Anda di halaman 1dari 22

Dosen pengampuh : Muh. Ginanjar, SE.

, MM

Mata kuliah : Perekonomian Indonesia

PEREKONOMIAN INDONESIA
“NERACA MONETER”

Disusun Oleh:

Kelompok 4
Suci Novita Sari : 17 0402 0116
Karmila Sari : 17 0402 0124
Indah Bahar : 17 0402 0132
Rika : 17 0402 0140
Nurul Hilma Safar : 17 0402 0147
Riska Amalia : 17 0402 0193

Perbankan Syariah 4D

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan
kenikmatan serta kasih sayang-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
yang telah membimbing kita menuju jalan kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.

Penyusunan Makalah ini merupakan kajian tentang “Neraca Moneter”.


Dalam Pembelajaran Perekonomian Indonesia. Untuk Meningkatkan Keaktifan
Mahasiswa-i Kelas Perbankan Syariah D semester 4, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri Palopo. Penulis menyadari bahwa
penyusunan Makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan
dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan rasa
terima kasih kepada :

1. Ustadz Muh. Ginanjar, SE., MM selaku dosen pembimbing.


2. Kepada mahasiswi kelas PBS D semester 4.

Palopo, April 2018

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Neraca ............................................................. 3


B. Gambaran Umum Kebijakan Moneter .......................................... 6
C. Neraca Moneter ............................................................................ 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 18
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jumlah uang beredar di luar kendali dapat menimbulkan konsekuensi atau
pengaruh yang buruk bagi perekonomian secara keseluruhan. Pengaruh yang
buruk ini dapat dilihat pada kurang terkendalinya perkembangan variabel-variabel
ekonomi utama seperti tingkat produksi dan harga. Peningkatan jumlah uang
beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan harga melebihi tingkat
yang diharapkan sehingga akan mengganggu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya,
peningkatan jumlah unag beredar yang sangat rendah akan menciptakan kelesuhan
ekonomi. Kondisi ini mendorong pemerintah atau otoritas moneter
mengendalikan jumlah uang beredar dalam perekonomian. Kegiatan penegndalian
jumlah uang beredar lazim disebut dengan kebijakan moneter.

Tercapainya sasaran ekonomi makro merupakan keberhasilan suatu


transmisi atau proses suatu impak kebijakan sehingga kebijakan moneter menjadi
sangat penting. Dewan moneter dapat menerima Bank Indonesia bank sentral
unutk menyampaikan laporannya tentang hasil pemeriksaannya terhadap bank
karena bank merupakan lembaga yang melaksanakan kebijakan moneter alaupun
kemudian hanya sampai akhir tahun 1999. Pembahasan yang penting dalam hal
ini ialah, bagaimana Bank Indonesia melakukan pencatatan mengenai kebijakan
moneter yang ada. Hal tersebut dapat dilihat pada neraca sistem moneter . Yang
dimana penulis akan membahas didalam makalah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konseptual Neraca Otoritas Moneter?
2. Bagaimana konseptual Neraca BPUG?
3. Bagaimana konseptual Neraca Sistem Moneter/Perbankan?

1
2

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran konseptual Neraca Otoritas Moneter.
2. Untuk mengetahui gambaran konseptual Neraca BPUG.
3. Untuk mengetahui gambaran konseptual Neraca Sistem
Moneter/Perbankan.
BAB II
PEMBAHASAN
GAMBARAN UMUM NERACA

A. Pengertian Neraca

Neraca adalah salah satu bagian dari laporan keuangan suatu entitas bisnis/
perusahaan yang di dalamnya terdapat informasi mengenai aktiva, kewajiban,
serta ekuitas pemegang saham pada akhir periode akuntansi perusahaan tersebut.
Laporan posisi keuangan (Balance Sheet atau Statement Of Financial
Position) atau neraca adalah suatu laporan yang wajib dibuat oleh sebuah
perusahaan. Laporan tersebut nantinya akan menjadi dasar bagi suatu entitas
bisnis/ perusahaan dalam membuat keputusan bisnis.
Perusahaan yang tidak dapat membuat laporan neraca akan dianggap gagal
karena tidak mampu memberikan informasi penting kepada stakeholder,
pemerintah, akademisi, dan pihak-pihak lain yang berperan dalam membuat
kebijakan.

B. Unsur-unsur Neraca
Mengacu pada pengertian neraca di atas, terdapat tiga unsur penting di
dalam neraca keuangan, yaitu Aktiva, Kewajiban, dan Ekuitas. Berikut penjelasan
mengenai unsur-unsur neraca tersebut:
1. Aktiva (Aset)
Aktiva atau aset adalah kekayaan yang dimiliki oleh suatu entitas bisnis
yang diharapkan memberikan manfaat usaha di masa depan. Aktiva dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Aktiva Lancar
Aktiva lancar adalah aset yang umur kegunaannya untuk jangka pendek.
Proses pencairan aktiva lancar ini kurang dari atau maksimal 1 tahun.

3
4

b. Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aset yang umur kegunaannya untuk digunakan dalam
jangka waktu yang panjang, lebih dari setahun. Aset ini umumnya
digunakan untuk kepentingan operasioanl perusahaan. Aset jenis ini
mengalami penyusutan karena penggunaan dan berkurangnya masa pakai.
Selain itu, aktiva tetap juga memiliki bentuk lain, yaitu aktiva tetap tak
berwujud.
2. Pasiva (Liability)
Pasiva adalah kewajiban pembayaran yang harus dilakukan oleh suatu
entitas bisnis kepada pihak lain, baik dalam jangka panjang maupun jangka
pendek.
a. Utang Jangka Panjang
Utang jangka panjang adalah setiap utang yang periode pembayarannya
relatif lama.
b. Utang Jangka Pendek
Utang jangka pendek adalah semua utang yang harus dibayarkan dalam
waktu relatif lama, paling lambat satu tahun.
3. Modal
Modal adalah uang atau barang yang dipakai sebagai dasar untuk
melakukan suatu pekerjaan. Dalam hal ini modal dalam neraca adalah saldo dari
modal akhir sebuah perusahaan dalam satu periode akuntansi. Dengan kata lain,
modal atau equity merupakan selisih atau nilai lebih assets dikurangi dengan
liabilities.

C. Manfaat Neraca (Balance Sheet)


Sesuai dengan pengertian neraca, berikut ini adalah beberapa manfaatnya
bagi suatu perusahaan;
1. Berguna sebagai alat untuk analisis perubahan kondisi keuangan suatu
perusahaan secara berkala dari tahun ke tahun.
5

2. Berguna sebagai alat untuk analisis likuiditas suatu entitas bisnis sehingga
diketahui kemampuan suatu perusahaan untuk melakukan kewajibannya
dengan harta likuid.
3. Berguna sebagai alat untuk analisis kemampuan suatu perusahaan dalam
melunasi utang jangka pendek sebelum jatuh tempo.
GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN MONETER

A. Pengertian Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang beredar baik
uang primer maupun kredit perbankan untuk mencapai tujuan tertentu seperti
menahan inflasi dan mencapai kesempatan kerja penuh.
Secara luas kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai keseimbangan
internal (pertumuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemetaan
pembangunan) dan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta
tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilitas ekonomi yang dapat
di ukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harta serta neraca pembayaran
internasional yang seimbang.
Untuk mencapai tujuan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara
berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga maka bank sentral
sebagai otoritas moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang
dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja
penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang

B. Tujuan Kebijakan Moneter


1. Mengedarkan mata uang sebagai alat pertukaran (medium of exchange)
dalam perekonomian
2. Distribusi likuiditas yang optimal dalam rangka mencapai target
pertumuhan ekonomi pada berbagai sektor ekonomi
3. Membantu pemerintah melaksanakan kewajibannya yang tidak dapat
terealisasi melalui sumber penerimaan yang normal
4. Menjaga kestabilan ekonomi, artinya pertumbuhan arus barang dan jasa
seimbang dengan pertumbuhan arus barang dan jasa yang tersedia
5. Menjaga kestabilan harga, harga suatu barang merupakan hasil interaksi
antara jumlah uang yang beredar dengan jumlah uang yang tersedia
dipasar.

