Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

SANITASI DAN PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI PANGAN


PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU MENJADI BIOGAS
DESA KALISARI, CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS
JAWA TENGAH

Disusun oleh:
Annisa Fitrianingsih A1M012033

KEMENTERIAN RISET DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Energi menjadi kajian keilmuan yang saat ini sedang diupayakan untuk
dikembangkan. Dalam jangka panjang, peran energi akan lebih berkembang
khususnya guna mendukung pertumbuhan sektor industri dan kegiatan lain
yang terkait dengan pemanfaatan produk pertanian. Pengolahan bahan
pertanian dalam suatu proses industri, pada suatu saat akan menghasilkan
residu/sisa hasil sampingan. Pemanfaatan pengambilan energi dari pengolahan
limbah biomassa dengan memanfaatkan degradasi alami ini dapat digunakan
sebagai energi alternatif yang bersifat renewable, sekaligus memberikan jalan
keluar terhadap penanganan limbah biomassa. Industri tahu sebagai salah satu
pengolah bahan pertanian yang menghasilakan produk samping limbah
biomasa. Biomasa yang dihasilkan biasa berupa padatan (ampas tahu) atau
limbah cair (whey/kecutan). Limbah cair tahu sisa produksi tahu ini masih
memiliki kandungan bahan organik yang dapat dimanfaatkan untuk energi
alternatif.
Kementerian Riset dan Teknologi melalui Program Pengendalian Dampak
Perubahan Iklim membuat proyek percontohan mitigasi Gas Rumah Kaca
(KRC) untuk industri tahu kecil di dua kawasan sentra industri kecil tahu di
Purwokerto, yakni di Desa Kalisari dan Desa Ciroyom. Proyek percontohan
ini terdiri dari tiga kegiatan salah satunya adalah membuat unit percontohan
instalasi pengolahan limbah (IPAL) cair industri kecil tahu. Kedua kegiatan
lainnya adalah perbaikan proses produksi dan efisiensi energi melelui
pelatihan, pendampingan dan implementasi serta kajian sosial, ekonomi,
kebijakan pada klaster industri kecil.
Unit pengolahan limbah cair tahu yang dikembangkan dan dipasang di
Desa Kalisari dan Dusun Ciroyom menggunakan model fixedbedreactor dan
dibangun dengan sistem anaerobik. Pertimbangannya, sistem ini tidak
memerlukan lahan yang besar dan tidak membutuhkan energi untuk aerasi.
Keuntungan lain dari sistem ini adalah dalam prosesnya menghasilkan energi
dalam bentuk biogas dan ampas serta air untuk makanan ikan dan ternak lain.
Selain itu, prosesnya lebih stabil dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui proses pengolahan
limbah tahu menjadi biogas.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Limbah adalah sesuatu yang tidak berguna, tidak memiliki nilai ekonomi dan
akan dibuang, apabila masih dapat digunakan maka tidak disebut limbah. Jenis
limbah cair pada dasarnya ada 2 yaitu limbah industri dan limbah rumah tangga.
Air dikatakan tercemar jika adanya penambahan makhluk hidup, energi atau
komponen lainnya baik sengaja maupun tidak, kedalam air baik oleh manusia.
Proses alam yang menyebabakan kualitas air turun sampai tingkat
yangmenyebabkan air tidak sesuai dengan peruntukannya.
Limbah cair yang termasuk limbah rumah tangga pada dasarnya hanya
mengandung zat-zat organik yang dengan pengolahan yang sederhana atau secara
biologi dapat menghilangkan poluten yang terdapat didalamnya. Proses
pengolahan limbah cair adalah suatu perlakuan tertentu yang harus diberikan pada
limbah cair sebelumlimbah tersebut dibuang ke lingkungan, sehingga limbah
tersebut tidak mengganggu lingkungan penerima limbah. Besarnya volume
limbah yang dihasilkan akan menjadi masalah jika melebihi dayadukung
lingkungan. Efek negatif yang mungkin timbul seperti bau busuk, merembesnya
airlimbah mencemari air tanah, penyakit gatal dan diare jika tercemar ke dalam air
sungai yang dimanfaatkan manusia.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian
lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun
industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat
setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan
teknologi masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan air buangan
untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini.
Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara
umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan: pengolahan secara fisika,
pengolahan secara kimia, pengolahan secara biologi
Salah satu metode yang dapat diaplikasikan adalah dengan cara bio-proses,
yaitu mengolah limbah organik baik cair maupun organik secara biologis menjadi
biogas dan produk alternatif lainnya seperti sumber etanol dan methanol. Dengan
metode ini, pengelolaan limbah tidak hanya bersifat “penanganan” namun juga
memiliki nilai guna/manfaat. Selain itu, dengan metode bio-proses, teknologi
yang digunakan sederhana, mudah dipraktekkan dengan peralatan yang relatif
murah dan mudah didapat sehingga para industri kecil dan menengah tidak lagi
beranggapan bahwa pengolahan limbah cair merupakan beban yang sangat mahal.
Biogas adalah suatu jenis gas yang biasa dibakar, diproduksi melalui proses
fermentasi anaerobik bahan organik seperti kotoran ternak dan manusia, biomassa
limbah pertanian atau campuran keduanya, didalam suatu ruang pencerna
(digester). Komposisi biogas yang dihasilkan dari fermentasi tersebut terbesar
adalah gas metan (CH4) sekitar 54-70% serta karbondioksida (CO2) sekitar 27-
45%. Gas metan (CH4) merupakan komponen utama biogas yang dimanfaatkan
sebagai bahan bakar yang memiliki banyak manfaat. Biogas mempunyai nilai
kalor yang cukup tinggi, yaitu sekitar 4800 sampai 6700 kkal/m3, sedangkan gas
metana murni mengandung energi 8900Kkal/m3.
Tahu adalah salah satu makanan tradisional yang biasa dikonsumsi setiap hari
oleh orang Indonesia. Proses produksi tahu menhasilkan 2 jenis limbah, limbah
padat dan limbah cairan. Pada umumnya, limbah padat dimanfaatkan sebagai
pakan ternak, sedangkan limbah cair dibuang langsung ke lingkungan. Pada
umumnya, limbah padat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan limbah
cair dibuang langsung ke lingkungan. Limbah cair pabrik tahu ini memiliki
kandungan senyawa organik yang tinggi. Tanpa proses penanganan dengan baik,
limbah tahu menyebabkan dampak negatif seperti polusi air, sumber penyakit, bau
tidak sedap, meningkatkan pertumbuhan nyamuk, dan menurunkan estetika
lingkungan sekitar.
Limbah cair tahu adalah bahan atau materi yang timbul akibat kegiatan
produksi tahu. Limbah cair berasal dari sisa air perendaman, sisa air tahu yang
tidak menggumpal, potongan tahu yang hancur karena kurang sempurnanya
proses penggumpalan. Limbah cair tahu yang keruh berwarna kuning muda,
apabila dibiarkan akan berubah menjadi hitam dan berbau busuk. Limbah cair
tahu memiliki ciri sebagai berwarna kuning hingga putih dalam kondisi anaerob
dapat berubah menjadi hitam, dapat menimbulkan bau busuk dari hasil
pemecahan protein dan karbohidrat. Proses pembuatan tahu banyak menggunakan
air sehingga limbah cair lebih banyak dibandingkan limbah padat tahu.
Limbah cair dari industri tahu banyak mengandung bahan organik yang baik
untuk perkembangan mikroorganisme, Limbah cair yang dihasilkan oleh industri
tahu sekitar 15-20liter/kg bahan baku kedelai. Total Suspended Solid (TSS)
sekitar 30 Kg/Kg bahan baku kedelai, Biological Oxygen Demnad (BOD) 65 g/
Kg bahan baku kedelai dan Chemical Oxygen Demand (COD) 130 g/ Kg bahan
baku kedelai.
Pengolahan limbah cair secara biologi dengan menggunakan mikroorganisme
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Pengolahan limbah secara anaerob Limbah cair mengalami proses
penguraian dengan bantuan mikroorganisme anaerob, mikroorganisme
yang dapat hidup tanpa memerlukan oksigen bebas
2. Pengolahan limbah secara aerob.Limbah cair mengalami proses
penguraian dengan bantuan mikroorganisme aerob, mikroorganisme yang
memerlukan oksigen bebas untuk hidup.

Mikroorganisme, seperti bakteri dapat berkembang biak dengan baik


menghasilkan biogas. Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses
pembusukkan bahan organik oleh bakteri pada kondisi anaerob. Biogas
merupakan campuran dari berbagai macam gas, diantaranya: CH4 (54-
70%),CO2(27-45%), CO (1%) dan sisanya H2S, Energi yang terkandung dalam
biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi kandungan
metana,maka semakin besar kandungan energi pada biogas. Sebaliknya, semakin
kecil kandungan metana, semakin kecil nilai energinya. Pengolahan limbah cair
tahumenjadi biogas dengan penambahan stater seperti kotoran hewan,
memerlukan waktu 8-10 hari.Karakteristik buangan industri tahu meliputi dua hal,
yaitu karakteristik fisika dan kimia. Karakteristik Fisika meliputi padatan total,
padatan tersuspensi,suhu, warna, dan bau. Karakteristik kimia meliputi bahan
organik, bahan anorganik dan gas. Suhu air limbah tahu berkisar 37-45°C,
kekeruhan 535-585FTU, warna 2.225-2.250 Pt.Co, amonia 23,3-23,5 mg/1,
BOD5 6.000-8.000 mg/1dan COD 7.500-14.000 mg/1 (Herlambang, 2002).
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum acara ini adalah alat tulis
dankamera.

B. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah :
- Mengamati dan mencatat tahapan-tahapan pengolahan limbah tahu
menjadi biogas
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses produksi tahu menghasilkan 2 jenis limbah, limbah padat dan


