SKRIPSI
Oleh :
AKHMAD FAJAR
100103133
PERSEMBAHAN
v
KATA PENGANTAR
Tujuan dari penyusunan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk bisa
Dengan selesainya laporan kerja praktek ini tidak terlepas dari bantuan banyak
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
3.2.1 Topologi Jaringan Dikembangkan ...................................... 28
3.2.2 Strategi Pemecahan Masalah............................................... 39
3.2.3 Langkah Konfigurasi CAPSMAN Server dan CAP ........... 39
3.2.4 Simulasi Awal Jaringan....................................................... 41
BAB IV PEMBAHASAN . 45
4.1 Implementasi ............................................................................... 45
4.1.1 Konfigurasi CAPSMAN Server ......................................... 45
4.1.2 Konfigurasi CAP ................................................................ 51
4.1.3 Provisioning CAP ke CAPSMAN Server .......................... 55
4.1.4 Manajemen SSID Tamu ..................................................... 58
4.1.5 Menghubungkan CAPSMAN dengan Captive Portal ........ 60
4.2 Monitoring.................................................................................... 62
4.2.1 Monitoring CAP .................................................................. 62
4.2.2 Monitoring Pengguna Aktif ................................................ 63
4.3 Manajemen ................................................................................... 65
4.4 Pengujian Sinyal........................................................................... 66
4.5 Pengujian Captive Portal .............................................................. 72
4.6 Perbandingan Hasil Jaringan Baru dengan Jaringan Lama .......... 73
BAB V PENUTUP .................................................................................. 82
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 82
5.2 Saran ............................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
LAMPIRAN ...........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
ABSTRAK
Oleh :
AKHMAD FAJAR
100103133
Manajemen jaringan menjadi hal yang sangat penting dalam menjaga koneksi
agar tetap berjalan dan mengurangi gangguan yang terjadi. Saat ini media koneksi
yang banyak digunakan adalah wireless. Dalam penerapan nya manajemen
jaringan wireless menjadi sangat penting terutama pada area – area dimana
pengguna akan terhubung ke jaringan hotspot. Permasalahan dalam jaringan
hotspot yang memiliki banyak access point adalah bagaimana memanajemen
SSID yang akan ditampilkan ke pengguna agar tidak terjadi kesalahan ketika
memilih SSID yang akan digunakan.
xii
ABSTRACT
By:
AKHMAD FAJAR
100103133
In this study the authors propose the use of CAPSMAN as a system used to
perform hotspot network management. The management of the SSID to be
displayed to all its users will be configured using CAPSMAN so it will simplify
the management process. CAPSMAN which the author implement using Public IP
address so that monitoring of hotspot network can be done from anywhere with
the condition there is internet connection.
Testing is done by scanning and comparison of the signal obtained before and
after CAPSMAN system is implemented. The results of the test can be concluded
that the use of CAPSMAN helps in the process of hotspot network management
and SSID determination to be displayed to the user. In the continuity of the
network, the monitoring process is still implemented so that the hotspot network
that has been implemented still run well.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan internet yang sangat cepat harus didukung dengan sarana dan
Salah satu media yang digunakan untuk dapat terhubung ke internet adalah
jaringan hotspot. Penggunaan jaringan hotspot menjadi pilihan utama karena tidak
yang dapat dilayani. Oleh karena itu apabila ada banyak pengguna maka akan
dibutuhkan banyak access point sebagai penyedia layanan hotspot. Ketika ada
banyak access point maka akan ada banyak SSID (Service Set Identifier) yang
access point. Dari semua access point yang terpasang diharapkan dapat melayani
1050 pengguna.
1
2
pengguna harus memilih SSID yang terdekat dan memilih SSID lain ketika
jaringan hotspot maka administrator jaringan dapat membuat SSID dari setiap
access point sama dan hanya melakukan konfigurasi di satu titik saja. Setalah
pengguna tidak perlu melakukan koneksi ulang ke jaringan hotspot terdekat. Hal
Untuk membatasi cakupan bahasan yang dibahas dalam laporan ini, maka
captive portal.
menggunakan CAPSMAN.
a. Manfaat Teoritis
banyak.
b. Manfaat Praktis
(2015) didapat kesimpulan bahwa kinerja jaringan dari model koneksi langsung
dengan menerapkan topologi ESS (Extended Service Set) yang memakai internal
menggunakan topologi BSS (Basic Service Set). Ketika client berjalan menjauhi
salah satu AP dan client mendekati AP lainnya maka client akan berpindah
koneksi ke AP terdekat tanpa harus konfigurasi ulang. Salah satu topologi ESS
adalah penggunaan WDS, akan tetapi dalam implementasi nya penggunaan WDS
Penelitian yang dilakukan oleh Falah Husni, dkk (2018) tentang implementasi
pada STMIK Lombok Roaming yang berjalan antar access point pada jaringan
hotspot yang dibangun bisa berjalan tapi membutuhkan lebih banyak waktu dalam
Nama
No Judul Hasil Perbedaan
Peneliti
Penelitian ini akan dilakukan dalam beberapa tahap antara lain sebagai berikut :
1. Studi Pusataka
ebook.
