Bab 1
Latar Belakang
PT Coca Cola Amatil Indonesia adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam usaha industri
minuman softdrink Perusahaan ini jam kerjanya nonstop 24 jam dengan pembagian shift sebagai
berikut 06.00- 14.00, 14.00-22.00, 22.00-06.00. Pada perusahaan ini terdapat empat mesin di
Departemen Produksi, yaitu Mesin rjncasser, Mesin Washer, Mesin Filler, dan Mesin Case
Packer. Selama ini perawatan yang dilakukan khususnya pada Departemen Produksi di
perusahaan masih belum teratur dan terencana, sehingga seringkali terjadi gangguan dan
kemacetan pada mesin yang berakibat ketidaklancaran proses produksi. Hal tersebut berpengaruh
pada produk yang dihasilkan dan jadwal yang telah direncanakan. Apabila gangguan yang terjadi
pada proses produksi di departemen ini tidak ditangani dengan baik akan mempengaruhi
departemen lain, yang merupakan mata rantai dari departemen produksi. Selain itu, Standart
Operational Procedure (SOP) yang ada sekarang ini masih belum terinci dengan baik, sehingga
sering terjadi gangguan karena kesalahan prosedur. Karena itu diperlukan SOP yang lebih detail
dan jelas, sehingga antar karyawan/operator dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Melalui perencanaan perawatan yang teratur dan
terencana mengikuti interval waktu perawatan yang diperoleh dan SOP yang baik, maka menurut
hasil penelitian dapat mengurangi kemacetan atau gangguan, sehingga mesin dapat berjalan
dengan lancar dan biaya produksi menurun. Hal ini akan meningkatkan profit yang diterima
perusahaan.Lingkungan operasional meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi situasi
persaingan perusahaan, yaitu posisi bersaing, profil pelanggan, pemasok, kreditor, dan pasar
tenaga kerja.
Resiko Peningkatan biaya per unit akibat keterbatasan bahan baku. Air merupakan bahan
utama dalam industri minuman ringan. Keterbatasan air di beberapa bagian dunia menyebabkan
system pemurnian air harus dilakukan sehingga menyebabkan biaya produksi yang dibebankan
akan lebih tinggi. Resiko pendukung utama Coca-cola mudah diganti dengan bahan lain yang
mudah didapat. Bahan utama Coca-Cola adalah sirup jagung berkadar fruktosa tinggi, sejenis
gula, untuk di Amerika Serikat dapat dipasok oleh sebagian besar sumber domistik. Untuk di luar
Amerika Serikat dapat diganti sukrosa. Bahan lain adalah aspartam, bahan pemanis yang
digunakan dalam produk minuman ringan rendah kalori diperoleh dari The Nutra Sweet
Company.
Bab II
Landasan Teori
Risiko
Risiko adalah sesuatu yang mengarah pada ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa selama
selang waktu tertentu yang mana peristiwa tersebut menyebabkan suatu kerugian baik itu kerugian kecil
yang tidak begitu berarti maupun kerugian besar yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari
suatu perusahaan. Beberapa sifat risiko, antara lain :
o Langsung, misalnya: risiko berupa kerusakan atau hilangnya suatu benda.
o Tidak langsung, misalnya: dalam hal suatu pabrik yang terbakar terdapat kerugian karena usaha
terganggu akibat kebakaran tersebut.
o Tanggung gugat, misalnya: dalam hal perusahaan beton siap pakai salah dalam melakukan mixing
dan tidak sesuainya spesifikasi, maka produsen bertanggung jawab untuk akibat buruk hasil
produksinya.
o Risiko yang ditimbulkan dari pihak lain, misalnya: jika seorang kontraktor tidak menyelesaikan
suatu proyek, maka dapat menimbulkan suatu kerugian.
Manajemen Risiko
o Manajemen risiko merupakan aplikasi dari manajemen umum yang berhubungan dengan berbagai
aktifitas yang dapat menimbulkan risiko. Siagian dan Sekarsari (2001) dalam pandangannya
bahwa manajemen risiko adalah luas tidak hanya terfokus pada pembelian asuransi tapi juga
harus mengelola keseluruhan risiko-risiko organisasi.
o Definisi tentang manajemen risiko memang bermacam-macam, akan tetapi pada dasarnya
manajemen risiko bersangkutan dengan cara yang digunakan oleh sebuah perusahaan untuk
mencegah ataupun menanggulangi suatu risiko yang dihadapi (Kerzner, 2004)
Sehubungan dengan pengimplementasian untuk menerapkan suatu metode akan mempengaruhi biaya,
baik biaya langsung ataupun tidak langsung. Permasalahan yang paling utama dalam menerapkan suatu
metode manajemen risiko adalah selalu mengidentifikasi biaya secara terus-menerus. Namun biaya yang
dikeluarkan tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan biaya jika terjadinya risiko (Siagian dan
Sekarsari, 2001)
Anda bisa mengetahui efektivitas investasi produksi dengan melihat persentase nilai
investasi dari kapasitas yang menganggur. Persentase ini didapatkan dengan
membandingkan nilai uang/investasi yang dikeluarkan dari kapasitas yang tidak
terpakai dengan nilai uang seluruh kapasitas.
Dalam perusahaan, akan selalu ada masalah operasional yang siap menghampiri.
Walaupun sangat akrab dalam wilayah para pengusaha, namun karateristik risiko
operasional sendiri belum dipelajari dengan baik dibanding dengan risiko lainnya
sehingga pengukuran risiko ini pun juga belum baik. Oleh karena itu, setiap perusahaan
dituntut untuk terus berupaya untuk mengelola dan menurunkan risiko operasional
misalnya seperti memperbaiki sistem yang ada, memberikan training terhadap
karyawan dan lainnya. Evaluasi diri atau self-assessment juga bisa dilakukan oleh para
atasan untuk melihat seberapa besar risiko operasional yang dihadapi oleh perusahaan.
Bab III
Pembahasan
DESAIN PRODUK
Beberapa produk dirancang dengan siklus tertentu
Barang-barang mode (fashion) mungkin memiliki siklus selama lima bulan, tetapi mobil (dengan
sedikit modifikasi) memiliki siklus sepuluh tahun. Dalam kasus kendaraan bermotor,
penggantian model akan dirancang untuk mengganti model lama ketika penjualan menurun pada
tingkat yang tidak diharapkan.
Produk minuman seperti Guinness dan Coca-Cola memiliki siklus hidup yang tak terbatas
Pada tahun 2005, portofolio Coca-Cola Company menunjukan keseimbangan
· Pasar minuman olah raga mengalami peningkatan volume sebesar 23 % pada tahun 2005 ,
dimana penjualannya dipimpin oleh Aquaruis dan POWERADE. Penjualan Aquarius mengalami
peningkatan sebesar 25 % pada tahun 2005 dan produk POWERADE kini telah tersedian di
setiap agen pemasaran Coca-Cola Company di 76 negara.
· Pasar minuman berenergi mengalami peningkatan volume sebesar 200% pada tahun 2005,
bertepatan dengan peluncuran produk baru dari Coca-cola yaitu Full Throttle dan Sugar free Full
Throttle. Produk tersebut mengalami kesuksesan sehingga menjadikan Coca-Cola menempati
posisi ke tiga dalam pasar minuman berenergi di Amerika Serikat dalam waktu kurang dari satu
tahun. Minuman pembakkar kalori tersebut mengalami peningkatan penjualan sebersar 38%
pada tahun 2005.
· Pasar minuman berkarbonasi mengalami peningkatan volume sebesar 2%. Diet Sprite
Zero / Sprite Zero mengalami peningkatan volume sebesar 16% di seluruh dunia yang didukung
oleh peningkatan penjualan produk Sprite sebesar 5 %. Produk Fanta juga mengalami
peningkatan sebesar 5% dan Coca-Cola sebesar 2 %.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat di simpulkan bahwa kegiatan analisis portofolio produk
sangat diperlukan untuk menentukan produk baru yang akan diluncurkan serta perkembangan
siklus produk yang sudah ada. Coca-cola Company memfokuskan kegiatan pada peluncuran
produk baru pada segmen produk yang sedang mengalami peningkatan permintaan sehingga
produk yang diluncurkan memperoleh angka penjualan yang tinggi. Selain itu Coca-Cola
Company relatif cepat dalam menciptakan produk baru sehingga kegiatan tersebut dapat
mensiasati siklus hidup produk yang relatif cepat serta keinginan konsumen yang cenderung
mengalami perubahan dalam waktu yang singkat.
Strategi Produk Coca-cola Company
Coca-Cola Company memiliki jumlah produk sekitar 2.800 jenis produk. Produk-produk tersebut
memiliki jenis serta segmentasi yang berbeda. Produk-produk tersebut dibagi dalam banyak lini
produk dengan segmentasi serta targeting yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan konsumen
yang beragam.