Anda di halaman 1dari 55

EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR FISIKA

CRITICAL BOOK REPORT (CBR)

RIRIN ASTARI SIHOMBING

NIM. 4143321035

PENDIDIKAN FISIKA EKSTENSI 2014

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016
IDENTITAS BUKU
Judul Buku Utama : Dasar-Dasar
Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan
Penulis :Prof. Dr. Suharsimi Arikunto
Penerbit :PT Bumi Aksara
Kota Terbit :Jakarta
Tahun Terbit :2012
Edisi :Kedua
Jumlah halaman :344
IDENTITAS BUKU
Judul Buku Utama : Dasar-Dasar
Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan
Penulis :Prof. Dr. Suharsimi Arikunto
Penerbit :PT Bumi Aksara
Kota Terbit :Jakarta
Tahun Terbit :2012
Edisi :Kedua
Jumlah halaman :344
I. Pengantar
Evaluasi berarti pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk
menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan
menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri pribadi siswa. Evaluasi
Pendidikan adalah kegitan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan.
Bertujuan melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan
informasi akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa
sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya.
Evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai pengukuran atau penilaian
hasil belajar-mengajar, padahal antara keduanya punya arti yang berbeda
meskipun saling berhubungan. mengukur adalah membandingkan sesuatu dan
satu ukuran (kuantitatif), sedangkan menilai berarti mengambil satu keputusan
terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (kualitatif). Adapun pengertian
evaluasi meliputi keduanya.
Meskipun sekarang memiliki makna yang lebih luas, namun pada awalnya
 pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa.
seperti definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950) beliau
mengatakan, bahwa evaluasi merupakan proses pengumpulan data untuk
menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan
sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum ada dan apa sebabnya. Untuk
definisi yang lebih luasdikemukakan oleh dua orang ahli lain yaitu Cronbach dan
Stufflebeam, definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar
mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat
keputusan.Yang dibahas dalam buku ini terutama adalah evaluasi pendidikan
dalam institusi pendidikan, tetapi mengkhususkan evaluasi hasil belajar.
II. RINGKASAN ISI BUKU

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi

Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dalam bukunya dasar-dasar


evaluasi pendidikan, yang menyatakan : kita tidak dapat mengadakan penilaian
sebelum kita mengadakan pengukuran.

 Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.


Pengukuran bersifat kuantitatif.
 Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan
ukuran baik dan buruk. Penilaian bersifat kuantitatif.
 Mengadakan Evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur dan
menilai

Jadi evaluasi adalah kegiatan


kegiatan untuk mengumpulkan informasi
informasi tentang
 bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan, yang dimaksudkan
untuk membantu para guru dalam pengambil keputusan dalam usaha menjawab
 pertanyaan atau permasalahan yang ada. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini
adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker
untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah
dilakukan.

2. Penilaian Pendidikan

Dalam pendidikan, ada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu


dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Definisi yang pertama dikembangkan
oleh Ralph Tyler (1950). Definisi ini diperluaskan oleh dua ahli lain, yakni
Cronbach dan Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses
evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, digunakan untuk
membuat keputusan.

3. Makna Menilai

Menurut suharsimi arikunto ada beberapa makna dari proses penilaian


antara lain sebagai berikut:

A. Makna Bagi siswa


1. Memuaskan. Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan siswa akan
memiliki motvasi yang cukup besar agar dapat belajar lebih giat.
2. Tidak Memuaskan. Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperolehnya,
maka ia akan beruaha agar lain kali tidak seperti itu lagi.

B. Makna bagi guru


1. Dengan hasil penilaian guru dapat mengetahui siswa mana saja yang
 berhak melanjutkan pelajaran.
2. Guru dapat mengetahui apakah pelajaran yang ia sampaikan tepat sasaran
kepada siswa.
3. Guru akan mengetahui apakah metode yang ia gunakan sudah dapat
maksimal atau belum

C. Makna Bagi Sekolah

1. Apabila guru-guru mangadakan penilaian akan diketahui hasil si swa, maka


dapat diketahui pula apakah kondisi belajar disekolah sudah sesuai
harapan atau belum.
2. Akan ada informasi tentang tepat tidaknya kurikulum sekolah.
3. Akan ada informasi hasil penilaian dari tahun ke tahun yang bias
digunakan sebagai pedoman dari tahun ke tahun.
t ahun.

4. Tujuan atau Fungsi Penilaian

a. Penilaian berfungsi selektif.

 b. Penilaian berfungsi diagnostik

c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan

d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.

5. Ciri-Ciri Penilaian dalam Pendidikan

Ciri-ciri penilaian antara lain sebagai berikut:

a. Ciri pertama yaitu bahwa penilaian dilakukan secara tidak la ngsung.

 b. Ciri kedua yaitu pengunaan ukuran kuantitatif.

c. Ciri ketiga yaitu bahwa penilaian pendidikan mengunakan, unit-unit atau


satuan-satuan yang tetap
d. Ciri keempat yaitu bersifat relatif artinya tidak selalu tetap dari waktu ke waktu
yang di sebabkan banyak faktor.

e. Ciri kelima bahwa dalam penilaian pendidikan sering terjadi kesalahan-


kesalahan.

BAB 2

SUBJEK DAN SASARAN EVALUASI

1. Subjek Evaluasi

Dalam keterangan ini yang di maksud dengan subjek evaluasi adalah


orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat di sebut sebagai
subjek evaluasi untuk setiap tes, di tentukan oleh suatu aturan pembagian tugas
atau ketentuan yang berlaku.

2. Sasaran Evaluasi

Adapun sasaran evaluasi di sini mencakup beberapa sasaran penilaian


untuk unsur-unsurnya, meliputi : Input, Transformasi dan Out put.

a. In Put : Berkenaan dengan hal ini ada beberapa aspek yang harus di
 perhatikan untuk mencapai hasil yang di inginkan, yaitu : kemampuan,
kepribadian sikap dan intelgensi
 b. Transformasi: Di sini ada beberapa unsur yang dapat menjadi sasaran
atau objek pendidikan demi di perolehnya hasil pendidikan yang di
harapkan, yaitu : Kurikulum/materi, Metode dan cara penilaian,
Media, Sistem administrasi dan Pendidik dan anggotanya.
c. Out Put : Penilaian atas lulusan suatu sekolah di lakukan untuk
mengetahui seberapa jauh tingkah pencapaian atau prestasi belajar
mereka selama mengikuti program tersebut dengan menggunakan tes
 pencapaian.

BAB 3

PRINSIP DAN ALAT EVALUASI

1. Prinsip Evaluasi

Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya
triangulasi atau hubungan erat tiga komponen, yaitu:
a. Hubungan antara tujuan dengan KBM

Kegiatan belajar-mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar


disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian, anak panah yang menunjukkan hubungan antara keduanya mengarah
 pada tujuan dengan makna bahwa KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga
mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari tujuan dilanjutkan
 pemikirannya ke KBM.

 b. Hubungan antara tujuan dengan evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana


tujuan sudah tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari
evaluasi menuju ke tujuan. Di lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun
alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.

c. Hubungan antara KBM dengan evaluasi

Seperti yang sudah disebutkan dalam poin (a), KBM dirancang dan
disusun dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Telah disebutkan
 pula dalam poin (b) bahwa alat evaluasi juga disusun dengan mengacu pada
tujuan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau
disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan.

2. Alat Evaluasi

Secara garis besar, maka alat-alat evaluasi yang digunakan dapat


digolongkan menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes. Dibawah ini akan
dijelaskan secara rinci macam-macam tes dan non tes.

a. Teknik Non Tes

Ada beberapa teknik non-tes yaitu:

1. Skala Bertingkat
2. Kuesioner
3. Daftar cocok (check list).
4. Wawancara.
5. Pengamatan.
6. Riwayat hidup.

 b. Teknik Tes


Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika
dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena
 penuh dengan batasan-batasan

Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan


atas adanya tiga macam tes, yaitu:

a. Tes diagnostic. Tes Diagnostik adalah tes yang digunakan untuk


mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan
kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang
tepat.

 b. Tes Formatif. Dari kata “form”  yang merupakan dasar dari istilah
“formatif” maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu.
Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai
tes diagnostik pada akhir pelajaran.
c. Tes Sumatif

Evaluasi sumatif atau tes sumatif merupakan tes yang dilaksanakan setelah
 berakhirnya sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar.

Manfaat tes sumatif, ialah:

 Untuk menentukan nilai.


 Untuk menentukan seorang anak dapat atau tidaknya mengikuti kelompok
dalam menerima program berikutnya.
 Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang akan berguna bagi
orang tua siswa, pihak bimbingan dan penyuluhan disekolah, serta pihak-
 pihak lain apabila siswa tersebut akan pindah ke sekolah lain, akan
melanjutkan belajar atau akan memasuki lapangan kerja

3. Perbandingan antara Tes Diagnostik, Formatif, dan Sumatif 

Dalam membandingkan, akan ditinjau dari 9 aspek, yaitu :

a. Ditinjau dari fungsinya


 b. Ditinjau dari waktu
c. Ditinjau dari titik berat penilaian
d. Ditinjau dari alat evaluasi
e. Ditinjau dari cara tujuan yang dievaluasi
f. Ditinjau dari tingkat kesulitas tes
g. Ditinjau dari scoring (cara menyekor)
h. Ditinjau dari tingkat pencapaian
i. Ditinjau dari cara pencatatan hasil

BAB 4

MASALAH TES

1. Pengertian

Istilah tes berasal dari bahasa Prancis Kuno yaitu “testum” yang berarti
 piring untuk menyisihkan logam mulia. Dalam bahasa Indonesia tes
diterjemahkan sebagai ujian atau percobaan.

2. Ciri-Ciri Tes yang Baik 

Suharsismi Arikunto (2008: 57-62) menyatakan bahwa suatu tes dapat


dikatakan baik apabila memenuhi lima syarat yaitu:

a) Validitas merupakan ketepatan, tes yang sebagai alat ukur


dikatakan valid jika tes itu tepat pada hasil belajar dan akan
menghasilkan yang valid pula.

 b) Reliabilitas, jika memberikan hasil yang tetap dari suatu tes, tidak
terpengaruh oleh apapun.

c) Objektifitas berarti tidak ada unsur pribadi yang mempengaruhinya,


tidak ada unsur subjektifitas yang mempengaruhi tes tersebut.

d) Praktikabilitas, tes ini merupakan tes yang praktis, mudah dan tidak
mengecoh. Mudah pelaksanaannya, mudah diperiksa, dan dilengkapi
dengan petunjuk sehingga dapat diberikan kepada orang lain.

e) Ekonomis, bahwa pelaksanaan tes tidak membutuh biaya yang


mahal dan tidak membuang waktu.

BAB 5

VALIDITAS

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan


atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi, sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah (Suharsimi Arikunto 2006).
1. Macam -Macam Validitas

Menurut Suharsimi ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan validitas
empiris. Sementara validitas itu terbagi menjadi beberapa4 yaitu validitas isi,
validitas konstrak, validitas “ada sekarang” dan validitas predictive.

a. Validitas isi (content validity)

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus
tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Pengertian
“mencakup keseluruhan kawasan isi” tidak saja menunjukkan bahwa alat ukur
tersebut harus komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat hanya isi yang
relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur.

 b. Validitas Konstruksi (Contruct validity)

Pengujian validitas konstrak merupakan proses yang terus berlanjut sejalan


dengan perkembangan konsep mengenai trait yang diukur. Hasil estimasi validitas
konstrak tidak dinyatakan dalam bentuk suatu koefisien validitas.

c. Pengujian Validitas Tes secara Empiris

Istilah “Validitas empiris” memuat kata “empiris” yang artinya “pengalaman”


sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji
dari pengalaman. Yang dimaksud dengan validitas empiris adalah ketepatan
mengukur yang didasarkan pada hasil analisis yang bersifat empirik. Sedangkan
menurut Ebel bahwa Empirical Validityadalah validitas yang berkenaan dengan
hubungan antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang
 bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.

d. Validitas Ramalan (Predictive Validity)

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan


apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi masa
yang akan datang.

e. Validitas Bandingan (concurrent validity)

Tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan telah memiliki validitas bandingan
apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat telah
mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah antara tes pertama dengan tes
 berikutnya.
BAB 6

REALIBILITAS

Cara-Cara Mencari Besarnya Realibilitas.

a. Metode bentuk Paralel (equivalen)

Tes parallel atau tes ekuivalen adalah dua buah tes yang mempunyai
kesamaan tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir-butir soalnya
 berbeda. Dalam istilah bahasa inggris disebut alternate-forms method (parallel
forms).

 b. Metode tes ulang (test-retest method)

Metode tes ulang dilakukan orang untuk menghindari penyusunan dua seri
tes. Dalam menggunakan teknik atau metode ini pengetes hanya memiliki satu
seri tes tetapi dicobakan dua kali. Oleh karena tesnya hanya satu dan dicobakan
dua kali, maka metode ini dapat disebut dengan single-test-double-trial method.
Kemudian hasil dari kedua tes tersebut dihitung korelasinya.

c. Metode belah dua atau split-half method

Kelemahan penggunaan metode dua tes dua kali percobaan dan satu tes
dua kali percobaandiatasi dengan metode ketiga ini yaitu metode belah dua.
Dalam menggunakan metode ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes yang
dicobakan satu kali. Oleh karena itu, disebut juga single-test-single-trial method.

BAB

7 TAKSONOMI

Taksonomi Bloom

Menurut taksonomi Bloom ini tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa


domain (ranah, kawasan), dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam
 pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkhinya. Domain-domain tersebut
antara lain:

a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang


menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan
 berpikir. Dalam ranah ini hirarkinya adalah pengetahuan (knowledge),
 pemahaman (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis
(synthesis), dan evaluasi (evaluation).

 b. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan


aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian
diri.

c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang


menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
 berenang, dan mengoperasikan mesin. Ranah ini tersusun atas keterampilan (skill)
dan kemampuan ( abilities)

d. Garlach dan Sullivan mencoba mengganti gambaran tentang proses dalam


rumusan yang umum menjadi tingkah laku siswa yang dapat diamati.

e. De Block mengemukakan model yang didasarkan pada tujuan-tujuan mengajar.


Dia mejukan 3 arah dalam kegiatan mengajar:

 From partial to more integral learning


 From limited to fundamental learning
 From special to eneral learning.

BAB 8

TUJUAN INTRUKSIONAL

1. Bermacam-Macam Tujuan Pendidikan.

Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan


mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
 bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
 pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

2. Tujuan Instruksional(Intructional Objectives)

Suharsimi Arikunto menyatakan dalam tujuan instruksional umum


menggunakan kata kerja yang masih umum dan tidak dapat diukur, maka
dibutuhkan tujuan instruksional khusus. Jadi ada 2 macam tujuan instruksional:

 tujuan instruksional umum ( TIU)


 tujuan instruksional khusus (TIK)
Adapun manfaat tujuan instruksional adalah:

a. Pendidik mempunyai arah untuk memilih bahan pelajaran dan memilih


 prosedur (metode) mangajar,

 b. Peserta didik mengetahui arah belajarnya,

c. Setiap pendidik mengetahui batas-batas tugas dan wewenang mengajarkan


suatu bahan sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau saling
menutup (overlap) antar pendidik,

d. Pendidik mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar


 peserta didik,

e. Pendidik sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang


kebijaksanaan (decision maker) mempunyai kriteria untuk mengevaluasi kualitas
maupun efiensi pengajaran.

3. Langkah-LangkahyangDilakukan dalam Merumuskan Tujuan


Intruksioanal Khusus.

a. Membuat sejumlah TIU (Tujuan Instruksional Umum) untuk setiap mata


 pelajaran/bidang studi yang akan diajarkan dalam kurikulum 1975 maupun 1984
masih terjadi di dalam diri manusia.

 b. Dari masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang rumusannya
 jelas, khusus, dapat dimengerti, terukur, dan menunjukkan perubahan tingkah
laku.

5. Tingkah Laku Akhir

Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah peserta
didik mengalami proses belajar. Di sini tingkah laku ini harus menampakkan diri
dalam suatu perbuatan yang dapat diamati dan diukur (observable and
measurable).

6. Kata-Kata operasioanal

a. Kognitif

 Pengetahuan (knowledge).
 Aplikasi.
 Analisis.
 Sintesis..
 Evaluasi.

 b. Afektif

 Reesiving
 Responding
 Valuing
 Organization.
 Characterization by value or value complex.

c. Psikomotorik

 Musclar or motor skills.


 Manipulation of materials or objects.
  Neuromusclar coordination..

7. Kondisi Demonstrasi

Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu


kondisi atau situasi yang dikenakan kepadapeserta didik pada saat pendidik
mendemonstrasikan tingkah laku akhir. Standar keberhasilan adalah kelompok
TIK yang menunjukkan seberapa jauh tingkat keberhasilan yang di tuntut oleh
 penilai bagi tingkah laku pelajar pada situasi akhir.

Tujuan instruksional umum yang termuat sudah dirumuskan dalam satu


rumusan yang menjelaskan:

a) Materi yang dipelajari.

 b) Perilaku mengutarakan hasil.

c) Proses pencapaiannya.

BAB

9 TES STANDAR DAN TES BUATAN GURU

1. Pengertian Tes Standar

Tes adalah salah satu bentuk instrumen evaluasi untuk mengukur seberapa
 besar kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai pokok-pokok materi
yang sudah diajarkan. Tes ada yang dibuat oleh seorang guru yang kemudian
disebut tes buatan guru dan ada tes yang sudah memenuhi standar suatu satuan
 pendidikan maupun lembaga pendidikan yang kemudian disebut tes terstandar.

Tes kemampuan pada dasarnya terbagi menjadi dua macam, yaitu :

a. Aptitude test

 b. Achievement tes

Perbedaan antara dua tes ini sebenearnya tidak tegas, soal  –  soal mengenai
kedua tes tersebut sering kali saling melingkupi ( overlap ). Untuk kedua macam
tes ini biasanya menggunakan hitung  –   hitungan dan perbendaharaan kata  –   kata
dan sekelompok tes dari kedua macam tes ini biasanya juga menguji tentang
keterampilan membaca. Kesamaan yang lain adalah bahwa keduanya telah
digunakan untuk meramalkan hasil untuk yang masa akan dating, walaupun pada
umumnya jika kita menggunakan tes prestasi penilai melihat apa yang telah
diperoleh setelah siswa ( tercoba ) itu diberi suatu pelajaran.

2. Tes Prestasi Standar

Prosedur yang digunakan untuk menyusun tes standar untuk tes prestasi
melalui cara langsung yang ditumbuhkan dari tes yang digunakan di kelas.
Sedangkan spesifikasi yang digunakan untuk menentukan isi dalam tes bakat
 biasanya didasarkan atas analisis job (jabatan) atau analisis tugas yang merupakan
tuntutan calon pekerjaannya. Disamping itu juga mempertimbangkan sifat-sifat
yang ada pada manusia. Analisis jabatan analisis tugas yang dilakukan biasanya
tidak tidak didasarkan atas satu kurikulum, tetapi diambil dari mas yarakat.

Istilah “standar” dalam tes dimaksudkan bahwa semua siswa menjawab


 pertanyaan-pertanyaan yang sama dari sejumlah besar pertanyaan dikerjakan
dengan menggunakan petunjuk yang sama dan dalam batasan waktu yang sama
 pula. Dengan demikian maka seolah-olah ada suatu standar atau ukuran sehingga
diperoleh suatu standar penampilan (performance) dan penampilan kelompok lain
dapat dibandingkan dengan penampilan kelompok standar tersebut.

3. Perbandingan Antara Tes Standar dengan Tes Buatan Guru

Tes standar disusun dalam tipe-tipe soal yang sama yang meliputi bahan
atau pengetahuan yang sama banyak dengan bahan atau pengetahuan yang
dicakup oleh tes buatan guru. Lalu apakah perbedaan antara tes standar dengan tes
 buatan guru, atau apakah keburukan dan keuntungan tes standar?

1. Kegunaan Tes Standar


Secara singkat dapat dikemukakan bahwa kegunaan tes standar adalah:

 Jika ingin membuat perbandingan,


 Jika banyak orang yang akan memasuki suatu sekolah tetapi tidak tersedia
data tentang calon ini.

5. Kegunaaan Tes Buatan

Secara singkat dapat dikemukakan bahwa kegunaan tes buatan guru


adalah:

 Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran


yang diberikan dalam waktu tertentu.
 Untuk menentukan apakah sesuatu tujuan telah tercapai.
 Untuk memperoleh suatu nilai.

6. Kelengkapan Tes Standar

Sebuah tes yang sudah distandardisasikan dan sudah dapat disebut sebagai
tes standar, biasanya dilengkapi dengan sebuah manual. Manual ini memuat
keterangan-keterangan atau petunjuk-petunjuk yang perlu terutama yang
menjelaskan tentang pelaksanaan, menskor, dan mengadakan interpretasi.Secara
garis besar manual tes standar ini memuat:

a. Ciri-ciri mengenai tes, misalnya menyebutkan tingkat validitas, tingkat


reliabilitas dan sebagainya.

 b. Tujuan serta keuntungan-keuntungan dari tes. Misalnya yang disebutkan untuk
siapa tes tersebut diberikan dan untuk tujuan apa.

c. Proses standardisasi tes. Misalnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan


sampel.

d. Petunjuk-petunjuk tentang cara melaksanakan tes

e. Petunjuk-petunjuk bagaimana cara menskor

f. Petunjuk-petunjuk untuk menginterpretasikan hasil

g. Saran-saran lain
BAB 10

PENYUSUSNAN TES

1. Fungsi Tes

Fungsi tes dapat ditinjau dari 3 hal :

a. fungsi untuk kelas

 b. fungsi untuk bimbingan.

c. fungsi untuk administrasi

a. Fungsi untuk Kelas, tes dapat berfungsi untuk :

1) mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa

2) mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian

3) menaikkan tingkat prestasi

4) mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok

5) merencanakan kegiatan proses belajar mengajar untuk siswa secara


 perseorangan.

6) menentukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus

7) menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak.

 b. Fungsi untuk Bimbingan, tes dapat berfungsi untuk :

1) menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak-anak mereka.

2) membantu siswa dalam menentukan pilihan.

3) membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan.

4) memberi kesempatan kepada pembimbing, guru, dan orang tua dalam


memahami kesulitan anak.

c. Fungsi untuk Administrasi


1) memberi petunjuk dalam mengelompokkan siswa.

2) penempatan siswa baru

3) membantu siswa memilih kelompok

4) menilai kurikulum

5) memperluas hubungan masyarakat

6) menyediakan informasi untuk badan-badan lain di luar sekolah.

2. Langkah-Langkah dalam Penyusunan Tes

a. Menentukan tujuan mengadakan tes

 b. Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.

c. Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dari tiap bagian bahan.

d. Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek
tingkah laku dalam terkandung TIK itu, tabel digunakan untuk identifikasi
terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak terlewati.

e. Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berfikir yang
diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut. (Uraian penjelasan tentang
tabel spesifikasi i akan kami jelaskan di sub bab berikutnya)

f. Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas TIK-TIK yang sudah dituliskan


 pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup

3. Komponen-Komponen Tes

Komponen Test terdiri dari:

a. Buku tes, yakni lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang
mesti dikerjakan oleh siswa

 b. Lembar jawaban tes , yaitu lembaran yang disediakan oleh penilain bagi
testee untuk mengerjakan tes, untuk bentuk pilihan ganda dibuat lembaran nomor
dan huruf A, B, C, D, E menurut banyaknya alternative yang disediakan

c. Kunci jawaban tes, berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci


 jawaban ini dapat berupa huruf atau kalimat. Untuk test bentuk uraian yang
dituliskan adalah kata-kata kunci atau kalimat seingkat untuk memberikan ancar-
ancar jawaban.

d. Pedoman penilaian,  pedoman penilaian atau pedoman skoring, berisi


tentang pedoman perincian tentang skor atau angka yang diberikan kepada siswa
 bagi soal-soal yang telah dikerjakan.

BAB 11

TES TERTULIS UNTUK PRESTASI BELAJAR 

1. Bentuk-Bentuk Tes

a. Tes subyektif .

Secara umum soal subyektif adalah pertanyaan yang menuntut peserta


didik menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan,
membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan
tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Jumlah
soal-soal bentuk subyektif biasanya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal
dalam waktu kurang lebih 90-120 menit. Soal-soal bentuk ini menuntut
kemampuan peserta didik untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, dan
menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki.

b. Tes objektif 

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif (Arikunto, 1995 : 165). Merujuk kepada berbagai pendapat tentang tes
objektif dapat diambil kesimpulan bahwa tes objektif adalah tes yang semua
informasi yang diperlukan peserta tes untuk memberikan respon telah disediakan
oleh penyusun tes, sehingga peserta tes tinggal memilihnya. Jawaban yang berupa
 pilihan bersifat deterministik, sehingga hanya ada dua kemungkinan kebenaran
 jawaban –  benar atau salah.

2. Macam-Macam Tes Objektif 

a. Bentuk Tes Benar Salah (True-False Test)

Tes benar salah adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan
yang bernilai benar atau salah. Tugas peserta tes adalah menentukan apakah
 pernyataan tersebut benar atau salah.

Kelebihan Tes Benar Salah:


 Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak memakan tempat yang banyak
 Mudah dalam penyusunannya
 Petunjuk mengerjakannya mudah dimengerti
 Dapat digunakan berkali-kali
 Objektif
 Praktis

Kelemahan Tes Benar Salah:

 Mudah ditebak
 Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan kemungkinan
 benar atau salah
 Reliabilitasnya rendah.
 Hanya dapat mengungkapkan daya ingat dan pengenalan kembali

Petunjuk Penyusunan:

 Hindari kalimat negatif, yakni kalimat yang mengandung kata “ tidak ” atau
“ bukan”.
 Pernyataan harus disusun sedemikian rupa sehingga siswa yang memiliki
 pengertian samar-samar dapat terkecoh dalam menjawabnya.
 Dalam menyusun keseluruhan tes, diharapkan item yang mengandung
“salah sedikit” cukup banyak.

b. Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)

Tes pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/


 pernyataan yang belum lengkap dan untuk melengkapinya maka kita harus
memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban benar yang telah disiapkan.

c. Menjodohkan (Matching Test)

Menjodohkan terdiri atas satu sisi pertanyaan dan satu sisi jawaban, setiap
 pertanyaan mempunyai jawaban pada sisi sebelahnya. Siswa ditugaskan untuk
memasangkan atau mencocokkan, sehingga setiap pertanyaan mempunyai
 jawaban yang benar.

Kelebihan:

 Dipergunakan untuk menilai bermacam-macam hal, misalnya: problem


dan penyelesaiannya, sebab akibat, istilah dan definisinya, dsb.
 Relatif mudah disusun.
 Jika disusun dengan baik, maka faktor menerka-nerka dapat dihilangkan.
 Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan objektif.

Kelemahan:
 Sukar menyusun test jenis ini yang benar-benar baik.
 Untuk menilai ingatan saja.
 Pengarahan jawaban sering terjadi
 Memakan banyak waktu dan tenaga untuk menyusunnya.

Saran Penulisan:
 Banyaknya jawaban di sebelah kanan lebih dari jawaban di sebelah kiri
 Lebihnya jawaban hendaknya menunjukkan jawaban yang salah
 Materinya setiap sisi baiknya mengenai satu pokok bahasan saja
 Pisahkan menjadi dua kolom, kolom pertama memuat jawaban, nomor
soal dan pertanyaan. Sedangkan kolom kedua memuat kode dan pilihan
 jawaban.

d. Tes Isian (Complementary Test)

Tes isian terdiri dari kalimat yang dihilangkan (diberi titik-titik). Bagian
yang dihilangkan ini yang diisi oleh peserta tes merupakan pengertian yang
diminta agar pernyataan yang dibuat menjadi pernyataan yang benar.

3. Pengukuran Ranah Afektif 

Pengukuran ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif,
karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah, Menerima
(memperhatikan), merespon, menghargai, mengorganisasi, dan karakteristik suatu
nilai.Sedangkan tujuan penilaian afektif adalah :

a. Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa
sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan
mengadakan program perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya.
 b. Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai
antara lain diperlukan sebagai bahan bagi : perbaikan tingkah laku anak
didik, pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan lulus tidaknya
anak didik.
c. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat,
sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak
didik.
d. Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku
anak didik.
Jenis-jenis skala sikap

a. Skala Likert

Skala Likert di gunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan resepsi


seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social. Dalam
 penelitian, fenomena social ini telah di tetapkan secara spesifik oleh
 peneliti, yang selanjutnya di sebut sebagai variable penelitian
 b. Skala pilihan ganda

Skala ini bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda yaitu suatu
 pernyataan yang diikuti oleh sejumlah alternative pendapat.
c. Skala Thurstone

Skala Thurstone merupakan skala sikap yang pertama dikembangkan


dalam pengukuran sikap. Skala ini mempunyai tiga teknik penskalaan
sikap, yaitu :
 metode perbandingan pasangan
 metode interval pemunculan sama, dan
 metode interval berurutan.

Ketiga metode ini menggunakan bahan pertimbangan jalur dugaan yang


menganggap kepositifan relatif pernyataan sikap terhadap suatu obyek.

d. Skala Guttman

Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat jawaban yang tegas, yaitu
ya atau tidak, benar atau salah, pernah atau tidak, positif atau negative dan lain – 
lain. Data yang di peroleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua
alternatif). Jadi kalau pada skala likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat
setuju” sampai “sangat tidak setuju”, maka pada dalam skala Guttman hanya ada
dua interval yaitu “setuju atau tidak setuju”. Penelitian menggunakan sakal
Guttman di lakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
 permasalahan yang di tanyakan

e. Semantic Deferensial.

Skala pengukuran yang berbentuk Semantic defferensial di kembangkan


oleh Osgood. Skala ini juga di gunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya
tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum
yang jawaban “sangat positifnya” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban
yang “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang di
 peroleh adalah daya interval, dan biasanya skala ini di gunakan untuk mengukur
sikap/karakteristik tertentu yang di punyai oleh seseorang.

4. Pengukuran Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerjaan otot sehingga


menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Secara mendasar perlu
dibedakan antara 2 hal yaitu keterampilan (skills) dan kemampuan
(abilities).Kebanyakkan para guru tidak menuntut pencapaian 100 dari tujuan
yang dirumuskan kecuali hanya berharap bahwa keterampilan yang dicapai oleh
siswa-siswanya akan sangat mendukung mempelajari keterampilan lanjutan atau
gerakan-gerakan yang lebih kompleks sifatnya.

BAB 12

TABEL SPESIFIKASI

1. Fungsi Tabel Spesifikasi

Fungsi dari tabel spesifikasi ialah untuk menjaga agar tes yang kita susun
tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang
akan dicakup dalam tes.

2. Langkah-Langkah Pembuatan

a. Untuk materi yang seragam

Yang dimaksud “seragam” disini adalah bahwa antara pokok materi yang
satu dengan pokok materi yang lain mempunyai kesamaan dalam imbangan aspek
tingkah laku. Misalnya 50% untuk ingatan, 30% untuk pemahaman, dan 20%
untuk aplikasi. Selanjutnya banyaknya butir soal untuk setiap sel (kotak kecil)
diperoleh dengan cara menghitung persentase dari banyaknya soal bagi tiap pokok
materi yang sudah tertulis di kolom paling kanan.

 b. Untuk materi yang tidak seragam

Untuk membuat tabel spesifikasi pokok-pokok materi yang tidak seragam,


tidak perlu mencantumkan angka persentase imbangan tingkah laku di kepala
kolom. Pemberian imbangan dilakukan tiap pokok materi didasarkan atas
 banyaknya soal untuk pokok materi itu dan imbangan yang dikehendaki oleh
 penilaian menurut sifat pokok materi yang bersangkutan.

4) Tidak Lanjut Sesudah Penyususnan Tabel Spesifikasi


Terdapat dua langkah lagi sebagai tindak lanjut sesudah penyususnan tabel
spesifikasi untuk memperoleh seperangkat soal tes yaitu:

a. Menentukan bentuk soal. Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan bentuk soal yaitu waktu yang tersedia dan sifat materi yang
diteskan.
 b. Menuliskan soal-soal. Langkah terakhir dalam penyusunan tes adalah
 penulisan soal-soal tes (item writing). Langkah ini merupakan langkah
 penting karena kegagalan dalam hal ini dapat berakibat fatal. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam menuliskan soal-soal tes yaitu:

 Bahasanya harus sederhana dan mudah dipahami.


 Suatu soal tidak boleh mengandung penafsiran
ganda/membingungkan
 Cara mengenal kalimat atau meletakkan/menata kata-kata perlu
diperhatikan agar tidak ditafsirkan salah.
 Petunjuk mengerjakan. Petunjuk ini harus dituliskan sedemikian
rupa sehingga jelas, dan siswa tidak bekerja menyimpang dri yang
dikehendaki guru.

Untuk memperoleh sebuah tes yang standar, harus dilakukan uji coba (try
out) berkali-kali sehingga diperoleh soal-soal yang baik. Dengan mengadakan uji
coba terhadap soal-soal tes yang sudah disusun, maka akan memperoleh manfaat
yaitu: pengalaman menggunakan tes tersebut, mengetahui kesukaran bahasa,
mengetahui variasi jawaban siswa, mengetahui waktu yang dibutuhkan, dan lain-
lain.

BAB 13

MENGANALISIS HASIL TES

1. Menilai Tes yang Dibuat Sendiri

Guru yang sudah banyak berpengalaman, mengajar dan menyusun soal-soal


tes, juga masih sukar menyadari bahwa tesnya masih belum sempurna. Oleh
karena itu cara yang paling baik adalah secara jujur melihat hasil yang diperoleh
oleh siswa. Ada 4 cara untuk menilai tes, yaitu:

a. Meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-kadang


dapat diperoleh jawaban tentang ketidak jelasan perintah atau bahasa,
taraf kesukaran, dan lain-lain keadaan soal tersebut.
 b. Mengadakan analisis soal (item analysis). Analisis soal adalah suatu
 prosedur Yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi
yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun.

2. Analisis Butir Soal(Item Analysis)

Analisis butir soal yang dalam bahasa inggris disebut item analiysis dilakukan
terhadap empirik.Maksudnya, analisis itu baru dapat dilakukan apabila suatu tes
telah dilaksanakan dan hasil jawaban terhadap butir-butir soal telah kita peroleh.
Untuk mengetahui kapan soal dikatakan baik, kurang baik, dan soal yang jelek
sangat berhubungan dengan analisis soal, yaitu taraf kesukaran, daya pembeda,
dan pola jawaban soal.

a. Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi
usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan
siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi
karena di luar jangkauannya.Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya
sesuatu soal disebut indeks kesukaran. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00
sampai dengan 1,0. Soal yang indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu
terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah.

 b. Daya Pembeda.

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan


antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi, indeks diskriminasi ini sama dengan indeks kesukaran yaitu berkisar
antara 0,00 sampai 1,00.

Jika seluruh kelompok atas (pandai) dapat menjawab soal dengan benar,
sedang seluruh kelompok bawah (bodoh) menjawab salah, maka soal tersebut
mempunyai diskriminasi paling besar, yaitu 1,00. Sebaliknya jika semua
kelompok atas menjawab salah, tetapi semua kelompok bawah menjawab betul,
maka nilai diskriminasinya adalah -1,00. Tetapi jika siswa kelompok atas dan
siswa kelompok bawah sama-sama menjawab benar atau sama-sama menjawab
salah, maka soal tersebut mempunyai nilai diskriminasi 0,00 karena tidak
mempunyai daya pembeda sama sekali. Rumus mencari nilai Diskriminasi adalah
: D = BA/JA –  BB/JB = PA –  PB

Dimana : J = jumlah peserta tes


JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
 benar
BB BA/JA = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar.
PA = BB/JB = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar ( P
sebagai indeks kesukaran).
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
c. Pola Jawaban Soal

Pola jawaban yang dimaksud adalah distribusi testee dalam hal


menentukan pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Pola jawaban soal
diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a,
 b, c, atau d atau yang tidak memilih pilihan manapun. Dari pola jawaban soal
dapat ditentukan apakah pengecoh (distractor) berf ungsi sebagai pengecoh dengan
 baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti bahwa
 pengecoh itu jelek, sebaliknya sebuah distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan
 baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut – 
 pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan.

BAB 14

MODEL PENELITIAN KELAS

1. Pengertian Umum Penilaian Kelas

Tujuan penilaian dalam pelaksanaan KTSP bukan hanya untuk mengetahui


keberhasilan siswa setelah mengikuti pembelajaran, tetapi:

a. Melacak kemajuan siswa atau peserta didik


 b. Mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik
c. Mendeteksi kesalahan ketika siswa belajar
d. Menyimpulkan beberapa hal yang terkait dengan pembelajaran

Maka penilaian kelas diartikan penilaian yang terarah pada semua kejadian
yang terdapat pada diri siswa dan lingkungannya secara riil. Oleh karena itu yang
diraih adalah hasil seutuhnya yang ada pada peserta didik , baik kognitif, afektif ,
dan psikomotorik.

2. Jenis Penilaian

Jenis-jenis penilaian yaitu:


a. Kuis, isian, atau jawaban singkat.
 b. Pertanyaan lisan
c. Ulangan harian
d. Ulangan tengah semester dan akhir semester
e. Tugas individu
f. Tugas kelompok
g. Respons atau ujian praktik
h. Laporan kerja praktik
i. Penilaian portofolio

3. Bentuk-Bentuk Penilaian

Ditinjau dari bentuknya , penilaian kelas meliputi 7 bentuk yaitu:


a. Penilaian melalui tes tertulis
 b. Penilaian melalui tes lisan
c. Penilaian unjuk kerja
d. Penilaian produk
e. Pennilaian proyek
f. Penilaian portofolio dan
g.  penilaian diri

BAB15

MENSKOR DAN MENILAI

1. Menskor

 Nama lain menskor adalah memberi angka. Dalam hal pekerjaan menskor
atau menentukan angka, dapat digunakan 3 macam alat bantu yaitu:

a. Pembantu menentukan jawaban yang benar, disebut kunci jawaban.


 b. Pembantu menyeleksi jawaban yang benar dan yang salah, disebut kunci
scoring.
c. Pembantu menentukan angka, disebut pedoman penilaian.

Keterangan dan pengunaannya dalam berbagai bentuk tes.

1. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk betul-salah.
2. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk pilihan ganda
(multiple choice)
3. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk jawab singkat
(sort answer test)
4. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk menjodohkan
(matching)
5. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk uraian (essay
test)
6. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tugas

2. Perbedaan Antara Skor dan Nilai

Apa yang terjadi selama ini, banyak di antara para guru sendiri yang masih
mencampuradukkan antara dua pengertian yaitu skor dan nilai.Skor : adalah hasil
 pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap
soal tes yang dijawab betul oleh siswa.Nilai : adalah angka ubahan dari skor
dengan menggunakan acuan tertentu, yakni acuan normal atau acuan
standar.Secara rinci skor dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu skor yang
diperoleh (obtained score), skor sebenarnya (true score), dan skor kesalahan (error
score).

Score yang diperoleh adalah sejumlah biji yang dimiliki oleh testee
sebagai hasil mengerjakan tes. Kelemaham-kelemahan butir tes, situasi yang tidak
mendukung, kecemasan dan lain-lain factor dapat berakibat terhadap skor yang
diperoleh ini. Apabila factor yang berpengaruh ini muncul, baik sebagian
atauppun menyeluruh, penilai tidak dapat mengira-ngira seberapa cermat skor
yang diperoleh siswa ini mampu mencerminkan pengetahuan dan keterampilan
siswa yang sesungguhnya.

Skor sebenarnya (true score) sering kali juga disebut dengan istilah skor
univers = skor alam (universe score), adalah nilai hipotesis yang sangat tergantung
dari perbedaan individu berkenaan dengan pengetahuan yang dimiliki secara
tetap. Perbedaan antara skor yang diperoleh dengan skor yang sebenarnya, disebut
dengan istilah kesalahan dalam pengukuran atau kesalahan skor, atau dibalik skor
kesalahan. Hubungan antara ketiga macam skor tersebut adalah sebagai berikut:

Skor yang diperoleh = skor sebenarnya = skor kesalahan

3. Norm ReferenceddanCriterion Referenced

Dalam penggunaan Norm  –   Referenced, prestasi belajar seorang siswa


dibandingkan dengan siswalain dalam kelompoknya. Kualitas seseorang sangat
dipengaruhi oleh kualitas kelompoknya. Dasar pikiran dari penggunaan standar ini
adalah adanya asumsi bahwa disetiap populasi yang heterogen tentu terdapat
kelomouk baik, kelompok sedang, dan kelompok kurang. Apabila standar mutlak
dan standar relatif ini dihubungkan dengan pengubahab skor menjadi nilai, maka
akan terlihat demikian.
a. Dengan standar mutlak

1. Pemberian skor terhadap siswa, didasarkan atas pencapaian siswa terhadap


tujuan yang ditentukan.

2. Nilai diperoleh dengan mencari skor rata-rata langsung dari skor asal (skor
mentah).

 b. Dengan standar relatif

1. pemberian skor terhadap siswa juga didasakan atas pencapaian siswa terhadap
tujuan yang ditentukan

2. nilai diperoleh dengan 2 cara :

 mengubah skor dari tiap-tiap ulangan lalu diambil rata-ratanya


 menjumlah skor tiap-tiap ulangan, baru diubah ke nilai

BAB 16

MENGOLAH NILAI

1. Beberapa Skala Penilaian

a. Skala Bebas

Skala bebas yaitu skala yang tidak tetap, ada kalanya skor tertinggi 20, lain kali
lagi 50. Ini semua tergantung dari banyak dan bentuk soal. Jadi, angka tertinggi
dari skala yang di gunakan tidak selalu sama.

 b.Skala 1-10

Dalam skala 1-10, guru jarang memberikan angka pecahan, misalnya 5,5. Angka
5,5 tersebut di bulatkan menjadi 6. Dengan menggunakan skala 1-10 maka
 bilangan bulat yang ada masih menunjukan penilaian yang agak kasar.

c.Skala 1-100

Penilaian dengan menggunakan skala 1-100, di mungkinkan melakukan penilaian


yang lebih halus karena terdapat 100 bilangan bulat. Nilai 5,5 dalam skala 1-10
yang biasanya di bulatkan menjadi 6, dalam skala 1-100 ini boleh di tuliskan
dengan 55.
d.Skala huruf

Selain menggunakan angka, pemberian nilai dapat di lakukan dengan huruf


A,B,C,D,dan E. Huruf tidak menunjukan kuantitas, tetapi dapat di gunakan
sebagai symbol untuk menggambarkan kualitas.

2. Distribusi Nilai

a. Distribusi nilai berdasarkan standar mutlak

Pemberian skor terhadap siswa, didasarkan atas pencapaian siswa terhadap


tujuan yang ditentukan. Nilai diperoleh dengan mencari skor rata-rata langsung
dari skor asal (mentah).

 b.Distribusi nilai berdasarkan standar relativePemberian skor terhadap siswa juga


didasarkan atas pencapaian siswa terhadap tujuan yang ditentukan.Nilai diperoleh
dengan 2 cara:

 Mengubah skor dari tiap-tiap ulangan lalu diambil rata-ratanya.


 Menjumlah skor tiap-tiap ulangan, baru diubah ke nilai.

3. Standar Nilai

a.Nilai standar berskala Sembilan (stannine), yaitu rentangan atau skala nilai yang
 bergerak mulai dari 1 sampai dengan 9

 b.Nilai standar berskala sebelas (standar eleven/ stanel= eleven points scale), yaitu
skala nilai yang bergerak mulai dari nilai 0 sampai dengan nilai 10.

c.Standar sepuluh. Didalam Buku Pedoman Penilaian (Buku III B Seri Kurikulum
SMA Tahun 1975) ditentukan bahwa untuk mengolah hasil tes, digunakan standar
relative, dengan nilai berskala 1  –   10. Untuk mengubah skor menjadi nilai,
diperlukan dahulu:

BAB 17

KEDUDUKAN SISWA DALAM KELOMPOK 

1. Pengertian

Pengertian yang dimaksud kedudukan siswa dalam kelompoknya adalah


letak seorang siswa di dalam urutan tingkatan, dalam istilah disebut rangking.
Untuk dapat diketahui rangking dari siswa di suatu kelas maka harus diadakan
 pengurutan nilai siswa tersebut dari yang paling atas sampai ke nilai yang paling
 bawah.

2. Cara-cara menentukan kedudukan siswa:

a.Dengan rangking sederhana( simple rank) adalah urutan yang menunjukkan


letak atau kedudukan seseorang dalam kelompoknya dan dinyatakan dengan
nomor atau angka biasa.

 b.Dengan rangking presentase (percentile rank) adalah kedudukan seseorang


dalam kelompok, yang menunjukkan banyaknya persentase yang berada di
 bawahnya

c.Standar Deviasi adalah penentuan kedudukan dengan membagi kelas atas


kelompok-kelompok. Tiap kelompok dibatasi oleh suatu standar deviasi tertentu.

d.Standard score atau z-score adalah angka yang menunjukkan perbandingan


 perbedaan score seseorang dari mean dengan standar deviasinya untuk
menentukan z-score, harus diketahui:

 Rata-rata skor dari kelompok.


 Standar deviasi dari skor-skor tersebut

Pengetrapan dari z-score ini banyak digunakan di dalam menentukan kejuaraan


seseorang apabila kebetuan jumlah nilainya sama

BAB 18

MENCARI NILAI AKHIR 

1. Fungsi Nilai Akhir

a.Fungsi intruksional bertujuan untuk memberikan suatu balikan yang


mencerminkan seberapa jauh seorang siswa telah mencapai tujuan yang
ditetapkan dalam pengajaran atau system intruksional.

 b.Fungsi informatif bertujuan untuk memberikan nilai siswa kepada orang tuanya
mempunyai arti bahwa orang tua siswa tersebut menjadi tahu akan kemajuan dan
 prestasi putranya di sekolah.

c.Fungsi bimbingan bertujuan untuk mengetahui bagian-bagian mana dari usaha


siswa di sekolah yang masih memerlukan bantuan.

d.Fungsi administratif:
 Menentukan kenaikan dan kelulusan siswa
 Memindahkan atau menempatkan siswa
 Memberikan beasiswa
 Memberikan rekomendasi untuk melanjutkan belajar
 Memberi gambaran tentang prestasi siswa atau lulusan kepada calon
 pemakai tenaga kerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian:

a. Prestasi/ pencapaian (achievement)


 b. Usaha (effort)
c. Aspek pribadi dan social (personal and social characteristics)
d. Kebiasaan bekerja (working habits).

Cara menentukan nilai akhir:

a. Untuk memperoleh nilai akhir, perlu diperhitungkan nilai tes formatif dan
tes sumatif.
 b.  Nilai akhir diperoleh dari nilai tugas, nilai ulangan harian, dan nilai
ulangan umum dengan bobot 2,3,dan 5.
c.  Nilai akhir untuk STTB diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian (diberi
 bobot satu) dan nilai EBTA (diberi bobot dua), kemudian dibagi 3.

BAB 19

MEMBUAT LAPORAN

1. Pentingnya Laporan

Laporan biasanya dibuat oleh seorang guru dibuat pada akhir semester,
dibuatnya laporan ini diperlukan untuk mengetahui hasil akhir dari apa yang
dilakukan oleh siswa-siswi serta diperlukan agar guru dapat mengetahui tingkat
keberhasilannya dalam mengajar sudah berhasil atau belum jika belum maka guru
akan meninjau kembali metodenya dalam mengajar.Secara sistematis dapat
dikemukakan disini bahwa laporan tentang siswa bermanfaat bagi beberapa pihak
yaitu sebagai berikut:

a. Siswa sendiri
 b. Guru yang mengajar akan mengetahui catatan laporan kemajuan siswa.
c. Guru lain
d. Petugas lain disekolah.
e. Orang tua akan mengetahui kemajuan anak dari hari ke hari.
f. Pemakai lulusan
2. Macam dan Cara Membuat Laporan

a. Catatan lengkap.
 b. Catatan tidak lengkap.
c. Lulus-belum lulus.
d.  Nilai siswa.

BAB 20

EVALUASI PROGRAM PENGAJARAN

1. Evaluasi Program

Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menentukan apakah


target progam yang disusun sudah tercapai dengan begitu maka akan diketahui
 bagaimana kualitas mengajar seorang guru apakah sudah efektif atau belum
 berdasarkan tingkat pencapaian yang sudah dicapai. Pentingnya evaluasi progam
yaitu agar guru mengetahui betul apa yang terjadi di dalam proses belajar-
mengajar, guru berkepentingan atas kualitas pengajaran. Untuk memperbaiki
 proses pengajaran yang akan dilaksanakan lain waktu, guru perlu mengetahui
seberapa tinggi tingkat pencapaian dari tugas yang telah dikerjakan selama kurun
waktu tertentu.

2. Objek atau sasaran evaluasi progam.

a. Input(masukan)
 b. Materi atau kurikulum
c. Guru
d. Metode atau pendekatan dalam mengajar.
e. Sarana: alat pelajaran atau media pendidikan
f. Lingkungan manusia
g. Lingkungan bukan manusia.

3. Cara melaksanakan evaluasi progam.

Apabila guru ingin melakukan evaluasi progam dengan lebih seksama,


terlebih dahulu harus menyusun rencana evaluasi sekaligus menyusun instrument
 pengumpulan data. Mengenai bagaimana menyiapkan instrumen untuk angket,
 pedoman wawancar, pedoman pengamatan dapat dipelajari dari buku-buku
 penelitian. Sebagai cara yang paling sederhana adalah mengadakan pencatatan
terhadap peristiwa yang dialami dari kegiatan sehari-hari di kelas.
IDENTITAS BUKU
Judul Buku Pembanding : Penilaian Autentik
Penulis :Abdul Majid M.Pd
Penerbit :PT Remaja Rosdakarya
Kota Terbit :Bandung
Tahun Terbit :2015
Edisi :Kedua
Jumlah halaman :274
BAB I

PENDAHULUAN

A. Tuntunan Kompetensi Guru dalam Melakukan Penilaian

Dalam kompetensi guru ada empat yaitu :

1)Aspek Pedagogik, yaitu kompetensimenguasai karakteristik siswa,


menguasi teori belajar, pengembangan kurikulum, kegiatan pembelajaran,
 pengembangan potensi siswa, komunikasi denga siswa, penilaian dan evaluasi.

2)Aspek kepribadian, yaitu kompetensi bertindak sesuai dengan norma


agama, hukum, sosial dan kebudayaan, menunjukkakan pribadi yang teladan, dan
tanggung jawab yang tinggi.

3)Aspek sosial, yaitu kompetensi bersikap inklusif, bertindak objektif, serta


diskriminatif, komunikasi dengan sesama guru, orang tua, siswa, dan masyarakat.

4)Aspek Profesiaonal, yaitu kompetensi penguasaan materi, dan


mngembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif.

B. Teori yang Melandasi penilaian dan Evaluasi

1. Taksanomi Bloom ranah Kognitif

Taksanomii bloom mengklasifikasikan perilaku menjadi enam kategori, dari


yang sederhana (mengetahui) sampai dengan yang lebih kompleks
(mengevaluasi), yaitu :

a. Pengetahuan (Knowlege) / C  –   1, pengetahuan dalam pengertian ini


mengingat proses mengingat kembali hal-hal yang spesifik dan universal
 b. Pemahaman (Comprehension) / C  –   2, pemahaman ersangkutan dengan
inti dari sesuatu.
c. Penerapan (Application) / C  –   3, seseorang memiliki kemampuan untuk
menerapkan gagasan, metode, rumus, teori, prinsip di dalam berbagai
situasi.
d. Analisis (Analysis) / C –   4, pemecahan atau pemisahan suatu komunikasi
menjadi unsur-unsur penyusunya.
e. Sintesis (Synthesis) / C  –   5, memadukan elemen-elemen dan bagian-
 bagian untuk membentuk suuatu kesatuan
f. Evaluasi (Evaluation) C  –   6, menentukan nilai dan metode untuk tujuan
tertentu.

2. Taksonomi Bloom Revisi

Taksanomi Bloom ranah kogitif yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl
(2001 : 66-68) dibagi menjadi 6, yakni :
a. Mengingat, merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari
memori atau ingatan yang telah lampau.
 b. Memahami(mengerti), berkaitan dengan membangun sebuah pengertian
dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.
c. Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau
mempergunakan suatu prosedur unyuk melaksanakan percobaan atau
menyelesaikan masalah,.
d. Menganalisis, merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan
memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan
dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan
tersebut daapaay menimbulkan masalah.
e. Mengevluasi, brkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian
 berdasarkan kriteria dan standar yangg sudah ada.
f. Menciptakan, mengarah pada proses kognitif meletaakan unsur-unsur
secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren.

3. Taksonomi Gagne

Gagne mengemukakan bahwa keterampilan-keterampilan yang dapat diamati


sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan atau kapabilitas.
Gagne mengemukakan 5 macam hasil beljar atau kapabilitas 3 bersifat kognitif,
satu bersifat afektif dan satu bersifat psikomotor. Gage membagi membagi hasil
 belajar menjadi lima kategori kapabilitas sebagai berikut :

a. Informasi verbal
 b. Keterampilan intelektual
c. Strategi kognitif
d. Sikap
e. Keterampilan motorik

4. Taksanomi Merrill

Taksanomi Merril. M. D. Merril sendiri menanamkan taksanomi buatannya


itu sebagai Componen Display Theory (CDT). Taksanomi Merril membagi tujuan
 pendidikan jadi dua kategori : isi dan kinerja (teori Gagne). Kategori isi berisikan
fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Sedangkan kategori kinerja terdiri dari
mengingat, menggunakan dan menemukan.

5. Ranah Pengetahuan Cangelosi

Menurut Cangelosi,pengukuran merupakan proses pengumpulan data melalui


 pengamatan empiris. Mengategorikan ranah kognitif atas tiga tingakat
 pengetahuan dan tingkat intelektual. Tingkat pengetahuan dibedakan atas
 pengetahuan sederhana dan pengetahuan tentang proses. Sasaran kognitif tingkat
intelektual dafat diklasifikasikan sebagai pemahaman komunikasi,
konseptualisasi, aplikasi dan melebihi aplikasi.

C. Proses dan hasil Belajar Sebagai Objek Penilaian

Proses pembelajaran sebagai objek penilaian salah satu upaya dalam


meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sebagai bagian dari peningkatan
kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui sistem penilaian. Komponen-
komponen penilaian proses pembelajaran yaitu : komponen tujuan pembelajaran,
komponen bahan pengajaran, komponen siswa, komponen guru, komponen alat
dan sumber belajar, dan komponen penilaian. Penilaian proses belajar mengajar
memiliki kriteria, yaitu : konsistensi kegiatan belajar mengajaar kurikulum,
keterlaksanaannya oleh guru, keterlaksanaannya oleh siswa, motivasi belajar
siswa, keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar, interaksi guru siswa,
kemampuan dan keterampilan guru mengajar, dan kualitas hasil belajar yang
diperoleh siswa.

BAB II

KONSEP DASAR PENILLAIAN

A. Evaluasi, Penilaian, Pengukuran, dan Tes

Evaluasi dimaknai sebagi penilaian sistematik tentang manfaat atau kegiatan


suatu objek.Penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran,
didasarkan pada tujuan pembelajaran secara utuh, untuk memperoleh hasil
 penilaian yang maksimal terkait dengan evaluasi. Pengukuran adalah proses
 pengumpulan data melalui pengamatan empiris, terhadap suatu gejala menurut
aturan tertentu, dari objek yang hendak diukur. Pengukuran yang bersifat
kuantitatif dibedakan menjadi 3 yaitu : pengukuran yang dapat dilakukan bukan
untuk menguji sessuatu, pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu, dan
 pengukuran yang digunakan untuk meniilai. Tes adalah seperangkat alat yang
 berisi tugas yang harus dilakukan atau sejumlah pertanyaan yang harus di jawab
 peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguaannya terhadap
cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu.

B. Hubungan Evaluasi, Penilaian, Pegukuran, dan Tes

Dalam melaksanakan proses penilaian pembelajaran, guru selalu berhadapan


dengan konsep-konsep eevaluasi, pengukuran, dan tes yang dalam penerapannya
sering dilakukan secara simultan. Sebab itu, dalam praktik ketiganya sering tidak
disarankan pemisahannya karena melakukan penilaian berarti telah pula
melakukan ketiganya. Waktu melaksanakan penilaian guru pasti telah
menciptakan alat ukur, berupa tes maupun nontes seprti soal-soal ujian, observasi
 proses pembelajaran dan sebagainya. Hubungan antara keempat peengertian
tersebut dalam kegiatan penilaian pembelajaran, meskipun sering dilakukan oleh
guru secara simultan.

C. Perbedaan antara Evaluasi dan Penilaian

 No Dimensi Penilaian Evaluasi


Perbedaan
1 Fokus Kepada luaran yang Kepada luaran yang
diinginkan oleh siswa diinginkan oleh guru dan
dan pada pertumbuhan  pada kualitas
2 Pihak yang Diperlukan, diminta oleh Diperlukan, diminta oleh
memerlukan siswa evalator
3 Konten dan Firmatif, berlangsung Summatif, diminta oleh
tujuan pokok terus untuk memperbaiki evalator
 pembelajaran
4 Konsekuensi Tidak memiliki Sering mengandung
konsekuensi konsekuensi
5 Perbandingan Tidak pernah Sering membandingkan
terhadap membandingkan kualitas kualitas
kualitas
6 Pengembangan Memiliki standar kualitas Memiliki standar kualitas
standar kualitas yang dikembangkan yang di kembangkan oleh
oeleh para siswa dengan evaluator
 bekerja sama dengan
 penilaian
7 Orientasi, fokus Berorientasi pada proses Berorientasi produk, apa
dari pengukuran  bagaimana pembelajaran saja yang telah dipelajari
 berlangsung
8 Temuan dan Diagnostik, Pertimbangan sampai pada
 penggunaaya mengidentifikasi hal-hal seluruh nilai/angka
yang perlu diperbaikan
9 Hubungan Kooperatif Kompetitif
antara objek
denagan
 penilaian/evalua
si
D. Dasar Penilaian

Dasar atau alasan fungsi penilain dalam proses pendidikan dikelompokan tiga
 bagian yaitu dasar psikologis, didaktis, dan administratif. Masalah kebutuhan
 psikologis akan pengetahuannya mengenai hasil usaha yang telah dilakukan dapat
ditinjau dari dua segi, yaitu segi anak didik dan pendidik.
E. Tujuan Prinsip, dan Fungsi Penilaian

Tujuan penilaian secara terperinci ialah dengan melakukan penilaian berbasis


kelas, memberikan umpan balik kepada peserta didik, melakukan pemantuan
kemajuan belajar yang dicapai setiap peserta didik, mempeerbaiki metode dengan
kebutuhan materi dan juga kebutuhan siswa, landasan untuk memilih alternatif
 jenis dan model penilaian, dan hasil dari penilaianini dapat pula memberikan
informasi kepada orang tua. Prinsip-prinsip penilaian, yakni : valiiditas,
reliabilitas, menyeluruh, berkesinambungan, objektif, dan mendidik. Fungsi
 penilaian kelas, yakni sebagai tujuan pembelajaran adalah pencapaian kompetensi
inti maupun kompetensi dasar, penilaian berbasis kelas dapat berfungsi sebagai
landasan pelaksanaan hasil belajar, sejalan dengan tujuan penilaian untuk
menemukan kesulitan belajar, menemukan kelemahan dalam proses pembelajaran,
dan semuanya dappat dipakai sebagai kontrol bagi guru sebagi pendidik.

F. Ruang Lingkup Aspek Penilaian

Penilaian hasil belajar sangat terkait dengan tujuan yang ingin di capai dalam
 proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran pengklasifikasikan hasil belajar yang
di lakuakn oleh bloom pada 1956, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. kognitif
adalah ranah menekankan pada pengembangan kemampuan dan keterampilan
intelektual, asperk kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu aspek
 pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. afektif
adalah ranah yang berkaitan dengan pengembangan perasaan sikap nilai dan
emosi, ada lima karekteristik afektif yag penting yaitu sikap, minat, konsep diri,
nilai, dan moral. Psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatan-
kegiatan atau keterampilan motorik, hasil belajar psikomotor dapat dibedakan
menjadi lima tahap, yaitu : imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan
naturaalisasi.

BAB III

PENILAIAN AUTENTIK

A. Defenisi dan Makna Penilaian Autentik

Penilaian autentik (authentic assessment) adalah suatu proses pengumpulan,


 pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan
menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti
autentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas public (Pusat Kurikulum,
2009). Hal ini sejalan dengan pendapat Johnson (2002) , yang mengatakan bahwa
 penilaian autentik memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk menunjukkan
apa yang telah dipelajari dan apa yang telah dikuasai selama proses pembelajaran.
Lebih lanjut Johnson (2009) mengatakan bahwa penilaian autentik berfokus pada
tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, membangun kerja sama, dan
menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Melalui tugas-tugas yang
diberikan , para siswa akan menunjukkan penguasaannya terhadap tujuan dan
kedalaman pemahamannya, serta pada saat yang bersamaan diharapkan akan
dapat meningkatkan pemahaman dan perbaikan diri.

B. Padanan Nama Penilaian Autentik 

Penilaian autentik atau authentic assessment jarang digunakan dalam proses


 penilaian. Penilaian autentik lebih sering dinyatakan sebagai penilaian berbasis
kinerja (performance based assessment). Sementara itu dalam buku-buku lain
(Kecuali Wiggins) penilaian autentik disamakan saja dengan nama penilaian
alternative (alternative assessment) atau penilaian kinerja (performance
assessment). Selain itu Muller (2006) memperkenalkan istilah lain sebagai
 padanan nama penilaian autentik, yaitu penilaian langsung (direct assessment).

C. Perlunya Penilaian Auntentik

Penilaian autentik merupakan penilaian, langsung (Mueller, 2006: 1). Ketika


melalaukan penilaian, banyak kegiatan yang akan lebih jelas apabila dinilai
langsung, umpamanya kemampuan argumentasi atau berdebat, keterampilan
menggunakan kommputer dan keterampilan melaksanakan percobaan. Begit u pula
menilai sikap atau perilaku siswa terhadap sesuatu atau pada saat melakukan
sesuatu.

D. Perbandingan Penilaian Autentik dengan Penilaian Biasa

Dalam penilaian autentik, penilaian menggiring kurikulum , yang berarti


 bahwa guru mestinya pertama-tama menetapkan sejumlah tugas yang harus
ditampilkan oleh para siswa tentang hal-hal yang telah dikuasainya. Selanjutnya
dikembangkan sebuah kurikulum yang memungkinkan siswa menampilkan
kinerjanya dengan baik, yang dengan sendirinya melibatkan penguasaan
 pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang esensial. Hal ini berarti
merancang dengan langkah mundur. Penilaian autentik merupakan pelengkap
 penilaian tradisional. Dengan demikian mestinya perlu ditetapkan atribut-atribut
yang cocok untuk kefua bentuk penilaian yang saling melengkapi tersebut.

Untuk lebih jelasnya kaitan perbedaan di antara keduanya dapat dilihat pada
tabel berikut :

Tes Standar Penilaian Autentik


 Mereduksi kehidupan siswa yang  Membuat guru ikut merasakan
kompleks dan kaya menjadi  pengalaman siswa yang unik.
kumpulan skor, presentasi atau nilai.
 Menciptakan tekanan yang  Menawarkan pengalaman yang
memberikan pengaruh negative bagi menarik, aktif, hidup, dan
kinerja siswa menyenangkan.
 Menciptakan standar atau norma  Membangun lingkungan yang
mistis yang menggambarkan sekian memberikan kesempatan yang
 persen siswa mengalami kegagalan. sama bagi setiap siswa untuk
 berhasil.
 Menekan para guru untuk  Memungkinkan guru
mempersempit kurikulum dengan mengembangkan kurikulum yang
hanya fokus pada materi yang  bermakna dan melakukan penilaian
diujikan/tes. di dalam konteks program tersebut.
 Menekankan ujian langsung yang  Menilai berdasarkan proses yang
menilai pengetahuan  berkesinambungan sedemikian
rupa sehingga menghasilkan
gambaran yang lebih akurat tentang
 prestasi siswa.
 Cenderung memfokuskan perhatian  Memberikan penekanan pada
 pada kesalahan,kekeliruan, skor kekuatan siswa; menyediakan
rendah, dan hal-hal lain yang tidak informasi apa yang dapat mereka
dapat dilakukan oleh siswa. lakukan dan coba lakukan.
 Terlalu berfokus pada pentingnya  Menyediakan banyak sumber
data tunggal (misalnya : skor tes)  penilaian yang memberikan
dalam menentukan keputusan-  pandangan lebih akurat tentang
keputusan kependidikan. kemajuan siswa.
 Memperlakukan siswa secara  Memperlakukan siswa sebagai
seragam. sebuah pribadi yang unik.
 Mendiskriminasikan siswa-siswa  Memberikan kinerja siswa yang
tertentu karena berlatar belakang merata secara cultural; memberikan
kultur dan gaya belajar. kesempatan yang sama bagi setiap
orang untuk berhasil.
 Menghakimi siswa tanpa  Menyediakan informasi yang
memberikan saran untuk perbaikan.  bermanfaat untuk proses belajar
selanjutnya.
 Menganggap tes dan pengajaran  Menganggap penilaian dan
sebagai entitas yang terpisah.  pengajaran layaknya dua buah sisi
sebuah koin.
 Jawaban-jawaban merupakan harga  Memberikan kepada siswa
mati; siswa jarang mendapat  pengalaman tentang suatu proses
kesempatan untuk memperbaiki, yang terus-menerus menyangkut
merenungkan atau mengerjakan  perenungan diri, pembelajaran
kembali suatu ujian. yang terbimbing, dan perbaikan.
 Memberikan hasil – hasil yang hanya  Menggambarkan kinerja siswa
dapat dipahami sepenuhnya oleh dalam istilah-istilah awam yang
 professional terlatih. dapat dipahami dengan mudah oleh
orangtua, anak dan pihak lain di
luar kalangan pendidik.
 Memberikan materi-materi penilaian  Menghasilkan produk-produk yang
yang tak pernah diperlihatkan  bermakna bagi siswa dan pihak
kembali pada siswa. lain.
 Mementingkan jawaban yang  Mementingkan proses sekaligus
“benar” hasil akhir.
 Menempatkan siswa di lingkungan  Menguji siswa dengan cara-cara
 belajar buatan, yang berarti yang tidak menghambat dalam
mengganggu prinsip lingkungan konteks lingkungan pembelajaran.
alami pembelajaran.
 Pada umumnya mementingkan  Mencakup keterampilan berpikir
keterampilan belajar tingkat rendah. tingkat tinggi dan bidang-bidang
subjektif yang penting.
 Mendorong pembelajaran ekstrinsik  Memotivasi pembelajaran sebagai
(belajar untuk lulus ujian atau sesuatu yang memang penting.
mendapat nilai tinggi).
 Memberikan batas waktu yang  Memberikan waktu sebanyak-
membatasi proses berpikir siswa.  banyaknya yang dibutuhkan siswa
untuk menyelesaikan persoalan,
tugas atau sebuah proses.
 Secara umu dibatasi pada membaca,  Mencakup penciptaan,tanya jawab
mendengar, dan member penilaian dan diskusi, peragaan, penyelesaian
 pada secarik kertas. masalah, perenungan , sketsa dan
 berbagai tugas serta aktivitas
 pembelajaran yang lain.
 Umumnya kurang mendorong siswa  Mendorong proses pembelajaran
 berinteraksi. melaui kerja sama kelompok.
 Memicu perbandingan antarsiswa  Membandingkan siswa hanya
yang sangat tidak bermanfaat. dengan pencapaian mereka sendiri
 pada masa sebelumnya.
E. Jenis-Jenis Penilaian Autentik

Garis besar bentuk penilaian autentik tersebut dapat dijelaskan sebagai


 berikut.

1. Penilaian Proyek

Proyek merupakan salah satu bentuk penilaian autentik yang berupa


 pemberian tugas kepada siswa secara berkelompok. Kegiatan ini merupakan cara
untuk mencapai tujuan akademik sambil mengakomodasi berbagai perbedaan
gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-masing siswa. Penilaian proyek
merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh
 peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penilaian proyek dilakukan oleh
 pendidik untuk tiap akhir bab atau tema pelajaran. Penyelesaian tugas dimaksud
 berupa investigaso yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan ,
 pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis dan penyajian data.
Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman,
 pengapplikasian, penyelidikan dan lain-lain.

2. Penilaian Kinerja

Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik


khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat
melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkkan unsure-unsur
 proyek/ tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria
 penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat memberikan
umpan balik terhadap kinerja peserta didik, baik dalam bentuk laporan naratif
maupun laporan kelas.Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian
 berbasis kinerja, yakni : daftar cek, catatan anekdot/ narasi, skala penilaian, dan
memori atau ingatan.

3. Penilaian Portofolio

Portofolio merupakan kumpulan pekerjaan siswa (tugas-tugas) dalam periode


waktu tertentu yang dapat memberikan informasi penilaian. Penilaian portofolio
 bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perseorangan atau diproduksi
secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi
 berdasarkan beberapa dimensi. Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui
 perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik.

4. Jurnal

Jurnal merupakan tulisan yang dibuat siswa untuk menunjukkan segala


sesuatu yang telah dipelajari atau diperoleh dalam proses pembelajaaran. Jurnal
dapat digunakan untuk mencatat atau merangkum topic-topik pokok yang telah
dipelajari , perasaan siswa dalam belajar mata pelajaran tertentu, kesulitan-
kesulitan atau keberahasilan-keberhasilannya dalam menyelesaikan masalah atau
topic pembelajaran, dan catatan atau komentar siswa tentang harapan-harapannya
dalam proses aturan yang digunakan untuk menilai kinerja siswa.

5. Penilaian Tertulis

Penilaian tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban diberikan kepada
 peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab peserta didik tidak selalau
merespons dalam bentuk jawaban, tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain
seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan lain sebagainy. Ada dua
 bentuk soal tertulis, yaitu : soal dengan memilih jawaban dengan pilihan
 berganda, dua pilihan (benar-salah, ya-tidak), dan menjodohkan, soal dengan
menyuplai-jawaban dengan isian atau melengkap, jawaban singkat, dan soal
uraian.

BAB IV

PENILAIAN AUTENTIK DAN TUNTUNAN KURIKULUM

A.Penilaian Autentik dan belajar autentik

Penilaian autentik meniscayakan proses belajar yang autentik pula. Menurut


Ormiston belajar autentik mencermikan tugas dan pemecahan masalah yang
dilakukan oleh peserta didik dikaitkan dengan realitas di luar sekolah. Penilaian
autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar siswa
dapat mencapai hasil akhir meski dengan satuan waktu yang berbeda. Data
 penilaian autentik digunakan untuuk berbagai tujuan seperti menentukan
kelayakan akuntabilitas implementasi kurikulum dalam pembelajaran di kelas
tertentu.

B. Penilaian Autentik dan Tuntunan Kurikulum 2013

Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam


 pembelajaran sesuai dengan tuntunan kurikulum 2013. Karena penilaian s emacam
ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam
rangka mengobservasi, menalar, mencoba, mmembangun jenjaring dan lain-lain.
Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan
siswa belaja, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar.
Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan
 peserta didik karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar
 bagaimana belajar tentang subjek.

C. Standar Proses Penilaian

Standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur,


dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai
 proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil
 belajar peserta didik mencakup : penilaian autentik, penilain diri, penilaian
 berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan
akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian
nasional, ujian sekolah/madrasah. Penialain hasil belajar peserta didik pada
 jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip, yakni :
objektif, terpadu, ekonomis, transparan, akuntabel, dan edukatif.
D. Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi


meningkatkan capaian pendidikan. Di samping kurikulum, terdapat sejumlah faktr
di antaranya : lama siswa bersekolah, lama siswa tinggal disekolah, pembelajaran
iswa aktif berbasis kompetensi, buku pegangan atau buku babon, dan peranan
guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan. Elemen perubahan
kurikulum di lakuakan pada 4 kompenen, yaitu : standar kompetensi kelulusan,
standar isi, satandar proses, dan standar penilaian. Standar kompetensi lulusan
(SKL) terbagi menjadi 3, yaitu : tujuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan
menengah, cakupan kompetensi lulusan, dan kompetensi-kompetensi lulusan
satuan pendidikan yang mencakup : standar kompetensi lulusan
SD/MI/SDLB/Paket A, standar kompetensi lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B,
standar kompetensi lulusan SMA/MA/SMK/MAK/Paket C, kompetensi inti, dan
kompetensi dasar.

BAB V

TUGAS AUTENTIK DAN RUBRIK PENILAIAN

A. Tugas (Tasks) Autentik

Tugas autentik atau authentic task : is an assignment given to students


designed to assess their ability to apply sarandard-driven knowledge and skills to
real-world challenges. Dengan kata lain, suatu tugas yang meminta siswa
melakukan atau menampilkannya dianggap autentik apabila : siswa diminta untuk
mengonstruk respon mereka sendiri, tugas merupakan tantangan yang mirip yang
dihadapkan dalam kenyataan sesungguhnya. Ada dua hal perlu dipilih dalam
menyiapkan tugas dalam penilaian autentik, yaitu keterampilan dan kemampuan.

Hal ini dilakukan dengan memperhatikan lima dimensi yang perlu


dipertimbangkan pada saat menyiapkan task yang autentik pada pembelajaran
sains. Pertama, lama waktu pengajaran tugas. Kedua, jumlah tugas terstruktur
yang perlu dilalui siswa. Kitiga, partisipasi individu, kelompok atau kombinasi
keduanya. Keempat, fokus evaluasi pada produk atau pada proses. Kelima,
keragaman cara-cara komunikatif yang dapat digunakan siswa untuk
menunjukkan kinerjanya.

B. Langkah-Langkah Penilaian Autentik

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyiapkan rancangan penilaian


autentik adalah sebagai berikut :

1. Langkah 1 : mengidentifikasi standar, standar merupakan pernyataan yang


harus diketahui dan dapat dilakukan siswa, tetapi ruang lingkungnya lebih
sempit dan lebih mudah dicapai daripada tujuan umum.
2. Langkah 2 : memilih suatu tugas autentik, pertama-tama kita perlu
mengkaji standar yang kita buat dan mengkaji kenyataan sesungguhnya.
3. Langakah 3 : mengidentifikasi kriteria untuk tugas (task), kriteria tidak
lain adalah indikator-indikator dari kinerja yang baik pada seuah tugas.
Apabila terdapat sejumlah indikator, sebaiknya diperhatikan apakaah
indikator-indikator tersebut sekuensial (memerluakan urutan) atau tidak.
4. Langkah 4 : menciptakan standar kriteria atau rubrik, menyiapkan suaatu
rubrik analitis dan menyiapkan suatu rubrik yang holistik.

C. Mengembangakan Rubrik Penilaian

Rubrik adalah perangkat pemberian skor yang secara eksplisit menyatakan


kinerja yang di harapkan bagi tugas-tuga yang diberikan terhadap suatu hasil
karya siswa. Rubrik seacara umum ialah patokan penskoran yang digunakan
dalam asesmen subjektif. Keuntungan yang diperoleh bila guru menggunakan
rubrik, di antaranya guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
memberikan penekanan dan perhatian pada perincian tertentu sebagai model
untuk siswa

Rubrik penskoran ialah skema penilaian deskriptif, yang digunakan sebagaai


 patokan dalam menganalisis produk maupun proses usaha dan keberhasilan
mahasiswa. Jenis rubrik terdapat 2 jenis, yaitu : rubrik holistik ialah penskoran
dilakukan terhadap proses keseluruhan atau kesatuan produk tanpa menilai bagian
komponen secara terpisah, dan rubrik analitik ialah penskoran mula-mula
dilakukan atas bagian-bagian individual produk atau penampilan secara terpisah,
kemudian dijumlahkan skor individual iti untuk memperolah skor total.

BAB VI

LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN PENILAIAN SERTA


PENERAPAN KRITERIA KETENTUAN MINIMAL

A. Pemetaan SKL, KI,KD


Rencana peenilaian proses serta hasil belajar dan pembelajaran merupakan
rencana penilaian yang akan dilakukan oleh guru untuk memantau proses,
kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang
dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secaraberkesinambungan.

Penilaian belajar dan pembelajaran perlu direncanakan dengan baik agar


hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk:

1. Mengetahui tingkat pencapaian kompetensi selama dan setelah proses


 pembelajaran berlangsung;
2. Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahuikekuatan
dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi;
3. Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami
 peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial;
4. Memberikan umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode,
 pendekatan, kegiatan dan sumber yang digunakan;
5. Memberikan pilihan alternatif penilaian kepada guru;
6. Memberikan informasi kepada orangtua dan komite sekolah tentang
efektivitas pendidikan.
B. Penetapan Indikator Pencapaian Hasil Belajar
Indikator merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses
yang berkontribusi/menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Indikator
dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur,
seperti: mengidentifikasi, menghitung, membedakan, menyimpulkan,
menceritakan kembali, mempraktikkan, mendemonstrasikan dan mendiskripsikan.
C. Penjabaran Indikator ke dalam Instumen Penilaian
Harsono, 2014:272 mengatakan bahwa penilaian harus terkait dan saling
memengaruhi dengan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Tujuan
 pembelajaran harus teridentifikasi dalam penilaian (biasanya dalam RPP disebut
indikator pembelajaran).
D. Penyusunan Kriteria Ketuntasan Minimal dan Konversi Skor Nilai
KKM adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) dengan pencapaian nilai
minimal tertentu yang ditentukan oleh satuan pendidikan melalui guru mata
 pelajaran, tuntas tidak tuntasnya suatu penilaian hasil belajar ditentukan oleh
standar ukuran pencapaian nilai minimal yang harus dicapai oleh seorang s iswa.
KKM merupakan bagian dari data evaluasi, sebab KKm merupakan alat
ukur evaluasi untuk menentukan tinggi rendahnya kualitas lembaga yang
 bersangkutan.
Pendekatan perumusan KKm, dengan mempergunakan # pendekatan,
yakni: dengan pendekatan kompleksitas, daya dukung dan intake si swa.
E. Kriteria Ketuntasan Minimal
1. KKM ditentukan oleh Satuan pendidikan
2. KKM dicantumkan dalam buku penilaian guru
3. Pesserta didik yang belum mencapai KKM, diberi program
 pengayaan.

BAB VII
TEKNIK-TEKNIK PENILAIAN
A. Teknik Penilaian Proses dalam Pembelajaran
1. Penilaian Proses dengan Observasi
2. Penilaian Proses dengan Cara BIAS, Flander dan VIC
B. TEKNIK Penilaian Kompetensi Sikap
1. Pengertian: sikap adalah afeksi positif atau negatif yang berhubungan
dengan beberapa objek psikologis.
2. Komponen dan Objek Sikap
3. Perumusan Indikator Domain Sikap
4. Teknik Penilaian Sikap
a. Observasi
 b. Penilaian Diri
c. Penilaian Antarteman
d. Jurnal
e. Sikap Spiritual
f. Sikap Sosial
C. Penilaian Pengetahuan
1. Pengertian: dalam UU Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
 pendidikan dijelaskan bahwa penilaian pendidikan merupakan proses
 pengumpula dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil
 belajar peserta didik yang mencakup: penilaian autentik, penilaian diri,
 penilaian berbasis fortopolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi sikap,
 pengathuan dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga
dapat diguanakan untuk menentukan posisi relatif setiappeserta didik
terhadap standar yang telah ditetapkan.
2. Cakupan Penilaian Pengetahuan
3. Pengembangan dan Perumusan Indikator Penilaian
4. Teknik Penilaian Pengetahuan
5. Format Rekap Penilaian Akhir Siswa
D. Penilaian Keterampilan

1. Performance/Kinerja
2. Penilaian Produk 
3. Penilaian Proyek 
4. Portofolio
BAB VIII
PROGRAM TIDAK LANJUT PROSES dan HASIL BELAJAR
A. Pembelajaran Tuntas
1. Konsep Belajar Tuntas
2. Prinsip Belajar Tuntas
3. Prosedur Belajar Tuntas
4. Perbedaan antara Pembelajaran Tuntas dan Pembelajaran Konvensional
5. Indikator Guru melaksanakan Pembelajaran
a. Metode pembelajaran
 b. Peran Guru
c. Peran Siswa
d. Penilaian
B. Program Remedial
1. Pengertian: Remedial berasal dari kata remedy yang berarti memperbaiki,
obat, atau menolong. Karena itu remedial brarti hal-hal/tindakan-
tindakan/usaha-usaha yang berhubungan dengan perbaikan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
3. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Remedial
a. Pendekatan yang Bersifat Kuratif
 b. Pendekatan yang Bersifat Preventif
c. Pendekatan yang Bersifat Pengembangan
4. Pelaksanaan Program Remedial
a. Metode Pembelajaran Remedial
 b. Materi dan Waktu Pelaksaan Program Remedial
c. Pelaksaan Program Remedial
C. Program Pengayaan
1. Pengertian: Secara umum pengayaan dapat diartikan sebagai pengalaman
atau kegiatan peserta didik yang melampaui persyaratan minimal yang
ditentukan oleh kurikulum dan tidak semua peserta didik dapat
melakukannya.
2. Tujuan Program Pengayaan
3. Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Program Pengayaan
4. Pelaksaan Progam Pengayaan
D. Program Akselerasi/Percepatan
1. Pengertian: percepatan belajar (akselerasi) adalah proses layanan
 pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa dengan penyelesaian waktu belajar yang lebih
cepat/lebih awal dari waktu yang telah ditentukan pada setiap jenis dan
 jenjang pendidikan.
2. Tujuan
3. Model Pengembangan Program Akselerasi
4. Keleihan dan Kekurangan Program Akselerasi
BAB IX
PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN HASIL PENILAIAN
A. Pengolahan Nilai Kelas
1. Capaian Kompetensi Pengetahuan
2. Capaian Kompetensi keterampilan
3. Capaian Kompetensi Sikap
B. Penglahan Nilai Rapor
1. Penilaian Pengetahuan
2. Penilaian Keterampilan
3. Penilaian Sikap
C. Pemanfataan Hasil Penilaian
1. Bagi Peserta Didik yang Memerlukan Remedial
2. Bagi Peserta Didik yang Memerlukan Pengayaan
3. Bagi Guru
4. Bagi Kepala Sekolah
D. Pelaporan Hasil Penilaian
1) Laporan sabagai akuntabilitas Publik
2) Bentuk Laporan
3) Isi Laporan
4) Jenis Administrasi dan pelaporan
a. Leger
 b. Buku Laporan (Rapor)
c. Transkrip
d. Paspor Keterampilan (Skill Passport)
e. Ijazah
f. Sertifikat Kompetensi untuk SMK
5) Penentuan Kenaikan Kelas
III. KEUNGGULAN BUKU
1. Buku Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan
a. Keterkaitan antar bab
Pada buku tersebut, antara setiap bab mempunyai keterkaitan yang sangat
erat. Dimana bab yang selanjutnya merupakan kelanjutan dari bab yang
sebelumnya. Dengan pembahasan yang lebih luas lagi. Sehingga ketika
kita membaca buku tersebut, kita mendapatkan alur dari yang
dimaksudkan oleh penulis
 b. Kemuktahiran isi buku
Pada buku ini, isi nya mempunyai banyak referensi yang digunakan,
misalanya pada pengertian-pengertian, tujuan, sistematika penulisan,
 penggunaan dan perbedaan, sehingga kemuktahiran isi bukunya semakin
unggul. Selain itu penulis juga menjabarkan kembali referensi yang telah
dikutip oleh penuilis, sehingga pembaca semakin mengerti apa yang
disampaikan oleh penulis sumber referensi tersebut, dan tahun
 pengutipannya tidak terlalu jauh.
c. Penjelasan disertai contoh
d. Terdapat petunjuk untuk membuat tes yang baik serta menskor dan
menilai
e. Bahasa yang digunakan mudah dipahami
f. Terdapat tabel analisis untuk membuat butir soal.
2. Buku Penilaian Autentik
a. Keterkaitan antar bab
Pada buku tersebut, antara setiap bab mempunyai keterkaitan yang sangat
erat. Dimana bab yang selanjutnya merupakan kelanjutan dari bab yang
sebelumnya. Pembahasan dimulai dari tingkat yang sederhana sampai ke
tingkat yang lebih kompleks.
 b. Kemutakhiran isi buku
Buku ini membahas secara lengkap penilaian autentik. Pembahasan
dijelaskan secara detail sehingga mudah dipahami. Isi pembahasan juga
sangat runtut dan teratur mulai dari tingkat hal yang sederhana sampai
ketingkat yang lebih kompleks.
c. Bahasa yang diigunakan mudah dipahami.
IV. KELEMAHAN BUKU
1. Buku Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan
a. Kemuktahiran isi buku
Pada buku ini terlalu banyak kutipan. Sehingga pembaca susah memilih
 pendapat mana yang harus diikuti.
 b. Tidak diiringi ilustrasi, sehingga kurang menarik minat baca.
c. Penjelasan terlalu rinci sehingga membuat bingung.
d. Terlalu tebal sehingga menimbulkan kebosanan.
2. Buku penilaian Autentik
a. Kemuktahiran isi buku
Pada buku penilaian autentik , terdapat pengulangan bahasa yang sering
terjadi dalam isi setiap bab dan bahasa yang digunakan banyak
menggunakan istilah yang sulit dipahami.
 b. Masih banyak kesalahan penulisan dalam buku.
V.Implikasi

a. Terhadap Teori

Teori yang digunakan pada evaluasi hasil belajar dan penilaian autentik ini
sangat bagus dalam membantu pengejar untuk melakukan penelitian karena
didalamnya menggunakan teori yang sesuai dengan teori buku evaluasi hasil
 belajar lain sehingga teruji keabsahannya. Didalam buku ini, lengkap dipaparkan
apa saja yang berhubungan dengan bagaimana cara mengevaluasi hasil belajar.
Buku ini sangat cocok untuk tenaga pengajar pemula karena didalam nya lengkap
dasar-dasar mengevaluasi hasil belajar dan juga lengkap bagaimana cara
memberikan penilaian yang sebenarnya.

b. Terhadap Pembangunan di Indonesia

Buku ini sesuai untuk memajukan program pembangunan di Indonesia dalam


segi peningkatan pengajar. Jika kualitas pengajar meningkat maka hasil belajar
siswa pun otomatis akan meningkat. Buku ini sangat baik digunakan oleh tenaga
 pengajar agar dalam melaksanakan penilaian kepada para anak didiknya dapat
dilakukan nya dengan tepat supaya kegiatan belajar-mengajarnya dapat
 berlangsung dengan baik.

c. Pembahasan dan Analisis

Buku yang berjudul Penilaian Autentik ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya dapat dilihat pada keterkaitan antar bab yang dipaparkan pada buku
sesuai dengan judul buku tersebut. Pemilihan bahasa yang tepat dan
mencantumkan tabel. Selain itu, materi dalam buku ini pun sudah lengkap. Jadi
 pembaca pun mudah untuk memahami apa yang di maksud dengan penelitian itu.

Adapun kelemahan yang terdapat pada buku ini yaitu , pada bab penulisan
laporan kurang dipaparkan contoh, dan tidak ada dipaparkan cara penulisan dan
contoh catatan kaki, cover buku juga kurang menarik pembaca. Buku ini juga
membutuhkan revisi untuk memperbaharui isi buku dan memperbaiki kesalahan
 penulisan kata.
  VI.KESIMPULAN

a) Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.


Pengukuran bersifat kuantitatif.
 b) Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan
ukuran baik dan buruk. Penilaian bersifat kuantitatif.
c) Mengadakan Evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur dan
menilai
d) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
 bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan, yang
dimaksudkan untuk membantu para guru dalam pengambil
keputusan dalam usaha menjawab pertanyaan atau permasalahan yang
ada.
e) Waktu melaksanakan penilaian guru pasti telah menciptakan alat ukur,
 berupa tes maupun nontes seprti soal-soal ujian, observasi proses
 pembelajaran dan sebagainya. Hubungan antara keempat peengertian
tersebut dalam kegiatan penilaian pembelajaran, meskipun sering
dilakukan oleh guru secara simultan.

Anda mungkin juga menyukai