Anda di halaman 1dari 19

MODUL DISEMINASI

BUDIDAYA DAN PENGEMBANGAN PORANG


(Amorphophallus muelleri Blume) SEBAGAI
SALAH SATU POTENSI BAHAN BAKU LOKAL

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


PORANG INDONESIA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG, 2013
PENGERTIAN
Porang (Amorphophallus muelleri Blume)
adalah salah satu jenis tanaman iles-iles yang
tumbuh dalam hutan. Porang merupakan
tumbuhan semak (herba) yang berumbi di dalam
tanah. Umbi porang berpotensi memiliki nilai
ekonomis yang tinggi, karena mengandung
glukomanan yang baik untuk kesehatan dan
dapat dengan mudah diolah menjadi bahan
pangan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Gambar 1. Batang tanaman. Cenderung tegak dan


lunak serta terdapat totol putih-hijau, berbatang
halus,. Tinggi tanaman berkisar 100 – 150 cm.

2
Gambar 2. Daun tanaman. Menjari berpangkal 3,
berwarna hijau cenderung gelap ataupun hijau
cerah. Mempunyai titik pangkal daun tempat
tumbuhnya bulbil (sejak tanaman berusia 2
bulan)

3
A

Gambar 3. A) Bulbil mulai terlihat pada usia


tanaman 2 bulan. Ditandai dengan bintik gelap
pada pangkal daun. Berwarna coklat gelap dan
tumbuh pada pangkal daun. B) Bulbil (umbi
generarif).

4
Gambar 4. Umbi porang. Merupakan umbi
tunggal. Daging umbi berwarna kuning cerah,
seratnya halus. Terdapat getah yang dapat
menimbulkan rasa gatal di kulit.

5
SYARAT TUMBUH
Tanaman porang yang dibudidayakan
harus punya kualitas yang baik, untuk itu perlu
diketahui syarat-syarat tumbuh tanaman porang,
antara lain:
1. Keadaan iklim
 Intensitas cahaya 60 – 70%
 Ketinggian 0 – 700 m dpl. Namun yang
paling bagus pada daerah dengan
ketinggian 100 – 600 m dpl.
2. Keadaan tanah
 Dibutuhkan tanah yang gembur/subur
dan tidak becek.
 Tanah dengan tekstur lempung berpasir
dan bersih dari alang-alang.
 Derajat keasaman tanah ideal antara
pH 6 – 7.
3. Kondisi lingkungan
 Naungan yang ideal: Jati, Mahoni Sono,
dan lain-lain.
 Tingkat kerapatan naungan minimal
40% maksimal 60%. Semakin rapat
semakin baik.

6
BUDIDAYA PORANG
Persiapan lahan
Lokasi tumbuh tanaman porang yang baik
adalah di bawah naungan dengan itensitas cahaya
60-70%.
Kegiatan persiapan lahan:
1. Pada lahan datar
Setelah lahan dibersihkan dari semak-
semak liar/gulma lalu dibuat guludan
selebar 50 cm dengan tinggi 25 cm dan
panjang disesuaikan dengan lahan.
Jarak antara guludan adalah 50 cm.
2. Pada lahan miring
Lahan dibersihkan tidak perlu diolah.
Lalu dibuat lubang tempat ruang
tumbuh bibit yang dilaksanakan pada
saat penanaman.

Persiapan bibit
Porang dapat diperbanyak secara vegetatif
dan generatif (biji, bulbil/katak). Bibit yang dipilih
adalah dari umbi dan bulbil yang sehat. Bibit
porang cukup ditanam sekali. Setelah bibit yang
ditanam berumur 3 tahun, dapat dipanen
selanjutnya dapat dipanen setiap tahunnya tanpa
perlu penanaman kembali.
Kebutuhan bibit per satuan luas sangat
tergantung pada jenis bibit yang digunakan dan
jarak tanam. Dengan prosentase tumbuh benih

7
diatas 90%, kebutuhan benih per hektar dengan
jarak tanam 0,5 m adalah:
1. Umbi : 1.500 kg (± 20-30 buah/kg)
2. Biji : 300 kg
3. Bulbil : 350 kg (±170 – 175 buah/kg)

Tata cara penyiapan bibit dari umbi


1) Tentukan anakan tanaman porang yang
berumur ±1 tahun yang pertumbuhannya
subur dan sehat.
2) Bongkar tanaman dan bersihkan umbi dari
akar dan tanah.
3) Kumpulkan bibit tersebut di tempat yang
teduh untuk penanganan selanjutnya yaitu
penanaman (1 umbi porang hanya
menghasilkan 1 tanaman porang).

Tata cara penyiapan bibit dari biji


Tanaman porang pada setiap kurun waktu
4 tahun akan menghasilkan bunga yang
kemudian menjadi buah atau biji. Dalam 1
tongkol buah bisa menghasilkan biji sampai 250
butir yang dapat digunakan sebagai bibit porang
dengan cara disemaikan terlebih dahulu.

8
Tata cara budidaya dengan perkecambahan
poliembrioni
Poliembrioni adalah adanya lebih dari satu
embrio dalam satu biji. Pada tata cara budidaya
pembibitan dengan menggunakan biji maka satu
biji porang akan langsung disemai sehingga satu
biji porang hanya menghasilkan satu bibit baru.
Namun demikian dengan metode
poliembrioni, pada satu biji porang dilakukan
proses pembelahan biji untuk memisahkan
embrio-embrio dalam satu biji (Gambar 5D).
Embrio yang telah dipisahkan tersebut kemudian
disemai hingga tumbuh tunas sehingga dihasilkan
lebih dari satu bibit baru dari satu biji.
Budidaya porang metode poliembrioni ini
biasanya dilaksanakan sejak bulan Agustus,
ketika bunga porang mulai rebah, kemudian biji
ditampung. Selanjutnya biji-biji tersebut
kemudian dibelah dan embrio-embrionya
dipisahkan. Dibutuhkan waktu 6-7 minggu sejak
embrio disemaikan hingga berkecambah. Embrio
yang telah berkecambah dipindahkan ke dalam
kantong polybag hingga 8 minggu sebelum siap
ditanam ke lahan.

9
Gambar 5. Perkecambahan Poliembrioni. A) Biji
porang yang baru dipanen, B) Biji porang yang
telah matang berwarna merah, C) Biji porang
dikeringkan hingga kecoklatan, D) poliembrio
dalam 1 biji, E) poliembrio yang telah dipisahkan,
F) Embrio yang telah disemai hingga bertunas

10
Tata cara penyiapan bibit dari bulbil/katak
1) Ambil bulbil dari sekitar rumpun tanaman
yang berumur cukup tua (seleksi/pilih
bulbil yang sehat).
2) Bulbil yang telah dipilih dikumpulkan
dalam wadah dan disemai hingga tumbuh
tunas yang kemudian ditanam (tanaman
porang yang cukup besar dan tua dapat
menghasilkan bulbil ±40/pohon).

Budidaya dengan dari kultur jaringan (in vitro)


Kultur jaringan (in vitro) merupakan
metode mengisolasi bagian tanaman yang
ditumbuhkan dengan kondisi aseptik (tidak ada
patogen), sehingga bagian tanaman tersebut dapat
memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman
lengkap kembali. Berikut adalah tahapannya:
1) Eksplan (jaringan tanaman yang
diambil untuk diperbanyak) yang
telah dipisahkan dengan biji ditanam
pada media MS (Murashige-Skoog)
dengan penambahan BAP (Benzyl
Amino Purine) dan IBA (Indole Butyric
Acid).
2) Terbentuk kalus (hasil pembelahan
sel dari jaringan esplan) yang terjadi
dalam 3 tahap, yaitu:
1. Induksi sel  sel siap
melakukan pembelahan

11
2. Pembelahan  sel lebih aktif
membelah dan mengalami
peningkatan ukuran sel
3. Diferensiasi  sel melebar dan
membelah hingga tercapai
keseimbangan antara
pembelahan dan pelebaran
sel.
3) Dilakukan aklimatisasi (upaya
penyesuaian fisiologis/adaptasi
tanaman pada suatu lingkungan
yang baru) dalam
seedbed/bedengan.
4) Terbentuk porang siap tanam.

Gambar 6. Tahapan budidaya kultur jaringan

12
Penanaman porang
Porang sangat baik ditanam ketika musim
hujan, yaitu sekitar bulan November – Desember.
Tahap penanaman porang adalah sebagai berikut:
1. Bibit yang sehat satu per satu dimasukkan
ke dalam lubang tanam dengan letak bakal
tunas menghadap ke atas.
2. Tiap lubang tanaman diisi 1 bibit porang
dengan jarak tanam sesuai kebutuhan.
3. Tutup bibit dengan tanah halus / tanah
olahan setebal ±3 cm.

Pemeliharaan tanaman porang


Tanaman porang merupakan tanaman yang
memerlukan pemeliharaan secara khusus. Namun
untuk mendapatkan hasil pertumbuhan dan
produksi yang maksimal, dapat dilakukan
perawatan yang intensif dengan cara:
 Penyiangan
o Dilakukan dengan membersihkan
gulma yang berupa rumput liar yang
dapat menjadi pesaing tanaman
porang dalam hal kebutuhan air dan
unsur hara.
o Sebaiknya dilakukan sebulan setelah
umbi porang ditanam. Penyiangan
berikutnya dapat dilakukan saat
gulma muncul.

13
o Gulma yang terkumpul ditimbun
dalam sebuah lubang agar
membusuk dan menjadi kompos.
 Pemupukan
Pada saat pertama kali ditanam, dilakukan
pemupukan dasar. Untuk pemupukan
berikutnya dapat dilakukan setahun sekali
(awal musim hujan). Jenis pupuk adalah
pupuk urea 10 g/lubang dan SP 36,5
g/lubang. Pemberian pupuk dilakukan
dengan cara ditanam disekitar batang
porang.
 Pengamanan pohon pelindung
Porang merupakan tanaman yang butuh
naungan. Oleh karena itu perlu dilakukan
pemeliharaan terhadap pohon pelindung
agar pohon pelindung dan tanaman porang
dapat tumbuh dengan baik.

PERTUMBUHAN DAN MASA PANEN TANAMAN


PORANG
 Tanaman porang dapat dipanen untuk
pertama kali setelah umur tanaman
mencapai 3 tahun. Setelah itu, tanaman
dapat dipanen setahun sekali tanpa harus
menanam kembali umbinya.
 Tanaman porang hanya mengalami
pertumbuhan selama 5 – 6 bulan tiap
tahunnya (pada musim penghujan). Di luar
masa itu, tanaman mengalami masa

14
istirahat /dorman dan daunnya akan layu
sehingga tampak seolah-olah mati.
 Waktu panen tanaman porang dilakukan
pada bulan April – Juli (masa dorma).
 Umbi yang dipanen adalah umbi besar yang
beratnya lebih dari 2 kg/umbi, sedangkan
umbi yang masih kecil ditinggalkan untuk
dipanen pada tahun berikutnya.
 Rata-rata produksi umbi porang berkisar
10 ton per hektar.

PENGOLAHAN
Setelah dipanen, umbi porang dibersihkan
dari kotoran berupa tanah dan akar yang
menempel. Setelah itu, untuk memperpanjang
umur simpan umbi porang, maka dapat dilakukan
pengolahan dengan menjadikan umbi porang
sebagai chip porang ataupun dapat dijadikan
tepung porang.

Pembuatan chip porang


1. Umbi porang dibersihkan dari kotoran.
2. Umbi dikupas dan dicuci dengan air bersih.
3. Diiris dengan ketebalan ±5 cm.
4. Dijemur dibawah terik matahari hingga
benar-benar kering (±5 hari). Porang harus
benar-benar kering untuk menghindari
timbulnya jamur yang dapat mengurangi
kualitas dan harga jual porang.

15
Gambar 7. Chip porang

Pembuatan tepung porang


1. Chip porang yang telah kering dimasukkan
dalam disc mill (mesin penepung).
2. Setelah keluar dari disc mill, tepung porang
dihaluskan menggunakan ball mill (mesin
penepung).
3. Tepung porang difraksinasi (pemisahan
senyawa berdasarkan berat jenis. Pada
tahap ini, kalsium oksalat dan zat pengotor
yang lain akan dibuang dengan cara
dihembuskan).

16
4. Dilakukan pencucian dengan etanol.
Tahap ini bertujuan untuk meminimalisir
kandungan kalsium oksalat (dapat
menyebabkan gatal pada kulit dan
mengendap di ginjal serta merusak hati)
dan zat-zat pengotor pada tepung porang
sehingga yang tersisa sebagian besar
adalah glukomanan.
5. Didapatkan tepung porang murni.

Gambar 8. Tepung porang kasar

17
Tepung porang yang telah dimurnikan
dapat dimanfaatkan untuk industri farmasi dan
makanan. Hal ini dikarenakan tepung porang
mempunyai glukomanan yang baik bagi
kesehatan. Contoh penggunaan tepung
glukomanan antara lain:

 Mie jepang  Bahan pengikat


(shirataki) rasa pada bumbu
 Bahan penyedap
campuran  Bahan lem
pembuatan mie  Edible film
instan  Perekat tablet
 Tahu jepang  Pembungkus
(konyaku) kapsul
 Pembuat daging
bagi vegetarian
 Penguat kertas

18
ANALISA FINANSIAL
Dalam hitungan normal, 100 pohon porang
bisa menghasilkan Rp 500.000,00 – 625.000,00/
100 pohon dengan perhitungan sebagai berikut:
= 2,5 kg/umbi/pohon X 100 pohon
= 250 kg umbi X Rp 2,500/kg
= Rp 500.000,00 – 625.000,00/100 pohon
Untuk luasan 1 Ha bisa ditanam sebanyak
6.000 bibit, sehingga bisa menghasilkan 24
ton/Ha, yakni dengan penghitungan 6.000 x 4 kg.
Jika 1 Ha bisa menghasilkan 24 ton, dan
dikalikan dengan harga Rp 2.500/kg, kurang lebih
bisa menghasilkan Rp 60.000.000/Ha.
Pengolahan umbi porang menjadi chip
ataupun tepung dapat memberikan nilai tambah.
Jika umbi porang dihargai sebesar Rp
2.500,00/kg, maka chip porang dihargai sekitar
Rp 27.000,00/kg, dan harga tepung porang dapat
mencapai Rp 250.000,00/kg.

19

Anda mungkin juga menyukai