limbah cairan. Pada umumnya, limbah padat dimanfaatkan sebagai pakan ternak,
sedangkan limbah cair dibuang langsung ke lingkungan. Limbah cair pabrik
tahuini memiliki kandungan senyawa organik yang tinggi. Tanpa proses
penanganan dengan baik, limbah tahu menyebabkan dampak negatif seperti polusi
air, sumber penyakit, bau tidak sedap, meningkatkan pertumbuhan nyamuk, dan
menurunkan estetika lingkungan sekitar. Limbah cair industri pangan merupakan
salah satusumber pencemaran lingkungan. Jumlah dan karakteristik air limbah
industry bervariasi menurut jenis industrinya. Contohnya adalah industri tahu dan
tempe.Industri tahu dan tempe mengandung banyak bahan organik dan padatan
terlarut.Untuk memproduksi 1 ton tahu atau tempe dihasilkan limbah sebanyak
3.000– 5.000 Liter. Sumber limbah cair pabrik tahu berasal dari proses merendam
kedelaiserta proses akhir pemisahan jonjot-jonjot tahu.
Herlambang (2002) menuliskan dampak yang ditimbulkan oleh
pencemaran bahan organik limbah industri tahu adalah gangguan terhadap
kehidupan biotik. Turunnya kualitas air perairan akibat meningkatnya kandungan
bahan organik. Aktivitas organisme dapat memecah molekul organik yang
kompleks menjadi molekul organik yang sederhana. Bahan anorganik seperti
ionfosfat dan nitrat dapat dipakai sebagai makanan oleh tumbuhan yang
melakukan fotosintesis. Selama proses metabolisme oksigen banyak dikonsumsi,
sehingga apabila bahan organik dalam air sedikit, oksigen yang hilang dari air
akan segera diganti oleh oksigen hasil proses fotosintesis dan oleh reaerasi dari
udara. Sebaliknya jika konsentrasi beban organik terlalu tinggi, maka akan
tercipta kondisi anaerobik yang menghasilkan produk dekomposisi berupa
amonia,karbondioksida, asam asetat, hirogen sulfida, dan metana. Senyawa-
senyawa tersebut sangat toksik bagi sebagian besar hewan air, dan akan
menimbulkan gangguan terhadap keindahan (gangguan estetika) yang berupa rasa
tidak nyaman dan menimbulkan bau.
Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun
terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan karena menghasilkan zat beracun atau
menciptakan media untuk tumbuhnya kuman penyakit atau kuman lainnya yang
merugikan baik pada produk tahu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila
dibiarkan,air limbah akan berubah warnanya menjadi cokelat kehitaman dan
berbau busuk. Bau busuk ini mengakibatkan sakit pernapasan. Apabila air limbah
ini merembes ke dalam tanah yang dekat dengan sumur maka air sumur itu tidak
dapat dimanfaatkan lagi. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan
mencemari sungai dan bila masih digunakan akan menimbulkan gangguan
kesehatan yang berupa penyakit gatal, diare, kolera, radang usus dan penyakit
lainnya, khususnya yang berkaitan dengan air yang kotor dan sanitasi lingkungan
yang tidak baik.
Pada umumnya penanganan limbah cair dari industri ini cukup ditangani
dengan system bilogis, hal ini karena polutannya merupakan bahan organic seperti
karbohidrat, vitamin, protein sehingga akan dapat didegradasi oleh pengolahan
secara biologis. Tujuan dasar pengolahan limbah cair adalah untuk
menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi dan bahan terlarut, kadang-
kadang juga untuk penyisihan unsur hara (nutrien) berupa nitrogen dan
fosfor.Banyak pabrik tahu skala rumah tangga di Indonesia tidak memiliki proses
pengolahan limbah cair. Ketidakinginan pemilik pabrik tahu untuk mengolah
limbah cairnya disebabkan karena kompleks dan tidak efisiennya proses
pengolahan limbah, ditambah lagi menghasilkan nilai tambah. Padahal, limbah
cair pabrik tahu memiliki kandungan senyawa organik tinggi yang memiliki
potensi untuk menghasilkan biogas melalui proses an-aerobik.
Biogas mengandung 50-80% metana, CO2, H2S dan sedikit air, yang bias
dijadikan sebagai pengganti minyak tanah atau LPG. Dengan mengkonversi
limbah cair pabrik tahu menjadi biogas, pemilik pabrik tahu tidak hanya
berkontribusi dalam menjaga lingkungan tetapi juga meningkatkan pendapatannya
dengan mengurangi konsumsi bahan bakar pada proses pembuatan tahu. Biogas
adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh
mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen biogas antara
lain sebagai berikut : ± 60 % CH4 (metana), ± 38 % CO2 (karbondioksida) dan ±
2 % N2, O2, H2, & H2S. Biogas dapat dibakar seperti elpiji,dalam skala besar
biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat
dijadikan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Sumber
energi biogas yang utama yaitu kotoran ternak sapi, kerbau,babi dan kuda.
Ada beberapa jenis reaktor biogas yang dikembangkan diantaranya adalah
