Anda di halaman 1dari 5

Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No.

1 2017, Hal. 348-352

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PILAR PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA

Nanda Ayu Setiawati


Program Studi Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan
Corresponding Author : nandaayusetiawati4@gmail.com

Abstrak
Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak,
yang bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik, buruk, memelihara kebaikan,
mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari – hari dengan sepenuh hati.

Kata kunci: Pendidikan karakter, karakter bangsa

PENDAHULUAN
Pasca reformasi 1998 bangsa Indonesia menunjukkan indikasi terjadinya krisis karakter yang
cukup memprihatikan. Demoralisasi mulai merambah ke dunia pendidikan yang belum memberi ruang
untuk berperilaku jujur karena proses pembelajaran cenderung mengajarkan pendidikan moral dan budi
pekerti sebatas pengetahuan yang tertulis dalam teks dan kurang mempersiapkan siswa untuk
menyikapi dan menghadapi kehidupan yang kontradiktif. Bisa jadi, fenomena maraknya praktik korupsi
juga berawal dari kelemahan dunia pendidikan dalam menjalankan fungsinya sebagai institusi yang
turut bertanggung jawab membenahi moralitas anak bangsa. Ditemukannya beberapa bukti seperti
tingginya angka kebocoran di institusi pendidikan, pengkatrolan nilai oleh guru, plagiatisme naskah-
naskah skripsi dan tesis, menjamurnya budaya nyontek para siswa, korupsi waktu mengajar, dan
sebagainya telah menunjukkan betapa telah terjadi reduksi moralitas dan nurani sebagian dari
kalangan pendidik dan peserta didik. Di sisi lain, praktik pendidikan Indonesia yang cenderung terfokus
pada pengembangan aspek kognitif dan sedikit mengabaikan aspek soft skils sebagai unsur utama
pendidikan karakter, membuat nilai-nilai positif pendidikan belum optimal dicapai.

PEMBAHASAN
Pengertian, Tujuan, Fungsi, dan Ruang Lingkup Pendidikan Karakter
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 pasal 1 butir 1,
pendidikan adalah: “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”
Pendidikan nasional bertujuan: “untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi waarga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (UU Sisdiknas No. 20
tahun 2003 pasal 3).
Pengertian secara khusus, karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau
berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdamak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam
diri dan terwujud dalam perilaku. Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan karakter dapat
dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang
bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihara
kebaikan, mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral
universal (bersifat absolut) sebagai pengejawantahan nilai-nilai agama yang biasa disebut the golden
rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter
dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada
http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak)
ISSN: 2598-2796 (media online)
348
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 348-352

Allah dan ciptaan-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang,
peduli, kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, pantang menyerah, keadilan kepemimpinan, baik,
rendah hati, toleransi, cinta damai dan cinta persatuan.
Adapun tujuan dari pendidikan karakter yang sesungguhnya jika dihubungkan dengan falsafah
Negara Republik Indonesia adalah mengembangkan karakter peserta didik agar mampu mewujudkan
nilai-nilai luhur pancasila.
Fungsi pendidikan karakter adalah sebagai berikut.
1. Pengembangan potensi dasar, agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik”.
2. Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik.
3. Penyaringan budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila.
Kemudian, ruang lingkup atau sasaran dari pendidikan karakter adalah:
1. Satuan pendidikan
2. Keluarga
3. Masyrakat

Pendidikan Karakter Sebagi Suatu Sistem


Membuat peserta didik berkarater adalah tugas pendidikan, yang esensinya adalah
membangun manusia seutuhnya, yaitu manusia yang baik dan erkarakter. Pengertian baik dan
berkarakter mengacu pada norma yang dianut, yaitu nilai-nilai luhur pancasila. Seluruh butir-butir
pancasila sepenuhnya terintegrasi ke dalam harkat dan martabat manusia (HMM). HMM terdiri atas
tiga komponen, yaitu hakikat manusia, pancadaya kemanusiaan, dan dimensi kemanusiaaan (Alwis,
2011:1).
Hakikat manusia adalah:
1. Makhluk bertakwa
2. Diciptkan saling sempurna dan berderajat paling tinggi
3. Khalifah di muka bumi
4. Penyandang hak asasi manusia.

Hakikat Pendidikan untuk Membentuk karakter Bangsa.


Pada dasarnya, hakikat pendidikan adalah untuk membentuk karakter suatu bangsa. Hal
tersebut sangat ditentukan oleh semangat, motivasi, nilai-nilai, dan tujuan pendidikan. Apabila
dirumuskan, hakikat pendidikan yang mampu membentuk karakter bangsa (berkeadaban) adalah:
1. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan
teknologi bagi pembentukan manusia sutuhnya
2. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan
antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidi
3. Pendidikan para prissipnya berlangsung seumr hidup
4. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik mengahdapi lingkunagan yang
mengalami perubahan semakin besar
5. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.

Pendidikan Karakter Bangsa


Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang tecermin
dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah
pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah dari raga seseorang atau sekelompok orang. Karakter
bangsa Indonesia haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan
prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pendidikan adalah usaha sadar, terencana dan terstruktur untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak)


ISSN: 2598-2796 (media online)
349
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 348-352

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan karakter
merupakan sifat khusus atau moral dari perorangan maupun individu. Pendidikan karakter bangsa
adalah usaha sadar dan terencana dalam menanamkan nilai-nilai yang menjadi pedoman dan jati diri
bangsa sehingga terinternalisasi didalam diri peserta didik yang mendorong dan mewujud dalam sikap
dan perilaku yang baik.
Pendidikan karakter merupakan suatu hal yang sangat penting dalam membangun bangsa
yang beradab dan bermartabat, baik di mata Tuhan, dunia internasional, dan manusia. Krisis
karakter kebangsaan yang kini semakin mewabah di kalangan generasi muda, bahkan generasi
sebelumnya semakin melahirkan keprihatinan demi keprihatinan. Setiap harinya, media massa terus
dibanjiri dengan berita-berita kejahatan, pembunuhan, meningkatnya pergaulan bebas, maraknya
angka kekerasan anak, remaja, perempuan, dan lain sebagainya. Kita semakin sadar, bahwa kini
nilai-nilai Pancasila yang luhur perlahan mulai tersisihkan.

Faktor yang Mempengaruhi Karakter Bangsa


a. Lingkungan Global
Globalisasi dalam banyak hal memiliki kesamaan dengan internasionalisasi yang dikaitkan
dengan berkurangnya peran dan batas-batas suatu negara yang disebabkan adanya peningkatan
keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui berbagai
bentuk interaksi. Globalisasi juga dapat memacu pertukaran arus manusia, barang, dan informasi tanpa
batas. Hal itu dapat menimbulkan dampak terhadap penyebarluasan pengaruh budaya dan nilai-nilai
termasuk ideologi dan agama dalam suatu bangsa yang sulit dikendalikan. Pada gilirannya hal ini akan
dapat mengancam jatidiri bangsa.
Berdasarkan indikasi tersebut, globalisasi dapat membawa perubahan terhadap pola berpikir
dan bertindak masyarakat dan bangsa Indonesia, terutama masyarakat kalangan generasi muda yang
cenderung mudah terpengaruh oleh nilai-nilai dan budaya luar yang tidak sesuai dengan kepribadian
dan karakter bangsa Indonesia. Untuk itu, diperlukan upaya dan strategi yang tepat dan sesuai agar
masyarakat Indonesia dapat tetap menjaga nilai-nilai budaya dan jati diri bangsa serta generasi muda
tidak kehilangan kepribadian sebagai bangsa Indonesia.

b. Lingkungan Regional
Pada lingkungan regional, pengaruh globalisasi juga membawa dampak terhadap terkikisnya
budaya lokal di zona negara-negara Asia Tenggara. Dampak tersebut berwujud adanya ekspansi
budaya dari negara-negara maju yang menguasai teknologi informasi. Meskipun telah dilaksanakan
upaya pencegahan melalui program kerja sama kebudayaan, namun melalui teknologi infomasi yang
dikembangkan, pengaruh negara lain dapat saja masuk.
Perkembangan regional Asia atau lebih khusus ASEAN dapat membawa perubahan terhadap
pola berpikir dan bertindak masyarakat dan bangsa Indonesia. Untuk itu, diperlukan strategi yang tepat
dan sesuai agar masyarakat Indonesia dapat tetap menjaga nilai-nilai budaya dan jati diri bangsa serta
generasi muda tetap memiliki kepribadian sebagai bangsa Indonesia.
c. Lingkungan Nasional
Perkembangan politik di dalam negeri dalam era reformasi telah menunjukkan arah terbentuknya
demokrasi yang baik. Selain itu telah direalisasikan adanya kebijakan desentralisasi kewenangan
melalui kebijakan otonomi daerah. Namun, sampai saat ini, pemahaman dan implementasi konsep
demokrasi dan otonomi serta pentingnya peran pemimpin nasional masih belum memadai. Sifat
kedaerahan yang kental dapat mengganggu proses demokrasi dan bahkan mengganggu persatuan
nasional.
Harus diakui bahwa banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa Indonesia sejak lebih dari
enam puluh tahun merdeka. Pembangunan fisik dimulai dari zaman orde lama, orde baru, orde

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak)


ISSN: 2598-2796 (media online)
350
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 348-352

reformasi hingga pasca reformasi terasa sangat pesat, termasuk pembangunan infrastruktur
pendukung pembangunan yang mencapai tingkat kemajuan cukup berarti.

Karakter yang diharapkan


Pada muaranya, diharapkan akan lahir generasi bangsa yang memiliki karakter yang tangguh
dan hebat, sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila.Karakter individu yang dijiwai oleh sila-sila
Pancasila pada masing-masing bagian tersebut, dapat dikemukakan sebagai berikut. Karakter yang
bersumber dari olah hati, antara lain beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan,
bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan
berjiwa patriotic ; Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif,
ingin tahu, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif ; Karakter yang bersumber dari olah
raga/kinestetika antara lain bersih, dan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat,
kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih ; Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa
antara lain kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran,
nasionalis, peduli, kosmopolit (mendunia), mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air
(patriotis), bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos
kerja.

SIMPULAN
Pendidikan memegang peran penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Melalui pendidikan manusia dapat mempertahankan dan meningkatkan taraf kehidupan.
Pendidikan merupakan hasil dari perkembangan kebudayaan manusia dan pusat perkembangan.
Mengingat penting dan luasnya cakupan pembinaan karakter bangsa dalam rangka menjaga identitas
bangsa dari kegoyahan arus globalisasi, serta menjadikan masyarakat berketuhanan yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, maka diperlukan komitmen dan dukungan dari lembaga penyelenggara
negara, dunia usaha dan industri, masyarakat, media massa dan pemangku kepentingan lainnya untuk
menyusun program kerja dan mengkoordinasikan dengan pihak terkait agar terjadi sinergi yang kokoh
untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak dini. Ada beberapa pihak yang sangat
mempengaruhi terbentuknya karakter anak, seperti keluarga, lingkungan masyarakat, teman
sepergaulan, lingkungan sekolah, dll. Banyak pakar yang mengatakan bahwa kegagalan penanaman
karakter pada seseorang sejak usia dini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa
dewasanya kelak. Memiliki akhlak yang mulia tidak secara otomatis begitu manusia dilahirkan, namun
memerlukan proses panjang melalui pengasuh.

REFERENSI
Al Hakim, Suparman dkk. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia. Madani, Malang.
Ambarita, T., (2017), Penerapan Model Pembelajaran Inside-Outside Circle Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran PKn, Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 3 (1): 43-47
Berkowitz, W.J (1998). The Education of Complete Moral Person.
Budiharjo, 2015, Pendidikan karakter Bangsa ( Membangun Karakter Bangsa), Yoyyakarta: Samudra Biru
Damanik, F.H.S. (2014). Hakikat Pancasila dalam Membentuk Karakter Kebangsaan melalui Organisasi Siswa Intra
Sekolah. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 6 (2): 49-60.
Damanik, M Ridha S dan Deny S. (2016), Pengembangan Penilaian Autentik Berbasis Karakter pada Ranah Keterampilan
di Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 8 (2) (2016): 88-94
Deny S & Fandi S. (2014). Pendidikan Karakter dalam Perspektif Kewarganegaraan. Larispa Indonesia. Medan.
Dharma, S dan Rosnah Siregar. (2015). Membangun Pengalaman Belajar Kewarganegaraan melalui Model Pembelajaran
Project citizen pada Siswa, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 7 (1) (2015): 100-106.

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak)


ISSN: 2598-2796 (media online)
351
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 348-352

Dharma, S. dan Rosnah Siregar (2014). Internalisasi Karakter melalui Model Project Citizen pada Pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 6 (2) (2014): 132-137
Faizah, (2017), Penggunaan Media Pembelajaran Audio Visual dalam Mata Pelajaran PKn, Anthropos: Jurnal Antropologi
Sosial dan Budaya, 3 (1): 55-60
Hermawan Kertajaya, (2010). Grow with Character: The Model Marketing. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
J.S.Benigna (ed). Moral Character, and Civic Education in the Elementary School. Teachers College Press, New York.
Khairat, (2016), Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan pada Materi Demokrasi, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 8 (1) (2016): 80-87.
M.Taufiq Alhudaya, 2013, “Memajukan peradaban bangsa dengan pendidikan karakter”. Sumber:
http://bangka.tribunnews.com/2013/02/07/memajukan-peradaban-bangsa-dengan-pendidikan-karakter. Diakses 30
September 2017.
Megawangi Ratna, 2009. Pendidikan Karakter, Jakarta: Indonesia Heritage Foundation
Mulyasa. (2014). Manajemen Pendidikan Karakter. Bumi Aksara, Jakarta.
Muslisch, M. (2011) Pendidikan Karakter : Menjawab tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta:Bumi Aksara.
Nasution, A.R., (2016), Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Karakter Bangsa Indonesia melalui
Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 8 (2) (2016): 201-212
Pgri, 2017, Pendidikan Karakter Sumber: http://www.pgri.or.id/download/category/126-buku-pendidikan-karakter.html.
Diakses 30 September 2017.
Ratna, Kutha I Nyoman.2004. Teori Metode dan Tehnik Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rumapea, M.E.M. (2015). Urgensi Pendidikan Karakter d Perguruan Tinggi, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 7 (1)
(2015): 49-59.
Salahudin Anas dan Alkrienciehie Irwanto, 2013. Pendidikan Berbasis Agama Dan Budaya Bangsa, Jakarta: Pustaka Setia
Saptono. (2011). Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter. Erlangga, Jakarta.
Setiawan, D. (2014). Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Karakter melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 6 (2): 61-72.
Suharyanto, A., (2013). Peranan Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membina Sikap Toleransi Antar Siswa, Jurnal Ilmu
Pemerintahan dan Sosial Politik, 2 (1): 192-203
Sundari, F., Ernata S., Nurmi R., dan Sulian E., 2017. Penerapan Program FOS (Folktale Speaking) sebagai Pembentuk
Karakter Anak Usia Dini, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 9 (1): 102-111.
Suyanto. 2009. Urgensi Pendidikan Karakter. http:// www.
mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html.(22/10/2014)
Syaiful Bahri Djamarah. (1994). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Tim ICCE UIN Jakarta, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah
dengan Asia Foundation dan Prenada Media, 2005
Winataputra, U.S dan Budimansyah D. (2007). Civic Education (Konteks, Landasan, Bahan Ajar, dan Kultur Kelas.
Bandung: UPI Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Wuryandani, Wuri. (2012). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Ombak dua, Yogyakarta.
Wuryandani, W. Fathurrohman, & Djaya,W. (2012) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar.
Ombak.Yogyakarta.
Wynne, E.A. 1991. Character and Academics in the Elementary School.

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak)


ISSN: 2598-2796 (media online)
352

Anda mungkin juga menyukai