0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
120 tayangan3 halaman
Dokumen ini menjelaskan prosedur penanganan kejadian luar biasa akibat penyakit infeksi menular di rumah sakit, meliputi investigasi faktor penyebab, status siaga bencana, langkah pencegahan dan pemantauan hingga kejadian selesai.
Dokumen ini menjelaskan prosedur penanganan kejadian luar biasa akibat penyakit infeksi menular di rumah sakit, meliputi investigasi faktor penyebab, status siaga bencana, langkah pencegahan dan pemantauan hingga kejadian selesai.
Dokumen ini menjelaskan prosedur penanganan kejadian luar biasa akibat penyakit infeksi menular di rumah sakit, meliputi investigasi faktor penyebab, status siaga bencana, langkah pencegahan dan pemantauan hingga kejadian selesai.
Direktur Rumah Sakit Medika STANDAR 23 Januari 2016 Stannia PROSEDUR OPERASIONAL
Dr. Nursakti Awan Adhi, MM
NIK. 213 03 397 Suatu proses yang dilakukan untuk menangani suatu kejadian kesakitan / kematian akibat penyakit infeksi menular di Rumah PENGERTIAN Sakit yang jumlah kasusnya meningkat 3 ( tiga ) kali lipat melebihi keadaan biasa dan pada waktu tertentu. 1. Agar Kejadian Luar Biasa dapat dikembalikan 2. Agar diketahui faktor penyebab KLB dan dianalisis sehingga TUJUAN dapat di tindak lanjuti. 3. Agar Kejadian Luar Biasa tidak terulang lagi. KEBIJAKAN Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS. Medika Stannia. SK Direktur No : 012 /PT.RSBT/SK-1300/16 1. Analisa dta surveilans infeksi Rumah Sakit yang mengalami peningkatan 3 ( tiga ) bulan berturut – turut. 2. Komite PPI Rumah Sakit bersama IPCO / IPCN melakukan PROSEDUR investigasi bersama di tempat lokasi KLB, meliputi : a. Mencatat setiap kejadian infeksi di ruangan sesuai prosedur Surveilans Infeksi Rumah Sakit. b. Berkoordinasi dengan IPCLN dan kepala ruangan serta dokter yang bertanggung jawab menangani pasien, untuk melakukan verifikasi diagnosis Infeksi Rumah Sakit dan mengkonfirmasi sebagai kasus KLB. c. Investigasi terhadap kemungkinan sumber penularan dan kemungkinan penyebarannya, serta aspek lain yang diperlukan untuk penanggulangan atau memutuskan rantai penularan. PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA ( KLB ) PENYAKIT INFEKSI MENULAR No. Dokumen No. Revisi Halaman No.031/SPO-PPI/I/2016 0 2/3
d. Berkoordinasi dengan Bag. Laboratorium untuk melakukan :
Swab ruang / alat yang diduga terkontaminasi bakteri. Pengambilan bahan dari berbagai lokasi tersangka PROSEDUR sumber infeksi untuk dibiakkan dan antibiogram. Pemasangan label ditempat penampungan bahan pemeriksaan Laboratorium pasien penyakit menular. Label bertuliskan “ Awas Bahan Menular “. Berkoordinasi dengan seluruh personil di Bagian terkait untuk memberikan klarifikasi perihal yang terkait dengan KLB, misal pelaksanaan prosedur tetap secara benar. 3. Komite PPI Rumah Sakit menyimpulkan hasil investigasi. 4. Komite PPI Rumah Sakit menetapkan status siaga bencana KLB dan melaporkan kepada Direktur Rumah Sakit. 5. Direktur Rumah Sakit berdasarkan pertimbangan Komite PPI Rumah Sakit menetapkan adanya KLB. 6. Komite PPI Rumah Sakit bersama IPCN melakukan dokumentasi tentang kejadian dan tindakan yang telah diambil terhadap data atau informasi KLB. 7. Komite PPI Rumah Sakit bersama IPCN terus melakukan monitoring dan evaluasi sampai KLB berhasil diatasi. 8. Komite PPI bersama IPCN, IPCLN dan Perawat Ruangan melakukan langkah – langkah pencegahan dan pembatasan dengan cara : a. Melaksanakan dan mengawasi secara ketat pelaksanaan cuci tangan yang benar dan tepat. b. Menggunakan dan mengawasi penggunaan APD sesuai indikasi. c. Melakukan dan mengawasi pembuangan limbah dengan benar. PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA ( KLB ) PENYAKIT INFEKSI MENULAR No. Dokumen No. Revisi Halaman No.031/SPO-PPI/I/2016 0 3/3
d. Melakukan pemisahan pasien yang terinfeksi, disatukan
dengan pasien yang sama – sama terinfeksi dan menentukan staff yang akan memberikan penanganan. PROSEDUR e. Mengawasi ketat penerapan Kewaspadaan Standar. f. Ruangan yang terjadi KLB harus didisinfeksi. 9. Status KLB dilaporkan ke Dinas Kesehatan setempat. 10. Komite PPI menyatakan selesai jika 2 ( dua ) kali masa inkubasi terpanjang tidak di temukan kasus baru.