dan keluar di Tol Ciawi. Di pertigaan Ciawi, ambil
jurusan Puncak – Bandung. Setelah 7,6 km dari Puncak Pass Hotel, setelah Outlet
DSE, belok ke kanan tepat pada pertigaan di Paragajen (Papan Nama Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango ada disebelah kiri jalan). Jalan lurus kira-kira 3
km dan sampai pada portal pintu Gerbang Wisata Cibodas, dan disini ada restribusi
(mobil dan kendaraan roda dua Rp.3000,- dan setiap penumpang Rp. 1000,-/orang).
Tidak jauh dari portal ini, anda menemukan kantor Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango disebelah kanan. Dengan bis umum dari Bogor – Bandung, Jakarta –
Bandung yang lewat Puncak. Turun di Pertigaan di Paragajen, dekat Outlet DSE.
(Pertigaan ini disebut Pertigaan Cibodas, dan papan nama TNGP disebelah kiri
jalan). Dari pertigaan, anda naik angkot warna kuning (Cibodas, Rarahan) dengan
ongkos Rp. 2000 per orang sampai di pintu gerbang TNGP. Tarif ojek sampai ke
pintu gerbang kantor TNGP Rp. 6000,-.

2. Gunung Putri
Perjalanan untuk menuju TNGGP juga bisa melewati Gunung Putri terletak 15 km
dari Cibodas. Pengunjung dapat menuju lokasi ini dari Cipanas dengan jarak kira-
kira 7 km. Lokasi Kemping Bobojong di Gunung Putri berjarak 1 km jalan kaki dari
terminal angkot di Gunung Putri. Pengunjung harus naik angkot dari terminal
Cipanas ke Gunung Putri dengan ongkos Rp. 3000,- /orang.

3. Selabintana
Perjalanan untuk menuju TNGGP berjarak 10 km atau 30 menit dari Sukabumi,
melewati jalan perkebunan teh dan kebun sayur. Pintu masuk Selabintana yaitu di
Pondok Halimun berada di Cipelang. Dari terminal bis Sukabumi dengan minibus
menuju pusat kota dan kemudian ganti kendaraan dengan minibus yang menuju
Pondok Halimun.

4. Situgunung
Pintu masuk Situgunung terletak kira-kira 70 km atau 1.5 jam dari Bogor. Dari
Bogor, ambil jurusan Sukabumi dan kemudian berbelok di Cisaat menuju
Situgunung. Situgunung terletak di sebelah selatan kawasan Taman Nasional.
Akses cukup bagus. Dari Jakarta atau Bogor, ambil bis jurusan Jakarta – Sukabumi
– Cisaat. Jika dari terminal Sukabumi, naik minibus yang menuju Cisaat, dan
sampai di Cisaat, ambil minibus menuju Situgunung, yang berjarak 10 km.

5. Bodogol
Perjalanan untuk menuju TNGGP bisa melalui Bodogol dengan rute dari Bogor ke
pintu masuk Bodogol, ambil jurusan Sukabumi dan turun di Lido (kira-kira 25km).
Dari Lido menuju desa Bodogol kira-kira 4km, dan dari desa Bodogol menuju
PPKAB kira-kira 3 km melalui jalan berbatu, dan disarankan menggunakan
kendaraan roda 4 dengan gardan ganda. Dengan menggunakan bis atau mini bus
dari Bogor dengan ongkos Rp. 5,000-/orang. Dari Lido anda dapat menggunakan
motor ojek menuju resort Bodogol dengan ongkos Rp. 5,000-/orang. Dari resort
Bodogol, anda dapat mengunakan ojek sampai PPKAB.

6. Cisarua
Pintu gerbang Cisarua berjarak kira-kira 14 km atau 20 menit dari Ciawi dengan
mobil. Menuju pintu gerbang akses cukup bagus dengan jalan aspal. Dari Ciawi,
gunakan minibus menuju terminal Pasir Muncang, dan dari terminal ini sewa ojek
menuju pintu masuk Cisarua.

d. Klimatika
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki dua iklim yaitu musim kemarau
dari bulan Juni sampai Oktober dan musim penghujan dari bulan November ke April.
Selama bulan Januari sampai Februari, hujan turun disertai angin yang kencang dan terjadi
cukup sering, sehingga berbahaya untuk pendakian. Hujan juga turun ketika musim
kemarau, menyebabkan kawasan TNGP memiliki curah hujan rata-rata pertahun 3.000-
4.000 mm. Walaupun kelembaban udara cukup tinggi, namun pada musim kemarau
kondisi hariannya bervariasi, mulai dari 30% pada malam hari hingga 90% di sore hari.
Pada siang hari suhu rata-rata di Cibodas sekitar 18° C, di puncak Gunung Gede ataupun
Pangrango mencapai suhu 10° C dan dapat mencapai 0° – 5° C serta sering turun kabut
tebal.

DAFTAR PUSTAKA

BB TNGGP. 2017. Laporan Statistik Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
(BBTNGGP) Tahun 2016. Cibodas : BB TNGGP.
Steenis, CGGJ van. 2006. Flora Pegunungan Jawa. Bogor : Puslitbang Biologi LIPI.

Anda mungkin juga menyukai