6
7

6. Meningkatkan kesempatan kerja, pada saat perekonomian stabil pengusaha


akan mengadakan investasi untuk menambah jumlah barang dan jasa
sehingga adanya investasi akan membuka lapangan kerja baru sehingga
memperluas kesempatan kerja masyarakat.
7. Memperbaiki neraca pedagangan kerja masyarakat, dengan jalan
meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar negeri yang masuk
kedalam negeri atau sebaliknya.

C. Ukuran Keberhasilan Kebijakan Moneter


1 Kesempatan kerja
Semakin besar gairah untuk berusaha, maka akan mengakibatkan
peningkatan produksi. Peningkatan produksi ini akan diikuti dengan kebutuhan
tenaga kerja. Hal ini berarti akan terjadinya peningkatan kesempatan kerja dan
kesejahteraan karyawan.
2 Kestabilan harga
Apabila kestabilan tercapai maka akan menimbulkan kepercayaan
dimasyarakat. Masyarakat percaya bahwa barang yang mereka beli sekarang akan
sama dengan harga masa datang.
3 Keseimbangan neraca pembayaran internasional
Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan stabilitas
ekonomi disuatu negara. Agar neraca pembayaran internasional seimbang, maka
pemerintah sering melakukan kebijakan-kebijakan moneter.
4 Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat
Diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang
beredar.

D. Jenis-Jenis, Golongan, serta Instrumen Kebijakan Moneter


1. Jenis kebijakan moneter
a. Kebijakan moneter ketat (tight money policy) untuk mengurangi/
membatasi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat
perekonomian mengalami inflasi.
8

b. Kebijakan moneter longgar (easy money policy) untuk menambah jumlah


uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi
pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan
masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi.
2. Penggolongan kebijakan moneter
a. Kebijakan moneter ekspansif/ monetary expansive policy adalah suatu
kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
b. Kebijakan moneter kontraktif/ monetary contractive policy adalah suatu
kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut
juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).
3. Instrumen kebijakan moneter dapat bersifat kuantitatif dan
kualitatif:
a. Instrument Kuantitatif
1) Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan jumlah uang yang
beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government
securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar pemerintah akan membeli
surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar
berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada
masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain adalah SBI (sertifikat Bank
Indonesia) dan SPBU (Surat Berharga Pasar Uang).
2) Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan
memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-
kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral.
Untuk membuat jumlah uang yang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat
bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
3) Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan
memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada
pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio
9

cadangan wajib. Untuk menurunkan juMlah uang yang beredar pemerintah


menaikkan rasio.
b. Instrumen Kualitatif
1) Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang
beredar dengan jalan memberi himbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya
seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam
mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau
agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah
uang beredar pada perekonomian.
2) Kredit Selektif
Politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang beredar dengan cara
memperketat pemberian kredit dalam dunia perbankan pertimbangan yang lazim
digunakan untuk mengevaluasi calon nasabah sering disebut dengan prinsip 5c
yaitu:
a) Character adalah data tentang kepribadian dari calon nasabah seperti sifat-
sifat pribadi kebiasaan-kebiasaanya, cara hidup, keadaan dan latar
belakang keluarga maupun hobinya. Karakter ini untuk mengetahui apakah
nantinya calon nasabah ini jujur berusaha memenuhi kewajibannya
(willingness to pay)
b) Capacity merupakan jumlah kemampuan calon nasabah dalam mengelolah
usahanya yang dapat dilihat dari pendidikannya, pengalaman mengelolah
usaha (business record), sejarah perusahaaan yang pernah dikelolah
(pernah mengalami masa sulit atau tidak,bagaimana mengatasi kesulitan).
Capacity merupakan laporan dari ability to play atau kemampuan dalam
membayar.
c) Capital adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang
dikelolahnya. Hal ini bisa dilihat dari neraca, laporan laba rugi, struktur
permodalan, rasio–rasio keuntungan yang diperoleh seperti return on
equity dan return on investment. Dari kondisi diatas bisa di nilai apakah
10

