Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

SATUAN OPERASI

Disusun oleh :

1. Arananda Dwi Putri (061540411570)


2. Ayu Purnamasari (061540411571)
3. Dedek Aguspina (061540411573)
4. Djiquwatan Abrar (061540411574)
5. Dona Wulandari (061540411575)
6. Fatimi Umaira (061540411576)
7. Fherycia Oktin Anggraini (061540411577)

Instruktur : Ir. Mustain Zamhari, M. Si


Judul Percobaan : Distilasi Fraksionasi
Jurusan : Teknik Kimia Prodi D4 Terapan Teknik Energi
Kelas/Kelompok : 7 EGB/ 1

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


TAHUN AKADEMIK
2018
DISTILASI FRAKSIONASI

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menjelaskanpengertiankurvabaku
2. Membuatcampuranbineruntukkurvabaku
3. Menggambarkankurvabaku
4. Menentukanfraksimolresiduberdasarkanperhitungandanpercobaan

II. ALAT DAN BAHAN


2.1 Alat Yang Digunakan :
- Refraktometer :1
- Seperangkatalatdestilasifraksionasi :1
- Tabungreaksi :5
- Pipet tetes :1
- Raktabungreaksi :1
- Gelaskimia 250 ml :1
- Aluminium foil : secukupnya
- Bola karet :1
- Pipetukur 10 ml :1
2.2 Bahan Yang Digunakan
- LarutanEtanol 96 %
- Aquadest

III. DASAR TEORI


Operasi teknik kimia yang sering dilakukan pada indutri kimia adalah
operasi teknik kimia adalah operasi perpindahan massa. Salah satu contoh operasi
pemisahan campuran cairan yang saling melarut menjadi komponen-komponen
yang didasarkan pada perbedaan daya penguapan komponen-komponen.
Fraksionasi adalah cara pemisahan secara distilasi yaitu membuat
kesetimbangan fase uap dan cair dengan jalan menambahkan energi, melakukan
pemisahan uap dan cairan dan kembali menciptakan keadaan sistem batch, semua
umpan mengalami pemisahan dalam wadah reboiler, kemudian dilakukan
fraksionasi hingga didapat sisi residu dalam wardah.
Neraca Massa untuk Sistem komponen Binar
Neraca Massa Total : F = D+ B
Neraca Massa Komponen : F XF = D XD + B XB
Sehingga didapatkan :D = XF - XB
F : XD - XB

TEORI TAMBAHAN
Distilasi merupakan metode yang digunakan untuk pemisahan komponen
berdasarkan fase cair dan uap, dimana semua komponen yang ada dalam kedua
fase. Pemisahan komponen dicapai melalui perbedaan titik didih antara komponen,
namun karena konsentrasi akan mempengaruhi titik didih fasa cair, maka proses ini
juga tergantung pada tekanan uap komponen .

Oleh karena itu dirancang kolom distilasi berdasarkan data kesetimbangan


fase uap-cair , dan salah satu metode yang paling umum digunakan untuk tujuan
desain adalah metode grafik McCabe - Thiele. Metode ini didasarkan pada asumsi
overflow equimolar, yang berarti bahwa untuk setiap mol cairan yang menguap,
terdapat satu mol uap mengembun. Asumsi ini juga menyiratkan bahwa komponen
memiliki molar serupa memanaskan penguapan .

Dengan grafik kurva kesetimbangan untuk campuran tersebut, metode


McCabe-Thiele dapat diterapkan untuk menentukan pelat teoritis yang dibutuhkan
untuk kolom. Setelah kurva kesetimbangan diperoleh, garis operasi yang
mengidentifikasi hubungan keseimbangan massa antara fasa cair dan uap harus
diplot. Ada dua jalur operasi, satu yang mewakili kolom bagian atas atau
bagiandestilat, dan satu yang mewakili kolom bagian bawah, atau bagian yang
tersisa (residu). Untuk mendapatkan garis operasi tersebut, rasio refluks atau
perbandingan antara jumlah produk atas yang dikembalikan ke kolom harus
diketahui. Nilai ini dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut

L
R (1)
D

Dimana L adalah laju aliran refluks dan D adalah laju aliran distilat .
Menggunakan hasil perhitunganrasio refluks, garis operasi destilatdiplotkan
dengan menggunakan persamaan berikut:

R x
y n1  xn  D (2)
R 1 R 1

Dimana yn +1 adalah komposisi uap memasuki tahap n, xn adalah


komposisi panggung n meninggalkan cair dan xD adalah komposisi distilat . Lihat
Lampiran untuk perhitungan .
Diagram garis operasi dapat dilihat pada Gambar 1 . Seperti dapat dilihat
xD
dalam persamaan, garis akan memotong sumbu y di dan akan memiliki
R 1
R
kemiringan .
R 1

Gambar 1 :Diagram Garis Operasi Bagian Destilat

Sebelum memplotkan garis operasi bagian bottom (residu), q-line, atau garis
yang menggambarkan kondisi umpan, harus diplotkan terlebih dahulu. q-line
ditentukan dengan terlebih dahulu menghitung nilai q melalui persamaan di bawah
ini

Hv  H F
q (3)
Hv  H L

Dimana Hv adalah entalpi umpan pada titik embun, HF adalah entalpi umpan
pada titik didih, dan HL adalah entalpi umpan pada kondisiawal. Kuantitas ini dapat
ditemukan melalui perhitungan manual atau melalui penggunaan perangkat lunak
ChemCad. Menggunakan perangkat lunak, data dapat diperoleh untuk jumlah panas
yang dibutuhkan untuk menguapkan suatu etanol/air campuran pada kondisi umpan
yang digunakan dalam percobaan. Maka nilai q dapat diketahui dengan membagi
total panas yang dibutuhkan untuk menguapkan umpan dari kondisi awal oleh
jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan umpan dari titik didihnya .
Grafik ini dapat dilihat pada Lampiran.

Setelah nilai q ditentukan , kemiringan q-line dapat ditentukan dengan


menggunakan persamaan berikut :

q
slope  (4)
q 1

Terlihat bahwa Pers.3 sama dengan nol jika umpan yang berada pada titik
didihnya, sehingga kemiringan garis menjadi tidak terbatas dan menjadi garis
vertikal. Kemiringan q-line dapat diprediksi dengan cara yang sama untuk kondisi
umpan lainnya. Untuk cairan di bawah titik didih, seperti dalam percobaan ini,
diharapkan q akan lebih besar dari satu sehingga kemiringan garis akan lebih besar
dari satu. Gambar 2 menunjukkan berbagai q- line pada kondisi yang sesuai dengan
umpannya.

q = 0 (saturated vapour)

q = 1 (saturated liquid)

0 < q < 1 (mix of liquid and vapour)

q> 1 (subcooled liquid)

q< 0 (superheated vapour)

Gambar 2 : Diagram q-line untuk berbagai kondisi umpan

Karena garis operasi q–line telah diketahui, maka garis operasi bagian bottom
dapat diplot dengan menarik garis antara titik q-line dan garis berpotongan
keseimbangan dan titik xB, yang merupakan komposisi yang diinginkan pada
bagian bawah .
Setelah semua yang diperoleh, jumlah tahap teoritis dapat ditentukan dengan
metode “penurunan tahap (stepping off)” dari grafik. Dimulai pada garis operasi di
bagian titik xD, garis ditarik horizontal sampai kurva kesetimbangan tercapai. Pada
titik ini, garis vertikal ditarik ke bawah sampai tiba di garis operasi destilat. Proses
ini dilanjutkan sampai titik di mana bagian garis operasi bergabung. Pada titik ini,
garis-garis vertikal beralih dari garis operasi destilat ke garis perpotongan . Selain
itu, tahap di mana transisi ini berlangsung adalah tahap umpan yang optimal sesuai
dengan metode ini. Sebuah contoh dari proses "penurunan tahap (stepping off)”
dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 : Contoh loncatan tahap dengan menggunakan metode McCabe - Thiele

