Pengujian Substantif Terhadap Saldo Aktiva Tetap
Pengujian Substantif Terhadap Saldo Aktiva Tetap
MAKALAH AUDITING II
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 11
Ilham Akbar
ERC1C011062
Irwansyah
ERC1C011020
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JAMBI
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan mengenai aktiva tetap
2. Menjelaskan perbedaan karakteristik aktiva tetap dengan aktiva lancar
3. Menjelaskan perbedaan pengujian substantif aktiva tetap dengan aktiva
lancar
4. Memaparkan PABU dalam penyajian aktiva tetap di neraca.
5. Memaparkan tujuan pengujian substantif terhadap aktiva tetap.
6. Menjelaskan prosedur-prosedur dalam tahapan program pengujian
substantif terhadap aktiva tetap.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi
Aktiva Tetap
Pemerolehan Penghentian pemakaian
Pengeluaran modal Penjualan
Revaluasi Pertukaran
Pertukaran
Depresiasi Akumulasian Aktiva Tetap
Penghentian pemakaian Depresiasi
Penjualan
Pertukaran
4
Aktiva Tetap Rp400.000.000
Kas Rp400.000.000
3. Transaksi depresiasi aktiva tetap
Biaya Depresiasi Rp20.000.000
Depresiasi Akumulasian Aktiva Tetap Rp20.000.000
4. Transaksi penghentian pemakaian aktiva tetap
Depresiasi Akumulasian Aktiva Tetap Rp20.000.000
Rugi Penghentian Pemakaian Aktiva Tetap Rp10.000.000
Aktiva Tetap Rp30.000.000
5. Transaksi reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap
Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Aktiva Tetap Rp 70.000.000
Kas Rp35.000.000
Sediaan Suku Cadang Rp 8.000.000
Gaji dan Upah Rp12.000.000
Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Rp15.000.000
1. Akun aktiva tetap mempunyai saldo yang besar didalam neraca; transaksi
perubahannya relatif sangat sedikit namun umumnya menyangkut jumlah
rupiah yang besar.
2. Kesalahan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap
mempunyai pengaruh kecil terhadap perhitungan rugi-laba, sedangkan
kesalahan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva lancar
berpengaruh langsung terhadap perhitungan rugi-laba tahun yang diaudit.
3. Aktiva tetap disajikan dineraca pada kosnya dikurangi dengan depresiasi
akumulasian, sedangkan aktiva lancar disajikan dineraca pada nilai bersih
yang dapat direalisasikan pada tanggal neraca.
5
aktiva tetap relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan waktu yang
digunakan untuk pengujian substantif terhadap aktiva lancar.
2. Karena ketepatan pisah bataas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva
tetap sedikit pengaruhnya terhadap perhitungan rugi-laba, maka auditor
tidak mengarahkan perhatiannya terhadap masalah ketelitian pisah batas
transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap pada akhir tahun. Dengan
pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor memusatkan
perhatiannya terhadap ketepatan pisah batas terhadap transaksi yang
bersangkutan dengan aktiva lancar, karena kesalahan atau ketidak telitian
penentuan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva lancar
berdampak langsung terhadap perhitungan rugi-laba tahun yang diaudit.
3. Pengujian substantif terhadap aktiva tetap dititik beratkan pada verifikasi
mutasi aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang diaudit, karena aktiva
tetap disajikan pada kosnya, bukan nilai bersih yang dapat direalisasikan
pada tanggal neraca sepertu halnya dengan aktiva lancar. Dilain pihak,
pengujian substantif terhadap aktiva lancar, dititikberatkan pada saldo
aktiva lancar tersebut pada tanggal neraca, karena aktiva lancar harus
disajikan didalam neraca sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan
pada tanggal tersebut.
6
5. Aktiva tetap harus dipecah dalam golongan yang terpisah jikajumlahnya
material
6. Aktiva tetap yang telah habis didepresiasi namun masih digunakan untuk
beroperasi, jikan jumlahnya material, harus dijelaskan.
7
2.6 Program Pengujian Subtantif Terhadap Aktiva Tetap
Program pengujian subtantif terhadap aktiva tetap berisi prosedur audit yang
dirancang untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraiakan di atas.
Tahap-tahap prosedur audit dimulai dari pemeriksaan yang bersifat luas dan
umum sampai ke pemeriksaan yang bersifat rinci.
a. Usut saldo aktiva tetap yang tercantum di neraca ke saldo akun aktiva tetap
yang bersangkutan di dalam buku besar. Untuk memperoleh keyakinan
bahwa saldo aktiva tetap yang tercantum di neraca didukung dengan catatan
akuntansi yang dapat dipercaya kebenaran mekanisme pencatatannya, maka
saldo aktiva tetap yang di cantumkan di neraca diusut ke akun buku besar.
b. Hitung kembali saldo akun aktiva tetap dan depresiasi akumulasian yang
bersangkutan di buku besar. Untuk memperoleh keyakinan mengenai
ketelitian perhitungan saldo akun aktiva tetap, auditor menghitung kembali
saldo akun aktiva tetapdan depresiasi akumulasian yang bersangkutan
dengan menambah saldo awal dengan jumlah pengkreditan dan
menguranginya dengan jumlah pendebitan tiap-tiap akun tersebut.
8
c. Usut saldo awal akun aktiva tetap dan depresiasi akumulasian yang
bersangkutan ke kertas kerja tahun lalu. Sebelum auditor melakukan
pengujian terhadap transaksi rinci yang menyangkut akun aktiva tetap dan
depresiasi akumulasian yang bersangkutan, ia perlu memperoleh keyakinan
atas kebenaran saldo awal akun tersebut.
d. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber
posting dalam akun aktiva tetap dan depresiasi akumulasiannya. Kecurangan
dalam transaksi pemerolehan, pertukaran, penghentian pemakaian,
depresiasi aktiva dapat ditemukan melalui review atas mutasi luar biasa, baik
dalam jumlah maupun sumber posting dalam akun aktiva tetap, dan
depresiasi akumulasian, dan pendapatan dan rugi luar biasa.
e. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun aktiva tetap dan depresiasi
akumulasian yang bersangkutan ke jurnal yang bersangkutan. Untuk
memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan dan pengurangan aktiva
tetap berasal dari jurnal-jurnal yang bersangkutan, pendebitan didalam akun
aktiva tetap diusut keregister bukti kas keluar dan jurnal umum sedangkan
pengkreditan kedalam akun tersebut diusut ke jurnal umum.
f. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu aktiva tetap dengan akun control aktiva
tetap dan depresiasi akumulasian yang bersangkutan di buku besar. Saldo
akun control aktiva tetap dan depresiasi akumulasian yang bersangkutan di
buku besar tersebut kemudian dicocokkan dengan jumlah saldo akun
pembantu aktiva tetap ke dalam arsip bukti kas keluar yang belum ddibayar
untuk memperoleh keyakinan bahwa catatan akuntansi klien yang
bersangkutan dengan aktiva tetap dapat dipercaya ketelitiannya.
9
Ratio berikut ini seringkali digunakan oleh auditor dalam pengujian
analitik terhadap aktiva tetap:
Ratio formula
Tingkat perputaran aktiva tetap
10
b. Asersi kelengkapan unsur yang mengurangi kos aktiva tetap
c. Asersi hak kepemilikan klien atas aktiva tetap yang dikurangi
d. Asersi penilaian aktiva tetap.
3. Periksa ketepatan pisah batas transaksi aktiva tetap
4. Lakukan review terhadap akun biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva
tetap
11
pemeriksaan terhadap klasifikasi aktiva tetap didalam neraca berdasarkan
prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian aktiva tetap di neraca.
2. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan aktiva tetap. Menurut
prinsip akuntansi berterima umum dalam dalam penyajian aktiva tetap di
neraca, klien berkewajiban mencantumkan pengungkapan yang memadai
mengenai metode depresiasi atau deplesi yang dipakainya, aktiva tetap
yang dijaminkan atau yang digadaikan dalam penarikan utang, dan aktiva
tetap yang telah habis didepresiasi namun masih digunakan dalam kegiatan
perusahaan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
13
a. Menggunakan referensi buku ataupun jurnal-jurnal yang lebih banyak
tentang pengujian substantif terhadap saldo aktiva tetap.
14