d) layak calon nasabah diberi pembiayaan, dan berapa besar plafon


pembiayaan yang layak diberikan.
e) Collateral adalah jaminan yang mungkin bisa disita apabila ternyata calon
pelanggan benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya. Collateral ini
diperhitungkan paling akhir, artinya bilamana masih ada suatu kesanksian
dalam mempertimbangkan yang lain, maka dapat menilai harta yang
mungkin bisa dijadikan jaminan.
f) Condition, pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan
kondisi ekonomi yang terkait dengan prospek usaha calon nasabah. Ada
suatu usaha yang sangat tergantung dari kondisi perekonomian, oleh
karena itu perlu menaikkan kondisi ekonomi dalam usaha calon
pelanggan.

E. Kebijakan Moneter dan Siklus Ekonomi


Kebijakan moneter diterapkan sejalan dengan siklus ekonomi, baik
ekonomi yang berkembang pesat atau boom atau saat siklus ekonomi yang
melambat atau depression atau slump. Dengan demikian, dikenal ada dua
kebijakan moneter, yaitu kebijakan moneter yang ekspansif dan kontraktif.
Kebijakan moneter yang ekspensif adalah kebijakan moneter yang ditujukan
untuk mendorong kegiatan ekonomi, misalnya dilakukan dengan meningkatkan
jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter yang kontraktif adalah kebijakan
moneter yang ditujukan untuk memperlambat kegiatan ekonomi, misalnya dengan
mengurangi jumlah uang beredar. Efektivitas kebijakan tersebut tergantung pada
hubungan antara uang beredar dan variabel ekonomi utama seperti output dan
inflasi. Perlu diteliti hubungan antara uang beredar, inflasi, dan output dalam
jangka panjang. Mungkin dalam jangka panjang, kebijakan moneter hanya
berdampak kepada inflasi yang tidak ada pengaruhnya terhadap kegiatan
ekonomi. Sebaliknya, dalam jangka pendek kebijakan moneter yang ekspansif
dapat mendorong kegiatan ekonomi yang sedang mengalami resesif
berkepanjangan. Kebijakan moneter yang kontraktif dapat memperlambat laju
11

inflasi yang umumnya terjadi pada saat kegiatan perekonomian sedang mengalami
boom.
Sejalan dengan kebijakan diatas, pendapat lain mengatakan bahwa
seyogianya bank sentral melaksanakan kebijakan moneter secara pasif. Kebijakan
moneter yang mengakomodasi fluktuasi perekonomian ini dikenal sebagai
accomodative monetary policy. Dengan dasar perbedaan respon, kebijakan
moneter yang mungkin dilakukan dengan menggunakan pola atau kaidah atau
rules tertentu yang dirumuskan secara permanen dalam kurun waktu tertertu atau
dengan menggunakan kehendak atau discretion kewenangan untuk bertindak
secara aktif guna mempengaruhi naik turunnya kegiatan ekonomi rill yang terjadi.
NERACA MONETER

