Anda di halaman 1dari 4

A.

Judul

B. Nama Lokal dan Nama Latin Tumbuhan


Kratom atau Mitragyna speciosa Korth (Rubiaceae)
C. Daerah Sebaran
Kratom atau ketum atau Mitragyna speciosa Korth merupakan tanaman tropis
dari famili Rubiaceae yang berasal dari Asia Tenggara (Muang Thai, Indonesia,
Malaysia, Myanmar, Filipina) dan Papua Nugini.1 Di Indonesia tanaman ini banyak
tumbuh di Kalimantan. Kini, kratom banyak tersedia di Amerika Serikat dan Eropa.
Tanaman ini sering disalahgunakan dan dijual dalam bentuk serbuk atau ekstrak melalui
online shop, diantaranya dengan nama smoke shops.2 United Nations Office on Drugs
and Crime (UNODC) dalam World Drug Report tahun 2013, menggolongkan kratom
sebagai New Psychoactive Subtances (NPS) dalam kelompok yang sama dengan khat.3
Survei internet yang dilakukan oleh European Monitoring Centre for Drugs and Drug
Addiction (EMCDDA) pada tahun 2008 dan 2011 mengungkapkan bahwa kratom
merupakan suatu NPS yang paling banyak diperdagangkan.1 Pada dosis rendah, kratom
merupakan stimulan yang dapat meningkatkan konsentrasi, perhatian, energi dan
kewaspadaan dan pada dosis tinggi mempunyai efek narkotika yang serupa dengan
morfin.1,4,5 Drug Enforcement Administration (DEA) melaporkan bahwa kratom
dapat menimbulkan adiksi dan ketergantungan.6 Penyalahgunaan kratom banyak
terjadi di Muang Thai. Di negara ini penyalahgunaan kratom lebih tinggi dari ganja.7
Oleh karena itu Pemerintah Muang Thai melarang penggunaan kratom dan
menggolongkan kratom pada kelompok yang sama dengan kokain atau heroin.
Sedangkan di Malaysia dan Myanmar, penyalahgunaan daun kratom mencapai masing-
masing 1 ton pada tahun 2011.7 Malaysia telah melarang penggunaan kratom sejak
tahun 2004 karena kratom dianggap sama dengan ganja dan heroin. Saat ini,
penyalahgunaan kratom juga terjadi di Amerika dan Eropa, meskipun FDA tidak
mengizinkan kratom sebagai suplemen makanan. Penyalahgunaan tanaman ini sering
terjadi karena kratom mudah didapat. Banyak pecandu opiat yang mengobati
kecanduannya beralih menggunakan kratom karena selain mudah diperoleh, didapat
tanpa menggunakan resep, kratom juga lebih murah dibandingkan dengan terapi
kecanduan opiat seperti buprenorfin.
Di Kalimantan, kratom banyak digunakan oleh pengobat tradisional, tanpa
menyadari bahwa kratom dapat berefek serupa dengan narkotika. Petani sengaja
menanam kratom untuk diekspor ke luar negeri karena harganya cukup mahal.
Pemerintah Daerah Kapuas Hulu, mendorong masyarakat untuk menanam kratom
menggantikan tanaman karet yang harganya terpuruk.8 Di Indonesia, informasi tentang
bahaya kratom masih sangat terbatas. Meskipun Badan Narkotika Nasional (BNN)
telah mengindikasikan kratom ke dalam kelompok NPS4, namun kratom masih legal
ditanam dan diperjual belikan. Peraturan Menteri Kesehatan terbaru Nomor 2 tahun
2017 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika tidak memasukkan kratom sebagai
narkotika.
D. Taksonomi tumbuhan
Pohon Kratom dapat tumbuh hingga ketinggian normal 4–9 m dan lebar 5 m. Tanaman tertentu
bahkan bisa mencapai ketinggian hingga 15–30 m. Batang tegak dan bercabang. Daun berwarna
hijau gelap mengkilap (Gambar 2.1) tumbuh dengan panjang lebih dari 18 cm dan lebar 10 cm
dengan bentuk oval dan ujung meruncing. Bunga-bunga kuning tua tumbuh dalam bentuk gugus
bola melekat pada bagian atas daun pada batang panjang. Daun gugur berlimpah pada musim
kemarau dan pertumbuhan baru dihasilkan selama musim hujan. Pohon ini tumbuh terbaik pada
lahan basah atau lembab, tanah yang subur, dengan media paparan sinar matahari penuh di daerah
yang terlindung dari angin kencang. Bagian tanaman yang paling banyak digunakan untuk
dikonsumsi adalah bagian daun (Hassan et al. 2013).

E. Kegunaan Tumbuhan

Kratom dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional untuk mengatasi


diare, lelah, nyeri otot, batuk, meningkatkan daya tahan tubuh, menurunkan tekanan
darah tinggi, menambah energi, mengatasi depresi, anti diabetes, dan stimulan
seksual.10,13,24 Efek kratom pada manusia tergantung dari dosis. Pada dosis rendah
mempunyai efek stimulasi dan dosis lebih tinggi berefek narkotika tetapi bukan zat
adiktif kuat. Berdasarkan pengalaman pengguna, dosis rendah hingga sedang (1-5
gram) serbuk daun kratom memiliki efek stimulan ringan yang menyenangkan, pada
dosis lebih tinggi (5-15gram) memberikan gejala seperti senyawa opiat yaitu berefek
analgesik dan sedasi.10,13 Pada dosis ini, kratom mulai digunakan sebagai narkotika.
Sejalan dengan beberapa efek terhadap susunan saraf pusat, kratom juga mempunyai
efek anti inflamasi.
Masyarakat mengonsumsi kratom untuk mengatasi nyeri dan mendapatkan efek
euforia.14,16,27,28 Kratom juga sering digunakan untuk mengatasi gejala putus obat
senyawa opiat.5,10,16,18 Mitraginin digunakan untuk menjauhkan pengguna secara
bertahap dari narkotika. Dalam beberapa hari, pecandu akan menghentikan kecanduan
narkotika. Di Muang Thai, minuman lokal populer adalah 4 x 10 yang merupakan
campuran kratom dalam minuman ringan cola ditambahkan dengan beberapa zat
psikotropik lainnya seperti ganja, benzodiazepin, metamfetamin, dan sirup obat batuk
yang mengandung kodein.5,27 Penelitian lain melaporkan bahwa kratom mempunyai
efek antioksidan dan antikanker.
F. Kandungan senyawa metabolit sekunder
Kratom mengandung lebih dari 40 jenis alkaloid di antaranya adalah mitraginin,
7-hidroksimitraginin, painantein, spesioginin, spesiosiliatin, beberapa jenis flavonoid,
terpenoid, saponin, dan beberapa jenis glikosida.10,12 Kandungan utama kratom
adalah mitraginin. Adanya gugus hidroksil pada C-7 meningkatkan potensi analgetik
7-hidroksimitraginin sekitar 13 kali lebih tinggi dari morfin dan 46 kali lebih tinggi dari
mitraginin baik secara in vitro maupun in vivo.15 Hasil isolasi mitraginin dari kratom
berasal dari Muang Thai diperoleh kadar 66%, sedangkan yang berasal dari Malaysia
diperoleh kadar 12% dari total alkaloid.
G. Identifikasi golongan Senyawa Metabolit Sekunder
Uji Mikroskopik

Sampel daun kratom bubuk dilakukan Uji mikroskopis dilakukan di Laboratorium


Farmakognosis dan Fitokimia dengan menggunakan mirkroskop trinokuler olympus
BX41TF dengan pembesaran 400x.