2. Observasi
dibangun.
3. Studi Literatur
data yang menggambarkan siklus yang tiada awal dan tiada akhir dalam
1. Analisis
2. Desain
Dari hasil analisis yang telah dilakukan akan dibuat sebuah desain
3. Simulasi
4. Implementasi
5. Monitoring
6. Manajemen
sebelumnya.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi pendahuluan yang menguraikan latar belakang penulisan, rumusan
Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang mendasari penelitian skripsi ini.
Bab ini membahas analisis dan perancangan yang digunakan dalam pembangunan
sistem.
Bab ini akan membahas tentang implementasi serta pengujian terhadap jaringan
yang dibuat.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan atas implementasi dan saran berdasarkan hasil yang
telah dilaksanakan.
BAB II
LANDASAN TEORI
data dan voice pada suatu jaringan berskala besar ataupun kecil network
management juga bisa dikatakan method prosedur dan tools yang berhubungan
dengan cepat. Manajemen jaringan sangat dibutuhkan agar koneksi dapat dijaga
2.2 Hotspot
Hotspot adalah area dimana seorang client dapat terhubung dengan jaringan
internet secara wireless (nirkabel/tanpa kabel) dari PC, note book atau gadget
seperti Handphone dalam jangkauan radius kurang lebih beberapa ratus meteran
2017)
10
11
hanya sebagai gateway. Untuk keperluan beban yang besar (network yang
2.4 CAPSMAN
wireless akses point yang ada dijaringan secara terpusat. Dalam penggunaan
a. CAP (Controlled Access Point), yaitu perangkat wireless akses point yang
2.5 Wireless
Dalam dunia jaringan ada yang disebut dengan istilah WLAN (Local Area
Network), yang berarti beberapa host yang saling dihubung untuk pertukaran data
dalam sebuah area lokal atau area yang kecil, misalnya sebuah kantor atau sebuah
12
dengan Wi-Fi.
a. WPAN
Secara kasar, semakin jauh daya jangkau wireless, semakin tinggi pula
tinggi pula kebutuhan hardwarenya. Katena itu, untuk menghemat daya dan
adalah si gigi biru atau Bluetooth dan IrDa. Bluetooth menggunakan frekuensi
dan tidak ada yang menghalanginya. Teknologi IrDa banyak digunakan pada
terpisah. Bluetooth juga digunakan sebagai media untuk bertukar file antar
handphone sehingga anda tidak membutuhkan kabel yang rumit. Mouse juga
Bluetooth yang tampak sangat unggul dalam segala sisi ternyata lebih dawan
mempunyai jarak tempuh lebih jauh daripada WPAN. Teknologi wireless ini
ditujukan untuk menggantikan kabel UTP yang selama ini digunakan untik
wireless yang popular ini dinamakan Wi-Fi. Wireless tidak sama dengan Wi-
Kecepatan transfer data Wi-Fi yang saat ini sudah mencapai 1.3 Gbps,
tampaknya sudah bias menggantikan kabel untuk jaringan LAN ini namun
jumlah client yang banyak akan membuat kecepatan yang drop. Sehingga
jaringan Wi-Fi tetap tidak bias cocok untuk segala kondisi dan tidak bisa
c. WMAN
yang mempunyai daya jangkai yang lebih jauh, jaringan ini mempunyai
Sampai saat ini masih terjadi Tarik ulur mengenai ijin dan aturan main
jaringan wireless ini karena besarnya bisnis dan uang yang ada didalamnya.
d. WWAN
IEEE dan Wi-Fi adalah dua hal yang berbeda, atau lebih tepatnya merupakan dua
a. IEEE
Pada tahun 1980 bulan 2, IEEE membuat sebuah bagian yang mengurusi
standarisasi LAN dan MAN. Bagian ini kemudian dinamakan sebagai 802.
