Teori Persepsi Mulla Shadra

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

Setelah jelas prinsipalitas atau kehakikian eksistensi dan kemajasian atau penampakan kuiditas dengan

pembuktian dalil-dalil, maka dari itu, setiap orang yang memahami secara sempurna masalah
prinsipilitas wujud maka ia pun sempurna dalam penegasan wujud wajib (Tuhan).

semua berpendapat bahwa kuiditas objek-objek yang dipersepsi benar-benar hadir di dalam subjek yang
mempersepsi. Mereka juga mengemukakan berbagai teori pengetahuan yang didasarkan pada konsep
kuiditas.

‘Allamah Dawani memperjelas pendapat filosof terdahulu yang mengelompokkan pengetahuan dalam
kategori kualitas sebagai suatu analogi. Kuiditas-kuiditas yang ada dalam pikiran adalah aksiden, tetapi
kuiditas yang ekstra-mental adalah substansi; inilah permasalahannya. Jika kuiditas yang ada dalam
pikiran adalah aksiden, maka kuiditas tersebut pasti berubah berdasarkan sifat-sifatnya, suatu asumsi
yang ditolak sebagian besar filosof Muslim. Oleh karena itu, Dawani menganggap bahwa kuiditas yang
ada dalam pikiran memiliki kategori yang sama dengan kuiditas ekstra-mental.

Dalam hal eksistensi mental, Mulla Sadra terinspirasi oleh pendapat Dasytaki, dan untuk menjelaskan
pendapat Dawani di atas, Sadra mengatakan bahwa realisasi sesuatu ditentukan oleh baik eksistensi
mental maupun eksistensi ekstra-mentalnya. 31) Menurut Mulla Sadra, yang ada di dalam subjek yang
mempersepsi adalah konsep saja, bukan individual atau penjelasnya dan juga bukan esensi atau
realitasnya yang terealisasi di dalam pikiran; maksudnya, jiwa memahami bentuk sensual, bentuk
imajinatif dan bentuk rasional sesuatu.32) Untuk mengantisipasi kesalahpahaman terhadap teorinya
yang dapat dianggap merujuk pada teori ‘image’ (syabah), Mulla Sadra menekankan argumen bahwa
menurut penganut teori ‘image’ tersebut, apa yang terealisasi di dunia ekstra-mental adalah kuiditas dan
esensi, sedangkan yang terealisasi di dalam pikiran adalah image-nya. Akan tetapi, menurut Mulla Sadra,
kuiditas dan realitas sesuatu terjadi baik di dalam pikiran maupun secara ekstra-mental. Dalam
menjelaskan cara dimana sifat-sifat esensial dapat tetap dipertahankan, Mulla Sadra mengatakan,

Ketika mengimajinasikan sesuatu, pikiran memaksudkan bentuk-bentuk mental, bukan untuk eksistensi
mental sesuatu itu, tetapi untuk eksistensi ekstra-mental objektifnya yang menjadi dasar dalam kategori
dan karakteristik realitas objektif sesuatu yang dipahami, wadah dimana esensialitas sesuatu yang
eksternal diabstraksikan. 33)

Analisis Teori Dawani

Karena mengira bahwa perubahan di dalam suatu kuiditas adalah tidak mungkin, Dawani menganggap
deskripsi bentuk-bentuk kognitif sebagai kualitas hanya untuk penggunaan analogis saja. Dawani malah
tidak membedakan antara kuiditas mental dengan kuiditas ekstra-mental. Adapun garis besar teori ini
dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, teori ini mengasumsikan prinsip korespondensi antara persepsi dan realitas, prinsip
kemungkinan pengenalan esensi dan realitas sesuatu, serta prinsip korespondensi kuiditatif.

Kedua, korespondensi kuiditatif antara persepsi dan objek yang dipersepsi belum dapat dibuktikan. Hal
itu belum dibuktikan sebagai suatu kualitas. Kalaupun sekiranya pembuktian itu sudah ada, maka
perubahan di dalam kuiditas menjadi satu keharusan. Namun argumen ini juga masih dipertanyakan
karena penggunaan istilah ‘kualitas’ pada bentuk-bentuk kognitif tidak analogis, justru tidak bisa
dipungkiri bahwa jiwa manusia mampu mengabstraksikan intelligibilia dari entitas-entitas ekstra-mental,
bentuk-bentuk imajinatif dan image ideal. Akhirnya tidak bisa dibantah bahwa jiwa manusia, ketika
mengabstraksikan intelligibilia ini, adalah di bawah pengaruh kualitas psikis yang pada hakikatnya adalah
pengetahuan jiwa terhadap intelligible tersebut. Sehingga ketika konsep ini dikaji lebih mendalam,
ternyata jiwa mempunyai kualitas yang berasal dari jiwa itu sendiri.

Dasytaki, Hasyiyah, MS Majlis Vol 14r.

Dawani, Hasyiya bar Syarh al-Tajrid, litograf, Isfahan: Danisykada-yi adabiyyat tanpa tahun, hal. 14

Mulla Sadra, al-Asfar, Vol. I, hal. 322.

Mulla Sadra, al-Asfar, Vol. I, hal. 291-92.

Mulla Sadra, al-Asfar, Vol. I, hal. 292, 323.

Mulla Sadra, al-Asfar, Vol. I, hal. 298-99.

Mulla Sadra, al-Asfar, Vol. I, hal. 295-96.

Anda mungkin juga menyukai