Laporan KKL Pembangkit Listrik Tenaga Surya PDF
Laporan KKL Pembangkit Listrik Tenaga Surya PDF
BAB I
PENDAHULUAN
1
Politeknik Negeri Sriwijaya
2
Politeknik Negeri Sriwijaya
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas Mengenai komponen yang digunakan pada PLTS
bangli dan cara kerja dari Sel Surya.
3
Politeknik Negeri Sriwijaya
BAB II
TINJAUAN UMUM
4
Politeknik Negeri Sriwijaya
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Panel surya / solar cell sebagai komponen penting pembangkit listrik tenaga
surya, mendapatkan tenaga listrik pada pagi sampai sore hari sepanjang ada sinar
matahari. Umumnya kita menghitung maksimum sinar matahari yang diubah
menjadi tenaga listrik sepanjang hari adalah 5 jam. Tenaga listrik pada pagi - sore
disimpan dalam baterai, sehingga listrik dapat digunakan pada malam hari,
dimana tanpa adanya sinar matahari.
5
Politeknik Negeri Sriwijaya
Karena pembangkit listrik tenaga surya sangat tergantung kepada sinar matahari,
maka perencanaan yang baik sangat diperlukan.
6
Politeknik Negeri Sriwijaya
7
Politeknik Negeri Sriwijaya
8
Politeknik Negeri Sriwijaya
Kebanyakan sel surya yang diproduksi adalah sel surya generasi pertama,
yakni sekitar 90% (2008). Di masa depan, generasi kedua akan makin populer,
dan kelak akan mendapatkan pangsa pasar yang makin besar. European
Photovoltaic Industry Association (EPIA) memperkirakan pangsa pasar thin film
akan mencapai 20% pada tahun 2010. Sel surya generasi ketiga hingga saat ini
masih dalam tahap riset dan pengembangan, belum mampu bersaing dalam skala
komersial.
9
Politeknik Negeri Sriwijaya
10
Politeknik Negeri Sriwijaya
3.3.4 Inverter AC
Berfungsi merubah arus DC dari battery ACCU 12 volt menjadi arus AC
bertegangan 220 v,arus yang di hasilkan oleh INVERTER sangatlah stabil,
sehingga sudah tidak memerlukan alat setabilizer lagi,serta aman dan berprotexion
tinggi. Sangat flexible dalam penempatan Design Pembangkit Listrik Tenaga
Matahari Yang Praktis dan Flexible
11
Politeknik Negeri Sriwijaya
3.3.5 Transformator
Berguna untuk mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Di
bangli menggunakan trafo step up, untuk menaikkan tegangan.
12
Politeknik Negeri Sriwijaya
BAB IV
PEMBAHASAN
2. Controller regulator
3. Battery ACCU
4. Inverter AC
5. Transformator
6. Monitoring System
Data yang tersedia pada monitoring system pembangkit meliputi :
a. DC Current, DC Voltage
b. AC Current, AC Voltage dan frequency tiap phasa
c. PV Power , dan AC Power
d. Total energi dan akumulasi energi(kWh)
e. Reduksi CO2 , SO2 , dan Nox harian dan total
f. Solar Radiasi (W/m2)
g. Ambient temperature
h. PV module temperature
13
Politeknik Negeri Sriwijaya
Gambar 4.2 Junction antara semikonduktor tipe-p (kelebihan hole) dan tipe-n
(kelebihan elektron)
Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik sehingga
elektron (dan hole) bisa diekstrak oleh material kontak untuk menghasilkan
listrik. Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n terkontak, maka kelebihan elektron
akan bergerak dari semikonduktor tipe-n ke tipe-p sehingga membentuk kutub
positif pada semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya kutub negatif pada
14
Politeknik Negeri Sriwijaya
semikonduktor tipe-p. Akibat dari aliran elektron dan hole ini maka terbentuk
medan listrik yang mana ketika cahaya matahari mengenai susuna p-n junction ini
maka akan mendorong elektron bergerak dari semikonduktor menuju kontak
negatif, yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai listrik, dan sebaliknya hole
bergerak menuju kontak positif menunggu elektron datang, seperti diilustrasikan
pada gambar dibawah.
Gambar 4.3 Ilustrasi cara kerja sel surya dengan prinsip p-n junction
15
Politeknik Negeri Sriwijaya
itu tergantung pada jumlah energi cahaya yang mencapai silikon itu dan luas
permukaan sel itu. Pada asasnya sel surya fotovoltaik merupakan suatu dioda
semikonduktor yang berkerja dalam proses tak seimbang dan berdasarkan efek
fotovoltaik. Dalam proses itu sel surya menghasilkan tegangan 0,5-1 volt
tergantung intensitas cahaya dan zat semikonduktor yang dipakai. Sementara itu
intensitas energi yang terkandung dalam sinar matahari yang sampai ke
permukaan bumi besarnya sekitar 1000 Watt. Tapi karena daya guna konversi
energi radiasi menjadi energi listrik berdasarkan efek fotovoltaik baru mencapai
25% maka produksi listrik maksimal yang dihasilkan sel surya baru mencapai 250
Watt per m2 . Dari sini terlihat bahwa PLTS itu membutuhkan lahan yang luas.
Hal itu merupakan salah satu penyebab harga PLTS menjadi mahal. Ditambah
lagi harga sel surya fotovoltaik berbentuk kristal mahal, hal ini karena proses
pembuatannya yang rumit. Namun, kondisi geografis Indonesia yang banyak
memiliki daerah terpencil sulit dibubungkan dengan jaringan listrik PLN.
Kemudian sebagai negara tropis Indonesia mempunyai potensi energi surya yang
tinggi. Hal ini terlihat dari radiasi harian yaitu sebesar 4,5 kWh/m 2/hari. Berarti
prospek penggunaan fotovoltaik di masa mendatang cukup cerah. Untuk itulah
perlu diusahakan menekan harga fotovoltaik misalnya dengan cara sebagai
berikut. Pertama menggunakan bahan semikonduktor lain seperti Kadmium Sulfat
dan Galium Arsenik yang lebih kompetitif. Kedua meningkatkan efisiensi sel
surya dari 10% menjadi 15%. Energi listrik yang berasal dari energi surya
pertama kali digunakan untuk penerangan rumah tangga dengan sistem
desentralisasi yang dikenal dengan Solar Home System (SHS), kemudian untuk
TV umum, komunikasi dan pompa air. Sementara itu evaluasi program SHS di
Indonesia pada proyek Desa Sukatani, Bampres, dan listrik masuk desa
menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan dengan keberhasilan penerapan
secara komersial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sampai tahun 1994
jumlah pemakaian sistem fotovoltaik di Indonesia sudah mencapai berkisar 2,5-3
MWp. Yang pemakaiannya meliputi kesehatan 16%, hibrida 7%, pompa air 5%,
penerangan pedesaan 13%, Radio dan TV komunikasi 46,6% dan lainnya 12,4%.
16
Politeknik Negeri Sriwijaya
Kemudian dari kajian awal BPPT diperoleh proyeksi kebutuhan sistem PLTS
diperkirakan akan mencapai 50 MWp. Sementara itu menurut perkiraan yang lain
pemakaian fotovoltaik di Indonesia 5-10 tahun mendatang akan mencapai 100
MW terutama untuk penerangan di pedesaan. Sedangkan permintaan fotovotaik
diperkirakan sudah mencapai 52 MWp. Komponen utama sistem surya fotovoltaik
adalah modul yang merupakan unit rakitan beberapa sel surya fotovoltaik. Untuk
membuat modul fotovoltaik secara pabrikasi bisa menggunakan teknologi kristal
dan thin film. Modul fotovoltaik kristal dapat dibuat dengan teknologi yang relatif
sederhana, sedangkan untuk membuat sel fotovoltaik diperlukan teknologi tinggi.
Modul fotovoltaik tersusun dari beberapa sel fotovoltaik yang dihubungkan secara
seri dan paralel. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat modul sel surya yaitu
sebesar 60% dari biaya total. Jadi, jika modul sel surya itu bisa diproduksi di
dalam negeri berarti akan bisa menghemat biaya pembangunan PLTS. Untuk
itulah, modul pembuatan sel surya di Indonesia tahap pertama adalah membuat
bingkai (frame), kemudian membuat laminasi dengan sel-sel yang masih diimpor.
Jika permintaan pasar banyak maka pembuatan sel dilakukan di dalam negeri. Hal
ini karena teknologi pembuatan sel surya dengan bahan silikon single dan poly
cristal secara teoritis sudah dikuasai. Dalam bidang fotovoltaik yang digunakan
pada PLTS, Indonesia ternyata telah melewati tahapan penelitian dan
pengembangan dan sekarang menuju tahapan pelaksanaan dan instalasi untuk
elektrifikasi untuk pedesaan. Teknologi ini cukup canggih dan keuntungannya
adalah harganya murah, bersih, mudah dipasang dan dioperasikan dan mudah
dirawat. Sedangkan kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan energi
surya fotovoltaik adalah investasi awal yang besar dan harga per kWh listrik yang
dibangkitkan relatif tinggi, karena memerlukan subsistem yang terdiri atas
baterai, unit pengatur dan inverter sesuai dengan kebutuhannya. Dalam
penerapannya fotovoltaik dapat digabungkan dengan pembangkit lain seperti
pembangkit tenaga diesel (PLTD) dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro
(PLTM). Penggabungan ini dinamakan sistem hibrida yang tujuannya untuk
mendapatkan daya guna yang optimal. Pada sistem ini PLTS merupakan
17
Politeknik Negeri Sriwijaya
18
Politeknik Negeri Sriwijaya
sampai tahun 1995 sistem ini sudah terpasang sekitar 10.000 unit yang tersebar di
seluruh perdesaan Indonesia dan pengelolaannya yang meliputi pemeliharaan dan
pembayaran dilaksanakan oleh KUD. Melihat trend harga sel surya yang semakin
menurun dan dalam rangka memperkenalkan sistem pembangkit yang ramah
lingkungan, pemanfaatan PLTS dengan sistem individu semakin ditingkatkan.
Pada tahap pertama direncanakan akan dipasang 36.000 unit SHS selama tiga
tahun dengan prioritas 10 propinsi di kawasan timur Indonesia. Paling tidak ada 5
keuntungan pembangkit dengan surya fotovoltaik. Pertama energi yang digunakan
adalah energi yang tersedia secara cuma-cuma. Kedua perawatannya mudah dan
sederhana. Ketiga tidak terdapat peralatan yang bergerak, sehingga tidak perlu
penggantian suku cadang dan penyetelan pada pelumasan. Keempat peralatan
bekerja tanpa suara dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Kelima
dapat bekerja secara otomatis.
19
Politeknik Negeri Sriwijaya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Penggunaan energi surya sangat efektif untuk menghemat energi baik
didunia industri maupun rumah tangga, diIndonesia sangat potensial sekali untuk
menerapkan sistem PLTS untuk sumber energi karena hanya memiliki 2 musim
tidak seperti didaerah Jepang, Amerika dan Negara-Negara lainnya, tapi sebelum
praktek/pengaplikasiannya terjun ke masyarakat secara luas tentunya haruslah
diberi pengarahan dulu kepada masyarakat baik itu lewat media cetak ,social dll.
Dengan adanya pengarahan diharapkan hal-hal yang tidak kita inginkan tidak
20
Politeknik Negeri Sriwijaya
21
Politeknik Negeri Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
J. Hendra Riko,
http://www.academia.edu/9106342/Pembangkit_Listrik_Tenaga_Surya_PLTS
_Energi_Terbarukan , 14 Januari 2015
22