Karena etanol adalah zat yang lebih mudah menguap daripada air, diharapkan
bahwa sejumlah kecil tahapan akan diperlukan untuk memisahkan komponen-
komponen ini. Selain itu, diketahui bahwa dengan refluk maksimum, dimana semua
produk puncak terus dikembalikan ke kolom sebagai refluks, jumlah tahap yang
diperlukan untuk mencapai kemurnian yang diinginkan adalah minimal. Oleh
karena itu, diharapkan bahwa ketika menggunakan sejumlah tetap tahap, seperti
kolom laboratorium, rasio refluks yang lebih tinggi akan menghasilkan kemurnian
distilat yang lebih tinggi .

IV. GAMBAR ALAT

(TERLAMPIR)
V. LANGKAH KERJA
Percobaan ini dibagi menjadi 3 bagian:
a. Tahap Persiapan
b. Kalibrasi Refraktometer
c. Operasi Dengan Refluks Parsial

a. Tahap Persiapan
1. Mencuci bersih labu dan wadah-wadah yang akan dipakai dan
mengeringkannya
2. Mengosongkan Timbal Still (Labu).
3. Merangkai peralatan dengan baik dan benar.
4. Membuat campuran umpan dengan jalan mencampurkan larutan
alkoholdengan air distilasi dengan perbandingan 60:40.
5. Melakukan pengamatan terhadap Indeks Bias campuran.
6. Timbal Still yang berisi campuran larutan umpan di masukkan batu
didihsecukupnya.

b. Kalibrasi Refraktometer
1. Membuat campuran alkohol -aquades dengan berbagai variasiperbandingan
volume 0% - 100% dengan interval 10%.
2. Melakukan pengamatan terhadap indeks bias campuran.
3. Membuat kurva kalibrasi refraktometer.

c. Operasi Dengan Refluks Parsial


1. Alirkan aliran pendingin mealui kolom
2. Atur temperatur pemanas pada 120oC (control temp 1)
3. Atur temperatur uap ke kondenser pada 78oC (control temp 2)
4. Tekan tombol (1), kemudian langsung tekan tombol (2)
5. Tekan tombol (10) pada posisi open
6. Putar switch (9) pada posisi (7)
7. Tekan tombol (ditentukan) pada blok (4) withdrawal time
8. Tekan tombol (ditentukan) pada blok (5) reflux time
9. Tekan tombol normal pada blok (3)
10. Setelah destilasi selesai (pada volume detilat tertentu), peralatandidinginkan
sampai suhu ruang. Catat volume destilat yang diperoleh,lakukan
pengukuran indeks bias destilat dan residu.

Gambar:

Keterangan gambar :
Blok (3), adalah kontrol aliran cairan dan uap didalam kolom
- Normal, artinya operasi berjalan normal dengan reflux ratio sesuai
perbandingan angkatombol yang ditekan pada blok (5) dan (4)
- Contoh : misal R= L/D = 15, ini berarti tombol 15 pada blok (5) dan tombol 1
pada blok (4)
- Reverse, artinya kebalikan operasi normal
- Open, artinya penekanan tombol open akan mengakibatkan seluruh detilasi
mengalirkeluar secara langsung (tidak ada destilat yang kembali ke kolom)
- Closed, artinya penekanan tombol closed akan mengakibatkan semua destilat
kembali kekolom (tidak ada destilat yang keluar sebagai produk)

Blok (4), adalah pengendali laju alir destilat


Angka pada tombol ini menunjukkan lama waktu (detik) cairan kembali ke
kolom.Perbandingan antara reflux time dan withdrawal time merupakan
perbandingan antara aliran destilat masuk dan keluar kolom, yaitu R =L/D. Operasi
pada Blok (4) ditandai dengan suara ketukan yang berasal dari bagian atas kolom.

Blok (5), adalah pengendali laju alir cairan kembali ke kolom


Angka pada tombol ini menunjukkan lama waktu (detik) cairan kembali ke kolom.
Jika temperatur uap telah mencapai 78oC, maka proses destilasi akan terus
berlansung pada temperatur konstan hingga semua fraksi dalam campuran yang
mempunyai titik didih lebih rendah dari 78oC akan habis teruapkan. Setelah fraksi
tersebut habis, maka secara otomatis aliran keluar destilat akan terhenti. Hal ini
ditandai dengan berhentinya bunyi ketukan dari bagian atas kolom dan lampu
merah yang berkedap-kedip. Jika ingin mendapatkan destilat yang mempunyai
temperatur didih lebih tinggi, mislanya 100oC, ubah pengaturan temperatur (control
temp 2) pada temperatur 100oC sehingga proses destilasi akan berlangsung hingga
semua fraksi yang mempunyai titik didih di bawah suhu tersebut habis teruapkan.

Tombol (6), heater off


Penekanan pada tombol (6) akan menyebabkan pemanasan berlangsung tanpa
melalui sistem kontrol.

Tombol (8), Intermitt


Penekanan pada tombol (8) akan menyebabkan pemanasan berlangsung
dikendalikan oleh sistem kontrol.

Tombol (9), Pengatur laju pemanasan


Lama waktu pemanasan ditentukan oleh angka pada tombol ini.

Tombol (10), open


Penekanan pada tombol ini akan menyebabkan aliran air pendingin berada
dalampengawasan sistem kontrol.

Tombol (11), closed


Penekanan tombol ini akan menyebabkan aliran air pendingin mengalir tanpa
pengawasan sitem kontrol.

Catatan :
Proses destilasi dalam kolom akan berhenti secara otomatis, jika aliran air
pendinginberhenti mengalir. Perhatikan baik-baik temperatur pendingi sesuai
dengan air keluar dari kondenser, apabila suhunya cukup panas.

VI. DATA PENGAMATAN


VII. PERHITUNGAN
VIII. ANALISA
Nama : Arananda Dwi Putri

Kelas : 7EGB

NIM : 061540411570

Distilasi fraksionasi merupakan proses pemisahan dengan menggunakan


refluks, dimana zat dengan volatilitas tinggi akan menguap lebih cepat, namun di
kembalikan lagi kedalam kolom distilasi dengan menggunakan kondensor. Tujuan
dari penggunaan refluks secara berulang-ulang ini bertujuan untuk menghasilkan
komponen murni dari zat yang diinginkan.

Praktikum distilasi fraksionasi ini dilakukan untuk melihat cara kerja dari
proses distilasi dengan refluks secara kontiyu (berkesinambungan). Campuran yang
digunakan sebagai sampel yang akan didistilasi ialah etanol dan air. Berdasarkan
titik didihnya etanol akan menguap pada suhu 78,6 oC dan air akan menguap pada
suhu 100oC. Untuk itu, temperatur pemanasan akan dijaga pada suhu 80oC.

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat kemurnian dari distilat (hasil dari


proses distilasi), dilakukan pengujian indeks bias. Jika suatu zat semakin pekat
maka kecepatan rambat cahaya dalam zat tersebut akan melambat sehingga indeks
biasnya akan membesar,sehingga hubungan tingkat kemurnian distilat dengan
indeks bias ialah berbanding lurus.

Hasil dari pengujian ini ditampilkan dalam grafik hubungan antara fraksi
volume dengan indeks bias. Kurva baku dibuat dari pencampuran etanol dan air
dengan persentase etanol yang berbeda. Pencampuran ini mewakili fraksi dari
campuran yang ada. Dari grafik dapat dilihat terjadi fluktuasi dari kurva baku yang
dihasilkan, ini dapat terjadi karena kesalahan pembacaan saat penggunaan
refraktometer (alat untuk menguji indeks bias).

Hasil dari distilat yang didapatkan tidak mendekati dari slope yang
dihasilkan. Hal ini menandakan masih adanya campuran air pada distilat yang
dihasilkan. Dari residu yang juga tidak sesuai, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa masih terdapat komponen etanol dalam residu.

Hasil perhitungan berupa persen kesalahan sebesar 55,6%. Hal Ini


menunjukkan bahwa proses distilasi yang dilakukan tidak baik sehingga
ketidakmurnian dari distilat masih tinggi.

Cara meningkatkan kadar kemurnian dari distilat dapat dilakukan refluks


yang lebih banyak dan berulang. Selain itu, suhu harus benar-benar dijaga dibawah
80oC (dibawah titik didih etanol). Menjaga temperatur ini akan sangat
membutuhkan air pendingin yang sesuai. Pemanas juga harus di atur sedemikian
rupa agar tidak terjadi kenaikan suhu yang drastis. Lonjakkan suhu akan
mengakibatkan banyaknya komponen lain yang terikut di distilat.
NAMA : AYU PURNAMASARI
KELAS : 7 EGB
NIM : 061540411571

ANALISA DISTILASI FRAKSIONASI

Destilasi fraksionasi adalah proses pemisahan sejumlah campuran (gas,


cairan, suspense atau isotop) dipisahkan selama transisi fase menjadi sejumlah kecil
bagian (fraksi-fraksi), yang mana komposisinya bervariasi sesuai dengan
gradienya. Sampel yang digunakan dan dianalisa adalah campuran antara ethanol
dan air. Sebelum melakukan praktikum, kami terlebih dahulu membuat kurva baku
antara konsentrasi ethanol dengan indeks bias larutan tersebut. Dari Hubungan
antara konsentrasi larutan (larutan ethanol) dengan indeks bias larutan tersebut
dapat diketahui bahwa konsentrasi adalah perbandingan antara jumlah partikel yang
terlarut dengan larutannya. Konsentrasi dapat dilambangkan dengan molaritas,
molalitas, fraksi mol, persentase massa, dan persentase volume. Semakin tinggi
konsentrasi larutan, maka menandakan jumlah partikel yang terlarut dalam larutan
juga tinggi. Kemudian, indeks bias adalah perbandingan antara kecepatan rambat
cahaya diudara dengan cepat cahaya di medium yang tersangkut. Sehingga,
semakin pekat suatu larutan, maka kecepatan cahaya dan medium tersebut semakin
berkurang, dan indeks biasnya akan membesar.
Selanjutnya dilakukan pemanasan campuran etanol dan air dalam labu
destilasi pada rangkaian alat destilasi fraksionasi. Temperatur pemanasan dijaga
pada 80oC cukup untuk menguapkan etanol namun masih dibawah titik didih air
sehingga pemisahan diharapkan terjadi secara optimal. Setelah etanol mencapai
titik didihnya yaitu 78,6oC, etanol akan mulai menguap dan masuk menuju kolom
fraksionasi pada alat. Pada kolom distilasi terjadi proses refluks,prinsip dari metode
refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi,
namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam
bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi dalam wadah reaksi
sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Proses refluk ini
dilakukan agar pemisahan antara campuran etanol dan air dapat terjadi dengan baik.
Didalam kolom terdapat katup yang berfungsi untuk mengatur uap yang akan
masuk dan keluar kolom sehingga memperpanjang kontak antara cairan dan uap
didalam kolom. Pada percobaan ini uap yang keluar dari kolom menuju kondenser
sebanyak 1 kali, sedangkan uap yang kembali menuju kolom sebanyak 3 kali untuk
dilakukan proses refluk kembali di dalam kolom. Jika semakin besar perbandingan
antara uap yang masuk dan keluar kolom, maka akan didapatkan destilat (etanol)
yang memiliki kemurnian tinggi. Etanol yang menguap akibat adanya pemanasan
di atas titik didihnya akan secara alami mengalir keatas melewati beberapa kolom.
Uap etanol ini akan terkondensasi ketika mengalami kontak dengan koil condenser
yang dialiri oleh air pendingin. Fraksi berat yang berupa uap air akan dikembalikan
kedalam labu destilasi. Destilat pertama menetes pada waktu ±60 menit dari waktu
pemanasan awal dan destilat yang diambil hanya sebanyak 2 mL. Cairan ini dapat
keluar karena adanya dorongan dari pompa yaitu pompa refluks dari akumulator ke
tray teratas.
Kami juga melakukan analisa terhadap sampel umpan, destilat dan residu.
Analisa yang dilakukan adalah analisa indeks bias dengan menggunakan alat
refraktometer. Indeks bias umpan yang didapat sebesar 1,3516 dengan volume 4000
ml. Indeks bias destilat yang didapat sebesar 1,3478 dengan volume 2 mL. Dan
indeks bias dari residu yang didapatkan sebesr 1,3581 dengan volume 3998 ml. Dari
hasil indeks bias ini dapat diketahui, fraksi mol dari umpan, destilat, dan residu.
Sebelumnya dilakukan pengujian indeks bias pada campuran etanol dengan air,
menggunakan perbandingan volume. Dari pengujian indeks bias fraksi volume ini
dapat terbentuk kurva baku seperti yang disinggung diatas. Dari kurva ini
didapatkan persamaan garis Y = 0,123x+1,340. Dengan y adalah indeks bias dan x
adalah fraksi volume. Dari kurva ini dapat ditarik garis nilai indeks bias umpan,
destilat, dan residu untuk mengetahui fraksi volume yang terbentuk dari ketiganya
yang selanjutnya akan dikonversikan kedalam bentuk fraksi mol.
Kemudian kami menentukan presentasi error dengan menggunakan
persamaan neraca massa, didapat persen error sebesar 55,6%. Nilai persentase
kesalahan ini menunjukkan besarnya kesalahan dari hasil yang didapat pada
praktikum. Hal ini kemungkinan disebabkan kesalahan pada cara pembacaan
indeks bias pada refraktometer.
Nama : Dona Wulandari
NIM : 061540411575
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan destilasi fraksionasi
campuran dengan mengunakan campuran etanol dengan air. Destilasi fraksinasi
merupakan suatu teknik pemisahan untuk larutan yang mempunyai perbedaan titik
didih yang tidak terlalu jauh. Campuran etanol dan air ini dipanaskan dalam labu
destilasi pada rangkaian alat destilasi fraksionasi pada suhu 80 oC. Hal ini bertujuan
agar ethanol menguap secara maksimal. Setelah mencapai titik didihnya yaitu
78,6oC, ethanol akan mulai menguap. Didalam kolom terjadi proses refluk agar
pemisahan antara campuran ethanol dan air dapat terjadi dengan baik. Pada
percobaan ini uap yang keluar dari kolom menuju kondenser sebanyak 1 kali,
sedangkan uap yang kembali menuju kolom sebanyak 3 kali untuk dilakukan proses
refluk kembali di dalam kolom. Dimana jika semakin besar perbandingan antara
uap yang masuk dan keluar kolom, maka akan didapatkan destilat (etanol) yang
memiliki kemurnian tinggi.
Uap ethanol yang telah keluar dari dalam kolom selanjutnya akan masuk
kedalam kondenser dan dikondensasi menjadi cairan. Sedangkan fraksi berat yang
berupa uap air akan dikembalikan kedalam labu destilasi. Destilat pertama menetes
pada waktu ± 60 menit dari waktu pemanasan awal dan destilat yang diambil hanya
sebanyak 2 mL. Cairan ini dapat keluar karena adanya dorongan dari pompa yaitu
pompa refluks dari akumulator ke tray teratas.
Arus ini menjadi cairan yang mengalir ke bawah di bagian rektifikasi, yang
diperlukan untuk berinteraksi dengan uap yang mengalir ke atas. Tanpa refluks
tidak akan ada rektifikasi yang dapat berlangsung dan kondensasi produk atas tidak
akan lebih besar dari konsentrasi uap yang mngalir naik dari feed plate. Kondensat
yang tidak terbawa pompa refluks didinginkan dalam penukar kalor, yang disebut
produk cooler dan dikeluarkan sebagai produk atas. Karena tidak terjadi azeotrop,
produk atas dan produk bawah dapat terus dimurnikan sampai tercapai kemurnian
yang diinginkan dengan mengatur jumlah tray dan refluks ratio.
Kolom distilasi terdiri dari banyak tray yang diasumsikan ideal. Sesuai
definisi tray ideal, uap dan cairan yang keluar piring n berada dalam kesetimbangan,
sehingga x n dan y n merupakan konsentrasi kesetimbangan. Aliran zat cair berada
pada bubble point sedangkan aliran uap berada pada dew point, sehingga kalor yang
dibutuhkan untuk penguapan didapatkan dari kalor yang dibebaskan selama
kondensasi. Setiap tray berfungsi sebagai media pertukaran dimana komponen
volatil pindah ke fasa uap sedangkan komponen yang kurang volatil pindah ke fasa
cair. Karena konsentrasi komponen volatil di dalam cairan dan uap meningkat
dengan bertambahnya tinggi kolom.
Selanjutnya dilakukan analisa terhadap sampel umpan, destilat dan residu.
Analisa yang dilakukan adalah analisa indeks bias dengan menggunakan alat
refraktometer. Indeks bias umpan yang didapat sebesar 1,3516 dengan volume 4000
ml. Indeks bias destilat yang didapat sebesar 1,3478 dengan volume 2 mL. Dan
indeks bias dari residu yang didapatkan sebesr 1,3581 dengan volume 3998 ml.
Dari hasil indeks bias ini dapat diketahui, fraksi mol dari umpan, destilat,
dan residu. Sebelumnya dilakukan pengujian indeks bias pada campuran etanol
dengan air, menggunakan perbandingan volume. Dari pengujian indeks bias fraksi
volume ini dapat terbentuk kurva baku. Kurva baku ini merupakan standar dari
sampel yang dapat digunakan sebagai acuan untuk sampel tersebut. Dari kurva ini
didapatkan persamaan garis Y = 0,123x+1,340. Dengan y adalah indeks bias dan x
adalah fraksi volume. Dari kurva ini dapat ditarik garis nilai indeks bias umpan,
destilat, dan residu untuk mengetahui fraksi volume yang terbentuk dari ketiganya
yang selanjutnya akan dikonversikan kedalam bentuk fraksi mol. Dari hasil
praktikum yang didapatkan nilai neraca massa yang didapatkan tidak setara,
sehinggga perlu ditentukan nilai XB secara teoritisnya. Nilai XB yang didapat
secara teoritis sebesar 0,00162 mol, sedangkan nilai XB yang didapatkan secara
praktikum sebesar 0,00252 mol sehingga didapatkan persentase kesalahan sebesar
55,6%. Hal ini kemungkinan disebabkan kesalahan pada saat pembacaan indeks
bias pada refraktometer. Factor lainnya yaitu jumlah tray yang diperlukan untuk
mendapatkan pemisahan yang dikehendaki dan kalor yang dikonsumsi dalam
pendidih. Hal ini sesuai dengan asas-asas umum untuk kerja kolom destilasi yang
didasarkan pada neraca massa, neraca energi, dan kesetimbangan fase. Selain itu
keefektifan kolom fraksionasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti cara
pengaturan materi, pengaturan temperatur, kecepatan penghilangan hasil destilasi
dan panjang kolom.
IX. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Destilat pertama yang berupa ethanol menetes pada waktu ±60 menit dari
pemanasanawal dengan suhu uap 76oC dan suhu cairan 86oC.
2. Indeks bias yang didapat pada percobaan ini: untuk umpan yaitu 1,3516,
untukdestilat yaitu 1,3478 dan untuk residu yaitu 1,3581
3. Nilai XB toeritis yang didapat sebesar 0,00162 sedangkan nilai XB praktikum
didapat sebesar 0,00252
4. % kesalahan yang didapatkan sebesar 55,6%
5. Persamaan garis dari kurva baku, yaitu :
Y = 0,123x + 1,340
DAFTAR PUSTAKA

- Jobsheet.2014.“Penuntun Praktikum Satuan Operasi 2”. Palembang :


POLSRI
- Treybal.,R.E.Mass transfer operations.Mc.Grew Hillz 1981. Chapter 9
- http://www.academia-edu/5541301/Laporan-praktikum pemisahan kimia-
teknik destilas
- GAMBAR ALAT
-

Anda mungkin juga menyukai