IEEE. Kareanya luasnya bidang yang ditangani oleh 802, maka bagian ini
dibagi lagi menjadi bebrapa bagian yang lebih kecil dan spesifik yang disebut
dengan unit kerja. Unit kerja diberikan nama berupa angka yang berurutan
dibelakang 802. Berikut contoh unit kerja dan bidang yang ditangani. (Sumber
: Sto, 2015)
Kerja
Dari tabel unit kerja diatas terdapat beberapa loncatan seperti 802.2, 802.5,
802.12 dan lain sebagainya, itu terjadi karea unit kerja ini sudah seperti
Unit kerja yang menarik dari tabel diatas adalah 802.11 yaitu unit kerja
yang mengurusi wireless LAN, namun sekarang tidak lagi dengan tanda titik
dan angka namun dengan huruf a,b,c sehingga 802.11a, 802.11b, 802.11g,
dan lain-lain.
b. Wi-Fi
Karena itu dibentuklah sebuah asosiasi yang dipelopori oleh CISCO yang
walaupun tidak 100% sama sehingga bisa jadi terdapat feature yang
Sto, 2015)
Modus Ad-Hoc adalah metode koneksi yang paling sederhana yang bisa
dilakukan dengan kabel khusus yang dikenal dengan kabel cross konektor RJ-45
pada computer masing-masing. Namun tidak bisa untuk lebih dari dua komputer.
Cara ini bisa dikatakan sebagai koneksi modus Ad-Hoc namun berbeda dengan
koneksi kabel, dengan wireless bisa menghubungkan lebih dari dua komputer.
Secara singkat bisa dikatakan bahwa jaringan Ad-Hoc adalah jaringan yang
Access Point. Access point berfungsi sebagai polisi lalu lintas yang menentukkan
sebagai pusat pengontrolan kebijakan lalu lintas data. (Sumber : Elvy, 2014 )
client dengan jaringan kabel yang telah ada. Wireless client bisa
Basic Service Area (BSA), hanya mampu melayani area tertentu yang
b. ESS
Service Set). ESS adalah Kumpulan dari beberapa topologi BSS yang
saling overlap. Pada topologi ESS terdapat lebih dari satu Access Point
Access Point dan meningkatnya beban yang harus dilayani oleh Access
2.5.4 SSID
Service Set Identifer (SSID) merupakan ID atau nama untuk jaringan wireless.
Nama ini dapat di set sesuai dengan keinginan administrator. Dimana SSID
bersifat case sensistive dan tidak boleh melebihi 32 karakter. Secara default, SSID
akan di broadcast, sehingga hal ini akan membuat orang lain bisa menemukan
adanya sebuah jaringan wireless sekitarnya. Sebab SSID akan muncul atau
disebuat available networks yang ada pada wireless client. (Sumber : Elvy, 2014)
2.5.5 Channel
sangatlah penting diketahui, karena channel merupakan sebuah bagian pada pita
atau band frekuensi. Penentuan channel yang tepat sangat penting agar setiap
frekuensi tidak saling bertumpuk (overlap) atau tumpang tindih dengan wireless
disekitar.
Pada frekuensi 2.4 GHz, ada 14 channel yang dapat digunakan . berikut
lebar 22 MHz, dengan jarak pemisah 5 MHz. dimana channel 1 terpusat pada
2,412 GHz, channel 13 berpusat pada 2,472 GHz, dan channel 14 pada 2,484
GHz. Frekuensi yang dipakai oleh channel bisa dilihat di tabel 2.2.
(GHz)
Nilai frekuensi yang ditampilkan adalah ini tengahnya saja misalnya, untuk
menggunakan range antara 2,401 GHz – 2,423 GHz yaitu 11 MHz di bawah dan
di atas 2,412 GHz. Oleh karena itu setiap channel dikatakan memiki lebar 22
spesifikasi jaringan wireless 802.11 yang umum dikenal. Untuk lebih jelas dapat
1999
1999
2003 DSSS
2009 5
dari satu antena yang bertukar informasi, sehingga lebih efisien dengan
menggunakan satu antena. Peningkatan thoughput data dan link range tanpa
tambahan bandwidth atau daya transmisi. Seperti yang dilihat pada tabel 4.2,
Dari tabel 2.3, terlihat bahwa spesifikasi yang terbaik adalah 802.11n dengan
kecepatan 150 Mbps dan jarak yang lebih jauh, produk wireless dengan standard
perangkat wireless tersebut dapat bekerja pada spesifikasi 802.11b dan 802.11g.
kemudian ada pula perangkat wireless yang dituliskan Dual Band. Hal ini
menunjukkan bahwa perangkat tersebut dapat bekerja pada frekuensi 2,4 GHz dan
2012 Mbps
2014 5
60
2.6 Roaming
Pada ESS, jaringan-jaringan BSS tidak harus menggunakan SSID yang sama
namun tanpa SSID yang sama, tidak bisa memanfaatkan fungsi roaming. Roaming
adalah feature yang memungkinkan client berpindah dari sebuah jaringan BSS ke
jaringan BSS yang lain secara otomatis tanpa terputus koneksinya. Untuk
menggunakan feature roaming, harus terdapat overlapping area atau area dimana
Roaming berkerja saat komputer mencari nama jaringan wireless atau SSID
informasi dari alamat MAC dari peralatan devices yang dikenal dengan BSSID
berpindah dari satu access point ke access point yang lain, dan masih dalam
subnet yang sama tanpa harus melakukan koneksi ulang ke access point. Mobile
station dapat menemukan access point yang memiliki sinyal terbaik, kemudian
memutuskan kapan untuk berpindah ke access point yang lain. Semua proses
mobile station menemukan access point baru pada saluran yang cocok ketika
Dalam jaringan wireless, roaming antara dua jaringan terdiri dari internal
roaming dan external roaming. Internal roaming terjadi jika mobile station
berpindah ke jaringan lain melalui satu access point ke access point yang lain
tetapi masih dalam satu home network. Sedangkan external roaming terjadi jika
: Falah, 2018)
interkoneksi antar access point. Sistem ini digunakan untuk memperluas jangkuan
Frequency, dan SSID yang sama. Konsep WDS adalah dengan mengkonfigurasi
access point dengan WDS, maka apabila user_laptop berpindah dari satu area
access point ke area access point lainnya, maka user seakan-akan tetap berada
2.9 REPEATER
Repeater adalah sebuah alat yang digunakan untuk meneruskan signal yang
diterimanya sehingga bisa mejangkau area yang lebih jauh. Repeater bekerja
dengan konsep yang berbeda sehingga tidak semua AP bisa difungsikan sebagai
repeater, channel yang digunakan oleh repeater haruslah sama dengan channel
2.10 BRIDGE
untuk menghubungkan antar jaringan yang berada pada jarak jauh. Bridges
pusat atau central dinamakan root bridge sedangkan jaringan lainnya disebut
non root bridge. Jaringan non root bridge tidak bisa berkomunikasi secara
2015)
kekuatan sinyal yang diterima pada antarmuka antena, dapat digunakan untuk
menganalisis sinyal yang diterima dari BTS. Berikut ini adalah daftar
(Prastise, 2018)
BAB III
mengandalkan koneksi jaringan lokal dan jaringan internet. Media koneksi yang
dan wireless. Media koneksi kabel digunakan di dalam lab – lab komputer dan
nya access point yang dipasang memiliki SSID yang berbeda sehingga akan
menitik beratkan kepada proses manajemen jaringan wireless yang ada di Gedung
access point mikrotik dan 5 access point TP-Link. 20 access point mikrotik yang
tidak ada banyak SSID yang muncul saat dilakukan scanning akan tetapi tidak
27
28
Dalam proses penelitian dan analisis yang dilakukan maka di dapat topologi
Dari topologi pada gambar 3.1 dapat di ambil informasi bahwa pada lantai 3
terdapat 7 buah access point mikrotik yang terpasang dengan SSID sesuai dengan
identitas setiap access point. Pada lantai 2 terdapat 8 buah access point dan pada
jumlah pengguna. Lantai 1 memiliki access point lebih banyak daripada lantai 2
dan 3, ini dikarenakan jumlah pengguna di lantai 1 lebih banyak, dengan rincian 6
29
Dari hasil analisis scanning jaringan wireless yang ada di gedung C diperoleh
topologi hanya 25 access point. Jumlah SSID yang lebih banyak daripada jumlah
access point dikarenakan ada beberapa sinyal wireless dari gedung lain yang
30
terdeteksi. Pada tabel 3.1 SSID yang di cetak tebal dan miring bukan merupakan
Tabel 3.2 menunjukan hasil scanning wireless lantai 1 bagian tengah yang
topologi hanya 25 access point. Jumlah SSID yang lebih banyak daripada jumlah
access point dikarenakan ada beberapa sinyal wireless dari gedung lain yang
31
terdeteksi. Pada tabel 3.2 SSID yang di cetak tebal dan miring bukan merupakan
Tabel 3.3 menunjukan hasil scanning wireless lantai 1 bagian timur yang
topologi hanya 25 access point. Jumlah SSID yang lebih banyak daripada jumlah
access point dikarenakan ada beberapa sinyal wireless dari gedung lain yang
32
terdeteksi. Pada tabel 3.3 SSID yang di cetak tebal dan miring bukan merupakan
topologi hanya 25 access point. Jumlah SSID yang lebih banyak daripada jumlah
access point dikarenakan ada beberapa sinyal wireless dari gedung lain yang
33
terdeteksi. Pada tabel 3.4 SSID yang di cetak tebal dan miring bukan merupakan
Tabel 3.5 menunjukan hasil scanning wireless lantai 2 bagian tengah yang
topologi hanya 25 access point. Jumlah SSID yang lebih banyak daripada jumlah
access point dikarenakan ada beberapa sinyal wireless dari gedung lain yang
34
terdeteksi. Pada tabel 3.5 SSID yang di cetak tebal dan miring bukan merupakan
Tabel 3.6 menunjukan hasil scanning wireless lantai 2 bagian timur yang
topologi hanya 25 access point. Jumlah SSID yang lebih banyak daripada jumlah
access point dikarenakan ada beberapa sinyal wireless dari gedung lain yang
35
terdeteksi. Pada tabel 3.6 SSID yang di cetak tebal dan miring bukan merupakan
topologi hanya 25 access point. Jumlah SSID yang lebih banyak daripada jumlah
access point dikarenakan ada beberapa sinyal wireless dari gedung lain yang
36
terdeteksi. Pada tabel 3.7 SSID yang di cetak tebal dan miring bukan merupakan
Tabel 3.8 menunjukan hasil scanning wireless lantai 3 bagian tengah yang
topologi hanya 25 access point. Jumlah SSID yang lebih banyak daripada jumlah
access point dikarenakan ada beberapa sinyal wireless dari gedung lain yang
37
terdeteksi. Pada tabel 3.8 SSID yang di cetak tebal dan miring bukan merupakan
Tabel 3.9 menunjukan hasil scanning wireless lantai 3 bagian timur yang
topologi hanya 25 access point. Jumlah SSID yang lebih banyak daripada jumlah
access point dikarenakan ada beberapa sinyal wireless dari gedung lain yang
38
terdeteksi. Pada tabel 3.9 SSID yang di cetak tebal dan miring bukan merupakan
Dari hasil yang diperoleh berdasarkan scanning sinyal wireless maka terlihat
kelemahan dari sistem yang berjalan saat ini yaitu terlalu banyak SSID yang
Dari hasil analisi yang diperoleh maka akan dilakukan perubahan topologi
coverage area dari masing – masing access point. Jumlah access point mikrotik
yang akan dipasang pada topologi baru sebanyak 20 access point dan untuk
access point tp-link akan dilepas karena sinyal yang dipancarkan terlalu jauh akan
tetapi tidak dapat dilakukan koneksi. Gambar 3.2 menunjukan gambaran topologi
39
dari masing - masing access point. Karena banyak nya jumlah access point yang
dipasang maka pada penelitian ini akan dibuat sebuah manajemen jaringan
hotspot. Sehingga proses perubahan kedepannya hanya akan dilakukan pada satu
prototyping jaringan yang baru dengan skala yang lebih kecil yatiu 2 buah access
point. Prototyping menggunakan 2 buah access point mikrotik dan satu router
mikrotik sebagai manajemen jaringan hotspot nya. Dari hasil prototyping yang
Konfigurasi yang dilakukan pada Router CAPSMAN Server dan CAP sebagai
berikut :
b. Konfigurasi CAP.
CAPSMAN Server.
40
bandwidth yang ada pada Router IP Publik. Ini dilakukan karena besar
41
antar access point dan besaran sinyal yang dapat di cover oleh masing – masing
Dari hasil analaisis simulasi jaringan pada tabel 3.10 maka dapat diambil
keputusan bahwa jarak aman yang akan digunakan dalam pemasangan access
point adalah 20 meter. Dengan pengaturan jarak 20 meter maka pengguna yang
berada di antara access point memiliki backup access point ketika menjauh dari
access point yang pertama. Gambar 3.4 menunjukan hasil simulasi penempatan
acccess point.
42
analisis awal.