3.2 Uji GC-MS


Preparasi sampel dilakukan dengan merujuk pada metode Chan KB et al. (2010).
Ditimbang sekitar 2 gram daun kratom bubuk, kemudian diekstrasi dengan 25 ml
campuran

metanol:kloroform (4:1), diultrasonikasi selama 10 menit, kemudian disaring dengan


menggunakan kertas saring, diuapkan, kemudian dibaca profilnya dengan GC-MS.

Kondisi Instrumen GC-MS, Instrumen GC Agilent y980 series, detektor MSD agilent
597i dilengkapi autosampler, kolom kapiler HP5 (5% difenil 95%metil siloksan) 30 m
x 0.32 mm x 0.25 m. Diinjekkan 1µl sampel dengan pengaturan suhu terprogram pada
suhu awal 200 oC ditahan selama 2 menit, kemudian suhu ditingkatkan 10 oC/menit
sampai suhu 285 oC ditahan selama 20 menit. Suhu injeksi dan detektor diatur 280
oC.

3.3 Uji KLT.

Disiapkan plat KLT F254 1x10 cm sebanyak 2 buah lalu sampel yang sudah
diekstraksi ditotolkan pada

plat KLT. Pencarian kondisi optimum fase gerak dilakukan dengan merujuk pada
penelitian yang dilakukan oleh Lu S et al. (2009) dengan menggunakan fase gerak etil
asetat:metanol (4:1 v/v) dan penelitian yang dilakukan oleh Kowalczuk AP et al.
(2013) dengan menggunakan fase gerak n-heksana:etil asetat:amoniak 25%(30:15:1
v/v/v). Masing-masing fase gerak di jenuhkan dalam chamber, setelah jenuh plat KLT
siap

JBP Vol. 18, No. 3, December 2016

Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp

© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

untuk dieluasi, selanjutnya hasil eluasi dipantau nodanya dibawah lampu uv 254 nm
dan dipantau nodanya.

3.4 Isolasi mitragynine

Ekstrak metanol:kloroform (4:1) sampel daun kratom bubuk kemudian dilakukan


pemisahan dengan metode KLTP. Sekitar 0.5 ml sampel ditotolkan pada plat KLTP
10x20 cm lalu dielusi dengan fase gerak n-heksana:etil asetat:amoniak 25% (30:15:1
v/v/v). Hasil eluasi dipantau dengan lampu UV 254nm. Masing-masing noda yang
tidak berwarna dan berpendar pada sinar UV 254 nm dikerok dan dilarukan dengan 5
ml metanol p.a, divorteks sekitar 2 menit dan disentrifugasi selama 5 menit pada
20000 rpm sebanyak 2 kali ulangan. Filtrat metanol kemudian diuapkan. Setiap noda
yang dihasilkan dari pemisahan dianalisis dengan GC-MS untuk mendapatkan noda
mitragynine.

3.5 Identifikasi Kandungan Mitragynine dalam Sampel.

Ditimbang masing-masing sekitar 1 gram daun kratom bubuk dan serbuk, bubuk kopi
merk x, jamu merk x, dan campuran kratom bubuk dengan jamu merk x (4:1),
kemudian diekstrasi dengan 10 ml metanol:kloroform (4:1v/v), divortex selama 5
menit, kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring, diuapkan.

3.6 Identifikasi mitragynine dengan metode KLT dan KLT-densitometri.

Disiapkan plat KLT F254 6x10 cm. kelima ekstrak sampel yang dibuat kemudian
dilarutkan dalam 5 ml metanol p.a, ditotolkan pada plat klt sebanyak 5x totolan, jarak
antar sampel ~1 cm. Mitragynine hasil isolasi ditotolkan pada plat KLT yang sama.
Selanjutnya plat KLT dieluasi dengan menggunakan fase gerak n-heksana:etil
asetat:amoniak 25% (30:15:1 v/v/v) dan dipantau nodanya dibawah sinar UV 254 nm
.
H. Teknik Pemisahan
I. Biosintesis Golongan Senyawa dari Komponen senyawa metabolit sekunder
utama
J. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai