Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kualitas data adalah bagian dari tata kelola data, kualitas data mempunyai

pengertian tentang kelengkapan dan keakuratan data (Batini 2009). Selain itu,

kualitas data juga berhubungan dengan konsistensi dan ketepatan waktu (Batini,

2009). Kelengkapan itu sendiri mengandung pengertian informasi sebagai output

dari proses pegolahan data mewakili setiap keadaan sebenarnya (Wand dan Wang,

1996), memiliki semua pengertian yang diperlukan untuk mendeskripsikan suatu

entitas (Bovee, 2001) atau semua nilai yang seharusnya dikumpulkan (Liu dan

Chi, 2002).

Keakuratan mengandung pengertian sejauh mana data tersebut benar,

dapat diandalkan (Wang dan Strong, 1996) dan nilai data yang disimpan dalam

basis data sesuai dengan kenyataan (Ballou dan Pazer, 1985). Konsistensi

mengacu pada aturan sistematis (Batini et al, 2009). Ketepatan waktu yaitu aspek

dari data yang termutakhirkan, ketepatan waktu memiliki dimensi kekinian,

volatilitas dan timeliness (Batini, 2009). Kekinian berarti sejauh mana data adalah

up to date (Batini, 2009). Sebuah data bernilai mutakhir jika sudah benar,

meskipun mungkin penyimpangan yang disebabkan oleh perubahan waktu

mereduksi nilai data (Redman, 1998). Volatilitas berarti periode waktu dimana

informasi bernilai valid (Jarke, 1995). Timeliness berarti rata-rata usia data di

dalam sumber (Wand dan Wang, 1996).


1
2

Prabu kresna (2012) menyatakan bahwa, peningkatan kualitas data

menjadi salah satu sasaran strategis, dalam mendukung strategi dan arah

kebijakan nasional, sejalan dengan strategi dan arah kebijakan DJP, DJP juga

perlu mengupayakan reformasi dan perubahan terhadap sistem informasi DJP

secara menyeluruh. Kualitas data dalam SIDJP yang belum baik diupayakan

untuk ditingkatkan melalui pembenahan-pembenahan, antara lain memenuhi

kebutuhan perangkat TIK dan meningkatkan kualitas SDM (Prabu kresna, 2012).

Masih menurut Prabu Kresna (2012), proses peningkatan kualitas data ini, pada

gilirannya akan dicerminkan oleh berkurangnya timelines penyajian data, dan

meningkatkan kualitas penyajian, serta memberikan kemudahan kepada pengguna

data untuk mengakses data.

Kualitas data yang kurang baik juga diantaranya disebabkan karena

organisasi yang kurang optimal dan kemampuan SDM yang belum baik, kualitas

data juga dipengaruhi oleh organisasi disebabkan karena dengan adanya suatu

organisasi dan didalamnya terdiri dari berbagai jabatan yang telah terstruktur

sesuai dengan jabatannya (Prabu Kresna : 2012).

Adapun fenomena yang terjadi pada KPP adalah Data pada SIPMod tidak

dapat diakses oleh SIDJP, dan kelemahan SIDJP yaitu ketika beban kerja tinggi

maka kinerja SIDJP menjadi lamban atau bahkan hang (Dimas B Putra, 2009).

Sistem informasi SIDJP hanya dapat mengolah data atas data yang telah dientry

pada SIDJP, SIDJP tidak dapat melakukan data mining pada database sistem lama

(Dimas B Putra, 2009). Masih menurut Dimas B Putra (2009) jadi kesimpulan

tentative, terdapat kegagalan migrasi data.


3

Masalah yang terjadi pada komponen database dalam Sistem Informasi

Akuntansi Ditjen Pajak yaitu belum terintegrasinya data, terjadi kegagalan migrasi

data, inefisiensi pemrosesan data dan redudancy data (Robert Pakpahan, 2009).

Scott (2001:341) menyatakan bahwa perancangan dan penggunaan database

sangat mahal, membutuhkan kapasitas pemrosesan yang besar, disamping

kemampuan komunikasi yang tinggi dan juga memerlukan personalia yang

kompeten dalam pemrosesan data, sehingga masalah-masalah integrasi tersebut

dapat terjadi dalam organisasi. Database yang terintegrasi yang dibangun didalam

sistem informasi akuntansi adalah database yang volumenya sesuai dengan

kapasitas hardware, dan perkiraan volume dalam database tersebut guna

menentukan database management system yang cocok (Azhar Susanto, 2008:81).

Integrasi data-base dalam sistem informasi akuntansi juga menuntut kesesuaian

antara database yang digunakan (isi dan hubungannya) dengan kebutuhan

pemakai, dan ditunjang oleh prosedur yang cocok (Azhar Susanto, 2008:82).

Menurut Leavitt dan Whisler (1987), suatu sistem informasi organisasi

terbentuk atas komponen atau subsistem yang saling berkaitan, yaitu tujuan,

teknologi, struktur, serta sumberdaya manusia. Masih menurut Leavitt dan

Whisler (1987), keempat komponen tersebut terintegrasi di dalam sebuah sistem

yang disebut organisasi, perubahan terhadap sebuah atau lebih komponen

organisasi akan memerlukan perubahan pada komponen yang lain, dan pada

gilirannya akan mempengaruhi seluruh organisasi.

Selama ini struktur organisasi Ditjen Pajak didasarkan pada jenis pajak.

Dengan struktur organisasi seperti ini pelaksanaan tugas di lapangan seringkali


4

menimbulkan ketidakefisienan yang mengakibatkan pelayanan dan pengawasan

tidak optimal (Djazoeli Sadhani, 2005). Belum lagi pegawai yang sering

mengeluh karena pekerjaan yang diemban lebih banyak dari sebelumnya (Dadan,

2012).

Untuk melaksanakan perubahan secara lebih efektif dan efisien, sekaligus

mencapai tujuan organisasi yang diinginkan, penyesuaian struktur organisasi DJP

merupakan suatu langkah yang harus dilakukan dan sifatnya cukup strategis

(Prabu Kresna, 2012). Lebih jauh lagi, struktur organisasi harus juga diberi

fleksibilitas yang cukup untuk dapat selalu menyesuaikan dengan lingkungan

eksternal yang sangat dinamis, termasuk perkembangan dunia bisnis dan

teknologi (Prabu Kresna, 2012).

Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern

yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasi DJP

perlu diubah, baik di level kantor pusat sebagai pembuat kebijakan maupun di

level kantor operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan (Prabu

Kresna, 2012). Sebagai langkah pertama, untuk memudahkan Wajib Pajak, ke

tiga jenis kantor pajak yang ada, yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor

Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), serta Kantor Pemeriksaan dan

Penyidikan Pajak (Karikpa), dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

Dengan demikian Wajib Pajak cukup datang ke satu kantor saja untuk

menyelesaikan seluruh masalah perpajakannya (Prabu Kresna, 2012). Struktur

berbasis fungsi diterapkan pada KPP dengan system administrasi modern untuk

dapat merealisasikan debirokratisasi pelayanan sekaligus melaksanakan


5

pengawasan terhadap Wajib Pajak secara lebih sistematis berdasarkan analisis

resiko (Prabu Kresna, 2012).