Acuan neraca moneter di dasarkan pada MFSM atau Monetary and


Finansial Statistics Manual, IMF (2000). Neraca ini merupakan “cermin” dari
setiap transaksi dari agen ekonomi dan menjadi variabel penting dalam analisis
ekonomi moneter. Salah satu acuan dari bank indonesia (2002) berjudul Buku Seri
Kebanksentralan, Penyusunan Statistik Uang Beredar.
Sistem perbankan terdiri atas Otoritas Moneter (Monetary Authority) dan
bank-bank Pencipta Uang Giral (Deposit Money Banks). Selanjutnya, dalam
memahami sistem perbankan maka perlu didasarkann pada data Neraca Sistem
Moneter atau Neraca Survei Moneter (Monetary Survey) yang merupakan
konsolidasi dari Neraca Otoritas Moneter (Balance Sheet Of Monetary Authority)
dan Neraca Bank-Bank Pencipta Uang Giral/ BPUG (Consolidated Balance
Sheets Of The Deposits Money Banks/DMBs). Lebih luas dari sistem perbankan
adalah sistem finansial dalam Neraca Sistem Finansial (Financial Survey) yang
merupakan konsolidasi dari Neraca Sistem Perbankan (Monetary Survey) dan
Neraca Sistem Lembaga Keuangan Lainnya. Meskipun Neraca Sistem Finansial
dimungkinkan, namun pada bagian ini hanya akan fokus kepada Neraca Sistem
Moneter/perbankan karena selain variabel yang penting dalam analisis ekonomi
ada di sana.
Beberapa hal penting untuk diperhatikan dalam membaca Neraca
Sistem/Survei Moneter. Pertama, dalam neraca tersebut, data yang ada adalah
bersifat stock, yaitu flow dapat ditunjukkan dengan mengurangkan dengan periode
sebelumnya. Kedua, data dicatat berdasarkan accrual. Ketiga, neraca tersebut
dalam nilai mata uang lokal dan jika dinyatakan dalam mata uang lainnya, maka
yang dipakai dalam pengganti adalah nilai tukar pada akhir periode karena bersifat
stock.
Sebagaimana diketahui bahwa kebijakan moneter merupakan salah satu
kebijakan makroekonomi selain kebijkan fiskal. Hal yang penting dalam
kebijakan moneter adalah pengendalian uang beredar baik ekspansif maupun
kontraktif. Uang beredar adalah kewajiban sistem moneter kepada sektor swasta

12
13

domestic baik dalam bentuk uang kuartal, uang giral, maupun uang kuasi.
Hal tersebut dapat dilihat pada neraca sistem moneter. Pembahasan secara
konseptual berikut ini adalah Neraca Otoritas Moneter (Bank Indonesia), Neraca
BPUG, dan neraca sistem moneter/perbankan. Namun dalam contoh data hanya
akan digunakan Neraca Sistem Moneter/Perbankaan dan hanya menggunakan
tabel analitis. Selengkapnya bisa didapatkan pada publikasi Bank Indonesia dalam
SEKI (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia).
A. Neraca Otoritas Moneter
Neraca Otoritas Moneter umumnya mengacu kepada bank sentral dari
suatu negara. Dalam hal ini Neraca Otoritas Moneter Indonesia adalah Neraca
Bank Indonesia meskipun sebenarnya bisa berarti lebih luas. Salah satu tugas
penting dari otoritas moneter adalah melalui lender of last resort dalam sistem
perbankan. Dalam keadaan tertentu, jika sebuah bank BPUG mengalami masalah
likuiditas yang akut, otoritas moneter bisa melakukan tindakan untuk mencegah
penyebaran dari likuiditas dengan menjamin deposito nasabah bank tersebut.
Selain itu, Otoritas Moneter memiliki kekuasaan penuh dalam hal penciptaan uang
dan mendapatkan apa yang disebut seigniorange darinya. Uang primer yang
merupakan kewajiban Otoritas Moneter terhadap sektor swasta. Pada tabel berikut
Uang Primer (M0) adalah Uang Kartal dan Uang Giral.
Neraca Otoritas Moneter dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1 Neraca Otoritas Moneter

Aset Luar Negeri Bersih Uang Primer


Aset Domestik Bersih Uang Kartal
Kredit Domestik Bersih Uang Deposit
1. Tagihan pada Pemerintah Bersih
2. Tagihan pada BPUG
3. Tagihan pada Sektor Domestik
Lainnya
Lainnya
14

B. Neraca Bank Pencipta Uang Giral


Fungsi utama dari BPUG adalah menjadi intermediasi antara penabung
dan peminjam/investor. Salah satu hal yang sangat berpengaruh pada BPUG
adalah penetapan Reserve Requirement dari Otoritas Moneter. Hal ini akan
menjadi pendorong untuk ekspansi atau malah sebaliknya menjadi penahan dari
ekspansi. Secara sederhana, Neraca BPUG sebagai berikut: Neraca Analitis untuk
BPUG sebagai berikut.
Tabel 2 Neraca Bank Pencipta Uang Giral (BPUG)

Aset Luar Negeri Bersih Uang Giral Lainnya


Reserve
Kredit Domestik Bersih
1. Tagihan pada Pemerintah Bersih
2. Tagihan pada Sektor Domestik Lainnya
Lainnya

C. Neraca Sistem Moneter/Perbankan


Neraca Sistem Moneter/perbankan (Monetary Survey) merupakan
konsolidasi Neraca Otoritas Moneter dan Neraca BPUG dari kedua tabel di atas.
Konsolidasi tersebut dapat dilihat berikut ini pada tabel.
Tabel 3 Neraca Sistem Moneter/Perbankan (Monetary Survey)

Aset Luar Negeri Bersih Uang Beredar (Luas), (M2)


Aset Domestik Bersih Uang Beredar, M1
Kredit Domestik Bersih Uang Kartal
1. Tagihan pada Pemerintah Bersih Uang Giral
2. Tagihan pada Sektor Domestik Uang Kuasi
Lainnya
Lainnya Tabungan Berjangka
Deposito Valas

Neraca Sistem Moneter/Perbankan yang dipublikasikan berjudul Uang


Beredar dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya sebagaimana dalam tabel
berikut ini. Uang arti sempit adalah M1 yang terdiri atas Uang Kartal dan Uang
15

Giral. Uang beredar (M2) terdiri atas Uang beredar M1 dan Uang Kuasi,
sementara faktor-faktor yang memengaruhinya terdiri atas Aktiva Luar Negeri
Bersih, Aktiva Dalam Negeri Bersih, dan beberapa hal lainnya. Sisanya adalah di
luar neraca moneter/perbankan.

Tabel 4 Uang beredar dan faktor-faktor yang memengaruhinya


(Rp Miliar)
2015 2016

KETERANGAN Mei Mei**


Uang beredar luas(M2) 4,288,363.3 4,613,593.4
Uang beredar sempit(M1) 980,915.3 1,118,593.3
Uang kartel di luar
Bank Umun dan BPR 406,499.0 440,675.9
Simpanan Giro rupiah 574,426.3 678,108.4
Uang kuasi 3,293,146.5 3,482,957.3
Simpanan berjangka 1,858,170.6 1,920,400.0
Rupiah 1,578,150.8 1,698,732.3
Valuta Asing 280,019.8 221,667.7
Tabungan 1,169,045.3 1,318,191.4
Rupiah 1,077,047.9 1,205,829.8
Valuta Asing 91,997.4 112,361.6
Simpanan giro
valuta asing 256,930.6 2444,365.9
Surat berharga
selain saham 14,307.5 11,851.8
Faktor-faktor yang
memengaruhi uang beredar 4,288,369.3 4,613,593.4
Aktiva luar negeri
bersih 1,188,999.6 1,163,190.9
Tagihan kepada
bukan penduduk 1,711,727.5 1,710,827.2
Kewajiban kepada
bukan penduduk 522,727.9 547,636.4
Aktiva dalam negeri
bersih 3,099,369.7 3,450,402.6
Tagihan bersih
kepada pemerintah 365,073.7 542,233.8
15
16

pusat
Tagihan Kepada
Pemerintah Pusat 668,612.3 785,733.8
Kewajiban Kepada
Pemerintah Pusat 303,538.5 243,500.0
Tagihan Kepada sektor
lainnya 4,079,709.0 4,368,606.4
Tagihan Kepada
Lembaga keuangan
lainnya 259,101.3 259,435.3

Pinjaman yang diberikan 2)


