Anda di halaman 1dari 2

NAMA : RAVYNA AJI SEPTYANA

NIM : 1903101063
KELAS : AKUNTANSI / 3A

Ontologi Pengertian-Pengertian Pokok dan Penyelesaian Masalah


A. Ontologi Pengertian-pengertian Pokok
Ontologi merupakan salah satu antara lapangan-lapangan penyelidikan kefilsafatan
yang paling kuno. Awal mula pemikiran Barat sudah menunjukkan munculnya
perenungan di bidang ontologi. Segenap filsuf Barat yang kita kenal ialah orang Yunani
yang bijak dan arif yang bernama Thales. Thales merupakan orang pertama yang
berpendirian sangat berbeda di tengah-tengah pandangan umum yang berlaku saat itu.
Ontologi yang bersahaja. Kebanyakan orang setidak-tidaknya mengadakan
pembedaan antara barang-barang yang dapat dilihat, diraba, yang tidak bersifat
kejasmanian atau yang dipahamkan ‘jiwa’. Ontologi kuantitatif dan kualitatif. Ontologi
dapat mendakati masalah hakekat kenyataan dari dua macam sudut pandang. Orang dapat
memepertanyakan, “Kenyataan itu tunggal atau jamak?” Yang demikian ini merupakan
pendekatan kuantitatif. Ontologi monistik Lama berselang di Yunani Kuno, Parmenides
mengatakan, kenyataan itu tunggal adanya, dan segenap keanekaragaman, perbedaan
serta perubahan, bersifat semu belaka.
Istilah-istilah dasar dalam bidang ontologi yaitu :

Yang-Ada (being) dan Yang-Tiada (non-being): Yang-ada, yaitu segenap hal yang
dapat diterapi pengertian ‘ada’, dapat dibagi lebih lanjut dalam: (1.a) yang nyata
ada/yang ada dalam kenyataan (the real), dan (2.a) yang nampaknya ada/yang ada
dalam kenampakan (the appearent).
 Kenyataan dan Kenampakan: Pada umumnya dapat dikatakan, pernytaan yang
berbentuk ‘X bersifat nyata’ tidak senantiasa mengandung kebenaran. Benar-
tidaknya pernyataan tersebut tergantung pada nama yang disebutnya.
 Eksistesi dan Non-Eksistensi: . Dengan keterangan di atas tidak berarti bahwa
sesuatu yang ber-esensi tentu ber-eksistensi atau bahkan tentu nyata ada. Suatu
segitiga yang sempurna, misalnya, mempunyai esensi, tetapi tidak bereksistensi
meskipun segitiga semacam itu mungkin nyata ada.
B. ONTOLOGI PENYELESAIAN MASALAH
Sebagaimana telah dikatakan, terdapat dua macam pernyataan mengenai kenyataan,
secara kuantitatif dan secara kualitatif. Tetapi hendaknya diingat, kali ini saya berbicara
mengenai kenyataan dan bukan mengenai yang-ada. Karena dalam arti tertentu, ada
merupakan dasar segala sesuatu, dan dalam hal ini segala sesuatu mempunyai kesamaan.
Pertama-tama sebaiknya kita rumuskan sejumlah pertanyaan mengenai kenyataan, yakni
sebagai berikut.
 Kenyataan bersifat kealaman (Naturalisme) : seorang penganut paham naturalisme
dewasa ini, mengatakan, naturalisme modern – ketika berpendirian bahwa apa
yang dinamakan kenyataan pasti bersifat kealaman- beranggapan bahwa kategori
pokok untuk memberikan keterangan mengenai kenyataan ialah kejadian.
 Kenyataan bersifat benda mati (Materialisme) : Yang terdalam ialah materi. Kaum
materialis pada masa lampau memandang alam semesta tersusun dari zat-zat renik
yang terdalam tersebut dan memandang alam semesta dapat diterangkan
berdasarkan hukum–hukum dinamika.
 Kenyataan bersifat keerohanian (Idealisme): Para penganut paham naturalisme
dan materialisme mengatakan bahwa istilah-istilah yang mereka sarankan (materi,
alam, dan sebagainya) sudah cukup untuk memberikan keterangan mengenai
segenap kenyataan.
 Yang-sungguh ada kecuali Tuhan dan Malaikat berupa bahan dan bentuk
(Hylomorfisme)
 Segenap pernyataan mengenai “kenyataan” tidak mengandung makna
(Empirisisme Logis)

PERTANYAAN DAN JAWAB


1. Dalam ontologi terdapat aliran Idealisme. Aliran ini meyakini bahwa akal merupakan
suatu kemampuan melihat secara tajam bentuk-bentuk spiritual murni dari suatu yang
melampaui bentuk materialnya. Apakah maksudnya ?
Jawab ;
Kaum idealisme berkayakinan, bahwa apa yang tampak dalam alam realitas bukanlah
merupakan sesuatu yang riil, tetapi lebih merupakan bayangan atas apa yang
bersemayam dalam alam pikiran manusia. Menurutnya realitas kebenaran dan
kebaikan sebagai idea telah dibawa manusia sejak ia dilahirkan, dan karenanya
bersifat tetap dan abadi.
Pengetahuan yang dihasilkan indra tidak akan pernah menjadi pengetahuan yang
hakiki atau sebenarnya tanpa pernah membiarkan akalnya untuk menyusun
pengetahuan yang memadai tentang apa yang dirasakan indara tersebut. Menurut
aliran ini, pengetahuan adalah suatu bagian dari pemikiran manusia yang
dikategorisasikan melalui alam yang objektif yang mana itu ditangkap oleh indra
manusia. Oleh karena itu, objek pengetahuan haruslah melalui idea-idea yang seluruh
koneksitasnya bersifat sistematis.

Anda mungkin juga menyukai