Menurut Danny Darussalam (2007), masalah pengolahan data memang

menjadi problem besar di Ditjen Pajak. Pegawai Ditjen Pajak akan merasa

dibuang atau disingkirkan bila mendapat posisi sebagai back office, di antara

beberapa posisi administrasi kantor, seperti pegawai tata usaha, umum, atau

bidang administrasi lain, duduk sebagai pengolah data adalah jabatan yang paling

tidak disukai, menjadi kasie umum masih lebih baik dibandingkan dengan

menjadi kasie pengolahan data, dan ketika kantor pusat Ditjen dimodernisasi, ada

satu posisi yang sampai saat ini belum terbentuk yaitu dalam struktur organisasi

Ditjen Pajak, unit ini disebut Kantor Besar Pengolahan Data dan Dokumen, kini

meski fisik unit baru tersebut belum terbentuk, Ditjen Pajak sudah mengantongi

Permenkeu No. 84/PMK.01/2007 tentang organisasi dan tata kerja pusat

pengolahan data tersebut dalam waktu dekat, organisasi baru ini dalam waktu

dekat akan segera diawaki, dalam Permenkeu tersebut unit kerja ini disebut Pusat

Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan, bukan Kantor Besar Pengolahan Data

dan Dokumen (Danny Darussalam, 2007).

Maka dari itu Fuad (1995) mengemukakan dan mengeluarkan surat edaran

yang mengatur ulang mekanisme kerja pada unit PDI (pusat data dan informasi).

Perekaman data/dokumen yang sebelumnya menjadi tanggung jawab seksi DPI

dipecah-pecah sesuai struktur jabatan yang ada. Misalnya, perekaman SPT

Tahunan PPh badan direkam oleh seksi PPh badan, SPT masa PPN direkam oleh

seksi PPN dan seterusnya dan mengemukakan juga bahwa struktur organisasi
6

sangat berpengaruh sekali pada kualitas data (Fuad, 1995). Meski demikian,

fungsi pengolah data dan informasi tidak mengalami perubahan, baik di KPP yang

sudah modern maupun belum, seksi ini tetap ada (Fuad, 1995). Bedanya seksi

pengolahan data dan informasi di kantor modern tampaknya diperluas (Fuad,

1995).

Demikian pula yang diungkapkan oleh seorang Account Representative

(Krysto, 2012) bahwa fenomena khusus yang terjadi di KPP Pratama Bandung

Bojonagara dalam penginputan data wajib pajak sering terjadi banyak kesalahan

yang diakibatkan dari WP itu sendiri, ataupun dari kinerja pajak itu sendiri,

apabila kesalahan yang sering dilakukan oleh WP adalah pada saat melaporkan

SPT ada kesalahan maka pada saat akan diinput atau akan dikerjakan itu mesti

dikembalikan lagi dan itu akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia

sehingga target waktu tidak akan tercapai, dan jika salah penginputan yang

dilakukan oleh pegawai itu akan mempengaruhi data sehingga pada saat akan

mencari data tersebut sangat sulit itu diakibatkan biasanya dengan human error

(Krysto, 2012).

Menurut Caplow (2000) menegaskan bahwa setiap organisasi harus

memberikan apa yang diminta oleh lingkungan. Manajemen disetiap organisasi

memasukkan perubahan organisasi, seperti memodifikasi struktur organisasi,

tujuan organisasi, teknologi, serta penugasan dimana kesemuanya adalah alat

menghadapi lingkungan yang selalu berubah (Yousef, 2000).

Sedangkan menurut Cut Zurnali (2010), sebuah organisasi atau perusahaan

harus dapat mencari dan menarik calon karyawan yang memiliki kemampuan
7

bekerja dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, yang biasa

disebut sebagai pekerja pengetahuan knowledge worker. Mengutip pendapat

(Drucker, 2002:135). Kontribusi manajemen yang paling penting yang dibutuhkan

pada abad ke-21 ini adalah meningkatkan produktivitas kerja pengetahuan

knowledge work sekaligus meningkatkan produktivitas pekerja pengetahuan

knowledge worker (Drucker, 2002). Produktivitas kerja pengetahuan knowledge

work berarti perusahaan meningkatkan cakupan kerjanya pada pemanfaatan

teknologi yang berbasis pengetahuan, termasuk didalamnya memanfaatkan

semaksimal mungkin penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam

meningkatkan profitabilitas sekaligus memperkuat daya saing competiveness

perusahaan (Drucker, 2002).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Cut Zurnali (2010)

tersebut, dapatlah ditarik sebuah kesimpulan bahwa pada era sekarang ini sudah

saatnya sebuah departemen SDM merekrut karyawan-karyawan dengan

kualifikasi knowledge worker agar sebuah organisasi atau perusahaan dapat

mencapai keunggulan kompetitif dalam jangka panjang, sekaligus memberikan

keuntungan kepada para stake holder organisasi tersebut, tidak hanya pada saat ini

tapi juga di masa depan.

Ditjen Pajak Robert Pakpahan (2006) ketika ditanya soal data tersebut

menyatakan hingga kini belum ada laporan tutup tahun kanwil dan KPP yang

masuk ke kantor pusat. Mengadopsi suatu sistem memang mudah, yang sulit

justru mengubah sumber daya manusianya. Dibandingkan dengan ketika


8

membentuk kantor modern pertama, maka persiapan penempatan karyawan di

kantor modern berikutnya hampir tidak ada apa-apanya (Robert Pakpahan, 2006).

Di Kanwil Khusus, misalnya, hampir tidak ada tes penempatan untuk para

pejabatnya karena para kepala seksi, kepala kantor dan kepala bidang langsung

menjadi pejabat di kantor modern (Robert Pakpahan, 2006). Tes 'kecil-kecilan'

memang dilakukan untuk tenaga Account Representative (AR) dan pelaksana, tapi

tidak ada tes psikologi sebagaimana dilakukan pada kantor modern pertama

(Robert Pakpahan, 2006). Pimpinan Ditjen Pajak tampaknya sangat

menyederhanakan masalah, modernisasi tidak lebih dari mengganti komputer baru

berikut sistemnya, sementara sumber daya manusianya hanya diberikan selembar

kertas berisi sejumlah pertanyaan yang harus mereka jawab, teken surat

pernyataan bersedia mematuhi kode etik, maka jadilah sebuah kantor modern,

Oleh sebab itu diperlukan pengembangan mutu untuk setiap pegawai dengan

diadakannya pembelajaran, pelatihan-pelatihan (training) serta motivasi untuk

membedayakan pegawai (Robert Pakpahan : 2006).

Manajemen Keuangan Kualitas Data menghilangkan integritas data risiko

yang terkait dengan pengumpulan, pemetaan, memverifikasi, dan bergerak

keuangan penting bagi data. Dengan itu, kita dapat membangun

standar, proses berulang, dan menghindari efisiensi pengumpulan data keuangan

(Prabu Kresna : 2012). Perusahaan semakin menyadari bahwa data merupakan

aset perusahaan yang sangat penting, tidak seperti perusahaan yang asetnya nyata

yaitu sulit untuk menempatkan nilai definitif di atasnya, dalam iklim ekonomi saat
9

ini sangat sulit, kurangnya pengembalian investasi membuat sulit untuk mendanai

kegiatan untuk mengelola data sebagai aset strategi (Prabu Kresna : 2012).

Mengingat besarnya skala perubahan yang akan dilakukan dalam program

ini dan adanya keterbatasan resources yang dimiliki, termasuk di antaranya

keuangan, sumber daya manusia (SDM), dan infrastuktur, maka implementasi

program modernisasi pada kantor operasional pajak harus dilakukan secara

bertahap. Sebagai tahap pertama, dibentuk Kantor Wilayah (Kanwil) dan 2 KPP

WP Besar pada bulan Juli 2002 untuk mengadministrasikan 300 Wajib Pajak

Badan terbesar di seluruh Indonesia sebagai pilot project (Prabu Kresna : 2012).

Karena program modernisasi yang diterapkan pada KPP WP Besar dianggap

cukup berhasil, maka konsep yang kurang lebih sama dicoba untuk diterapkan

pada KPP lain secara bertahap, di mana sampai dengan akhir 2007, 22 Kanwil dan

202 KPP (3 KPP WP Besar, 28 KPP Madya, dan 171 KPP Pratama) telah berhasil

dimodernisasi. Pada akhir 2006, struktur organisasi KP DJP disempurnakan

bersamaan dengan penerapan sistem administrasi modern. Pada tahun 2008,

seluruh kantor di luar Jawa dan Bali akan dimodernisasi dengan dibentuknya 128

KPP Pratama untuk menggantikan seluruh kantor pajak yang ada di daerah

tersebut (Prabu Kresna: 2012).

Pada hakekatnya Kantor Pelayanan Pajak telah berupaya melakukan tugas

pokok dan fungsinya dengan sebaik-baiknya, namun pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi tersebut belum sepenuhnya terlaksana secara optimal karena adanya

berbagai kendala dan keterbatasan sarana dan prasarana kantor (Prabu Kresna :

2012). Untuk itu Kantor Pelayanan Pajak berusaha terus menerus melakukan
10

perbaikan kinerja dengan cara memaksimalkan peningkatan kualitas sumber daya

manusia maupun pembuatan kebijakan dan peraturan-peraturan melalui

penyederhanaan sistem (Prabu Kresna, 2012).

Secara teori Database adalah suatu sistem yang memproses input berupa

data menjadi output yaitu informasi yang diinginkan (Stanchev Lubomir, 2001).

Untuk memperoleh Database yang handal perlu diperhatikan hal-hal seperti

keamanan data, kualitas data, kemudahan akses, kemudahan pengolahan data, dan

kemungkinan untuk pengembangan Database tersebut (Stanchev Lubomir, 2001).

Dan juga jika terjadi kegagalan dalam pengaksesan data pada suatu site di

karenakan jaringan komunikasi terputus maka site yang ingin mengakses data

tersebut dapat mengakses pada site yang tidak mengalami kerusakan (Stanchev

Lubomir, 2001).

Melihat kasus penyelewengan yang kerap terjadi di Direktorat Jendral

(Ditjen) Pajak, Menteri Keuangan menilai titik permasalahannya terletak pada

kualitas dan kapasitas sumber daya manusia (Agus Martowardojo , 2012). Banyak

praktik-praktik negatif di kantor pajak maka Kementerian Keuangan (Kemenkeu)

menambah kapasitas sumber daya manusia (SDM) di bidang pajak (Agus

Martowardojo , 2012).

Struktur organisasi mutlak harus dibuat dan diinformasikan secara jelas

kepada semua karyawan, karena dengan struktur organisasi inilah dapat diketahui

garis wewenang / tanggung jawab, membantu menjelaskan arti dan status dari

bermacam – macam unit organisasi serta memperbaiki hubungan yang ada.

Manual atau pedoman yang tertulis membuat struktur organisasi lebih berarti bagi
11

karyawan, membantu personalia mengaktifkan seluruh struktur organisasi bagi

karyawan, membuatnya lebih dimengerti serta mengembangkan kesetiaan dan

dukungan (Malayu.S.P.Hasibuan, 1996 : 61).

Secanggih apapun struktur, sistem, teknologi informasi, metode dan alur

kerja suatu organisasi, semua itu tidak dapat berjalan dengan optimal tanpa

didukung SDM yang capable dan berintegritas (Siti Kurnia Rahayu, 2010:114).

Harus disadari bahwa yang perlu dan harus diperbaiki sebenarnya adalah sistem

dan manajemen SDM, bukan semata-mata melakukan rasionalisaasi pegawai,

karena sistem yang baik dan terbuka dipercaya akan bisa menghasilkan SDM

yang berkualitas (Siti Kurnia Rahayu, 2010:114)

Kondisi-kondisi di atas memberi implikasi bahwa sumber daya manusia

yang potensial, mampu mengadaptasi kemajuan dan perkembangan ilmu dan

teknologi untuk menghasilkan produk terkini (up to date), menjadi kebutuhan

organisasi (Prabu Kresna, 2012). Setiap organisasi atau perusahaan berusaha

menemukan dan melaksanakan struktur organisasi yang memungkinkan sumber

daya manusia yang berkualitas dan kompetitif sehingga akan diperoleh hasil kerja

yang diharapkan (Robert Pakpahan, 2006). Ironisnya, untuk mendapatkan sumber

daya manusia Indonesia yang berkualitas dan kompetitif bukan hal yang mudah.

Bahkan menurut data dari United Nation for Developmant Program (UNDP),

tentang Human Developmant Index (HDI) Indonesia pada tahun 2003 menduduki

peringkat 112 dari 179 negara. Fakta ini merupakan keterpurukan sumber daya

manusia Indonesia, karena pada tahun 2002 Indonesia menempati urutan ke 110
12

dari 173 negara 3 (Jawa Pos, 10/7/2003). Sepatutnyalah Indonesia bekerja keras

dalam melakukan pengembangan sumber daya manusia.

Kurangnya perhatian pemerintah terhadap sektor tersebut berimplikasi

terhadap kualitas SDM Indonesia yang rendah (Nanik Yulianti, 2011). Padahal,

menciptakan dan mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah

salah satu cara terbaik untuk dapat memajukan perekonomian serta kesejahteraan

bangsa, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana membentuk atau

menyatukan studi struktur organisasi dan sumber daya manusia dalam bekerja

untuk mencapai produktivitas yang tinggi pada kualitas data (Nanik Yulianti,

2011). Untuk itu diperlukan kejelasan dalam menafsirkan struktur organisasi agar

terbentuk satu penilaian yang seragam diantara pegawai dalam memandang dan

menterjemahkan struktur yang ada kedalam tugas – tugas dan wewenangnya dan

juga sumber daya manusia, agar dapat mebentuk kualitas data pada perusahaan

menjadi lebih baik (Nanik Yulianti, 2011)

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Struktur Organisasi dan Kualitas Sumber Daya

Manusia Terhadap Kualitas Data”


13

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian tentang pengaruh

Struktur Organisasi dan Kualitas Sumber Daya Manusia yerhadap Kualitas Data

antara lain:

1. Struktur organisasi pada pelaksanaannya di lapangan seringkali menimbulkan

ketidakefisienan.

2. Data pada SIPMod tidak dapat diakses oleh SIDJP, dan kelemahan SIDJP

yaitu ketika beban kerja tinggi maka kinerja SIDJP menjadi lamban atau

bahkan hang dan juga dikarenakan human error.

3. Kasus penyelewengan yang kerap terjadi di Direktorat Jendral (Ditjen) Pajak,

Menteri Keuangan menilai titik permasalahannya terletak pada kualitas dan

kapasitas sumber daya manusia.

4. Direktorat Jendral Pajak mempunyai kelemahan pada sumber daya manusia

dikarenakan kurangnya pembelajaran dan pelatihan-pelatihan (training).

5. Masalah yang terjadi pada komponen database dalam Sistem Informasi

Akuntansi Ditjen Pajak yaitu belum terintegrasinya data, terjadi kegagalan

migrasi data, inefisiensi pemrosesan data dan redudancy data.

6. Data yang diberikan wajib pajak kurang lengkap sehingga mengakibatkan

kinerja pegawai terhambat dan kualitas datanya belom akurat.

7. Kelemahan pada Direktorat Jenderal Pajak yaitu dari sisi sistem informasi

yang berupa data yang kualitasnya belum optimal.

8. Kualitas data dalam SIDJP yang belum baik.


14

1.2.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah yang ditemukakan di atas, maka

Penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh struktur organisasi terhadap kualitas data pada KPP

Kanwil Jabar 1.

2. Bagaimana pengaruh kualitas sumber daya manusia terhadap kualitas data

pada KPP Kanwil Jabar 1.

3. Seberapa besar pengaruh struktur organisasi dan kualitas sumber daya manusia

terhadap kulitas data pada KPP Kanwil Jabar 1.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah mengumpulkan semata-mata adalah

untuk maksud rencana penyusunan skripsi. Adapun pengumpulan data dan

informasi yang menjadi titik perhatian dalam penelitian ini adalah yang berkaitan

dengan struktur organisasi dan kualitas sumber daya manusia pada kulitas data

pada KPP Kanwil Jabar 1.


15

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam melakukan penelitian

adalah untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang telah

diidentifikasikan di atas yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaruh stuktur organisasi terhadap kualitas data pada

KPP Kanwil Jabar 1.

2. Untuk mengetahui kualitas sumber daya manusia terhadap kualitas data pada

pada KPP Kanwil Jabar 1.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh stuktur organisasi dan kualitas

sumber daya manusia pada KPP Kanwil Jabar 1 terhadap kualitas data pada

suatu perusahaan hubungan baik secara simultan maupun parsial.

1.4. Kegunaan Penelitian

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-

pihak yang berkepentingan. Kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini

sebagai berikut :

1.4.1 Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai

Pengaruh Struktur Organisasi dan kualitas sumber daya manusia terhadap kualitas

data pada KPP di Kanwil Jawa Barat 1.


16

1.4.2 Kegunaan Akademis

1. Bagi Pengembangan Ilmu

Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan selain itu untuk

menambah pengetahuan, dan juga memperoleh gambaran langsung mengenai

Pengaruh Struktur Organisasi Pengaruh Struktur Organisasi dan kualitas

sumber daya manusia terhadap kualitas data pada KPP di Kanwil Jawa Barat 1.

2. Bagi Instansi Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan dari sisi akademisi

mengenai Pengaruh Struktur Organisasi dan kualitas sumber daya manusia

terhadap kualitas data pada KPP di Kanwil Jawa Barat 1.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut dalam

bidang yang sama, yaitu Pengaruh Struktur Organisasi dan kualitas sumber

daya manusia terhadap kualitas data pada KPP di Kanwil Jawa Barat 1.
17

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.5.1 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis berencana melaksanakan penelitian

pada Kantor Pelayanan Pajak di Kanwil Jawa Barat 1. yaitu :

Tabel 1.1
Lokasi Penelitian

No Nama KPP Alamat

1. KPP Pratama Bandung Karees Jl. Ibrahim Adjie No. 372


2. KPP Pratama Bandung Cicadas Jl. Soekarno Hatta N0.781
3. KPP Pratama Bandung Tegalega Jl. Soekarno Hatta No. 216
4. KPP Pratama Bandung Cibeunying Jl. Purnawarman No. 19-21
5. KPP Pratama Bandung Bojonegara Jl. Ir. Sutami No. 1
6. KPP Pratama Bandung Cimahi Jl. Amir Mahmud No.574
7. KPP Pratama Bandung Soreang Jl. Raya Cimareme No. 205
8. KPP Pratama Bandung Sumedang Jl. Ibrahim Adjie No.372
9. KPP Pratama Bandung Majalaya Jl. Peta No.7 Lingkar Selatan
10. KPP Madya Bandung Jl. Asia Afrika No.114
18

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah dimulai pada Maret 2012

sampai Agustus 2012.

Tabel 1.2
Waktu Penelitian

Bulan
Tahap Prosedur
Maret April Mei Juni Juli Agustus
Tahap Persiapan :
1. Bimbingan dengan dosen pembimbing
I 2. Membuat outline dan proposal skripsi
3. Mengambil formulir penyusunan skripsi
4. Menentukan tempat penelitian
Tahap Pelaksanaan :
1. Mengajukan outline dan proposal skripsi
II 2. Meminta surat pengantar ke perusahaan
3. Penelitian di perusahaan
4. Penyusunan skripsi
Tahap Pelaporan :
1. Menyiapkan draft skripsi
III 2. Sidang akhir skripsi
3. Penyempurnaan laporan skripsi
4. Penggandaan skripsi

Anda mungkin juga menyukai