183,334.5 182,953.8
Tagihan Lainnya 75,766.8 76,481.5
Tagihan Kepada
Pemerintah Daerah 5,836.8 6,927.4
Pinjaman yang Diberikan 2) 5,815.8 6,906.4
Tagihan Lainnya 21.0 21.0
Tagihan Kepada
Perusahan Bukan
keuangan BUMN 229,740.9 253,070.5
Pinjaman yang Diberikan 2) 201,745.0 221,541.9
Tagihan Lainnya 27,996.0 31,628.6
Tagihan Kepada Sektor
Swasta 3,585,030.0 3,845,073.1
Pinjaman yang Diberikan 2) 3,404,078.9 3,688,824.3
Tagihan Lainnya 180,951.1 156,248.8
Simpanan dan Surat
Berharga yang tidak
Terrmasuk Uang
Beredar (269,861.0) (239,472.4)
Simpanan (267,823.6) (238,271.2)
Surat Berharga (2,037.4) (1,201.2)
Kewajiban Lainnya
terhadap Lembaga
Keuangan (50,832.5) (54,488.6)
15
17

Saham dan Modal


lainnya (1,071,826.9) (1,244,770.2)
Lainnya Bersih 3) 47,107.3 82,293.6

Dalam melihat perkembangan uang beredar dan faktor yang


memengaruhinya seperti pada Tabel 4, sekali lagi perlu diingat bahwa data
tersebut adalah data yang bersifat stok sehingga perlu mengambil paling tidak ada
dua titik waktu untuk melihat perubahan komponen dari neraca tersebut. Dalam
Tabel 4, kita bisa melihat perubahan komponennya antara Mei 2015 dan Mei
2016 (Anda bisa juga melihat perubahan dalam sebulan, misalnya, April 2015
dengan Mei 2015). Dari sisi uang beredar ( M2) selamah periode tersebut
bertambah sebesar 325.224 Miliar Rupiah atau bertumbuh sekitar 8%, yang
dinominasi oleh pertambahan uang kuasi sebesar 189.810 Miliar Rupiah atau
bertumbuh 6%, dan uang M1 yang hanya 137,869 Miliar Rupiah tetapi bertumbuh
lebih cepat sebesar 14%. Jika dilihat dari faktor yang memengaruhinya, aktiva
dalam Nergeri berisih ( 351.032 Miliar Rupiah atau bertumbuh 11% ) yang lebih
dominan peranannya dibandingkan aktiva dalam Negeri bersih ( -25.808 Miliar
Rupiah atau mengalami pertumbuhan negatif sebesar -2% ).
15

BAB III
KESIMPULAN
Sebagaimana diketahui bahwa kebijakan moneter merupakan salah satu
kebijkan makroekonomi selain kebijakan fiskal. Hal yang penting dalam
kebijakan moneter adalah pengendalian uang beredar baik ekspansif maupun
kontraktif. Uang beredar adalah kewajiban sistem moneter kepada sektor swasta
domestic baik dalam bentuk uang kuartal, uang giral, maupun uang kuasi. Hal
tersebut dapat dilihat pada neraca sistem moneter. Pembahasan secara konseptual
berikut ini adalah Neraca Otoritas Moneter (Bank Indonesia), Neraca BPUG, dan
neraca sistem moneter/perbankan.
Seyogianya, bila keijakan moneter tidak ada maka akan tercipta
lingkungan ekonomi yang tidak kondusif, akan tercipta inflasi, deflasi, stabilitas
ekonomi tidak berjalan dengan lancar, serta apabila neraca moneter tidak sesuai
dengan faktanya, maka tidak aka nada acuan bagaimana perekonomian
kedepannya.

18
15

Daftar Pustaka
Ambarini, Lestari. 2015. Ekonomi Moneter. IN MEDIA: Bogor

Panennungi, Maddaremmeng A. 2017. Perekonomian Indonesia dalam Tujuh


Neraca Makroekonomi. Pustaka Obor: Jakarta

Sudirman, Wayan. 2011. Kebijakan Fiskal dan Moneter (Teori dan Empirikal).
Kencana: Jakarta

Warjiyo, Perry dan Solikin. 2003. Kebijakan Moneter di Indonesia. PPSK: Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai