Anda di halaman 1dari 39

BAB.

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia.


Hampir setiap hari orang dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang perlu
dicari jalan keluarnya. Masalah seringkali disebut orang sebagai kesulitan,
hambatan, gangguan, ketidak puasan atau kesenjangan. Anderson (dalam
suharnan, 2005) mengemukakan bahwa secara umum dan hampir semua ahli
psikologi kognitif sepakat bahwa masalah adalah suatu kesenjangan antara
setuasi sekarang dengan situasi yang akan datang atau tujuan yang diinginkan
(problem is a gap or discrepancy between present state and future state or
desired goal).

Masalah dapat digolongkan menjadi berbagai jenis, tergantung


dipandang dari sudut mana. Sebagian ahli membedakan masalah menurut
pengetahuan seseorang, sehingga dapat digolongkan menjadi masalah yang jelas
dan tidak jelas. Sebagian ahli lain membedakan masalah menurut proses-proses
kognitif yang terlihat dalam pemecahan masalah.

Masalah selalu muncul dalam bentuk dan tingkat kerumitan yang


bermacam-macam. Morgan (dalam gunarsa, 1990) mengemukakan bahwa
masalah adalah berbagai penyimpangan dari keadaan yang belum jelas. Apabila
ada ketidaksesuaian dalam suatu situasi antara keadaan yang sebenarnya dengan
tujuan, dan didalam situasi tersebut mengandung suatu peringatan bagi
seseorang dalam mencapai tujuan, maka akan menimbulkan permasalahan.

Pemecahan masalah adalah suatu proses mencari atau menemukan jalan


yang menjembatani antara keadaan yang sedang dihadapi dengan keadaan yang
diinginkan (hayes, dalam suharnan, 2005). Jadi, ruang masalah (problem

1
solving) sebagai jurang atau kesenjangan sangat menentukan tingkat kemudahan
atau kesulitan pencarian masalah.

Chaplin (2001) dalam kamus lengkap psikologi menyatakan bahwa


pemecahan masalah adalah proses yang tercakup dalam usaha menemukan
urutan yang benar dari alternatif-alternatif jawaban mengarah pada satu sasaran
atau kea rah pemecahan yang ideal.

Sedangkan menurut hayers ( dalam suharnan, 2005) strategi penemuan


jalan pemecahan dapat dibedakan menjdai dua : penemuan secara acak, semua
jalan keluar ditempuh atau dicari tanpa ada pengetahuan khusus, dan penemuan
melalui strategi heuristic, yaitu proses penggunaan pengetahuan seseorang
untuk mengidentifikasikan sejumlah jalan atau cara yang akan ditempuh dan
dianggap menjanjikan bagi pemenuhan pemecahan masalah.

Pemecahan masalah, adalah individu yang dihadapkan pada persoalan


yang mendesak dan perlu dilakukan masalah atau mencari solusi dengan
berpikir. Pemecahan masalah merupakan proses berpikir, belajar, mengingat
serta menjawab atau merespon dalam bentuk pengambilan keputusan. Jadi
kemampuan menyelesaikan masalah dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan
aktivitas kognitif dan kecakapan individu dalam menyelasikan permasalahan
secara efektif yang meliputi usaha individu untuk memikirkan, memilih dan
mempertahankan alternative jawaban kepada satu pemecahan atau solusi yang
ideal dengan meminimalkan dampak negative yang ditimbulkan.

Keputusan hampir dibuat oleh semua orang, baik secara perseorangan


(individual), atas nama pribadi sendiri, oleh pimpinan suatu organisasi
(perusahaan baik pemerintah atau perseorangan), seperti direktur perusahaan,
kepala dinas, rektor dan sebagainya (Supranto, 1991 hal V).

2
Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka untuk memecahkan
permasalahan atau persoalan(problem solving). Ada empat kategori keputusan,
yaitu:

a. Keputusan dalam keadaan kepastian, artinya hasil keputusan dapat


diketahui sebelumnya dengan pasti.
b. Keputusan dalam keadaan ada resiko, artinya hasil keputusan belum
dapat diketahui sebelumnya dengan pasti, akan tetapi probabilitasnya
sudah diketahui.
c. Keputusan dalam keadaan tak ada kepastian, artinya hasil keputusan
belum dapat diketahui sebelumnya dengan pasti, dan probabilitasnya pun
tidak dapat diketahui.
d. Keputusan dalam keadaan ada konflik, artinya hasil keputusan sangat
bergantung kepada keputusan pihak lawan atau saingan.

Pada hakekatnya, didalam setiap keputusan yang dibuat pasti ada tujuan
yang akan dicapai (Supranto, 1991, hal 2).

1.2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi persoalan dalam penulisan ini dengan


memperhatikan latar belakang penulisan di atas adalah sebagai berikut:

1. Apakah pengertian dari problem solving ?


2. Bagaimanakah ciri-ciri pembelajaran pemecahan masalah?
3. Mengapa harus menggunakan pembelajaran pemecahan masalah?
4. Apakah tujuan dan manfaat penggunaan problem solving?
5. Apa kekurangan dan kelebihan dari problem solving?
6. Bagaimanakah langkah-langkah umum dalam problem solving?

3
Sementara itu, manfaat dari penulisan ini diantaranya adalah : secara
teoritis akan diperoleh pengetahuan tentang problem solving yang dapat
memberikan masukan bagi pihak perusahaan atau institusi sehingga perusahaan
atau institusi benar-benar mengetahui penerapan problem solving pada instansi
pemerintah.

1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan ini adalah:


a. Untuk memahami pengertian problem solving dan mengetahui ciri-
cirinya.
b. Agar menyadari benar, tujuan dan manfaat penggunaan problem solving.
c. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran problem
solving.
d. Agar dapat mengetahui secara umum langkah-langkah dalam model
pembelajaran problem solving.

1.4. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:


a. Bagi Pimpinan : penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman konsep problem solving dan dapat menerapkan metode
Tanya jawab dalam pembelajaran pemecahan masalah.
b. Bagi pegawai : memberdayakan kemampuan, daya kreatif, dan pola pikir
untuk menumbuhkan pemahaman pembelajaran problem Solving.
c. Bagi Institusi : sebagai masukan untuk meningkatkan pembelajaran di
instansi dengan menerapkan metode problem solving dalam pemecahan
masalah yang tepat.
d. Bagi pembaca : memberikan informasi tentang problem solving untuk
meningkatkan pemahaman.
e. Bagi penulis : penuli memperoleh pengalaman sebagai bekal kelak dan
bahan refensi tentang pentingnya problem solving.

4
BAB. II
PEMBAHASAN

2.1. Tinjauan Teoritis


2.1.1. Pengertian Problem Solving

Newell dan Simon menulis bahwa, "seseorang dihadapkan

dengan masalah (masalah)ketika menginginkan sesuatu dialog dan tidak

tahu dengan segera serangkaian tindakan apa yang harus diameter

lakukan untuk mendapatkannya ".

Demikian pula, martinez menyatakan bahwa, "problem

solving adalah proses bergerak menuju tujuan bila jalan menuju tujuan

tidak pasti". Pόlya mendefinisikan problem solving sebagai "pencarian

beberapa tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan yang jelas

dipahami, tetapi tidak segera dicapai. Dimana tidak ada kesulitan, maka

tidak ada masalah ".Menurut Michaelis adalah aktivitas / proses yang

ilakukan untuk individu mencari solusi akan suatu masalah. Adapun

menurut Fisher problem solving adalah suatu proses dimana anak

dapat belajar untuk menggunakan pengetahuan mereka, berdasarkan

konsep proses ketrampilan yang ada ketrampilan pada diri

anak. Ketrampilan yang harus dimiliki ketrampilan anak adalah kritis,

kreatif proses strategis seperti mengamati,

perancangan, pengambilankeputusan,

5
kerjasama kelompok, pengungkapan pendapat, menerapkan proses

mengevaluasi solusi proses seterusnya.

Dari beberapa pernyataan tersebut dapat dikatakan Problem

solving sebagai rangkaian tindakan yang tepat yang digunakan untuk

mencapai tujuan. Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan

masalah , seseorang memiliki banyak harus pengalaman dalam,

memecahkan berbagai masalah. Berbagai hasil penelitian menunjukkan

bahwa anak yangbanyak diberi latihan problem solving memiliki

nilai lebih tinggi dalam tes problem solving dibandingkan anak yang

lebih sedikit latihannya.

Problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran

dengan masalah menjadikan sebagai titik tolak pembahasan untuk

dianalisis proses disintesis dalam, usaha mencari pemecahan atau

jawabannya masalah oleh seseorang. Jadi problem solving ini

memberikan tekanan pada terselesaikannya suatu masalah

secara menalar. Problem solving problem solving (pemecahan

masalah) dapat berlangsung bila seseorang dihadapkan suatu persoalan

pada yang didalamnya terdapat sejumlah jawaban kemungkinan. Upaya

menemukan jawaban itu kemungkinan merupakan suatu proses

pemecahan masalah.

Prosesnya dapat berlangsung melalui suatu diskusi, atau suatu

penemuan melaui pengumpulan data, diperoleh baik dari percobaan

(eksperimen) atau data dari lapangan.Belajar problem solving dapat


6
berlangsung proses belajar dalam, yang berkaitan ilmu-ilmu dengan

sosial, ilmu-ilmu kealaman, maupun dalam, matematika. Oleh sebab

bentuk belajar ini menekankan pada penemuan pemecahan masalah,

maka pembelajaran bertujuan membentuk kemampuan

yang memecahkan masalah, lebih menekankan penyajian bahan pada

dalam, bentuk masalah penyajian yang menuntut proses penemuan

pemecahan masalah.

Problem solving menekankan pada kegiatan belajar seseorang

yang yang optimal bersifat, dalam, upaya pemecahan menemukan

jawaban atau terhadap suatu permasalahan semacam ini memungkinkan

belajar seseorang mencapai pemahaman terhadap apa yang tinggi yang

dipelajari. Disamping itu, proses belajar menekankan prinsip-prinsip

pada berpikir ilmiah, yang bersifat kritis proses analitis. Dengan

demikian, diharapkan menguasai seseorang pun prosedur

melakukan penemuan ilmiah, proses mampu melakukan proses berpikir

analitis.

Ciri-ciri utama problem solving problem solving (pemecahan

masalah) adalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah,

memusatkan keterkaitan antar disiplin, menghasilkan karya kerjasama

proses peragaan.

Secara teoritis, problem solving dipercaya sebagai vehicle untuk

mengembangkanhigher-order-thinking skills (Kusmawan, 2002).

Melalui problem solving diharapkan seseorang dapat membangun


7
pemahamannya sendiri tentang realita alam dan ilmu pengetahuan

dengan cara merekontruksi sendiri ‘makna’ melalui pemahaman relevan

pribadinya (pandangan konstruktivisme). seseorang difasilitasi untuk

menerapkan their existing knowledge melaluiproblem solving ,

pengambilan keputusan, dan mendesain penemuan. seseorang dituntut

untuk berpikir dan bertindak kreatif dan kritis. Mereka dilibatkan dalam

melakukan eksplorasi situasi baru, dalam mempertimbangkan dan

merespon permasalahan secara kritis, dan dalam menyelesaikan

permasalahannya secara realistis.

Penilaian yang dilakukan dengan problem solving , Pizzini

(1996) yakin bahwa seseorang akan mampu menjadi pemikir yang

handal dan mandiri. Mereka dirangsang untuk mampu menjadi seorang

eksplorer–mencari penemuan terbaru; inventor–mengembangkan

ide/gagasan dan pengujian baru yang inovatif; desainer–mengkreasi

rencana dan model terbaru; pengambil keputusan–berlatih bagaimana

menetapkan pilihan yang bijaksana; dan sebagai komunikator–

mengembangkan metode dan teknik untuk bertukar pendapat dan

berinteraksi.

Relevan dengan pendapat Gardner, individu bisa dikatakan

memahami konsep, teori, keterampilan, atau domain ilmu pengetahuan

tertentu, bila dia memiliki pemahaman segala sesuatu dari segala sisi dan

bisa menyatakannya dalam berbagai sistem simbol, serta menerapkannya

dengan benar dalam berbagai konteks yang berbeda.


8
2.1.2. Pandangan Teori Problem Solving

Teori Problem solving yang berdasarkan pada teori konstruktivistik

menekankan pada pemahaman (understanding) juga menghilangkan

kesalahpahaman, serta memecahkan persoalan dalam, konteks pemaknaan yang

dimiliki. Proses strategis yang dilakukan dimulai dari cara proses pemikiran

deduktif dan pemikiran induktif digabungkan. Dengan demikian orang

mengetahui prinsip-prinsip yang mendasar dari suatu fakta atau data lapangan

yang dijumpai diolah melalui proses proses induktif.

Problem solving (pemecahan masalah) tidak dirancang untuk

membantu memberikan informasi sebanyak-banyaknya. Problem

solving problem solving (pemecahan masalah) bertujuan:

a) membantu mengembangkan keterampilan berpikir seseorang proses

keterampilan pemecahan masalah;

b) belajar peranan orang dewasa yang autentik;

c) menjadi pembelajar yang mandiri. Menurut Killen (benyamin. 2003:40)

penggunaan problem solving diarahkan ke dalam tiga kategori, yakni

mengajarkan untuk memecahkan masalah, mengajarkan dengan

menggunakan pemecahan masalah, serta sistem pembelajaran berbasiskan

masalah yang. Kategori ketiga tersebut perbedaannya pada hanya

penekanannya.

Cara pertama penekanannya pada itu sendiri pemecahan masalah,

sedangkan kategori kedua penekanannya ada suatu pembelajaran pada subjek

didik melalui pemecahan masalah.Katagori ketiga, proses pembelajaran itu


9
justru dimulai proses pada berbasiskan ketrampilan memecahkan permasalahan-

permasalahan yang ada, masalah-masalah dengan utama yang bersifat

berkelanjutan. Kategori yang penulis penelitian ini pakai dalam, kategori ketiga

adalah, dimana pemecahan masalah itu hanya digunakan sebagai alat analisis

salah satu dalam, memahami materi pembelajaran.

2.1.3. Tahap - Tahapan Problem Solving


Adapun ringkasan dari buku How To Solve It karya George Polka,
disebutkan ada beberapa tahapan untuk menyelesaikan problem, yaitu:

a) Memahami masalah

Problem apa yang dihadapi? Bagaimana kondisi dan datanya?

Bagaimana memilah kondisi-kondisi tersebut? Tanpa adanya

pemahaman terhadap masalah yang diberikan, seseorang tidak

mampu ujung masalah tersebut menyelesaikan dengan benar.

b) Menyusun rencana

Menemkan hubungan antara data dengan hal-hal yang belum

diketahui. Apakah pernah problem yang mirip? Setelah seseorang

dapat memahami masalahnya dengan benar, mereka selanjutnya

harus mampu menyusun rencana penyelesaian masalah. Kemampuan

melakukan fase kedua ini sangat tergantung pada pengalaman

menyelesaikan masalah seseorang dalam,. pada umumnya, semakin

bervariasi pengalaman mereka, ada kecenderungan seseorang lebih

dalam, menyusun rencana kreatif penyelesaian suatu masalah.

10
c) Melaksanakan rencana

Menjalankan rencana guna menemukan solusi, periksa setiap langkah

dengan seksama untuk membuktikan bahwa cara itu

benar. dan Jika rencana penyelesaian suatu masalah telah dibuat, baik

secara tertulis atau tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah

sesuai rencana dengan yang paling tepat dianggap.

d) Melakukan pengecekan

Melakukan penilaian terhadap solusi yang didapat. Dan langkah

terakhir dari proses penyelesaian masalah menurut polya adalah

melakukan pengecekan atas apa yang telah mulai dari dilakukan fase

pertama sampai fase penyelesaian ketiga. Dengan cara seperti ini

maka berbagai kesalahan yang tidak njaluk dapat terkoreksi kembali

sehingga seseorang dapat sampai pada jawaban yang benar sesuai

dengan masalah yang diberikan.

Keempat tahapan ini lebih dikenal dengan See (memahami

problem), Plan (menyusun rencana), Do (melaksanakan rencana)

dan Check (menguji jawaban), sudah menjadi jargon sehari-hari dalam

penyelesaian problem sehingga Polya layak disebut dengan “Bapak problem

solving .”

11
See

(memahami Masalah)

Do

(melaksanakan rencana)

Check

(pengecekan masalah)

Plan

(menyusun rencana)

Banyak ahli lain yang menjelaskan bentuk penerapan Problem solving .

John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan amerika menjelaskan 6

langkah metode pemecahan masalah (problem solving ), yaitu:

a. Merumuskan masalah, yaitu langkah seseorang menentukan masalah yang

akan dipecahkan.

b. Menganalisis masalah, yaitu langkah seseorang meninjau masalah secara

kritis dari berbagai sudut pandang.

c. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah seseorang merumuskan berbagai

kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

d. Mengumpulkan data, yaitu langkah seseorang mencari dan menggambarkan

informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

e. Pengujian hipotesis, yaitu langkah seseorang mengambil atau merumuskan

kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang

diajukan.

12
f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah seseorang

menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil

pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

David Johnson & Jhonson mengemukakan ada 5 langkah metode

pemecahan masalah (problem solving ) melalui kegiatan kelompok seperti :

a. mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu

yang mengandung isu konflik, hingga seseorang menjadi jelas masalah apa

yang akan dikaji.

b. mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah,

serta menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat

maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah.

c. merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah

dirumuskan melalui diskusi.

d. menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan

tentang strategi mana yang dapat dilakukan.

e. melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi

proses adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan;

sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhdap akibat dari penerapan

strategi yang diterapkan.

Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut memiliki pengertin yang sama

yakni langkah-langkah problem soving digunakan untuk mengembangkan

kemampuan seseorang dalam,mengidentifikasi, mengembangkan kemampuan

13
berpikir alternatif, proses kemampuan mengambil keputusan berdasarkan

alternatif yang tersedia.

2.1.4. Landasan Filosofi Proses Psikologi Pembelajaran Problem Solving


Pembelajaran problem solving banyak diilhami oleh filsafat yang
dikembangkan oleh konstruktivisme Piaget. Pandangan filsafat pengetahuan
tentang hakekat konstruktivisme mempelajari tentang proses belajar, bahwa
belajar bukanlah sekedar menghapal tetapi melalui proses
mengkontruksi pengalaman. Pandangan piaget tentang bagaimana sebenarnya
pengetahuan itu struktur kognitif terbentuk anak dalam, sangat berpengaruh
terhadap model yang yang pembelajaran peneliti kembangkan model
pembelajaran yakni masalah pemecahan.Dilihat dari aspek filosofis tentang
fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan anak didik agar
dapat hidup di masyarakat, maka model pembelajaran problem
solving merupakan model yang memungkinkan proses sangat result untuk
dikembangkan. Hal ini disebabkan pada kenyataannya setiap manusia akan
selalu dihadapkan pada masalah. Mulai dari masalah yang sederhana sampai
yang kompleks ke masalah, mulai dari masalah pribadi sampai kepada masalah
keluarga, masalah sosial kemasyarakatan, masalah negara sampai kepada
masalah dunia.
Problem solving diharapkan dapat memberikan latihan kemampuan
setiap individu proses untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
dilihat dari aspek psikologis belajar bersandarkan pada aliran
belajar kognitif. Menurut aliran ini belajar adalah proses pada hakekatnya proses
mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki
setiap ekor secara optimal. Belajar lebih dari sekadar menghafal proses
menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya
bermakna untuk seseorang melalui ketrampilan berpikir.

14
Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan itu akan bermakna
apabila proses dicari ditemukan oleh peserta didik sendiri bukan hasil pemberian
orang lain. Setiap individu berusaha harus mampu mengembangkan
proses pengetahuannya melalui skema sendiri yang ada dalam, struktur
kognitifnya. Skema ini harus terus menerus diperbaharui harus diubah melalui
proses proses asimilasi akomodasi proses, dengan demikian tugas pengajar
adalah memotivasi peserta untuk didik mengembangkan skema yang terbentuk
melalui proses asimilasi proses akomodasi tersebut, peaget (sanjaya,
2007:194). Pandangan ini banyak didasarkan teori piaget pada. Piaget
mengemukakan bahwa seseorang dalam, segala usia secara aktif terlibat dalam,
proses perolehan informasi proses membangun pengetahuan mereka sendiri.
Pengetahuan bersifat statis tetapi tidak terus berevolusi. Pengetahuan tumbuh
berkembang pada saat proses pembelajar pengalaman menghadapi
baru. Pengalaman baru ini memaksa mereka untuk membangun proses
memodifikasi pengetahuan awal mereka. Setiap pengetahuaninteraksi suatu
mengandalkan dengan pengalaman. Tanpa interaksi dengan objek, tidak seorang
anak dapat mengkontruksi pengetahuannya. Seperti halnya piaget, Vygotsky
juga percaya bahwa perkembangan pada saat terjadi intelektual individu
berhadapan dengan pengalaman baru proses menantang ketika mereka berusaha
untuk memecahkan masalah yang yang dimunculkan. Untuk memperoleh
pemahaman ekor pengetahuan baru mengkaitkan dengan pengetahuan awal yang
telah dimiliki. Melalui tantangan proses bantuan dari seseorang atau teman
sejawat yang lebih mampu, mengantarkan seseorang ke zona
pengembangan terdekat mereka dimana pembelajaran baru terjadi.

15
2.1.5. Kelebihan dan Kekurangan Problem Solving
Kelebihan dari problem solving pembelajaran problem solving ini
antara lain:

a) problem solving merupakan pemecahan masalah yang bagus yang

untuk memahami isi pelajaran,

b) seseorang dapat menantang kemampuan serta memberikan kepuasan

untuk pengetahuan menemukan baru bagi seseorang,

c) dapat meningkatkan aktifitas seseorang pembelajaran,

d) dapat membantu bagaimana mentransfer seseorang pengetahuan

mereka memahami untuk masalah dalam, kehidupan nyata,

e) dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis seseorang

mengembangkan proses

f) kemampuan mereka menyesuaikan untuk dengan pengetahuan baru.

g) memberikan kesempatan pada seseorang untuk mengaplikasikasikan

pengetahuan yang mereka miliki dalam, dunia kehidupan sehari.

Kelemahan problem solving pembelajaran problem solving adalah:

a) Kurangnya kesiapan pengajar seseorang proses untuk berkolaborasi

dalam, memecahkan

b) masalah yang diangkat cara membuat problem solving ini tidak

efektif,

c) Problem solving pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama

segi dalam, persiapan,

16
d) Saat seseorang tidak memiliki minat atau tidak mempunyai

masalah kepercayaan bahwa yang sulit dipelajari untuk

dipecahkan, maka mereka merasa tidak mau untuk mencoba.

2.2. Strategi Pemecahan Masalah (Problem Solving) pada Rumah Detensi


Imigrasi kupang
Strategi Pemecahan Masalah ini ditujukan untuk para pegawai
sebagai alternatif dalam menerapkan dan mengembangkan proses dan
aktivitas yang lebih produktif dan bermakna. Strategi pemecahan masalah
merupakan suatu proses memecahkan suatu masalah dan yang
menyangkut merubah keadaan yang aktual menjadi keadaan seperti yang
dikehendaki.
Strategi pemecahan masalah (Problem Solving) merupakan suatu
strategi pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang
membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang
membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.
Sedangkan menurut Purwanto, Strategi Pemecahan Masalah adalah suatu
proses dengan menggunakan strategi, cara, atau teknik tertentu untuk
menghadapi situasi baru, agar keadaan tersebut dapat dilalui sesuai dengan
keinginan yang telah ditetapkan. Jadi Problem Solving merupakan suatu
strategi pembelajaran yang mengaktifkan atau melatih pegawai untuk
dapat menghadapi masalah dan memecahkannya.
Menurut Dewey belajar memecahkan masalah adalah interaksi
antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah
belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada pegawai
berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi
menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi
dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pengalaman pegawai yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan

17
kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa
dijadikan pedoman.
Menurut Pepkin strategi pembelajaran Problem Solving adalah
suatu strategi pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran
dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan
keterampilan memecahkan masalah atau memilih dan mengembangkan
tanggapannya.
Menurut Skeel Problem Solving adalah suatu proses di mana
individu mengidentifikasi suatu situasi bermasalah, memformulasikan
ekspansi tentative atau hipotesis, memverifikasi hipotesis tentatif tersebut
dengan mengumpulkan dan mengevaluasi data, dan menyatakan kembali
hipotesis hingga menjadi suatu generalisasi.
Berdasarkan beberapa konsep tentang Pemecahan Masalah
(Problem Solving) seperti tersebut di atas, yang dimaksud Problem
Solving dalam penulisan ini adalah suatu strategi pembelajaran yang
mengaktifkan pegawai pada Rumah Detensi Imigrasi Kupang yang dapat
melatih pegawai lainnya untuk menghadapi berbagai masalah serta dapat
mencari pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan yang ada
tersebut.

2.2.1. Manfaat Strategi Pemecahan Masalah Bagi Rumah Detensi Imigrasi


Kupang
Strategi pemecahan masalah merupakan representasi dimensi-
dimensi proses yang alami bukan satu usaha yang dipaksakan. Strategi
pemecahan masalah merupakan pendekatan yang dinamis, pegawai
menjadi lebih terampil sebab pegawai mempunyai prosedur internal yang
lebih tersusun dari awal. Ada banyak kegiatan yang melibatkan kreativitas
dalam pemecahan masalah seperti riset dokumen, pengamatan terhadap
lingkungan sekitar, kegiatan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan
penulisan yang kreatif. Dengan strategi Pemecahan Masalah, pegawai

18
dapat memilih dan mengembangkan ide pemikirannya. karena strategi
pemecahan masalah memperluas proses berpikir.
Strategi pemecahan masalah selalu mengarahkan kemampuan yang
dimiliki pegawai, baik kemauan, perasaan, semangat, serta pemikiran yang
paling utama dalam memecahkan masalah. Strategi ini mendorong
pegawai untuk berpikir secara sistematis dengan menghadapkannya
kepada masalah-masalah. Hal ini penting dalam kehidupannya untuk
menghadapi masalah. Dengan Problem Solving pegawai belajar untuk
mengembangkan pola pikirnya. Memecahkan masalah adalah strategi
belajar yang mengharuskan pegawai untuk menemukan jawabannya
(dicovery) tanpa bantuan khusus. Dengan memecahkan masalah pegawai
menemukan aturan baru yang lebih tinggi tarafnya sekalipun ia tidak dapat
merumuskannya secara verbal. Menurut penelitian masalah yang
dipecahkan sendiri, yang ditemukan sendiri tanpa bantuan khusus,
memberi hasil yang lebih unggul, yang digunakan atau ditransfer dalam
situasi-situasi lain.
Problem Solving dapat dipandang sebagai proses penerapan
pengetahuan dan pemahaman yang ada terhadap sesuatu yang baru supaya
memperoleh ide-ide baru dan pemahaman baru. Menurut Tek “Penekanan
utama Problem Solving sebagai suatu strategi pengajaran adalah untuk
membantu para pegawai mengembangkan pemahamannya terhadap
prinsip-prinsip ilmiah dan konsepkonsep yang terkandung dalam
masalah”.
Umumnya dalam konteks pemecahan masalah pegawai akan
terdorong aktif, sehingga pegawai harus berpikir secara ilmiah dan
mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam terhadap
permasalahan dengan berpikir menggunakan ide-ide yang relevan. Jadi
Problem Solving merupakan kemampuan intelektual dengan tingkat
kompleksitas yang tinggi.

19
Sasaran dari penggunaan strategi Problem Solving adalah : (1)
pegawai akan mampu menyatakan urutan langkah-langkah pemecahan
masalah dalam creative Problem Solving, (2) pegawai mampu menemukan
kemungkinan-kemungkinan strategi pemecahan masalah, (3) pegawai
mampu mengevaluasi dan menyeleksi kemungkinan-kemungkinan
tersebut kaitannya dengan kriteria-kriteria yang ada, (4) pegawai mampu
memilih suatu pilihan solusi yang optimal, (5) pegawai mampu
mengembangkan suatu rencana dalam mengimplementasikan strategi
pemecahan masalah, (6) pegawai mampu mengartikulasikan bagaimana
creative Problem Solving dapat digunakan dalam berbagai bidang/ situasi.
Dilihat dari sasaran penggunaan strategi Problem Solving di atas
maka manfaat strategi Problem Solving adalah untuk :
a. mengembangkan kemampuan berpikir para pegawai yang tidak
hanya berpikir bertambah apabila pengetahuan bertambah, namun
proses berpikir yang terdiri atas serentetan keterampilan-
keterampilan seperti mengumpulkan informasi/data, membaca data
dan lain-lain yang penerapannya membutuhkan latihan dan
pembiasaan,
b. membina pengembangan sikap penasaran/ ingin tahu lebih jauh dan
cara berpikir objektif mandiri kritis analitis, baik secara individu
maupun secara kelompok,
c. pegawai dapat menghadapi permasalahan yang ada di lingkungan
sekitarnya serta berusaha mengerahkan segala kemampuan untuk
dapat mencari pemecahan masalah.

20
2.2.2. Pelaksanaan Strategi pemecahan masalah (Problem Solving) dalam
Suatu Pembelajaran
Menurut Taryadi secara ringkas epistemologi Problem Solving
mempunyai ciri sebagai berikut :
a. objektif,
b. rasional,
c. kritis,
d. evolusioner,
e. realistis,
f. pluralistik.

Osborn, mengatakan bahwa strategi Problem Solving mempunyai 3


(tiga) prosedur, yaitu :

a. menemukan fakta, melibatkan penggambaran masalah,


mengumpulkan dan meneliti data dan informasi yang bersangkutan,
b. menemukan gagasan, berkaitan dengan memunculkan dan
memodifikasi gagasan tentang strategi pemecahan masalah,
c. menemukan solusi, yaitu proses evaluatif sebagai puncak pemecahan
masalah.
Di dalam proses Problem Solving terdapat dua fase kreatif dalam
pemecahan masalah menurut Von Oech, yaitu fase imaginatif dan fase
praktis. Dalam fase imaginatif gagasan strategi pemecahan masalah
diperoleh, dan dalam fase praktis, gagasan tersebut dievaluasi dan
dilaksanakan.
Langkah-langkah Problem Solving dalam pembelajaran sebagai
hasil gabungan prosedur Von Oech dan Osborn sebagai berikut :
a. Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada pegawai
tentang masalah yang diajukan, agar pegawai dapat memahami
tentang penyelesaian yang diharapkan,

21
b. Pengungkapan gagasan, pegawai dibebaskan untuk mengungkapkan
gagasan tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah,
c. Evaluasi dan seleksi, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-
pendapat atau strategistrategi yang cocok untuk menyelesaikan
masalah,
d. Implementasi, pegawai menentukan strategi yang dapat diambil
untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampa
menemukan penyelesaian dari masalah tersebut.
Dengan membiasakan pegawai menggunakan langkah-langkah
yang kreatif dalam memecahkan masalah, diharapkan dapat membantu
pegawai untuk mengatasi kesulitan dalam mempelajari Matematika.
Proses pemecahan masalah dapat dilakukan dengan bermacam-macam
cara tergantung pada sifat masalah, kemampuan memecahkan masalah
dan cara memecahkan masalah tersebut. Dalam pembelajaran strategi
pemecahan masalah harus disiapkan permasalahan yang akan diberikan
pada pegawai untuk dipecahkan.
Cara untuk mempersiapkan pemecahan masalah yang efektif
menurut Alipandie yaitu :
a. problema yang diajukan hendaknya benar-benar sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kemampuan murid;
b. para murid hendaknya terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang
maksud dan tujuan serta cara-cara memecahkan masalah yang
dimaksud;
c. masalah-masalah yang harus dipecahkan hendaknya bersifat aktuil
dan erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat, sehingga
menimbulkan motivasi dan minat belajar para murid;
d. di samping bimbingan pengajar secara kontinue hendaknya tersedia
sarana pengajaran yang memadai serta waktu yang cukup untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

22
Keunggulan strategi Problem Solving sebagai berikut :

a. melatih pegawai untuk mendesain suatu penemuan dan berpikir serta


bertindak kreatif,
b. Problem Solving merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami suatu materi pelajaran,
c. memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis,
d. mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan,
e. menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan,
f. merangsang perkembangan kemajuan berfikir pegawai untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat,
g. dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dunia kerja,
h. Problem Solving dapat membantu pegawai untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran
yang mereka lakukan,
i. Problem Solving dapat memberikan kesempatan pada pegawai untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia
nyata.

Dengan demikian pada waktu kegiatan pemecahan masalah maka


akan membutuhkan kualitas dari berpikir. Berlangsungnya pemikiran
yang mendalam atau pemikiran yang kritis akan menyebabkan
tercapainya suatu kualitas pemecahan masalah yang tinggi dari masalah
yang dipecahkan. Sehingga pelaksanaan Problem Solving dapat
dilakukan dengan menyiapkan berbagai masalah yang nantinya diberikan
ke pegawai dan kemudian pegawai mencari pemecahan atau solusi dari
permasalahan tersebut.
Problem solving dapat juga diartikan suatu proses mental dan
intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan
data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang
23
tepat dan cermat (Hamalik, 1994:151). Problem solving yaitu suatu
pendekatan dengan cara problem identifikation untuk ketahap syntesis
kemudian dianalisis yaitu pemilahan seluruh masalah sehingga mencapai
tahap application selajutnya komprehension untuk mendapatkan solution
dalam penyelesaian masalah tersebut. (Qruztyan. Blogs. Friendster.com)
Pendapat lain problem solving adalah suatu pendekatan dimana
langkah-langkah berikutnya sampai penyelesaian akhir lebih bersifat
kuantitatif yang umum sedangkan langkah-langkah berikutnya sampai
dengan pengelesain akhir lebih bersifat kuantitatif dan spesifik (Qrustian
Blogs Friendster.com).
Ini berarti oreantasi pembelajaran problem solving merupakan
infestigasi dan penemuan yang pada dasarnya pemecahan nasalah.
Apabila solvingnya yang diharapkan tidak berjalan sebagaimana yang
diinginkan berarti telah terjadi di dalam tahap-tahap awal sehingga setiap
enginer harus mulai kembali berfikir dari awal yang bermasalah untuk
mendapatkan pemahaman menyeluruh mengenai masalah yang sedang
dihadapi.
Jadi, dalam mempelajari sebuah konsep yang baru harus didasari
konsep-konsep yang sebelumnya. Mempelajari konsep B yang mendasari
konsep A, seorang harus memahami dulu konsep A tidak mungkin orang
itu memahami konsep B. ini berarti harus bertahap, dan berkaitan dengan
konsep yang satu dengan konsep yang lainnya.
Berpikir memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang
baru adalah kegiatan yang kompleks dan berhubungan erat satu dengan
yang lain. Suatu masalah umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa
berpikir, dan banyak masalah memerlukan pemecahan yang baru bagi
orang-orang atau kelompok. Sebaliknya, menghasilkan sesuatu (benda-
benda, gagasan-gagasan) yang baru bagi seseorang, menciptakan sesuatu,
itu mencakup problem solving. Ini berarti informasi fakta dan konsep-
konsep itu tidak penting. Seperti telah kita ketahui, penguasaan informasi

24
itu perlu untuk memperoleh konsep; keduanya itu harus diingat dan
dipertimbangkan dalam problem solving dan perbuatan kreatif. Begitu
pula perkembangan intelektual sangat penting dalam problem solving
(Slameto, 1990 : 139)
Selanjutnya problem solving merupakan taraf yang harus
dipecahkan dengan cara memahami sejumlah pengetahuan dan
ketrampilan kerja dan merupakan hasil yang dicapai individu setelah
individu yang bersangkutan mengalami suatu proses belajar problem
solving yang diajarkan suatu pengetahua tertentu.
Jadi, yang dimaksud dengan problem solving dalam penelitian ini
adalah hasil suatu masalah yang melahirkan banyak jawaban yang
dihasilkan dari penelitian yang menghasilkan kesimpulan secara realistik
dalam problem solving. (Lawson, 1991:53)

2.2.3. Langkah-Langkah Problem Solving

Penulis perlu menggunakan pendekatan yang terdiri dari tiga


langkah untuk problem solving, dengan demikian konsep problem
solving ini bukan teori belaka, tetapi telah terbukti keberhasilannya.

Adapun tiga langkah problem solving adalah :

a. Mengidentifikasi masalah secara tepat


Secara konseptual suatu masalah (M) didefinisikan sebagai
kesenjangan atau gap antara kerja aktual dan target kinerja (T )
yang diharapkan, sehingga secara simbolik dapat dituliskan
bersamaan; M=T – A. berdasarkan konsep seorang problem solver
yang professional harus terlebih dahulu nanpu mengetahui berapa
atau pada tingkat mana kinerja actual saat ini, dan berapa atau tingkat
mana kinerja serta kita harus mampu mendefinisikan secara tegas apa
masalah utama kita kemudian menetapkan pada tingkat mana kinerja
aktual kita sekarang dan kapan waktu pencapain target kinerja itu.
25
b. Menentukan sumber dan akar penyebab dari masalah
Suatu solusi masalah yang efektif, apabila kita berhasil menemukan
sumber-sumber dan akar-akar dari masalah itu, kemudian mengambil
tindakan untuk menghilangkan masalah-masalah tersebut.
c. Solusi masalah secara efektif dan efisien.
Adapun langkah-langkah Solusi masalah yang efektif dan efisien
yaitu : Mendefinisikan secara tertuli Membangun diagram sebab
akibat yang dimodifikasi untuk mendefinisikan :

1). akar penyebab dari masalah itu,

2). penyebab-penyebab yang tidak dapat dikendalikan, namun dapat

diperkirakan

Setiap akar penyebab dari masalah dimasuskkan ke dalam


diagram sebab akibat . sedangkan penyebab yang tidak dapat
diperkirakan, didaftarkan pada sebab akibat itu secara tersendiri
Mendefiisikan tindakan atau solusi yang efektif melalui memperhatikan
dan mempertimbangkan :

a) pencegahan terulang atau muncul kembali penyebab –penyebab itu,


b) tindakan yang diambil harus ada di bawah pengendalian kita, dan
c) memenuhi tujuan dan target kinerja yang ditetapkan.

Menerapkan atau melakukan implementasi atau tindakan-


tindakan yang diajukan (Vincent Gasper sz, dan
Qruztyann.blogs.friendster. com) Adapun langkah-langkah lain yaitu
menurut konsep Dewey yang merupakan berpikir itu menjadi dasar
untuk problem solving adalah sebagai berikut :

26
Adanya kesulitan yang dirasakan atau kesadaran akan adanya
masalah. masalah itu diperjelas dan dibatasi. Mencari informasi atau data
dan kemudian data itu diorganisasikan atau diklasifikasikan. Mencari
hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesa-hipotesa kemudian
hipotesa-hipotesa dinilai, diuji agar dapat ditentukan untuk diterima atau
ditolak. Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus
berlaku sebagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat
sampai kepada kesimpulan.

Selain di atas menurut Dewey langkah-langkah dalam problem


solving yaitu sebagai berikut : kesadaran akan adanya masalah,
merumuskan masalah, mencari data dan merumuskan hipotesa-hipotesa
itu dan kemudian menerima hipotesa yang benar. Tetapi problem solving
itu tidak selalu mengikuti urutan yang teratur, melainkan dapat meloncat-
meloncat antara macam-macam lankah tersebut, lebih-lebih apabila
orang berusaha memecahkan masalah yang kompleks. Misalnya:
masalah-masalah pendidikan telah dikenal orang bertahun-tahun yang
lalu, dan telah banyak hipotesa pemecahan dirumuskan dan dicoba.
Tetapi, orang masih berusaha merunuskan masalah-masalah itu secara
lebih tepat dan mengusahan pengerjaan pemecahan masalah yang lain
agar dapat ditemukan pemecahan yang lebih baik.

Metode problem solving ini menekankan pada penemuan dan


pemecahan masalah secara berkelanjutan. “kelebihan metode ini dapat
mendorong untuk berpikir secara ilmiah, praktis, intuitif dan bekerja
atas dasar inisiatif sendiri, menumbuhkan sikap objektif, jujur dan
terbuka. Sedangkan kelemahannya memerlukan waktu yang cukup lama,
Sedangkan Kenedy seperti dikutip oleh Lovitt (1989 : 279) menyarankan
empat langkah proses pemecahan masalah yaitu dengan :

27
a) Memahami masalah
b) Merencanakan pemecahan masalah
c) Melaksanakan pemecahan masalah, dan
d) Memeriksa kembali

Oleh karena itu, pendekatan pemecahan masalah dengan


memanfaatkan alat peraga dengan langkah-langkah yang telah
dikemukakan tampaknya lebih baik untuk digunakan baik bagi anak
berkesulitan belajar maupun yang tidak berkesulitan belajar. problem
solving

2.2.4. Pendekatan Pembelajaran problem Solving

Menurut Erman Suherman (2003: 75) pendekatan pembelajaran


adalah cara yang ditempuh dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep
yang disajikan bisa beradaptasi.

Menurut Hunsaker, pemecahan masalah ( problem solving )


didefinisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidak
sesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang
diinginkan. Sementara menurut Mu’Qodin mengatakan bahwa problem
solving adalah merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan
untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah
dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian
mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang
dicapai dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan
suatu tindakan yang tepat.

Menurut Wardhani (2010:17) pemecahan masalah (problem


solving) adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Dengan demikian
ciri dari penugasan berbentuk pemecahan masalah adalah : (1) ada
tantangan dalam materi tugas atau soal, (2) masalah tidak dapat
28
diselesaikan dengan menggunakan prosedur rutin yang sudah diketahui
penjawab.

Polya (dalam Hudojo, 2005:74) mengartikan pemecahan masalah


(problem solving) sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu
kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat
dicapai. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pemecahan masalah sebagai upaya mencari jalan keluar yang dilakukan
dalam mencapai tujuan yang diperoleh sebelumnya kedalam situasi yang
baru.

Berdasarkan dari beberapa definisi problem solving yang


dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa problem solving
merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari
informasi, menganalisa situasi dan mengidentifikasi masalah dengan
tujuan untuk menghasilkan alternatif sehingga dapat mengambil suatu
tindakan keputusan untuk mencapai sasaran.

Terkait dengan pengertian problem solving diatas bila dikaitkan


dengan pembelajaran maka mempunyai pengertian sebagai proses untuk
menyelesaikan masalah, dimana problem yang harus diselesaikan
tersebut bisa dibuat-buat sendiri. Menurut Polya (dalam Hudojo,
2005:124), terdapat dua macam masalah yaitu sebagai berikut:

a. Masalah untuk menemukan, dapat teoritis atau praktis, abstrak atau


konkret, termasuk teka-teki. Bagian utama dari suatu masalah adalah
apa yang dicari, bagaimana data yang diketahui, dan bagaimana
syaratnya. Ketiga bagian utama tersebut merupakan landasan untuk
dapat menyelesaikan masalah jenis ini.
b. Masalah untuk membuktikan adalah menunjukkan bahwa suatu
pernyataan itu benar, salah, atau tidak kedua-duanya. Bagian utama
dari masalah ini adalah hipotesis dan konklusi dari suatu teorema

29
yang harus dibuktikan kebenarannya. Kedua bagian utama tersebut
sebagai landasan utama untuk dapat menyelesaikan masalah jenis
ini.
Dalam upaya untuk mengembangkan strategi pengajaran problem
solving, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, sebagaimana
Pengelly (1989, hal. 2) menyatakan bahwa ketika mengembangkan
problem solving skills, terutama dalam hal mendesain permasalahan,
pengajar perlu memperhatikan latar belakang.
Disamping, strategi pembelajaran problem solving perlu
melakukan penyeleksian persoalan yang layak (appropiate) untuk
muridnya. Permasalahan yang dipilih harus menantang (challenging),
terbuka untuk berbagai cara penyelesaian (variety of method of solution),
dan nampak sedikit matematikanya (low in mathematical content)
(Hodgson, 1989, h. 350).
Berkaitan dengan hal ini, Thompson (1989, h. 275) menyarankan
bahwa perlu menyeimbangkan tingkat kesulitan. Jika problem terlalu
sulit dan 3u/I;ptidak mampu memecahkan maka mereka mungkin akan
menjadi putus asa (disillusioned) dan motivasinya menjadi melemah
(waiver). Jika permasalahan yang dihadapi terlalu mudah, menyebabkan
tidak tertantang dan sekali lagi mereka akan kehilangan motivasi.
Sebagai tambahan, Schoenfeld (dikutip di Taplin, diakses: 5 Maret 2001)
juga menyarankan bahwa permasalahan yang baik haruslah sebuah
persoalan yang dapat diperluas untuk dieksplorasi secara matematik
(mathematical explorations) dan digeneralisasikan.
Menurut Polya (dalam Suherman dkk, 2001:91), indikator
pemecahan masalah yaitu :
1. Memahami masalah Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah
yang diberikan.

30
2. Merencanakan penyelesaian Setelah memahami masalah dengan
benar, selanjutnya mereka harus mampu menyusun rencana
penyelesaian masalah.
3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana Jika rencana penyelesaian
suatu masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau tidak, selanjutnya
dilakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang
dianggap paling tepat.
4. Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah
dikerjakan
Pada langkah terakhir ini menurut polya adalah melakukan
pengecekan atas apa yang telah dilakukan mulai dari fase pertama
sampai fase penyelesaian yang ketiga.
Menurut Polya dan Pasmep (dalam Shadiq, 2004:13-14) strategi pemecahan
masalah sebagai berikut:
a. Mencoba-coba
Strategi ini biasanya digunakan untuk mendapatkan gambaran umum
pemecahan masalahnya dengan mencoba-coba (trial and error). Proses
mencoba-coba ini tidak akan selalu berhasil. Ada kalanya gagal.
Karenanya, proses mencoba-coba dengan menggunakan suatu anlisis
yang tajamlah yang sangat dibutuhkan pada penggunaan strategi ini.
b. Membuat diagram
Strategi ini berkait dengan membuat sket atau gambar untuk
mempermudah memahami masalahnya dan mempermudah
mendapatkan gambaran umum penyelesaiannya. Dengan strategi ini,
hal-hal yang diketahui tidaka hanya dibayangkan didalam otak saja
namun dapat dituangkan keatas kertas.
c. Mencoba pada soal yang lebih sederhana
Strategi ini berkaiatan dengan penggunaan contoh-contoh khusus yang
lebih mudah dan lebih sederhana, sehingga gambaran umum

31
penyelesaian masalahnya akan lebih mudah dianalisis dan akan lebih
mudah ditemukan.
d. Membuat tabel
Strategi ini digunakan untuk membantu menganlisis permasalahan atau
jalan pikiran kita, sehingga segala sesuatunya tidak hanya dibayangkan
oleh otak yang kemampuannya sangat terbatas.
e. Menemukan pola
Strategi ini berkaiatan dengan pencairan keteraturan-keteraturan.
Dengan keteraturan yang sudah didapatkan tersebut akan lebih
memudahkan kita untuk menemukan penyelesaian masalahanya.
f. Memecah tujuan
Strategi ini berkait dengan pemecahan tujuan umum yang hendak kita
capai menjadi satu atau beberapa tujuan bagian. Tujuan bagian ini dapat
digunakan sebagai batu loncatan untuk mencapai tujuan sesungguhnya.
g. Memperhitungkan setiap kemungkinan
Strategi ini berkaitan dengan penggunaan aturan-aturan yang dibuat
sendiri oleh para pelaku selama proses pemecahan masalah berlangsung
sehingga dapat dipastikan tidak akan ada satupun alternatif yang
terabaikan.
h. Berpikir logis
Strategi ini berkaitan dengan penggunaan penalaran ataupun penerikan
kesimpulan yang sah atau falid dari berbagai informasi atau data yang
ada.
i. Bergerak dari belakang
Dengan strategi ini, kita mulai dengan menganalisis bagaimana cara
mendapatkan tujuan yang hendak dicapai. Dengan strategi ini, kita
memulai proses pemecahan masalahnya dari yang diinginkan atau yang
ditanyakan lalu menyesuaiakannya dengan yang diketahui.
j. Mengabaikan hal yang tidak mungkin

32
Dari berbagai alternatif yang ada, alternatif yang tidak jelas mungkin
agar dicoret/diabaiakan sehingga perhatian dapat tercurah sepenuhnya
untuk hal-hal yang tersisa dan masih mungkin saja.
Dengan pendekatan pembelajaran problem solving, pegawai
dapat mengembangkan pola pikir untuk memperoleh strategi, sehingga
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matriks pegawai.

33
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Munculnya metode Problem Solving didasari oleh teori
konstruktivisme yang berprinsip bahwa seseorang harus
membangun pengetahuannya sendiri, agar pembelajaran yang
dialaminya bermakna.
2. Problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran
dengan masalah menjadikan sebagai titik tolak pembahasan untuk
dianalisis proses disintesis dalam, usaha mencari pemecahan atau
jawabannya masalah oleh seseorang
3. Landasan filosofis proses psikologis pembelajaran Problem
Solving adalah proses mengkontruksi pengalaman sehingga
pandangan tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu struktur
kognitif akan terbentuk pada seseorang.
4. Proses belajar dalam Pandangan Metode problem solving menganut
pada teori konstruktivistik yang menekankan pada pemahaman
(understanding) juga menghilangkan kesalahpahaman, serta
memecahkan persoalan dalam, konteks pemaknaan yang dimiliki
seseorang. Dengan demikian pegawai dapat mengetahui prinsip-
prinsip yang mendasari dari suatu fakta atau data yang lapangan
yang dijumpai diolah melalui proses yang induktif.

3.2. Saran
Penulis menyarankan agar pembaca lebih mencermati lagi materi
materi pada makalah ini dan membaca buku-buku panduan tentang
problem solving yang lebih lengkap.

34
DAFTAR PUSTAKA

http://dhimaskasep.files.wordpress.com/2008/02/t-05-problem-solving-approach-

dalam-pk.pdf

http://episentrum.com/search/pengertian-problem-solving-dari-tokoh-tokoh-dalam-

psikologi.html

http://journal.mercubuana.ac.id/data/problem-solving.pdf diakses tgl 12 oktober 2015

http://home.comcast.net/~mrtwhs/mash/polya.pdf diakses tgl 12 oktober 2015

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d025_0607573_chapter2.pdf diakses tgl 12

oktober 2015

http://staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/Ali%20Muhson,%20S.Pd.,M.Pd./Ali%20

Muhson%20-%20Problem%20Solving.pdf diakses tgl 12 oktober 2015

http://teori-belajar-dan-pembelajaran.blogspot.com/ diakses tgl 12 oktober 2015

http://www.isle.org/~langley/papers/icarus.cs05.pdf diakses tgl 12 oktober 2015

http://education-all.blogspot.co.id/2011/07/makalah-metode-problem-solving.html
diakses tgl 12 oktober 2015

http://murni-uni.blogspot.co.id/2011/06/problem-solving.html diakses tgl 12 oktober


2015

35
PROBLEM SOLVING
(Pemecahan Masalah)

MAKALAH
Tugas Mata Kuliah Perilaku Organisasi

OLEH :
AGAPE YESELIA JUJATI SELLY
NIM : 811.2.142.003MM

DOSEN PENGASUH :
Dr. COSMAS FERNANDEZ, SVD, MA.

PROGRAM PASCA SARJANA


PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
KONSENTRASI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2015

36
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta bimbingannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Problem Solving (Pemecahan Masalah).
Dalam pelaksanaannya membuat makalah Perilaku Organisasi dari awal
sampai akhir penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Bapak Dr. Cosmas Fernandez, SVD selaku dosen mata kuliah Perilaku
Organisasi
3. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam menyusun makalah ini.
Karena tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis akan mengalami
kesulitan dalam menyusun makalah ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya dapat kami
gunakan untuk perbaikan pada makalah - makalah berikutnya. Atas saran dan
kritik tersebut penulis mengucapkan terima kasih.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta
menambah pengetahuan dalam perilaku berorganisasi.

Kupang, 15 Oktober 2015

Penulis

ii
37
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2

1.4 Manfaat ........................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5

2.1 Tinjauan Teoritis ............................................................................................. 5

2.1.1. Pengertian Problem Solving ................................................................. 5

2.1.2. Pandangan Teori Problem Solving ....................................................... 9

2.1.3. Tahapan – Tahapan Problem Solving ................................................... 10

2.1.4. Landasan Filosofi Proses Psikologi Pembelajaran Problem Solving .... 14

2.1.5. Kelebihan dan Kekurangan Problem Solving ....................................... 16

2.2 Strategi Pemecahan Problem Solving pada Rudenim Kupang ....................... 17

2.2.1. Manfaat Strategi Pemecahan Masalah Bagi Rudenim Kupang ............ 18

2.2.2. Pelaksanaan Strategi Pemecahan (Problem Solving) Dalam Suatu

Pemebelajaran ....................................................................................... 21

2.2.3. Langkah – Langkah Problem Solving .................................................. 25

2.2.4. Pendekatan Pembelajaran Problem Solving ......................................... 28

38
iii
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 34

3.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 34

3.2. Saran .............................................................................................................. 34

iii

39

Anda mungkin juga menyukai