Anda di halaman 1dari 30

APORAN MAGANG KEJAKSAAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Kegiatan Kerja Praktek

Dewasa ini kegiatan kerja praktek bagi mahasiswa di suatu lembaga pendidikan tinggi
pada umumnya telah dianggap sebagai kegiatan wajib dan menjadi komponen penting dalam
proses penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Proses penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia sendiri diatur berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Menurut UU No.20 Tahun 2003, fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta


peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Peraturan Pemerintah (PP) No.57/1998 Tentang Perubahan atas PP No 30/1990 Tentang Pendidikan
Tinggi menyatakan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia didasarkan atas pertimbangan :

a. bahwa peranan sumber daya manusia sangat penting dalam hubungan antar bangsa yang
semakin meningkat;

b. bahwa mutu perguruan tinggi perlu ditingkatkan untuk menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas.

Kegiatan kerja praktek mahasiswa juga sejalan dengan tujuan pendidikan tinggi yang
diatur berdasarkan pasal 2 PP No.60/1999 tentang Pendidikan Tinggi yang menyatakan :

Tujuan pendidikan tinggi adalah :


a. menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau
profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan
dan/atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan,
teknologi dan/atau kesenian;
b. mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta
mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf
kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan
nasional

Terkait dengan kegiatan kerja praktek mahasiswa tersebut, maka Kepmendiknas RI


No.232/U/2000 lebih menegaskan bahwa tugas penyelenggaraan pendidikan tinggi adalah untuk
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik
dan/ atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian.

Universitas Katolik De La Salle merupakan salah satu perguruan tinggi di Indonesia


yang diberikan kepercayaan dan tanggungjawab untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan di atas. Dalam hal ini Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Hukum yang merupakan bagian dari Universitas Katolik De La Salle turut mengemban
kepercayaan dan tanggungjawab tersebut melalui program yang diarahkan pada hasil lulusan
yang memiliki kualifikasi sebagaimana ditegaskan di dalam Pasal 3 ayat 2 Kepmendiknas RI
No.232/U/2000, yakni menghasilkan sarjana hukum yang mampu :

1. Menguasai dasar-dasar ilmiah dan ketrampilan dalam bidang keahlian tertentu


sehingga mampu menemukan, memahami, menjelaskan dan merumuskan cara
penyelesaian masalah yang ada di dalam kawasan keahliannya.

2. Mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sesuai


dengan bidang keahliannya dalam kegiatan produktif dan pelayanan kepada
masyarakat dengan sikap dan perilaku yang sesuai dengan tata kehidupan bersama.

3. Mampu bersikap dan berperilaku dalam membawakan diri berkarya dibidang


keahliannya maupun dalam berkehidupan bersama di masyarakat.

4. Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/ atau kesenian


yang merupakan keahliannya.
Program Kegiatan Kerja Praktek (KP) yang dilaksanakan oleh mahasiswa

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Katolik De La Salle harus dibedakan
dengan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagaimana dilakukan perguruan tinggi
lainnya. Alasan yang membedakan Program KP atau Magang dengan Program KKN yakni, jika
program KKN lahir dan dilaksanakan berdasarkan amanat Presiden Soeharto pada tahun 1972
yang menganjurkan dan mendorong setiap mahasiswa bekerja di desa dalam jangka waktu
tertentu tinggal dan bekerja membantu masyarakat pedesaan untuk memecahkan masalah
pembangunan, maka Program KP atau magang –Internship- adalah sebagai suatu masa belajar
mahasiswa untuk mempertajam keahliannya di dunia kerja yang nyata setelah dalam kurun
waktu tertentu dibekali dengan berbagai teori yang terkait serta mendekati keahlian spesialisasi
yang menjadi pilihan profesinya. Program KP pada prinsipnya untuk menyiapkan mahasiswa
agar secara langsung memperoleh pengalaman kerja sebelum lulus menjadi sarjana.

1.2 Dasar Hukum dan Tujuan Pelaksanaan Kegiatan Kerja Praktek

1.2.1 Dasar hukum pelaksanaan kegiatan kerja praktek

Kegiatan kerja praktek mahasiswa selain didasarkan pada ketentuan perundang-undangan


yang berlaku yakni UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan
Pemerintah (PP) No.57/1998, PP No.60/1999, kegiatan kerja praktek ini juga telah dijadikan
sebagai bagian integral dari kurikulum dan bersifat intrakurikuler beberapa perguruan tinggi di
Indonesia. Kegiatan kerja praktek juga merupakan upaya untuk menempu proses kualifikasi
lulusan sarjana hukum berdasarkan Kepmendiknas RI No.232/U/2000 di atas. Oleh karena itu
kegiatan kerja praktek atau program magang bagi mahasiswa telah ditetapkan sebagai mata
kuliah wajib Universitas Katolik De La Salle yang kemudian ditetapkan dalam kurikulum
Fakultas Hukum sebagai mata kuliah wajib dengan bobot kredit 3 (tiga) SKS yang wajib
diprogramkan pada semester genap.

Fakultas Hukum mengarahkan mahasiswa program KP untuk bekerja pada instansi atau
lembaga swasta maupun pemerintah yang dipandang berguna untuk memberikan bekal
ketrampilan dan pengalaman bagi mahasiswa di dunia kerja yang berhubungan erat dengan
profesinya sebagai ahli hukum.

1.2.2 Tujuan pelaksanaan kegiatan kerja praktek

Adapun tujuan kegiatan kerja praktek (KP) adalah sebagai-berikut :


a. Secara umum :

a) Mahasiswa memperoleh pengalaman belajar yang berharga yang secara langsung


menemukan, merumuskan, memecahkan dan menanggulangi permasalahan di tempat
kerja.

b) Mahasiswa dapat memberikan pemikiran berdasarkan ilmu, teknologi dan seni dalam
upaya memajukan lembaga atau instansi tempat kerja.

c) Agar Universitas Katolik De La Salle dapat menghasilkan sarjana yang dapat


menghayati kondisi, gerak dan permasalahan yang dihadapi lembaga atau instansi
pemerintah / swasta tempat kerja. Dengan demikian para lulusan menjadi tenaga siap
pakai dan terlatih menanggulangi permasalahan dunia kerja secara pragmatis.

d) Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi dengan lembaga atau instansi


pemerintah / swasta sehingga perguruan dapat lebih berperan dan menyesuaikan kegiatan
pendidikan serta penelitiannya dengan tuntutan nyata dari dunia kerja.

b. Secara khusus :

a) Meningkatkan pengertian mahasiswa tentang lembaga atau instansi pemerintah/ swasta


tempat bekerja termasuk aktifitas, dinamika dan permasalahannya.

b) Mahasiswa dapat memahami kondisi dan situasi dunia kerja nyata baik secara teknis
maupun non teknis.

c) Mahasiswa mendapatkan pengalaman kerja yang baru sebagai bekal sebelum lulus
menjadi sarjana sehingga siap memasuki dunia kerja.

d) Mahasiswa dapat membandingkan dan menerapkan pengetahuan akademis yang


diperoleh selama kuliah di lokasi tempat berpraktek kerja.

Maksud dan tujuan mahasiswa mengikuti kerja praktek :

1. Memperdalam pengertian tentang cara berpikir dan bekerja sesuai bekal ilmu dan teori yang
dimiliknya sehingga dapat menghayati dinamika, permasalahan dan kesulitan dunia kerja yang
nyata.
2. Mendewasakan cara berpikir serta meningkatkan daya penalaran mahasiswa dalam melakukan
perumusan dan pemecahan masalah yang yang pragmatis ilmiah.
3. Memberikan ketrampilan, pengalaman belajar dan bekerja sebagai calon profesional sehingga
terbentuk sikap dan mental rasa memiliki atas sebuah pekerjaan.
4. Melalui pengalaman kerja dalam melakukan penelaan, perumusan dan pemecahan masalah,
dengan demikian akan lebih menumbuhkan sifat profesionalisme dalam diri mahasiswa dalam
arti peningkatan keahlian dan tanggungjawab.

BAB II

OBSERVASI DAN PENETAPAN RENCANA KERJA PRAKTEK

2.1 Teknis dan Jadwal Pelaksanaan Observasi

Sebelum melakukan kegiatan kerja pada instansi maka melalui konsultasi dan dengan ijin
pimpinan instansi terlebih dahulu mahasiswa melakukan observasi lingkup kerja. Dalam hal ini
observasi sangat diperlukan untuk mengetahui secara jelas lingkup, problematika serta dinamika
pekerjaan sehingga memudahkan untuk penentuan rencana kerja.

2.1.1 Teknis Pelaksanaan Observasi

Adapun teknis pelaksanaan observasi dilakukan melalui wawancara dan survei. Kegiatan
wawancara dilakukan kepada pimpinan dan bagian yang ditunjuk untuk memimpin bagian atau
departemen yang terkait. Selain itu melakukan wawancara atau pembicaraan dengan para
karyawan yang kompeten yang membidangi pekerjaan itu. Sedangkan Survei dilakukan melalui
bentuk peninjauan langsung ke obyek pekerjaan.

2.1.2 Jadwal pelaksanaan observasi

Pelaksanaan observasi ini dilakukan sejak hari pertama berada di tempat kegiatan kerja
praktek. Observasi langsung dilakukan satu minggu dan hasil observasi tersebut dapat
ditentukan rencana kerja yang perlu dilaksanakan.
Secara rinci jadwal/ waktu pelaksanaan observasi terlihat pada tabel berikut :

Tabel 1 : Jadwal Pelaksanaan Observasi Kegiatan Kerja Praktek Mahasiswa Fakultas


Hukum Unika De La Salle Manado, Angkatan VI T.A 2008/2009

Periode : 09 Juni s/d 08 Agustus 2008

No Jenis Kegiatan Bulan Juli 2008, Minggu I


09/06 10/06 11/06 12/06 13/06
1 Wawancara dengan     

Pimpinan
2 Wawancara / diskusi     

dengan staff

2.2 Hasil Observasi

2.2.1 Profil instansi

Kantor kejaksaan Negeri Manado beralamatkan di Jalan Pemuda No. 4 Kecamatan Sario
yang diresmikan pada tanggal 30 Maret 1977 oleh Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Utara
Bapak Irawan Bratakusuma SH.

1) Sejarah Singkat Kejaksaan Negeri Manado

Bahwa usaha penyusunan sejarah ini didasarkan pada Surat Kepala Kejaksaan Tinggi
Sulawesi Utara Nomor : B-348/S.1.1/TU/3/1994 tanggal 10 Maret 1994 perihal bahan
penyusunan sejarah kejaksaan R.I

Bahwa dalam menyusun sejarah ini, bahan yang digunakan adalah wawancara dengan
para mantan pegawai kejaksaan yang masih ada khususnya yang pernah bertugas di Kejaksaan
Negeri Manado. Mengenai sumber kepustakaan/ Dokument ternyata tidak dapat ditemukan
sampai saat ini. Tokoh masyarakat seperti direkomendasikan dalam surat Kejaksaan Tinggi
tersebut diatas, juga tidak dapat diketahui lagi walau sudah ditanyakan pada para purnawirawan
kejaksaan.

2) Materi Sejarah

Menurut sumber-sumber yang disebutkan dalam pendahuluan diperoleh data-data sebagai


berikut :

a. Sampai saat ini belum dapat ditelusuri, kapan dan dimana pertama kali berdirinya
kejaksaan yang menjadi cikal bakal Kejaksaan Negeri Manado sekarang. Juga
sampai saat ini tidak dapat ditelusuri kapan cikal bakal Kejaksaan Negeri Manado
dipisahkan/ berdiri sendiri dari Tomohon. Sementara perubahan status dari
Kejaksaan pada Pengadilan Negeri Manado menjadi Kejaksaan Negeri Manado
(berdiri sendiri) adalah dimulai tahun 1961 dengan mulai berlakunya Undang-
undang Pokok Kejaksaan Nomor 15/1961.

b. Bahwa pada tahun 1951 Kejaksaan yang menjadi Kejaksaan Negeri Manado
sekarang, merupakan Bagian/ Cabang dari Kejaksaan pada Pengadilan Negeri
Tomohon dan pada waktu itu berkantor di jalan Sam Ratulangi No ……… didepan
gedung Angkatan Laut (dulu), dan waktu itu tempat tersebut merupakan kompleks
perkantoran dimana terdapat banyak/ bermacam-macam kantor pemerintah.

Dari sini kemudian kantor berpindah ke sebuah gedung milik kepolisian yang
berlokasi dijalan Manguni (sebelah kantor PELNI dahulu/ dibelakang gedung BRI
sekarang).

Dari jalan Manguni ini kemudian berpindah ke Sario menempati bekas Mess
Kejaksaan yang berada di Sario (Jl. A. Yani No…… sekarang)

Selanjutnya dari Mess Kejaksaan ini pindah lagi ke gedung bekas cabang Kejaksaan
Tinggi juga di Sario (Jl. A. Yani No……sekarang), setelah cabang Kejaksaan
Tinggi pindah kantor ke jalan Sam Ratulangi (dahulu) dan terakhir dari situ pindah
ke gedung kantor Kejaksaan Negeri Manado sekarang yang terletak dijalan Pemuda
No 4 (dulu Jl. Tumatandon).

c. Bahwa gedung Kejaksaan Negeri Manado sekarang dimulai pembangunannya


antara tahun 1975/1976 pad zaman Kepala Kejaksaan Negeri Samuel Rawan Binti,
SH dan dilanjutkan dengan Willem Simatupang, SH.
Peresmian pemakaian gedung ini dilakukan pada zaman Kepala Kejaksaan Negeri
Manado dijabat oleh Willem Simatupang, SH pada tanggal 30 Maret 1977 oleh
KAJATI SULUT waktu itu Irawan Bratakusuma , SH gedung kantor ini kemudian
diperluas dan diresmikan pemakaiannya tanggal 28 Mei 1983 oleh Kepala
Kejaksaan Tinggi waktu itu Singgih, SH.

d. Para Kepala Kejaksaan Negeri Manado :

1. Mr. Kruithof tahun 1945 s/d 1946

2. E. Runturambi tahun 1946 s/d 1949

3. B. T. Lumangkun tahun 1949 s/d 1950

4. J. B. Musak tahun 1950 s/d 1951

5. P. HT Soit M.s tahun 1951 s/d 1957

6. E. Sigar tahun 1957 s/d 1958

7. G. W. Bawengan tahun 1958 s/d 1961

8. Mr Moh Saleh Djindang tahun 1961 s/d 1963

9. Andi Hamzah, SH tahun 1963 s/d 1964

10. Rachman Hadiwidjono, SH tahun 1964 s/d 1966

11. M. B. Pasaribu, SH tahun 1966 s/d 1969

12. Samuel Horo, SH tahun 1969 s/d 1974

13. Samuel Rawan Binti, SH tahun 1974 s/d 1976

14. W. Simatupang, SH tahun 1976 s/d 1982

15. Amir Effendry Hutapea, SH 1982 s/d 1985

16. P. P. Matondang, SH tahun 1985 s/d 1990

17. J. S. Pandia, SH tahun 1990 s/d 1992

18. A. M. Bakri, SH tahun 1992 s/d 1993


19. Tigor Pangaribuan, SH tahun 1993 s/d 1995

20. Soegandono, SH tahun 1995 s/d 1997

21. Max Pinontoan, SH tahun 1997 s/d 2000

22. Victor Sianturi, SH tahun 2000 s/d 2002

23. Luhut Pasaribu, SH tahun 2002 s/d 2004

24. Paihar Marbun, SH, MH tahun 2004 s/d 2006 (meninggal)

25. Alfres Napitupulu, SH tahun 2006 s/d 2007

26. Tjipta Budi Adolf, SH tahun 2007 s/d 2008

27. Ajimbar, SH, MH tahun 2008 s/d sekarang.

Demikianlah data sejarah Kejaksaan Negeri Manado, yang baru dapat diungkap
sampai saat ini. Namun demikian usaha kelengkapan masih akan tetap dilakukan oleh pihak
Kejaksaan walau tentunya akan memakan waktu yang lama.

3) Struktur Organisasi

KAJARI : Ajimbar, SH, MH

Kasubbagbin : Ruddy Patras

Kaur Kepegawaian : Magdalena Montolalu, SH

Kaur Keuangan : Arthur Piri

Kaur Perlengkapan : Adelheid Stevy, SH

Kaur Tata Usaha : Juswembly Sasambe

Kaur Perpustakaan : Jerry Rumengan, SH


Kasi Intelijen : stenly Yos Bukara, SH

Kasubsi Sospol : Reyske Oktavia Salindeho, SH

Kasubsi Ekmon : Ventje Manembu

Kasubsi Prodsarin : Togap Silalahi, SH

Kasi Pidum : Jeffry P. Maukar, SH

Kasubsi Pratut :-

Kasubsi Penuntutan : Maryanti Lesar, SH

Kasi Pidsus : Adri Notanuhu, SH

Kasubsi Penyidikan : Claudia Lakoy, SH

Kasubsi Penuntutan : Rilke Djendry palar, SH

Kasi Datun : Mieke Sumampouw, SH

Kasubsi Datun :-

Kasubsi Pph :-

Jaksa Fungsional : Pangemanan Rumondor, SH

Wilayah Kota Manado yang merupakan Wilayah Hukum Kejaksaan Negeri Manado
sesuai dengan undang-undang Kejaksaan pasal Pasal 4 ayat 3 yaitu Kejaksaan negeri
berkedudukan di ibukota kabupaten/kota yang daerah hukumnya meliputi daerah
kabupaten/kota.