Selama pengujian client tidak berpindah tempat selama 5 menit untuk mengetahui
apakah ada perubahan sinyal selama berada di area AP 1. Data yang telah
diperoleh dikumpulkan dalam sebuah tabel pengujian. Tabel pengujian data sinyal
43
No Menit ke Sinyal
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
Hasil pengujian yang diperoleh menjadi tolak ukur keberhasilan sistem yang
kekuatan sinyal yang didapat. Selama pengujian client tidak berpindah tempat
selama 5 menit untuk mengetahui apakah ada perubahan sinyal selama berada di
area antara AP 1 dan AP 2. Data yang telah diperoleh dikumpulkan dalam sebuah
tabel pengujian. Tabel pengujian data sinyal yang diperoleh sebagai berikut :
44
No Menit ke Sinyal
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
Hasil pengujian yang diperoleh menjadi tolak ukur keberhasilan sistem yang
BAB IV
IMPELEMENTASI SISTEM
4.1 Implementasi
CAPSMAN Server menjadi sangat penting karena akan mempengaruhi hasil dari
82
46
b. Konfigurasi Channel
c. Konfigurasi Datapath
bridge dan local forwarding maka sistem yang berjalan akan sesuai
47
CAP.
48
Pada gambar 4.4 telah ditentukan bahwa sinyal yang lebih rendah
dari -75 saja yang dapat terhubung. Dengan pengaturan range sinyal
terlalu jauh dari access point tidak dapat terhubung karena dapat
e. Konfigurasi Rates
apabila rate yang dilayani terlalu besar dapat membuat koneksi tidak
stabil.
49
f. Konfigurasi SSID
50
nya.
nya.
51
yang berbeda maka setiap CAP harus terhubung ke internet terlebih dahulu.
DHCP sehingga pengaturan pada sisi pengguna tidak perlu memasang alamat IP
secara manual. Begitu pula pada CAP yang akan dipasang alamat IP secara
DHCP.
52
pada CAP.
CAPSMAN Server.
53
54
yaitu port ethernet dan wireless. Oleh karena itu hanya 2 port ini
ethetnet dan port wireless kedalam bridge port yang telah dibuat.
55
Langkah – langkah diatas diterpakan pada 20 access point yang akan dikelola.
Server.
Setelah seluruh CAP dikonfigurasi maka pada CAPSMAN Server akan muncul
daftar CAP yang telah terhubung. Gambar 4.16 menunjukan 20 CAP yang telah
jaringan ketika akan melakukan penambahan CAP maka provisioning lebih baik
56
Setelah template provisioning dibuat maka CAP yang telah tampil pada
telah dibuat. Pada gambar 4.17 dapat diketahui bahwa template konfigurasi
menggunakan nama Caps Gedung C dengan support mode band g dan n, proses
Gambar 4.18 akan menunjukan hasil dari CAP yang telah terprovisioning
disconnect dikarenakan listrik padam atau koneksi internet yang putus. Proses
57
tidak perlu melakukan provissioning setiap kali listtik padam atau koneksi internet
yang mati.
Administrator jaringan ingin membuat sebuah SSID khusus untuk tamu dimana
58
SSID yang dikhususkan untuk tamu akan berada di lantai 1. Konfigurasi yang
SSID dilakukan dengan menambahkan virual access point pada CAP yang berada
di lantai 1. Untuk jumlah CAP yang diberi tambahan virtual access point
berjumlah 3 dan berada di area lobi. Gambar 4.19 dan 4.20 menunjukan
konfigurasi penambahan virtual access point pada CAP 17, konfigurasi tersebut
master interface yang akan menjadi letak dimana virtual access point tersebut
akan ditempatkan.
59
dengan SSID utama agar tamu yang akan terhubung dapat langsung menentukan
Dari gambar 4.20 dapat diambil informasi bahwa SSID yang dibuat adalah
konfigurasi pada SSID utama. Dengan demikian tamu yang akan menggunakan
60
berjalan dengan baik. Penulis tidak akan membahas proses pembuatan captive
Karena switch yang digunakan adalah cloud router switch maka proses
koneksi yang dibangun seolah – oleh berada pada 1 jaringan LAN. Gambar 4.21
menunjukan konfigurasi eoip tunnel pada switch yang terhubung dengan CAP.
captive portal dengan switch CAP. Dengan menghubungkan eoip tunnel antara
server captive portal dengan switch yang menghubungkan CAP maka service
61
captive portal dapat dijalankan pada semua CAP dengan syarat eoip tunnel
Dengan ditambahkan eoip tunnel kedalam bridge CAP maka service captive
portal dapat berjalan. Captive portal akan mengatur batasan bandwidth bagi setiap
mengetahui hasil yang diperoleh dari topologi baru. Hasil monitoring akan
mengetahui CAP yang paling banyak digunakan dan jumlah pengguna yang aktif
pada masing – masing CAP. Apabila ditemui CAP yang kelebihan pengguna
62
2.12Monitoring
dengan baik. Dengan status state yang menunjukan Run berarti CAP dapat
63
koneksi dengan jaringan yang berbeda sumber internet CAPSMAN dapat berjalan
dengan baik.
pengguna aktif juga dapat diambil informasi sinyal yang diperoleh pengguna pada
lokasi – lokasi tertentu. Banyak nya jumlah pengguna yang terhubung ke CAP
pengaturan access list. Gambar 4.24 menunjukan konfigurasi acess list yang
Dari gambar 4.24 dapat diambil informasi bahwa sinyal dibawah atau sama
dengan -75 dapat terhubung ke CAP dan sinyal yang berada di atas -75 tidak akan
dapat terhubung ke CAP. Dengan pengaturan access list maka pengguna harus
konfigurasi ini dilakaukan agar pengguna yang jarak nya terlalu jauh dari CAP
tidak akan dapat terhubung karena apabila ada pengguna yang berjarak terlalu
jauh maka dapat mengganggu koneksi seluruh pengguna yang terhubng ke CAP.
64
Pengguna yang sinyal nya terlalu rendah dapat mengganggu pengguna lain.
Pada saat ada pengguna yang sinyal nya rendah maka akan membutuhkan
hotspot Seamless_SMKTTH.
65
Dari gambar 4.25 dapat diambil informasi jumlah pengguna yang aktif
sebanyak 56 dan tersebar di beberapa CAP. Gambar 4.25 diambil sebelum access
list diterapkan sehingga ada besar sinyal diatas -75. Pengguna aktif setelah access
Setelah access list diterapkan sinyal yang berada di bawah – 75 tidak akan di
ijinkan untuk terhubung ke jaringan hotspot yang telah dibangun. Ini dilakukan
untuk memelihara koneksi agar stabil dan seluruh pengguna dilayani dengan baik.
2.13Manajemen
66
2.14Pengujian Sinyal
saat analisis awal jaringan dilakukan. Pengujian dilakuakn dua kali yaitu
pengujian pada area yang di kover dan pengujian pada area roaming.
Dari hasil pengujian pada tabel 4.1 tidak terjadi perubahan sinyal. Besar sinyal
-50 dbm.
Dari hasil pengujian yang ditunjukan pada tabel 4.2 sinyal pada area roaming
Lantai 1 Barat cenderung berubah. Besar sinyal antara -49 sampai -53.
67
Tabel 4.3 menunjukan hasil pengujian pada area lantai 1 tengah. Sinyal yang
Tabel 4.4 menunjukan hasil pengujian di area roaming lantai 1 tengah. Hasil
No Menit Ke Sinyal
1 1 -59
2 2 -50
3 3 -59
4 4 -50
5 5 -50
Pengujian yang ditunjukan pada tabel 4.5 menunjukan hasil sinyal antara -50
sampai -61. Besar sinyal yang diperoleh dibandingkan dengan area lain di lantai
1, lantai 1 timur memiliki sinyal paling kecil karena sinyal yang diperoleh -61.
Berdasarkan pengaturan yang diterapkan sinyal -61 termasuk kedalam sinyal yang
No Menit Ke Sinyal
1 1 -52
2 2 -51
68
3 3 -47
4 4 -46
5 5 -49
Tabel 4.6 menunjukan hasil pengujian di area roaming lantai 1 Timur. Sinyal
No Menit Ke Sinyal
1 1 -59
2 2 -50
3 3 -50
4 4 -59
5 5 -50
Hasil pengujian pada tabel 4.7 menunjukan hasil sinyal yang diperoleh di lantai
No Menit Ke Sinyal
1 1 -56
2 2 -53
3 3 -53
4 4 -50
5 5 -50
Hasil pengujian pada tabel 4.8 menunjukan hasil sinyal yang diperoleh di area
roaming lantai 2 barat. Sinyal yang diperoleh berkisar antara -50 sampai -56.
No Menit Ke Sinyal
1 1 -51
2 2 -53
3 3 -52
4 4 -52
5 5 -52
69
Hasil pengujian pada tabel 4.9 menunjukan hasil sinyal yang diperoleh di
lantai 2 tengah. Sinyal yang diperoleh berkisar antara -51 sampai -53.
No Menit Ke Sinyal
1 1 -50
2 2 -52
3 3 -52
4 4 -51
5 5 -49
Hasil pengujian pada tabel 4.10 menunjukan hasil sinyal yang diperoleh di
area roaming lantai 2 tengah. Sinyal yang diperoleh berkisar antara -49 sampai -
52.
No Menit Ke Sinyal
1 1 -44
2 2 -44
3 3 -44
4 4 -44
5 5 -44
Hasil pengujian pada tabel 4.11 menunjukan hasil sinyal yang diperoleh di
lantai 2 timur. Sinyal yang diperoleh -44 tanpa ada perubahan selama 5 menit
pengujian dilakukan.
No Menit Ke Sinyal
1 1 -43
2 2 -42
3 3 -45
4 4 -43
70
5 5 -42
Hasil pengujian pada tabel 4.12 menunjukan hasil sinyal yang diperoleh di
area roaming lantai 2 timur. Sinyal yang diperoleh berkisar antara -42 sampai -45.
No Menit Ke Sinyal
1 1 -62
2 2 -50
3 3 -60
4 4 -60
5 5 -61
Pengujian yang ditunjukan pada tabel 4.13 menunjukan hasil sinyal antara -50
sampai -62. Besar sinyal yang diperoleh dibandingkan dengan area lain di lantai
3, lantai 3 barat memiliki sinyal paling kecil karena sinyal yang diperoleh -62.
No Menit Ke Sinyal
1 1 -60
2 2 -50
3 3 -59
4 4 -58
5 5 -57
Hasil pengujian pada tabel 4.14 menunjukan hasil sinyal yang diperoleh di
area roaming lantai 3 barat. Sinyal yang diperoleh berkisar antara -57 sampai -60.
No Menit Ke Sinyal
1 1 -48
2 2 -47
3 3 -47
4 4 -45
5 5 -46
71
Hasil pengujian pada tabel 4.15 menunjukan hasil sinyal yang diperoleh di
area lantai 3 tengah. Sinyal yang diperoleh berkisar antara -45 sampai -48.
No Menit Ke Sinyal
1 1 -46
2 2 -45
3 3 -48
4 4 -45
5 5 -46
Hasil pengujian pada tabel 4.16 menunjukan hasil sinyal yang diperoleh di
area roaming lantai 3 tengah. Sinyal yang diperoleh antara -45 - -48.
No Menit Ke Sinyal
1 1 -35
2 2 -46
3 3 -46
4 4 -46
5 5 -46
Hasil pengujian pada tabel 4.17 menunjukan hasil sinyal yang diperoleh di
area lantai 3 tengah. Sinyal yang diperoleh berkisar antara -35 sampai -46.
No Menit Ke Sinyal
1 1 -38
2 2 -40
3 3 -39
4 4 -41
5 5 -43
72
Hasil pengujian pada tabel 4.18 menunjukan hasil sinyal yang diperoleh di
area lantai 3 tengah. Sinyal yang diperoleh berkisar antara -38 sampai -43.
login captive portal yang telah terhubung dengan jaringan CAPSMAN. Dari
73
74
Berdasarkan data pada tabel 4.19 dapat diambil informasi bahwa SSID
Berdasarkan data pada tabel 4.20 dapat diambil informasi bahwa SSID sebelum
75
berjumlah 6. Sinyal yang diperoleh dari implementasi jaringan baru sebesar -42,
Berdasarkan data pada tabel 4.21 dapat diambil informasi bahwa SSID
76
Berdasarkan data pada tabel 4.22 dapat diambil informasi bahwa SSID
77
Berdasarkan data pada tabel 4.23 dapat diambil informasi bahwa SSID
78
Berdasarkan data pada tabel 4.24 dapat diambil informasi bahwa SSID
79
Berdasarkan data pada tabel 4.25 dapat diambil informasi bahwa SSID
80
Berdasarkan data pada tabel 4.26 dapat diambil informasi bahwa SSID
81
Berdasarkan data pada tabel 4.27 dapat diambil informasi bahwa SSID
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil implementasi yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan
pengujian.
yang berbeda sumber dan CAPSMAN dapat di konfigurasi pada router yang
jaringan.
5.2 Saran
menyarankan untuk membatasi port – port yang dapat diakses dari internet dan
hak ases user yang dapat mengakses ke dalam jaringan CAPSMAN. Sealain itu
82
DAFTAR PUSTAKA
Zam, Elvy Zamidra. 2014. Cara Mudah Membuat Jaringan Wireless.PT. Elex
Media Komputindo.
Lantai 1
Foto AP 1 Foto AP 2
Foto AP 3 Foto AP 4
Foto AP 5 Foto AP 6
Foto AP 7 Foto AP 8
Lantai 2
Foto AP 9 Foto AP 10
Foto AP 11 Foto AP 12
Foto AP 13 Foto AP 14
Lantai 3
Foto AP 15 Foto AP 16
Foto AP 17 Foto AP 18
Foto AP 19 Foto AP 20