digester jenis kubah tetap (Fixed-dome), digester terapung (Floating drum),
digester jenis balon, jenis horizontal, jenis lubang tanah, jenis ferrocement. Jenis
digester biogas yang sering digunakan adalah jenis kubah tetap (Fixed-dome) dan
jenis drum mengambang. Salah satu batasan (constrain) pembuatan disain digester
biogas untuk masyarakat di pedesaan adalah biaya pembuatan, kemudahan
pengoperasian serta perawatan. Reaktor biogas jenis fixed dome yang dibuat dari
bahan tembok dan beton umumnya memerlukan biaya yang tidak murah.
Pembangunan digester sebagai penghasil energi alternatif memerlukan
perhitungan teknis dan disain yang optimum untuk mendapatkan gas sesuai
harapan.
Selain mengurangi kadar polusi, pembuatan disain juga harus disesuaikan
dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk investasi dan biaya pengeluaran lain.
Reaktor biogas bukan teknologi baru. Namun, upaya untuk memberdayakan
semua jenis energi yang ada dalam teknologi biogas belumlah optimal, hal ini
dapat dilihat pada instalasi digester tradisional yang belum memperhitungkan
waktu efektif produksi, perhitungan volume ruang digester yang harus disesuaikan
dengan laju pemasukan limbah (liter/hari). Manfaat energi biogas adalah sebagai
pengganti bahan bakar khususnya minyak tanah dan dipergunakan untuk
memasak kemudian sebagai bahan pengganti bahan bakar minyak (bensin, solar).
Dalam skala besar, biogas dapatdigunakan sebagai pembangkit energi listrik. Di
samping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang
dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman / budidaya
pertanian. Potensi ekonomis biogas adalah sangat besar, hal tersebut mengingat
bahwa 1 m3 biogas dapat digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah. Di
samping itu pupuk organik yang dihasilkan dari proses produksi biogas sudah
tentu mempunyai nilai ekonomis yang tidak kecil pula.
Pada praktikum ini melakukan praktikum kunjungan ke intalasi biogas
limbah tahu di Desa Kalisari,Cilongok. Jumlah industri tahu di Indonesia
mencapai 84.000 unit usaha. Dengan kapasitas produksilebih dari 2,56 juta ton per
tahun, industri tahu ini memproduksi limbah cairsebanyak 20 juta meter kubik per
tahun dan menghasilkan emisi sekitar 1 juta ton CO2 ekivalen. Sebanyak 80
persen industri tahu berada di Pulau Jawa. Dengan demikian emisi yang
dikeluarkan pabrik tahu di jawa mencapai 0,8 juta ton CO2 ekivalen.
Unit pengolahan limbah cair tahu yang dikembangkan dan dipasang di
Desa Kalisari menggunakan model Fixed Bed Reactor dan dibangun dengan
sistem anerobik. Pertimbangannya sistem ini tidak memerlukan lahan yang besar
dan tidak membutuhkan energy untuk aerasi. Keuntungan lain dari sistem ini
adalah dalam prosesnya menghasilkan energy dalam bentuk biogas dan ampas dan
air untuk makanan ikan dan ternak lain. Selain itu, prosesnya lebih stabil dan
lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selama ini, industri tahu sebanyak itu
membuang limbah cairnya begitu saja ke parit dan lahan persawahan.
Padahal,limbah hasil pemrosesan kedelai yang menjadi bahan baku tahu itu masih
memiliki keasaman, COD, BOD yang tinggi. Tingkat COD adalah kebutuhan
oksigen oleh mikro-organisme untuk memecah bahan buangan di air.
Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan biofilter
anerob-aerob antara lain yakni: pengelolaannya sangat mudah, biaya operasinya
sangat rendah, dibandingkan dengan proses lumpur aktif, lumpur yang dihasilkan
relative sedikit, dapat menghilangkan nitrogen dan phosphor yang dapat
menyebabkan euthropikasi , suplai udara untuk aerasi relative kecil, dapat
digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar, dan dapat
menghilangkan padatan tersuspensi dengan baik.
Ada dua tipe alat pembangkit biogas atau digester (LIPI, 2006), yaitu :
1. Tipe Terapung (Floating Type)
Tipe terapung ini banyak dikembangkan di India yang terdiri atas sumur
pencerna dan diatasnya ditaruh drum terapung dari besi terbalik yang
berfungsi untuk menampung gas yang dihasilkan oleh digester. Sumur
dibangun dengan menggunakan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk
membuat fondasi rumah, seperti pasir, batu bata, dan semen. Karena
banyak dikembangkan di India, maka digester ini disebut juga dengan tipe
India.2.
2. Tipe Kubah (Fixed Dome Digester)
Tipe ini merupakan tipe yang paling banyak dipakai di Indonesia. Tipe
kubah adalah berupa digester yang dibangun dengan menggali tanah
kemudian dibuat dengan bata, pasir, dan semen yang berbentuk seperti
rongga yang kedap udara dan berstruktur sepertikubah (bulatan setengah
bola).

Dengan sistem anaerobik-biogas, gas yang dihasilkan tergantung pada


kandungan protein, lemak dan karbohidrat yang terkandung dalam
limbah,lamanya waktu pembusukan minimal 30 hari karena semakin lama
pembusukan semakin sempurna prosesnya, suhu di dalam digester yaitu 15o C-
35oC, kapasitas kedelai minimal untuk dapat menghasilkan biogas adalah ± 400
kg, untuk produksi tahu dengan kapasitas kedelai 700 kg/hari dihasilkan tidak
kurang dari10.500 liter gas bio per hari, kebutuhan satu rumah tangga dengan 4-5
orang anggota ± 1.200 –2.00 liter gas bio per hari (KLH, 2006). Adapun system
pengolahan biogas meliputi inlet (masuknya air limbah), bak equalisasi, bak
pengendapan, bak anaerobik filter, bak peluapan, bak pengurasan, dan outlet
(keluarnya air limbah yang telah diolah) (KLH, 2006).
Secara umum di Desa Kalisari ada 4 BIOLITA yang mengolah limbah cair
dari tahu yaitu BIOLITA I, II, III, dan IV. Masing-masing dari BIOLITA tersebut
terletak tersebar di sekitar Desa Kalisari. Biolita yang kita kunjungi adalah
BIOLITA I dan IV.
1. BIOLITA II
Biolita ini masih sangat sederhana dalam hal sistem pengolahan air limbah
tahu yang dihasilkan dari industri tahu di Desa Kalisari. Hal ini terjadi karena
sistem yang dibangun masih menimbulkan bau tidak sedap yang sangat
menyengat dan tidak ada IPAL lanjutan sehingga air yang dihasilkan masih belum
bisa digunakan untuk tempat hidup sekelompok ikan. Proses pengolahan air
limbah tahu pada BIOLITA I adalah sebagai berikut:
 Bak penampung tanpa tutup dengan sistem pompa yang akan mengalirkan
limbah ke bak selanjutnya
 Bak digester (berisi potongan bambu dan kotoran sapi)
 Gas Holder (berfungsi untuk menampung air limbah yang sudah diproses
dari Bak Digester disertai dengan akumulasi gas yang dihasilkan oleh
Bakteri). Air limbah yang terakumulasi akan terbuang bersama aliran air
sedangkan gas akan terakumulasi dan masuk ke saluran pipa-pipa kecil
utnuk selanjutnya disalurkan ke rumah warga.
 Pembuangan ke saluran air dengan sistem aliran.
2. BIOLITA IV
Berdiri pada tahun 2013 dengan sistem pengolahan air limbah tahu yang
sedikit lebih maju dari sistem BIOLITA II. Hal ini terjadi karena sistem yang
dibangun dilengkapi juga dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
sehingga bau menyengat sudah tidak muncul dan ikan masih dapat tetap hidup
pada air buangan pabrik tersebut. Berikut ini adalah proses pengolahan air limbah
tahu pada BIOLITA IV
 Bak Penangkap/Penampung dibangun dibawah tanah yang dilengkapi
dengan penutup dan bekerja dengan sistem gravitasi untuk mengalirkan air
limbah ke bak selanjutnya. Air limbah tahu dari masing-masing UKM di
Desa Kalisari akan melewati pipa-pipa besar dan berujung pada bak
penampung ini. Ada 2 bak penampung dengan tinggi 3 meter dan
berkapasitas hingga 16.000 liter.
 Bak Digester dibangun dibawah tanah yang dilengkapi dengan penutup
serta ada media berupa potongan bambu dan kotoran sapi.
Ditambahkannya kedua media tersebut berfungsi untuk pembibitan awal
serta proses fermentasi air limbah yang diubah menjadi biogas. Air limbah
tahu merupakan nutrisi yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroba
terutama bakteri yang ada pada kotoran sapi. Saat proses metabolisme,
bakteri tersebut akan menghasilkan metabolit berupa gas-gas yang jika
diakumulasikan akan dapat dimanfaatkan untuk biogas yang dapat
memenuhi kebutuhan memasak rumah tangga sehari-hari. Bak digester ini
juga memiliki kapasitas yang sama dengan bak penampung yaitu sebesar
16.000 liter. Sistem ini juga dilengkapi dengan glass book yang berfungsi
sebagai sistem kontrol media pada bak digester. Jika banyak terbentuk
gelembung gas pada glass book maka proses fermentasi pada bak digester
juga berjalan dengan baik.
 Gas Holder (berfungsi untuk menampung air limbah yang sudah diproses
dari Bak Digester disertai dengan akumulasi gas yang dihasilkan oleh
Bakteri). Air limbah yang terakumulasi akan masuk ke sistem IPAL
sedangkan gas akan terakumulasi dan masuk ke saluran pipa-pipa kecil
utnuk selanjutnya disalurkan ke rumah warga.
 IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
Setelah limbah air tahu diolah di bak digester dan dilanjut melalui gas
holder, air limbah ini akan mengalir ke dalam sistem IPAL. Didalam IPAL
ada beberapa kali penyaringan yaitu dengan sabut kelapa dan bak
penyaringan sepanjang kurang lebih 1 meter. Kemudian setelah melewati
sistem penyaringan itu air bisa langsung dibuang ke saluran air. Dengan
penambahan sistem IPAL ini air limbah yang dibuang ke saluran air masih
bisa digunakan untuk tempat hidup ikan sehingga tingkat pencemaran
limnbah air tahu ini dapat diminimalisir.

Beberapa parameter yang bisa digunakan yang berfungsi sebagai indikator


air yang telah tercemar limbah cair adalah sebagai berikut:
1. Perubahan bau, rasa, dan warna
Air dalam keadaan normal memiliki karakteristik yang bersih dan tidak
bewarna. Biasanya perubahan warna dikarenakan karena adanya macam-
macam warna bahan buangan dari suatu industri seperti industri
tekstil.Namun belum tentu air bewarna lebih berbahaya daripada air yang
tidak berwarna. Sedangkan perubahan bau biasanya dikarenakan
kandungan proteinyang berasal dari limbah industri. Perubahan rasa
dikarenakan adanya perubahan asam dan basa arau tercampurnya bahan
tercemar lainnya.
2. Perubahan suhu
Perubahan suhu dikarenakan adanya mesin pemanas dan pendingin. Air
panas hasil buangan suatu industri akan menyebabkan penurunan oksigen
terlarut. Sedangkan pembuangan air dingin bisa menyebabkan
terganggunya pertumbuhan mikroorganisme.
3. Kekeruhan
Kekeruhan dapat disebabkan karena adanya endapan, koloidal dan bahan-
bahan tersuspensi pada suatu bahan pencemar yang biasanya ditimbulkan
oleh adanya bahan-bahan organic yang dihasilkan oleh buangan industri.
4. Perubahan pH
Air yang normal memiliki ph antara 6,5-7,5. perubahan pH inidikarenakan
adanya buangan asam basa dari suatu industri, selain itu perubahan pH
dikarenakan adanya aktivitas mikroorganisme. Untuk uji pH bisa
dilakukan dengan pH meter atau kertas lakmus.
5. Adanya radioaktivitas pada air
Adanya radioaktivitas pada air limbah dikarenakan adanya bahan sisa
radioaktif dari suatu industri dan bahan-bahan yang mengandung
radioaktif.
6. Adanya mikroorganisme
Pada air yang telah tercemar air limbah akan muncul banyak
mikroorganisme berbahaya. Mikroorganisme yang tumbuh akan
menyebabkan penyakit dan pembusukan.
7. Adanya bahan-bahan logam berat
Apabila air sudah tercemar oleh air limbah, maka air tersebut akan
mengandung logam berat. Adapun logam berat yang ada pada air limbah
antara lain amoniak, fosfat, cadmium, calcium, magnesium, klorida,
mangan,kalium, tembaga, timbal dan boron.
V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Desa Kalisari menggunakan model Fixed Bed Reactor dan dibangun dengan
sistem anerobik. Pertimbangannya sistem ini tidak memerlukan lahan yang besar
dan tidak membutuhkan energy untuk aerasi. Keuntungan lain dari sistem ini
adalah dalam prosesnya menghasilkan energy dalam bentuk biogas dan ampas dan
air untuk makanan ikan dan ternak lain.
DAFTAR PUSTAKA

Achsin Utami. 1992. Evaluasi biodegrability dari air Limbah Untuk menentukan
pengolahannya, sub dir pengendalian dan mitigasi bencana, BPPT,Jakarta.

Nurhasan, Pramudyanto, 1991. Penanganan Air Limbah Tahu dalam Dewi


S.,Meilani, 1999. Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Untuk Produksi Enzim
Glukoamilase dari Saccharomycopsis fibuligera . Skripsi jurusan
TPHP,Fakultas Teknologi Pertanian, UGM, Yogyakarta.

Nurman. 2011. Karakteristik Limbah Tahu. http://nurman20.wordpress.com


/2007/07/26/karakteristik-limbah-tahu/. Diakses pada tanggal 26 Juni
2015.
LAMPIRAN FOTO

Anda mungkin juga menyukai