Terdiri dari : 9 Kecamatan dengan 87 Kelurahan

Menerima Pelimpahan Perkara dari : 1 Poltabes

: 9 Polsek
Kejaksaan Negeri Manado adalah salah satu badan yang fungsinya berkaitan dengan
kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
yang selanjutnya disebut lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang
penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang.

Tugas dan Wewenang Kejaksaan :

 Di bidang pidana :

a. melakukan penuntutan;
b. melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap;
c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana
pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
d. melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang;
e. melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan
sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan
penyidik.

 Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak baik di
dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah.
 Di bidang ketertiban dan ketentraman umum, kejaksaan turut menyelenggarakan kegiatan :

a. peningkatan kesadaran hukum masyarakat;


b. pengamanan kebijakan penegakan hukum;
c. pengawasan peredaran barang cetakan;
d. pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara;
e. pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;

f. penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.

2.2.2 Keadaan Instansi

Keadaan instansi baik, komunikasi antara pegawai dan pimpinan pun baik tanpa
mengesampingkan pekerjaan dan tanggung jawab masing masing. Komunikasi dengan mahasiwa
magang juga baik, karena mahasiswa selalu diberikan arahan dan instruksi yang jelas dalam
melaksanakan tugas kerja praktek.
2.3 Penyusunan dan Penetapan Rencana Kerja

2.3.1 Mekanisme penyusunan dan penetapan rencana kerja

1) Teknis penyusunan

Penyusunan rencana kerja dilaksanakan setelah observasi selama satu minggu dan juga
sesuai dengan hasil pembicaraan antara mahasiswa dengan KASI PIDUM (kepala seksi pidana
umum) beserta pegawai yang kompeten dibidangnya. Penetapan rencana kerja
mempertimbangkan faktor prioritas, dinamika dan problematika serta kepentingan instansi,
kemampuan serta jangka waktu pelaksanaan kegiatan kerja praktek di Kejaksaan Negeri Manado

2) Pembahasan dan penetapan prioritas rencana kerja

Setelah hasil observasi terkumpul dan sesuai dengan permintaan pihak pimpinan,
karyawan dan pihak yang terkait, maka hasil observasi dibahas terlebih dahulu oleh mahasiswa,
kemudian diajukan kembali kepada pimpinan untuk penetapan prioritas kegiatan dengan
mempertimbangkan waktu pelaksanaan serta mendesaknya pekerjaan untuk diselesaikan.

3) Rencana kerja dan jadwal kegiatan

Adapun rencana dan jadwal kegiatan kerja praktek sebagai berikut :


1. Rencana kerja utama / prioritas

• Mempelajari surat dakwaan.

2. Rencana kerja rutin

• Pengisian register perkara surat pemberitahuan dimulainya /


dihentikan penyidikan

• Pengisian register perkara surat penerimaan berkas tahap I

3. Rencana kerja pelengkap

• Mengikuti sidang di Pengadilan Negeri.

Tabel 2 : Rencana Kerja dan Jadwal Kegiatan Kerja Praktek Mahasiswa Fakultas
Hukum Unika De La Salle Manado, Angkatan VI T.A 2008/2009

Periode : 09 Juni s/d 08 Agustus 2008


2.3.2 Penetapan rencana kerja

Penetapan rencana kerja dilakukan melalui kesepakatan bersama antara pihak instansi
dengan mahasiswa yang kemudian secara resmi dikuatkan dalam bentuk surat keterangan
Penetapan Rencana Kegiatan Kerja Praktek (Terlampir). Surat Keterangan ini dijadikan sebagai
pegangan bagi kedua pihak agar seluruh pelaksanaan kegiatan kerja dapat terkontrol dengan baik
mulai dari awal hingga berakhirnya kegiatan kerja praktek.

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN KERJA PRAKTEK

3.1 Organisasi Pelaksanaan Kegiatan Kerja

Untuk memudahkan dan melancarkan pelaksanaan rencana kerja, maka dibuat


pengorganisasian pelaksanaan kegiatan yaitu mengklasifikasikan terlebih dahulu kegiatan utama
yang merupakan prioritas, kegiatan rutin dan pelengkap, kemudian ditentukan penanggungjawab
masing-masing serta cara pelaksanaan kegiatan kerja tersebut.

