Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN HASIL PENUGASAN INDIVIDU

Analisis “Carrot and Stick”


Rendahnya Cakupan Imunisasi MR di Sumatera Barat

Diselesaikan Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Advokasi dan Networking

Oleh:

SATRIO BHAGAS YUDHANTO

18/433561/PKU/17474

PROGRAM STUDI PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAAT


FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA

2019
Analisis “Carrot and Stick”
Rendahnya Cakupan Imunisasi MR di Sumatera Barat

A. Latar Belakang
Campak menjadi perhatian serius pada tahun 2000, dimana dilaporkan bahwa
komplikasi penyakit campak menyebabkan kematian kepada lebih dari 562.000 anak di
seluruh dunia. Hasil laporan didapatkan pada tahun 2010 – 2015 terdapat sekitar 23.164
kasus campak dan 30.463 kasus rubella (Kusumawati et al., 2018).
Di Sumatera Barat, kasus Conginetal Rubella Syndrome (CSR) sepanjang 2018
mencapai 26 kasus, di mana 21 kasus di antaranya terjadi di empat kabupaten/kota paling
rawan, yakni Kota Padang, Kota Bukittinggi, Kabupaten Agam, dan Kabupaten Pesisir
Selatan. Sedangkan sisanya berasal dari Kabupaten Padang Pariaman dengan 3 kasus
dan Kabupaten Dharmasraya dengan 2 kasus. Sedangkan menurut data Case Base
Measles Surveillance (CBMS), total kasus Rubella di Sumbar ialah 284 kasus dan
Kejadian Luar Biasa (KLB) sebanyak 111 kasus di 16 kabupaten/kota.
Terdapat lebih dari 884.583 anak di Sumatera Barat yang belum melakukan
imunisasi MR ini. Tinggi nya angka kasus MR dan jumlah anak yang berlum melakukan
imunisasi MR di Sumatera Barat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti vaksin MR
mengandung unsur yang dilarang agama islam (Kusumawati et al., 2018).
Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan kerjasama diberbagai sektor seperti
puskesmas, lingkungan keluarga, sekolah, tokoh masyarakat dan petugas kesehatan
yang ada agar dapat memberikan pemahaman yang jelas terkait penyakit measlese &
rubella. Namun, pemberian pemahaman saja tidak terlalu berdampak terhadap keinginan
seseorang dalam merubah perilakunya. Perlu adanya regulasi yang di keluarkan oleh
pemerintah setempat .

B. Masalah
Sumatera Barat menjadi provinsi terendah kedua setelah Aceh dalam capaian
target imunisasi massal Measles Rubella (MR) yang berlangsung sepanjang selama
2018, yakni hanya sekitar 41,61 persen. Hal itu tak terlepas dari kontroversi yang beredar
seputar zat atau kandungan yang terdapat dalam vaksin MR tersebut. Perlu adanya upaya
untuk menangani hal tersebut sehingga di kemudian hari angka kesakitan akibat penyakit
yand sebenarnya dapat di cegah semakin berkurang.
C. Analisis “carrot and stick”
Kasus rendahnya capaian imunisasi MR di Kota Padang terjadi karena adanya
fatwa dari MUI yang menyatakan bahwa vaksin MR itu adalah haram, tapi dibolehkan jika
dalam keadaan darurat. Artinya adalah pemerintah tidak berhak memaksa masyarakat
untuk imunisasi MR. Untuk meningkatkan partisipasi dari masyarakat agar ikut serta
dalam imunisasi MR ini perlu adanya suatu kebijakan dari pemerintah terkait keikutsertaan
masyarakat dalam imunisasi MR. Reward dan punishment berpotensi sebagai stimulus
atau pendorong bagi masyarakat agar ikut serta dalam imunisasi MR ini.
Reward dan punishment atau juga disebut pendekatan carrot and stick adalah
konsep dari teori motivasi dengan cara mengubah perilaku secara paksa atau mengubah
perilaku dengan adanya insentif. Stick atau punishment dalam konsep ini berupa
ketakutan. Ketakutan ini diharapkan mampu menghasilkan perubahan perilaku dan
kepatuhan terhadap sesuatu. Carrot atau reward pada konsep ini berupa pendekatan
yang mengandalkan intensif (Andreoni et al., 2003)
Sejauh ini di kota padang belum ada reward yang diberikan kepada masyarakat
yang ikut serta dalam pemberian imunisasi MR ini sehingga masyarakat kurang
termotivasi untuk ikut serta didalamnya. Perlu adanya kebijakan dari pemerintah setempat
mengenai reward yang didapatkan masyarakat apabila ikut serta dalam imunisasi MR ini.
Reward yang di berikan mungkin dapat berupa hadiah yang diberikan kepada anak yang
datang diberikan topi, kaos atau baju dan tiket kereta gratis. Konsep ini harus
bekerjasama dengan puskesmas setempat untuk memberikan informasi terkait manfaat
atau keuntungan yang didapat apabila datang imunisasi dan harus bekerjasama dengan
PT Kereta Api Indonesia agar dapat bekerjasama.
Punishment yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan imunisasi MR di
Sumatera Barat adalah adanya peraturan yang mengatur kegiatan imunisasi tersebut.
Peraturan tersebut berupa adanya kebijakan dari pemerintah apabila keluarga yang tidak
membawa anaknya imunisasi maka akan didatangi oleh petugas dan Satuan Polisi
Pamong Praja (SATPOL PP) untuk menjemput keluarga agar mau melakukan imunisasi
MR untuk anaknya. Namun hal ini harus didukung oleh Gubernur Sumatera Barat agar
kemauan masyarakat dapat berjalan dengan baik.
Daftar Pustaka

Andreoni, J., Harbaugh, W. T. and Vesterlund, L. (2003) The Carrot or the Stick: Rewards,
Punishments and Cooperation, SSRN. doi: 10.2139/ssrn.436500.

Kusumawati, A., Musthofa, syamsulhuda B. and Prabandari, gayuh M. (2018) ‘Beberapa Faktor
Yang Berhubungan Dengan Penerimaan Ibu Terhadap Imunisasi Measles Rubella Pada
Anak Sd Di Desa Gumpang, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo Gayuh’,
kesehatan Masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai