, MM
PEREKONOMIAN INDONESIA
“NERACA MONETER”
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Suci Novita Sari : 17 0402 0116
Karmila Sari : 17 0402 0124
Indah Bahar : 17 0402 0132
Rika : 17 0402 0140
Nurul Hilma Safar : 17 0402 0147
Riska Amalia : 17 0402 0193
Perbankan Syariah 4D
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah uang beredar di luar kendali dapat menimbulkan konsekuensi atau
pengaruh yang buruk bagi perekonomian secara keseluruhan. Pengaruh yang
buruk ini dapat dilihat pada kurang terkendalinya perkembangan variabel-variabel
ekonomi utama seperti tingkat produksi dan harga. Peningkatan jumlah uang
beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan harga melebihi tingkat
yang diharapkan sehingga akan mengganggu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya,
peningkatan jumlah unag beredar yang sangat rendah akan menciptakan kelesuhan
ekonomi. Kondisi ini mendorong pemerintah atau otoritas moneter
mengendalikan jumlah uang beredar dalam perekonomian. Kegiatan penegndalian
jumlah uang beredar lazim disebut dengan kebijakan moneter.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konseptual Neraca Otoritas Moneter?
2. Bagaimana konseptual Neraca BPUG?
3. Bagaimana konseptual Neraca Sistem Moneter/Perbankan?
1
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran konseptual Neraca Otoritas Moneter.
2. Untuk mengetahui gambaran konseptual Neraca BPUG.
3. Untuk mengetahui gambaran konseptual Neraca Sistem
Moneter/Perbankan.
BAB II
PEMBAHASAN
GAMBARAN UMUM NERACA
A. Pengertian Neraca
Neraca adalah salah satu bagian dari laporan keuangan suatu entitas bisnis/
perusahaan yang di dalamnya terdapat informasi mengenai aktiva, kewajiban,
serta ekuitas pemegang saham pada akhir periode akuntansi perusahaan tersebut.
Laporan posisi keuangan (Balance Sheet atau Statement Of Financial
Position) atau neraca adalah suatu laporan yang wajib dibuat oleh sebuah
perusahaan. Laporan tersebut nantinya akan menjadi dasar bagi suatu entitas
bisnis/ perusahaan dalam membuat keputusan bisnis.
Perusahaan yang tidak dapat membuat laporan neraca akan dianggap gagal
karena tidak mampu memberikan informasi penting kepada stakeholder,
pemerintah, akademisi, dan pihak-pihak lain yang berperan dalam membuat
kebijakan.
B. Unsur-unsur Neraca
Mengacu pada pengertian neraca di atas, terdapat tiga unsur penting di
dalam neraca keuangan, yaitu Aktiva, Kewajiban, dan Ekuitas. Berikut penjelasan
mengenai unsur-unsur neraca tersebut:
1. Aktiva (Aset)
Aktiva atau aset adalah kekayaan yang dimiliki oleh suatu entitas bisnis
yang diharapkan memberikan manfaat usaha di masa depan. Aktiva dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Aktiva Lancar
Aktiva lancar adalah aset yang umur kegunaannya untuk jangka pendek.
Proses pencairan aktiva lancar ini kurang dari atau maksimal 1 tahun.
3
4
b. Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aset yang umur kegunaannya untuk digunakan dalam
jangka waktu yang panjang, lebih dari setahun. Aset ini umumnya
digunakan untuk kepentingan operasioanl perusahaan. Aset jenis ini
mengalami penyusutan karena penggunaan dan berkurangnya masa pakai.
Selain itu, aktiva tetap juga memiliki bentuk lain, yaitu aktiva tetap tak
berwujud.
2. Pasiva (Liability)
Pasiva adalah kewajiban pembayaran yang harus dilakukan oleh suatu
entitas bisnis kepada pihak lain, baik dalam jangka panjang maupun jangka
pendek.
a. Utang Jangka Panjang
Utang jangka panjang adalah setiap utang yang periode pembayarannya
relatif lama.
b. Utang Jangka Pendek
Utang jangka pendek adalah semua utang yang harus dibayarkan dalam
waktu relatif lama, paling lambat satu tahun.
3. Modal
Modal adalah uang atau barang yang dipakai sebagai dasar untuk
melakukan suatu pekerjaan. Dalam hal ini modal dalam neraca adalah saldo dari
modal akhir sebuah perusahaan dalam satu periode akuntansi. Dengan kata lain,
modal atau equity merupakan selisih atau nilai lebih assets dikurangi dengan
liabilities.
2. Berguna sebagai alat untuk analisis likuiditas suatu entitas bisnis sehingga
diketahui kemampuan suatu perusahaan untuk melakukan kewajibannya
dengan harta likuid.
3. Berguna sebagai alat untuk analisis kemampuan suatu perusahaan dalam
melunasi utang jangka pendek sebelum jatuh tempo.
GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN MONETER
6
7
inflasi yang umumnya terjadi pada saat kegiatan perekonomian sedang mengalami
boom.
Sejalan dengan kebijakan diatas, pendapat lain mengatakan bahwa
seyogianya bank sentral melaksanakan kebijakan moneter secara pasif. Kebijakan
moneter yang mengakomodasi fluktuasi perekonomian ini dikenal sebagai
accomodative monetary policy. Dengan dasar perbedaan respon, kebijakan
moneter yang mungkin dilakukan dengan menggunakan pola atau kaidah atau
rules tertentu yang dirumuskan secara permanen dalam kurun waktu tertertu atau
dengan menggunakan kehendak atau discretion kewenangan untuk bertindak
secara aktif guna mempengaruhi naik turunnya kegiatan ekonomi rill yang terjadi.
NERACA MONETER
12
13
domestic baik dalam bentuk uang kuartal, uang giral, maupun uang kuasi.
Hal tersebut dapat dilihat pada neraca sistem moneter. Pembahasan secara
konseptual berikut ini adalah Neraca Otoritas Moneter (Bank Indonesia), Neraca
BPUG, dan neraca sistem moneter/perbankan. Namun dalam contoh data hanya
akan digunakan Neraca Sistem Moneter/Perbankaan dan hanya menggunakan
tabel analitis. Selengkapnya bisa didapatkan pada publikasi Bank Indonesia dalam
SEKI (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia).
A. Neraca Otoritas Moneter
Neraca Otoritas Moneter umumnya mengacu kepada bank sentral dari
suatu negara. Dalam hal ini Neraca Otoritas Moneter Indonesia adalah Neraca
Bank Indonesia meskipun sebenarnya bisa berarti lebih luas. Salah satu tugas
penting dari otoritas moneter adalah melalui lender of last resort dalam sistem
perbankan. Dalam keadaan tertentu, jika sebuah bank BPUG mengalami masalah
likuiditas yang akut, otoritas moneter bisa melakukan tindakan untuk mencegah
penyebaran dari likuiditas dengan menjamin deposito nasabah bank tersebut.
Selain itu, Otoritas Moneter memiliki kekuasaan penuh dalam hal penciptaan uang
dan mendapatkan apa yang disebut seigniorange darinya. Uang primer yang
merupakan kewajiban Otoritas Moneter terhadap sektor swasta. Pada tabel berikut
Uang Primer (M0) adalah Uang Kartal dan Uang Giral.
Neraca Otoritas Moneter dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:
Giral. Uang beredar (M2) terdiri atas Uang beredar M1 dan Uang Kuasi,
sementara faktor-faktor yang memengaruhinya terdiri atas Aktiva Luar Negeri
Bersih, Aktiva Dalam Negeri Bersih, dan beberapa hal lainnya. Sisanya adalah di
luar neraca moneter/perbankan.
pusat
Tagihan Kepada
Pemerintah Pusat 668,612.3 785,733.8
Kewajiban Kepada
Pemerintah Pusat 303,538.5 243,500.0
Tagihan Kepada sektor
lainnya 4,079,709.0 4,368,606.4
Tagihan Kepada
Lembaga keuangan
lainnya 259,101.3 259,435.3
BAB III
KESIMPULAN
Sebagaimana diketahui bahwa kebijakan moneter merupakan salah satu
kebijkan makroekonomi selain kebijakan fiskal. Hal yang penting dalam
kebijakan moneter adalah pengendalian uang beredar baik ekspansif maupun
kontraktif. Uang beredar adalah kewajiban sistem moneter kepada sektor swasta
domestic baik dalam bentuk uang kuartal, uang giral, maupun uang kuasi. Hal
tersebut dapat dilihat pada neraca sistem moneter. Pembahasan secara konseptual
berikut ini adalah Neraca Otoritas Moneter (Bank Indonesia), Neraca BPUG, dan
neraca sistem moneter/perbankan.
Seyogianya, bila keijakan moneter tidak ada maka akan tercipta
lingkungan ekonomi yang tidak kondusif, akan tercipta inflasi, deflasi, stabilitas
ekonomi tidak berjalan dengan lancar, serta apabila neraca moneter tidak sesuai
dengan faktanya, maka tidak aka nada acuan bagaimana perekonomian
kedepannya.
18
15
Daftar Pustaka
Ambarini, Lestari. 2015. Ekonomi Moneter. IN MEDIA: Bogor
Sudirman, Wayan. 2011. Kebijakan Fiskal dan Moneter (Teori dan Empirikal).
Kencana: Jakarta
Warjiyo, Perry dan Solikin. 2003. Kebijakan Moneter di Indonesia. PPSK: Jakarta
19