Pengolahan Limbah Industri Tahu Menjadi Biogas
Pengolahan Limbah Industri Tahu Menjadi Biogas
Disusun oleh:
Annisa Fitrianingsih A1M012033
A. Latar Belakang
Energi menjadi kajian keilmuan yang saat ini sedang diupayakan untuk
dikembangkan. Dalam jangka panjang, peran energi akan lebih berkembang
khususnya guna mendukung pertumbuhan sektor industri dan kegiatan lain
yang terkait dengan pemanfaatan produk pertanian. Pengolahan bahan
pertanian dalam suatu proses industri, pada suatu saat akan menghasilkan
residu/sisa hasil sampingan. Pemanfaatan pengambilan energi dari pengolahan
limbah biomassa dengan memanfaatkan degradasi alami ini dapat digunakan
sebagai energi alternatif yang bersifat renewable, sekaligus memberikan jalan
keluar terhadap penanganan limbah biomassa. Industri tahu sebagai salah satu
pengolah bahan pertanian yang menghasilakan produk samping limbah
biomasa. Biomasa yang dihasilkan biasa berupa padatan (ampas tahu) atau
limbah cair (whey/kecutan). Limbah cair tahu sisa produksi tahu ini masih
memiliki kandungan bahan organik yang dapat dimanfaatkan untuk energi
alternatif.
Kementerian Riset dan Teknologi melalui Program Pengendalian Dampak
Perubahan Iklim membuat proyek percontohan mitigasi Gas Rumah Kaca
(KRC) untuk industri tahu kecil di dua kawasan sentra industri kecil tahu di
Purwokerto, yakni di Desa Kalisari dan Desa Ciroyom. Proyek percontohan
ini terdiri dari tiga kegiatan salah satunya adalah membuat unit percontohan
instalasi pengolahan limbah (IPAL) cair industri kecil tahu. Kedua kegiatan
lainnya adalah perbaikan proses produksi dan efisiensi energi melelui
pelatihan, pendampingan dan implementasi serta kajian sosial, ekonomi,
kebijakan pada klaster industri kecil.
Unit pengolahan limbah cair tahu yang dikembangkan dan dipasang di
Desa Kalisari dan Dusun Ciroyom menggunakan model fixedbedreactor dan
dibangun dengan sistem anaerobik. Pertimbangannya, sistem ini tidak
memerlukan lahan yang besar dan tidak membutuhkan energi untuk aerasi.
Keuntungan lain dari sistem ini adalah dalam prosesnya menghasilkan energi
dalam bentuk biogas dan ampas serta air untuk makanan ikan dan ternak lain.
Selain itu, prosesnya lebih stabil dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui proses pengolahan
limbah tahu menjadi biogas.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Limbah adalah sesuatu yang tidak berguna, tidak memiliki nilai ekonomi dan
akan dibuang, apabila masih dapat digunakan maka tidak disebut limbah. Jenis
limbah cair pada dasarnya ada 2 yaitu limbah industri dan limbah rumah tangga.
Air dikatakan tercemar jika adanya penambahan makhluk hidup, energi atau
komponen lainnya baik sengaja maupun tidak, kedalam air baik oleh manusia.
Proses alam yang menyebabakan kualitas air turun sampai tingkat
yangmenyebabkan air tidak sesuai dengan peruntukannya.
Limbah cair yang termasuk limbah rumah tangga pada dasarnya hanya
mengandung zat-zat organik yang dengan pengolahan yang sederhana atau secara
biologi dapat menghilangkan poluten yang terdapat didalamnya. Proses
pengolahan limbah cair adalah suatu perlakuan tertentu yang harus diberikan pada
limbah cair sebelumlimbah tersebut dibuang ke lingkungan, sehingga limbah
tersebut tidak mengganggu lingkungan penerima limbah. Besarnya volume
limbah yang dihasilkan akan menjadi masalah jika melebihi dayadukung
lingkungan. Efek negatif yang mungkin timbul seperti bau busuk, merembesnya
airlimbah mencemari air tanah, penyakit gatal dan diare jika tercemar ke dalam air
sungai yang dimanfaatkan manusia.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian
lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun
industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat
setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan
teknologi masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan air buangan
untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini.
Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara
umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan: pengolahan secara fisika,
pengolahan secara kimia, pengolahan secara biologi
Salah satu metode yang dapat diaplikasikan adalah dengan cara bio-proses,
yaitu mengolah limbah organik baik cair maupun organik secara biologis menjadi
biogas dan produk alternatif lainnya seperti sumber etanol dan methanol. Dengan
metode ini, pengelolaan limbah tidak hanya bersifat “penanganan” namun juga
memiliki nilai guna/manfaat. Selain itu, dengan metode bio-proses, teknologi
yang digunakan sederhana, mudah dipraktekkan dengan peralatan yang relatif
murah dan mudah didapat sehingga para industri kecil dan menengah tidak lagi
beranggapan bahwa pengolahan limbah cair merupakan beban yang sangat mahal.
Biogas adalah suatu jenis gas yang biasa dibakar, diproduksi melalui proses
fermentasi anaerobik bahan organik seperti kotoran ternak dan manusia, biomassa
limbah pertanian atau campuran keduanya, didalam suatu ruang pencerna
(digester). Komposisi biogas yang dihasilkan dari fermentasi tersebut terbesar
adalah gas metan (CH4) sekitar 54-70% serta karbondioksida (CO2) sekitar 27-
45%. Gas metan (CH4) merupakan komponen utama biogas yang dimanfaatkan
sebagai bahan bakar yang memiliki banyak manfaat. Biogas mempunyai nilai
kalor yang cukup tinggi, yaitu sekitar 4800 sampai 6700 kkal/m3, sedangkan gas
metana murni mengandung energi 8900Kkal/m3.
Tahu adalah salah satu makanan tradisional yang biasa dikonsumsi setiap hari
oleh orang Indonesia. Proses produksi tahu menhasilkan 2 jenis limbah, limbah
padat dan limbah cairan. Pada umumnya, limbah padat dimanfaatkan sebagai
pakan ternak, sedangkan limbah cair dibuang langsung ke lingkungan. Pada
umumnya, limbah padat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan limbah
cair dibuang langsung ke lingkungan. Limbah cair pabrik tahu ini memiliki
kandungan senyawa organik yang tinggi. Tanpa proses penanganan dengan baik,
limbah tahu menyebabkan dampak negatif seperti polusi air, sumber penyakit, bau
tidak sedap, meningkatkan pertumbuhan nyamuk, dan menurunkan estetika
lingkungan sekitar.
Limbah cair tahu adalah bahan atau materi yang timbul akibat kegiatan
produksi tahu. Limbah cair berasal dari sisa air perendaman, sisa air tahu yang
tidak menggumpal, potongan tahu yang hancur karena kurang sempurnanya
proses penggumpalan. Limbah cair tahu yang keruh berwarna kuning muda,
apabila dibiarkan akan berubah menjadi hitam dan berbau busuk. Limbah cair
tahu memiliki ciri sebagai berwarna kuning hingga putih dalam kondisi anaerob
dapat berubah menjadi hitam, dapat menimbulkan bau busuk dari hasil
pemecahan protein dan karbohidrat. Proses pembuatan tahu banyak menggunakan
air sehingga limbah cair lebih banyak dibandingkan limbah padat tahu.
Limbah cair dari industri tahu banyak mengandung bahan organik yang baik
untuk perkembangan mikroorganisme, Limbah cair yang dihasilkan oleh industri
tahu sekitar 15-20liter/kg bahan baku kedelai. Total Suspended Solid (TSS)
sekitar 30 Kg/Kg bahan baku kedelai, Biological Oxygen Demnad (BOD) 65 g/
Kg bahan baku kedelai dan Chemical Oxygen Demand (COD) 130 g/ Kg bahan
baku kedelai.
Pengolahan limbah cair secara biologi dengan menggunakan mikroorganisme
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Pengolahan limbah secara anaerob Limbah cair mengalami proses
penguraian dengan bantuan mikroorganisme anaerob, mikroorganisme
yang dapat hidup tanpa memerlukan oksigen bebas
2. Pengolahan limbah secara aerob.Limbah cair mengalami proses
penguraian dengan bantuan mikroorganisme aerob, mikroorganisme yang
memerlukan oksigen bebas untuk hidup.
B. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah :
- Mengamati dan mencatat tahapan-tahapan pengolahan limbah tahu
menjadi biogas
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Desa Kalisari menggunakan model Fixed Bed Reactor dan dibangun dengan
sistem anerobik. Pertimbangannya sistem ini tidak memerlukan lahan yang besar
dan tidak membutuhkan energy untuk aerasi. Keuntungan lain dari sistem ini
adalah dalam prosesnya menghasilkan energy dalam bentuk biogas dan ampas dan
air untuk makanan ikan dan ternak lain.
DAFTAR PUSTAKA
Achsin Utami. 1992. Evaluasi biodegrability dari air Limbah Untuk menentukan
pengolahannya, sub dir pengendalian dan mitigasi bencana, BPPT,Jakarta.