Penanggungjawab bertugas untuk mengkoordinasikan jalannya kegiatan dan


mempersiapkan segala hal yang menyangkut pelaksanaan kegiatan tersebut. Pelaksanaan
kegiatan didasarkan pada cara kerja yang baku berlaku di instansi ini disesuaikan dengan bidang-
bidang pekerjaan. Adapun pengorganisasian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3 : Pengorganisasian Pelaksanaan Rencana Kerja

Kegiatan Utama/ Prioritas

Nama Kegiatan Penanggungjawab Cara kerja


• Mempelajari surat dakwaan KASI PIDUM Lihat 3.2

Kegiatan Kerja Rutin

Nama Kegiatan Penanggungjawab Cara kerja


• Pengisian register perkara surat
pemberitahuan dimulainya /
dihentikan penyidikan KASI PIDUM Lihat 3.2

• Pengisian register perkara surat


penerimaan berkas tahap I

Kegiatan pelengkap

Nama Kegiatan Penanggungjawab Cara kerja


Mengikuti sidang di Pengadilan Negeri KASI PIDUM Lihat 3.2

3.2 Pelaksanaan Kegiatan Kerja

(Bukan pembahasan tetapi dalam bentuk deskripsi singkat tentang apa yang menjadi kegiatan
kerja praktek atas dasar rencana kerja)
1) Kegiatan Utama / Prioritas

Dalam mempelajari surat dakwaan penulis membaca surat-surat dakwaan dalam perkara
yang telah in kracht (mempunyai kekuatan hukum tetap) dan penulis dibantu oleh
seorang jaksa penuntut umum.

2) Kegiatan Kerja Rutin

Dalam mengisi register perkara surat pemberitahuan dimulainya / dihentikan penyidikan


dan mengisi register perkara surat penerimaan berkas tahap I, penulis diajarkan oleh
seorang staf yang berkompeten di bidangnya dan juga ditunjang dengan buku register
perkara serta contoh-contoh perkara yang telah di register.

3) Kegiatan Pelengkap

Dalam kegiatan ini penulis mengikuti jaksa penuntut umum ke Pengadilan Negeri
Manado dan memperhatikan alur/ proses persidangan dalam hukum acara pidana

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kegiatan Kerja Utama / Prioritas

Dalam pembahasan ini, penulis akan memaparkan tentang syarat-syarat surat dakwaan,
tempus dan locus delicti dalam surat dakwaan. Rumusan surat dakwaan harus sejalan dengan
hasil pemeriksaan penyidikan, karena surat dakwaan adalah dasar pemeriksaan hakim.

4.1.1 Syarat-syarat surat dakwaan

a. Syarat formal, dakwaan harus memuat tanggal dan tandatangan dari penuntut umum,
memuat nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaan terdakwa.

b. Syarat materil, dakwaan harus memuat uraian cermat, jelas, dan lengkap mengenai
tindak pidana yang didakwakan, dan menyebut waktu dan tempat tindak pidana
dilakukan (tempus delicti dan locus delicti).
Kekurangan syarat formal tidak menyebabkan batal demi hukum akan tetapi dapat
dibatalkan, sedangkan kekurangan syarat materil mengakibatkan surat dakwaan batal demi
hukum.

4.1.2 Tempus dan locus delicti

Pasal 143 ayat 2 huruf b KUHAP, secara tegas menetapkan tempus dan locus delicti
sebagai salah satu syarat materil dalam surat dakwaan yang berkumulasi dengan syarat materil
yang lain.

• keabsahan surat dakwaan, harus memenuhi semua persyaratan materil, yang


meliputi:

- uraian tentang unsur tindak pidana

- tempus delicti, dan

- locus delicti

• kelalaian menguraikan tempus dan locus delicti, mengakibatkan surat dakwaan "batal
demi hukum" (pasal 143 ayat 3 KUHAP).

Dengan memperhatikan ancaman yang ditentukan pasal 143 ayat 3 KUHAP, kedudukan
tempus dan locus delicti dalam surat dakwaan, merupakan syarat yang sangat
vital. Sahnya suratdakwaan sangat tergantung pada ada tidaknya uraian tempus dan locus
delicti. Proses penyidikan dan penuntutan akan sia-sia, bila surat dakwaan mengabaikan
pencantuman tempus dan locus delicti.

1) Uraian tempus delicti dalam surat dakwaan, harus:

- cermat,

- jelas, dan

- lengkap.

Ketentuan ini berdasarkan rumusan pasal 143 ayat 2 huruf b KUHAP, Cermat diuraikan
dan diperhitungkan waktu dan saat perbuatan dilakukan. Jelas diterangkan waktu dan saat tindak
pidana terjadi. Serta lengkap diuraikan secara cermat dan jelas, jam, hari, siang atau malam,
bulan dan tahunnya. Paling tidak harus cermat, jelas dan lengkap disebutkan jam, hari (tanggal),
bulan dan tahunnya dalam surat dakwaan.

Contoh : uraian rumusan tempus delicti dalam surat dakwaan

- pada hari senin, tanggal 15 Oktober 2007,

- sekitar jam 16.00 wita,

- atau setidak-tidaknya waktu tertentu bulan Oktober 2007 atau pada waktu lain tahun
2007

2) Uraian locus delicti dalam surat dakwaan, menentukan :

- berlakunya undang-undang pidana nasional bagi perbuatan pidana tersebut.

- kompetensi relatif (kewenangan untuk mengadili) bagi hakim yang mengadili perkara
ini.

Contoh : uraian rumusan locus delicti dalam surat dakwaan

- bertempat di Kelurahan Bitung Tengah Lingkungan II Kecamatan Bitung Timur Kota


Bitung atau tepatnya didepan Halte STM Bitung, akan tetapi terdakwa ditangkap,
ditahan dan di sidik oleh Satuan Anti Narkoba Poltabes Manado, dan berdasarkan
Pasal 84 ayat (2) KUHAP, Pengadilan Negeri Manado berwenang memeriksa dan
mengadili perkara ini.

Kegiatan Kerja Rutin

Selama magang penulis ditempatkan dibagian sub seksi prapenuntutan dan secara rutin
mengisi buku register perkara surat pemberitahuan dimulainya / dihentikan penyidikan dan buku
register perkara surat penerimaan berkas tahap I.

Perbedaan antara kedua buku ini yaitu :


• Buku register perkara surat pemberitahuan dimulainya / dihentikannya penyidikan
adalah sebagai langkah awal dari penyidik sebelum melakukan penyidikan. Dalam
hal penyidik telah mulai melakukan penyidikan suatu peristiwa yang merupakan
tindak pidana, penyidik memberitahukan hal itu kepada penuntut umum (pasal 109
ayat (1) KUHAP) dengan membawa surat pemberitahuan dimulainya penyidikan.

• Buku register perkara surat penerimaan berkas tahap I adalah sebagai langkah
selanjutnya dari penyidik setelah dianggap selesai melakukan penyidikan. Maka
penyidik membawa berkas perkara dan menyerahkan tanggung jawab atas tersangka
dan barang bukti kepada penuntut umum (pasal 8 ayat (3) KUHAP).

Buku register perkara surat pemberitahuan dimulainya / dihentikannya penyidikan dan


buku register perkara surat penerimaan berkas tahap I masing-masing terdapat 3 jenis buku yaitu
:

1. KANTIBUM (ketertiban umum); pasal-pasal yang masuk kategori KANTIBUM


adalah pasal 104 - 299 KUHP

2. OHARDA (orang harta dan benda); pasal-pasal yang masuk kategori tindak pidana
OHARDA adalah pasal 300 - 569 KUHP

3. TPUL (tindak pidana lain) diluar KUHP

Kegiatan Kerja Pelengkap

Dalam kegiatan ini penulis mengikuti jaksa ke Pengadilan Negeri Manado dan mencari
tahu bagaimana alur/ proses jalannya persidangan dalam hukum acara pidana dan akhir penulis
mengetahui bagaimana proses jalannya persidangan dalam hukum acara pidana yaitu seperti
dibawah ini :

Proses Jalannya Persidangan

Sidang I Pembacaan Surat Dakwaan

1. Hakim Ketua Majelis membuka sidang dan menyatakan sidang terbuka untuk umum,
kecuali dalam perkara kesusilaan atau terdakwa dibawah umur sidang dinyatakan tertutup
untuk umum

2. Terdakwa hari di persidangan

Jika tidak hadir


• Hakim menanyakan alasan ketidakhadiran terdakwa

• Hakim menanyakan apakah terdakwa telah dipanggil secara sah

• Apabila tidak sah, diadakan pemanggilan ulang (selama 3x)

3. Hakim menanyakan kepada terdakwa apakah ia didampingi oleh PH

Bagi tindak pidana yang diancam dengan hukuman pidana mati/ lebih 15 thn/ lebih 5
thn wajib didampingi PH (Pasal 56 KUHAP)

4. Apabila didampingi PH, Hakim menanyakan surat kuasa dan surat izin beracara

5. Hakim menanyakan identitas terdakwa

6. Hakim mengingatkan terdakwa untuk memperhatikan apa yang terjadi selama persidangan

7. Hakim mempersilahkan JPU untuk membacakan surat dakwaannya

8. Hakim menanyakan kepada terdakwa apakah terdakwa mengerti isi dan maksud surat
dakwaan

9. Hakim menjelaskan isi dan maksud surat dakwaan secara sederhana jika terdakwa tidak
mengerti

10. Hakim Ketua Majelis menanyakan kepada terdakwa/ PH apakah ia keberatan dengan surat
dakwaan tersebut

11. Hakim Ketua Majelis menyatakan sidang ditunda

Sidang II Eksepsi (Jika ada)

1. Hakim Ketua Majelis membuka sidang dan menyatakan sidang terbuka untuk umum,
kecuali dalam perkara kesusilaan atau terdakwa dibawah umur sidang dinyatakan tertutup
untuk umum

2. Terdakwa hadir di ruang sidang

3. Hakim Ketua Majelis menanyakan kepada terdakwa/ PH apakah sudah siap dengan
eksepsinya

4. Hakim Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada terdakwa/ PH membaca eksepsinya


5. Hakim Ketua Majelis menanyakan kesiapan JPU untuk memberikan tanggapan terhadap
eksepsi terdakwa.

• Apabila JPU akan menanggapi eksepsi maka sidang ditunda untuk pembacaan
tanggapan JPU (lanjut ke form 3 dan form 4)

• Apabila JPU tidak akan menanggapi eksepsi maka sidang ditunda untuk
pembacaan putusan sela (lanjut ke form 5)

6. Hakim Ketua Majelis menyatakan sidang ditunda

7. Hakim Ketua Majelis menyatakan Putusan akan diberikan bersamaan dengan putusan
mengenai perkara pokoknya

Sidang III Tanggapan JPU

1. Hakim Ketua Majelis membuka sidang dan menyatakan sidang terbuka untuk umum,
kecuali dalam perkara kesusilaan atau terdakwa dibawah umur sidang dinyatakan tertutup
untuk umum

2. Terdakwa hadir di ruang sidang

3. Hakim Ketua Majelis menanyakan kepada JPU apakah sudah siap dengan tanggapannya

4. Hakim Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada JPU untuk membacakan


tanggapannya

5. Hakim Ketua Majelis menanyakan kepada terdakwa/ PH apakah akan menanggapi


tanggapan JPU

6. Hakim Ketua Majelis menyatakan sidang ditunda

Sidang IV Tanggapan atas Tanggapan JPU

1. Hakim Ketua Majelis membuka sidang dan menyatakan sidang terbuka untuk umum,
kecuali dalam perkara kesusilaan atau terdakwa dibawah umur sidang dinyatakan tertutup
untuk umum

2. Terdakwa hadir di ruang sidang


3. Hakim Ketua Majelis menanyakan kepada terdakwa/ PH apakah sudah siap dengan
tanggapan atas tanggapan JPU

4. Hakim Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada terdakwa/ PH untuk membacakan


tanggapan atas tanggapan JPU

5. Hakim Ketua Majelis menyatakan sidang ditunda

Sidang V Putusan Sela

1. Hakim Ketua Majelis membuka sidang dan menyatakan sidang terbuka untuk umum,
kecuali dalam perkara kesusilaan atau terdakwa dibawah umur sidang dinyatakan tertutup
untuk umum

2. Terdakwa hadir di ruang sidang

3. Hakim Ketua Majelis membacakan putusan sela

4. Hakim Ketua Majelis menanyakan kepada JPU apakah sudah siap dengan pembuktian

5. Hakim Ketua Majelis menyatakan sidang ditunda

Sidang VI Pembuktian (Pemeriksaan saksi/ saksi ahli)

1. Hakim Ketua Majelis membuka sidang dan menyatakan sidang terbuka untuk umum,
kecuali dalam perkara kesusilaan atau terdakwa dibawah umur sidang dinyatakan tertutup
untuk umum

2. Hakim memeriksa apakah sudah tidak ada saksi-saksi yang akan memberikan
keterangannya yang masih diruang sidang

3. Hakim mempersilahkan saksi yang masih ada diruang sidang untuk keluar

Pemeriksaan Saksi
4. Hakim Ketua Majelis memerintahkan kepada JPU/ PH untuk menghadirkan saksi-saksi
ahli ke ruang sidang, terdakwa menempati tempatnya disamping PH.

5. Hakim menanyakan kesehatan saksi/ saksi ahli

6. Hakim menanyakan identitas saksi/ saksi ahli

7. Hakim menanyakan apakah saksi mempunyai hubungan sedarah atau semenda atau
hubungan pekerjaan dengan terdakwa

• Jika Ya (diperdalam dengan dialog)

8. Saksi/ saksi ahli disumpah

9. Majelis Hakim mengajukan pertanyaan kepada saksi/ saksi ahli

• Diperjelas dengan dialog

10. JPU mengajukan pertanyaan kepada saksi/ saksi ahli

• Diperjelas dengan dialog

11. PH mengajukan pertanyaan kepada saksi/ saksi ahli

• Diperjelas dengan dialog

12. Setiap saksi selesai memberikan keterangannya, Hakim menanyakan kepada terdakwa
benar/ tidaknya keterangan saksi tersebut

13. Apakah saksi/ saksi ahli menarik kembali keterangan dalam BAP penyidik

Pemeriksaan Barang Bukti

14. JPU memperlihatkan barang bukti dipersidangan

15. Hakim menanyakan kepada terdakwa dan saksi-saksi mengenai barang bukti tersebut

• Hakim meminta kepada JPU, PH, terdakwa, saksi untuk maju ke muka sidang dan
memperlihatkan barang bukti tersebut

Pemeriksaan Terdakwa
16. Hakim mengajukan pertanyaan kepada terdakwa

17. Hakim mempersilahkan JPU untuk mengajukan pertanyaan

18. JPU mengajukan pertanyaan kepada terdakwa

• Diperjelas dengan dialog

19. PH mengajukan pertanyaan kepada terdakwa

• Diperjelas dengan dialog

20. Setelah pemeriksaan keterangan saksi/ saksi ahli, terdakwa serta barang bukti, Hakim
menanyakan kepada JPU untuk dapat membacakan tuntutannya

21. Sidang ditunda

• Urutan bertanya pada tahap pemeriksaan saksi/ saksi ahli (saksi a charge): Hakim
Ketua, Hakim Anggota, JPU lalu PH.

• Urutan bertanya pada tahap pemeriksaan saksi/ saksi ahli (saksi a de charge): Hakim
Ketua, Hakim Anggota, PH lalu JPU.

• Saksi a charge: saksi yang memberatkan terdakwa, saksi dari JPU

• Saksi a de charge: saksi yang meringankan terdakwa, saksi dari PH

Sidang VII Pembacaan Tuntutan (Requisitoir)

1. Hakim Ketua Majelis membuka sidang dan menyatakan sidang terbuka untuk umum,
kecuali dalam perkara kesusilaan atau terdakwa dibawah umur sidang dinyatakan tertutup
untuk umum

2. Terdakwa berada di ruang sidang

3. JPU membacakan tuntutannya

”diperjelas dalam keterangan, tuntutan JPU

4. Hakim menyatakan kepada PH apakah akan mengajukan pembelaan


5. Sidang ditunda

Sidang VIII Pembacaan Pembelaan (Pledooi)

1. Hakim Ketua Majelis membuka sidang dan menyatakan sidang terbuka untuk umum,
kecuali dalam perkara kesusilaan atau terdakwa dibawah umur sidang dinyatakan tertutup
untuk umum

2. Hakim mempersilahkan PH membacakan pembelaannya

3. PH membacakan pembelaannya

4. Hakim menanyakan kepada JPU apakah akan mengajukan Replik

5. Sidang ditunda

Sidang IX Pembacaan Replik (Tanggapan dari JPU atas Pledooi PH)

1. Hakim Ketua Majelis membuka sidang dan menyatakan sidang terbuka untuk umum,
kecuali dalam perkara kesusilaan atau terdakwa dibawah umur sidang dinyatakan tertutup
untuk umum

2. Terdakwa hadir dalam persidangan

3. Hakim mempersilahkan JPU membacakan Repliknya

4. Hakim menanyakan kepada PH apakah akan mengajukan Duplik

5. Sidang ditunda

Sidang X Pembacaan Duplik

1. Hakim Ketua Majelis membuka sidang dan menyatakan sidang terbuka untuk umum,
kecuali dalam perkara kesusilaan atau terdakwa dibawah umur sidang dinyatakan tertutup
untuk umum

2. Terdakwa hadir dalam persidangan

3. Hakim mempersilahkan PH membacakan Dupliknya


4. Sidang ditunda untuk pembacaan putusan

Sidang XI Pembacaan Putusan

1. Hakim Ketua Majelis membuka sidang dan menyatakan sidang terbuka untuk umum,
kecuali dalam perkara kesusilaan atau terdakwa dibawah umur sidang dinyatakan tertutup
untuk umum

2. Terdakwa hadir di persidangan

3. Hakim Ketua menanyakan kesehatan terdakwa dan menanyakan apakah siap untuk
mengikuti persidangan untuk pembacaan putusan

4. Terdakwa hadir dalam persidangan

Jika tidak hadir

• Hakim menanyakan alasan ketidakhadiran terdakwa

• Jika alasan memungkinkan Hakim Ketua menunda sidang

5. Pembacaan Putusan

• Putusan dibacakan dengan : ”Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

• Putusan memuat identitas terdakwa

• Putusan memuat isi surat dakwaan

• Putusan memuat pertimbangan hukum

• Putusan memuat hari dan tanggal diadakannya rapat musyawarah majelis

• Putusan pidana (Vonis Hakim)

6. Hakim menanyakan apakah terdakwa mengerti isi putusan tersebut

• Jika tidak mengerti Hakim Ketua menerangkan secara singkat


7. Hakim menayakan apakah para pihak akan mengajukan upaya hukum

Setelah terdakwa menerima vonis atau putusan hakim, ia masih


memiliki upaya hukum. Terdapat dua upaya hukum yang dapat ditempuh
oleh terdakwa, yaitu :

1. Upaya Hukum Biasa

Upaya hukum ini terdiri atas tiga upaya, yaitu:

a. banding, yaitu upaya hukum usmg dapat diajukan baik oleh terdakwa maupun
Penuntut Umum apabila merasa tidak puas terhadap putusan pengadilan tingkat I.

Permohonan banding ini diajukan ke pengadilan tinggi dalam jangka waktu 7 hari
setelah putusan dibacakan apabila terdakwa hadir, ataupun 7 hari setelah putusan
diberitahukan secara resmi kepada terdakwa apabila terdakwa tidak hadir (pasal 233
KUHAP)

b. Kasasi, upaya hukum yang diajukan terdakwa maupun Penuntut Umum apabila tidak
puas terhadap putusan pengadilan pada tingkat II, melalui pengadilan tingkat I (PN)
yang mengadili perkara tersebut.

Permohonan kasasi diajukan dalam jangka waktu 14 hari setelah putusan dibacakan
apabila terdakwa hadir, atau 14 hari setelah putusan diberitahukan secara resmi kepada
terdakwa apabila terdakwa tidak hadir (pasal 245 KUHAP)

Pihak yang mengajukan kasasi wajib menyerahkan Memori Kasasi dalam jangka waktu
14 hari setelah permohonan kasasi diterima oleh mahkamah Agung (pasal 248
KUHAP). Apabila jangka waktu tersebut tidak dipenuhi, maka hak untuk mengajukan
permohonan kasasi tersebut gugur

c. Perlawanan (verzet)

Perlawanan ini diajukan oleh terdakwa dan terbagi atas dua macam yaitu:

• Perlawanan terhadap putusan hakim yang bersifat penetapan, maka perlawanan


tersebut diajukan ke Pengadilan Tinggi (pasal 156 KUHAP)

• Perlawanan terhadap putusan verstek. Perlawanan ini diajukan terdakwa apabila


pada sidang pertama hakim menjatuhkan putusan tanpa kehadiran
terdakwa. Perlawanan ini diajukan oleh terdakwa ke Pengadilan Negeri yang
mengadili perkara tersebut (pasal 214 KUHAP).
2. Upaya Hukum Luar biasa

Upaya hukum ini dilakukan terhadap suatu putusan hakim yang telah berkekuatan hukum
tetap. Upaya hukum luar biasa ini terbagi atas dua macam, yaitu :

a. Peninjauan Kembali (PK)

Upaya hukum ini hanya dapat dilakukan oleh terpidana atau ahli waris dari
terpidana. Selain itu, PK ini hanya dapat dilaksanakan terhadap putusan hakim yang
bersifat menghukum.

Menurut pasal 263 ayat 2 KUHAP, alasan untuk mengajukan PK adalah

• Apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa jika
keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan
berupa putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut
umum tidak dapat diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana
yang lebih ringan

• Apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah terbukti,
akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan yang dinyatakan telah
terbukti itu, ternyata telah bertentangan satu dengan yang lain

• Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim atau
suatu kekeliruan yang nyata.

b. Kasasi Demi Kepentingan Hukum (KDKH)

Upaya hukum ini hanya dapat dilakukan oleh Jaksa Agung. Tujuan dari upaya hukum
ini adalah hanya untuk memperbaiki redaksional tertentu dari putusan dan
pertimbangan hukum yang tidak tepat, agar tidak terdapat kesalahan penahanan
dikemudian hari. Isi putusan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan.
BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1. Kegiatan kerja praktek telah memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi penulis
dalam mengembangkan kemampuan analisa terhadap pengkajian ketentuan yang
merupakan pedoman pada prosedur dan tata kerja instansi pemerintah

2. Pimpinan dan karyawan secara antusias dan sangat membantu dalam memberi
pengertian dan informasi mengenai praktek kerja lapangan pada instansi tersebut

3. Kegiatan kerja praktek telah memberikan dan menambah wawasan kerja bagi
mahasiswa terutama dalam mengaplikasikan ilmu atau berbagai teori yang didapat
selama masa perkuliahan.

B. Saran

Proses pengisian register perkara selain dilakukan dengan cara mencatat, sebaiknya
dilakukan juga dengan menggunakan perangkat komputer yang didukung dengan program
khusus yang mengatur tentang pendaftaran dan pencarian data perkara, sehingga pekerjaan
menjadi lebih efektif dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai