Anda di halaman 1dari 11

Manajemen Resiko bidang Operasi perusahaan coca-cola

Bab 1
Latar Belakang

PT Coca Cola Amatil Indonesia adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam usaha industri
minuman softdrink Perusahaan ini jam kerjanya nonstop 24 jam dengan pembagian shift sebagai
berikut 06.00- 14.00, 14.00-22.00, 22.00-06.00. Pada perusahaan ini terdapat empat mesin di
Departemen Produksi, yaitu Mesin rjncasser, Mesin Washer, Mesin Filler, dan Mesin Case
Packer. Selama ini perawatan yang dilakukan khususnya pada Departemen Produksi di
perusahaan masih belum teratur dan terencana, sehingga seringkali terjadi gangguan dan
kemacetan pada mesin yang berakibat ketidaklancaran proses produksi. Hal tersebut berpengaruh
pada produk yang dihasilkan dan jadwal yang telah direncanakan. Apabila gangguan yang terjadi
pada proses produksi di departemen ini tidak ditangani dengan baik akan mempengaruhi
departemen lain, yang merupakan mata rantai dari departemen produksi. Selain itu, Standart
Operational Procedure (SOP) yang ada sekarang ini masih belum terinci dengan baik, sehingga
sering terjadi gangguan karena kesalahan prosedur. Karena itu diperlukan SOP yang lebih detail
dan jelas, sehingga antar karyawan/operator dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Melalui perencanaan perawatan yang teratur dan
terencana mengikuti interval waktu perawatan yang diperoleh dan SOP yang baik, maka menurut
hasil penelitian dapat mengurangi kemacetan atau gangguan, sehingga mesin dapat berjalan
dengan lancar dan biaya produksi menurun. Hal ini akan meningkatkan profit yang diterima
perusahaan.Lingkungan operasional meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi situasi
persaingan perusahaan, yaitu posisi bersaing, profil pelanggan, pemasok, kreditor, dan pasar
tenaga kerja.
Resiko Peningkatan biaya per unit akibat keterbatasan bahan baku. Air merupakan bahan
utama dalam industri minuman ringan. Keterbatasan air di beberapa bagian dunia menyebabkan
system pemurnian air harus dilakukan sehingga menyebabkan biaya produksi yang dibebankan
akan lebih tinggi. Resiko pendukung utama Coca-cola mudah diganti dengan bahan lain yang
mudah didapat. Bahan utama Coca-Cola adalah sirup jagung berkadar fruktosa tinggi, sejenis
gula, untuk di Amerika Serikat dapat dipasok oleh sebagian besar sumber domistik. Untuk di luar
Amerika Serikat dapat diganti sukrosa. Bahan lain adalah aspartam, bahan pemanis yang
digunakan dalam produk minuman ringan rendah kalori diperoleh dari The Nutra Sweet
Company.

Bab II
Landasan Teori

 Risiko
Risiko adalah sesuatu yang mengarah pada ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa selama
selang waktu tertentu yang mana peristiwa tersebut menyebabkan suatu kerugian baik itu kerugian kecil
yang tidak begitu berarti maupun kerugian besar yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari
suatu perusahaan. Beberapa sifat risiko, antara lain :
o Langsung, misalnya: risiko berupa kerusakan atau hilangnya suatu benda.
o Tidak langsung, misalnya: dalam hal suatu pabrik yang terbakar terdapat kerugian karena usaha
terganggu akibat kebakaran tersebut.
o Tanggung gugat, misalnya: dalam hal perusahaan beton siap pakai salah dalam melakukan mixing
dan tidak sesuainya spesifikasi, maka produsen bertanggung jawab untuk akibat buruk hasil
produksinya.
o Risiko yang ditimbulkan dari pihak lain, misalnya: jika seorang kontraktor tidak menyelesaikan
suatu proyek, maka dapat menimbulkan suatu kerugian.

 Manajemen Risiko
o Manajemen risiko merupakan aplikasi dari manajemen umum yang berhubungan dengan berbagai
aktifitas yang dapat menimbulkan risiko. Siagian dan Sekarsari (2001) dalam pandangannya
bahwa manajemen risiko adalah luas tidak hanya terfokus pada pembelian asuransi tapi juga
harus mengelola keseluruhan risiko-risiko organisasi.
o Definisi tentang manajemen risiko memang bermacam-macam, akan tetapi pada dasarnya
manajemen risiko bersangkutan dengan cara yang digunakan oleh sebuah perusahaan untuk
mencegah ataupun menanggulangi suatu risiko yang dihadapi (Kerzner, 2004)

 Proses Manajemen Risiko


Proses manajemen risiko dibagi menjadi tiga bagian utama (Dorfman, 2000), yaitu :
1. Identifikasi dan evaluasi (terhadap frekuensi dan dampak) dari setiap risiko.
Langkah yang terutama dan yang paling penting dalam menghadapi risiko adalah dengan
mengidentifikasinya. Hal ini dikarenakan identifikasi risiko mencakup perincian pemeriksaan strategi
perusahaan, melalui risiko potensial mana yang bisa ditemukan dan kemungkinan disusunnya respon,
sedangkan untuk mengevaluasi risiko, aspek yang harus selalu dipertimbangkan adalah frekuensi resiko
dan potential severity. Frekuensi Risiko adalah suatu metode yang dapat digunakan untuk mengukur
probabilitas kehilangan. Metode ini tidak terlalu kompleks, dimana kita hanya perlu mengetahui obyek
yang akan di estimasi dan frekuensi terjadinya kehilangan tersebut (Kezsbom, 2001). Potential Severity
disebut juga dampak dari risiko, apabila terjadi kerugian, maka seberapa besar dampak yang akan
terjadi? Beberapa risiko membuat dampak kerugian yang begitu besar, tetepi ada juga yang mempunyai
dampak yang kecil.

2. Memilih metode dan mengimplementasikannya


Cara untuk menangani risiko-risiko menurut Mark S. Dorfman (2000), menggunakan profiling atau
risk mapping (Gambar 2.) yaitu metode loss control dan risk financing :
Loss control, adalah suatu kegiatan untuk mengurangi kerugian biaya yang diharapkan dan
mengurangi tingkat keseringan dan dampak kerugian yang terjadi. Loss contol sendiri dibagi menjadi tiga
yaitu:
 Risk avoidance, adalah suatu penerapan metode yang dilakukan dengan cara menghindari
memproduksi produk yang berbahaya.
 Loss prevention, adalah suatu penerapan metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya
kerugian atau kehilangan.
 Loss reduction, adalah suatu penerapan metode yang dilakukan dengan cara memperkecil
dampak-dampak kerugian yang terjadi.
Risk financing, adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan kapan dan kepada siapa
biaya kerugian ditanggungkan. Risk financing sendiri dibagi menjadi empat yaitu:
 Risk assumption, adalah suatu penerapan metode yang dilakukan dengan cara menerima
akibat dari segala risiko yang terjadi.
 Retention, adalah suatu metode yang dilakukan dengan menahan obligasi untuk mengganti sebagian
atau keseluruhan kerugian.
 Risk transfer, adalah suatu penerapan metode yang dilakukan dengan
memperbolehkan perusahaan untuk mentransfer risiko ke perusahaan lain, selain perusahaan asuransi.
 Insurance, adalah suatu penerapan metode yang dilakukan dengan mengasuransikan
segala sesuatu yang mempunyai potensi besar untuk terjadi risiko, kepada perusahaan asuransi.

Sehubungan dengan pengimplementasian untuk menerapkan suatu metode akan mempengaruhi biaya,
baik biaya langsung ataupun tidak langsung. Permasalahan yang paling utama dalam menerapkan suatu
metode manajemen risiko adalah selalu mengidentifikasi biaya secara terus-menerus. Namun biaya yang
dikeluarkan tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan biaya jika terjadinya risiko (Siagian dan
Sekarsari, 2001)

3. Tahap pengontrolan dengan menggunakan analisa deskriptif.


Melakukan kontrol untuk memberikan gambaran yang nyata dan sesuai antara yang
direncanakan dengan keadaan yang sesungguhnya sehingga dapat dilakukan perbaikan terhadap resiko
yang terjadi. Kondisi yang terjadi akan dinilai bahwa apakah proses manajemen risiko pada suatu
perusahaan telah berjalan dengan baik atau belum (Dorfman, 2000)

 5 Indikator Manajemen Risiko dalam Operasional Perusahaan from CRMS


Indonesia
1. Persentase Kenaikan Biaya Bahan Baku
Dalam mengukur indikator risiko di bidang operasional, sebaiknya Anda
mengetahui persentase kenaikan biaya bahan baku terlebih dahulu. Misalnya
saja mulai dari kelangkaan bahan baku yang perlu harus diwaspadai mulai dari
harga dari pemasok hingga perawatannya. Presentase untuk mengetahui
kenaikan biaya bahan baku sendiri dapat dihitung dengan menjumlahkan harga
bahan baku termasuk biaya penyimpanan dan perawatannya. Setelah itu,
hasilnya dibagi dengan total dari periode sebelumnya lalu dikali 100%.
2. Persentase Kenaikan Harga Pokok Penjualan
Pengertian harga pokok penjualan di sini adalah jumlah pengeluaran dan beban yang
diperkenankan kepada perusahaan. Baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
menghasilkan barang atau jasa. Mengetahui persentasi kenaikan harga pokok
penjualan sangat bermanfaat dalam berbagai situasi. Misalnya saja adanya kenaikan
bahan baku yang tentunya berpengaruh pada harga pokok penjualan. Untuk mengetahui
persentase kenaikan harga pokok penjualan, Anda bisa mengurangi total penjualan
dengan laba kotor. Persentase ini didapatkan dengan membandingkan harga pokok
penjualan dalam satu periode dengan periode sebelumnya.

3. Persentase Kenaikan Upah Pekerja Pabrik


Salah satu indikator risiko dalam operasional yang paling penting lainnya adalah
kenaikan upah pekerja. Pada praktiknya, seorang pengusaha haruslah meninjau upah
pekerjanya secara berkala dengan memperhatikan kemampuan perusahaan dan
produktivitas.

Untuk mengetahui persentasenya, Anda dapat membandingkan upah yang dibayarkan


pada para pekerja dalam satu periode dengan periode sebelumnya. Tuntutan gaji yang
terlalu tinggi bisa membuat perusahaan Anda kolaps dan ujungnya ini akan membuat
semua pihak mengalami kerugian.

4. Persentase Kapasitas Produksi yang Menganggur


Kapasitas produksi yang mengaggur seringkali terjadi karena kurangnya penjualan.
Ketika permintaan penjualan meningkat, pekerja dan fasilitas produksi yang
menganggur kembali digunakan.

Untuk mengukur efektivitas produksi, Anda bisa menghitung persentase kapasitas


produksi yang menganggur. Persentase ini menggambarkan kapasitas produksi yang
tidak terpakai dibandingkan dengan kapasitas produksi yang dipakai.
5. Persentase Nilai Investasi Kapasitas yang Menganggur
Selain mengetahui kapasitas produksi yang menganggur, Anda perlu juga mengetahui
nilai investasi dari kapasitas yang menganggur tersebut.

Anda bisa mengetahui efektivitas investasi produksi dengan melihat persentase nilai
investasi dari kapasitas yang menganggur. Persentase ini didapatkan dengan
membandingkan nilai uang/investasi yang dikeluarkan dari kapasitas yang tidak
terpakai dengan nilai uang seluruh kapasitas.

Dalam perusahaan, akan selalu ada masalah operasional yang siap menghampiri.
Walaupun sangat akrab dalam wilayah para pengusaha, namun karateristik risiko
operasional sendiri belum dipelajari dengan baik dibanding dengan risiko lainnya
sehingga pengukuran risiko ini pun juga belum baik. Oleh karena itu, setiap perusahaan
dituntut untuk terus berupaya untuk mengelola dan menurunkan risiko operasional
misalnya seperti memperbaiki sistem yang ada, memberikan training terhadap
karyawan dan lainnya. Evaluasi diri atau self-assessment juga bisa dilakukan oleh para
atasan untuk melihat seberapa besar risiko operasional yang dihadapi oleh perusahaan.

Bab III
Pembahasan

STRATEGI OPERASI GLOBAL COCA-COLA


Perusahaan Coca-cola merupakan sebuah perusahaan multinasional,karena Coca-cola
terlibat banyak dalam bisnis internasional,mempunyai atau mengendalikan fasilitas di lebih dari
satu Negara. Dalam perusahaan multinasional sendiri dihadapkan dengan empat strategi operasi,
seperti strategi internasional, multidomestik, global dan transnasional. Dalam hal ini Coca-cola
memilih strategi global. Dan Coca-cola dalam strategi globalnya menggunakan sistem Strategic
Route Planning (SRP).
Sederhananya, SRP merupakan solusi TI yang memungkinkan perusahaan merumuskan strategi
routing secara tepat. Misalnya, sebuah area dengan jumlah penduduk tertentu sebaiknya dilayani
dengan berapa armada, bagaimana jalur masing-masing armada agar lebih efisien dan efektif,
wilayah mana yang masih kosong dan bisa dipenetrasi oleh wiraniaga (salesman) CCAI, dan
sebagainya. Semua itu bisa diketahui dari SRP yang serba terkomputerisasi. Singkatnya, ini
merupakan sistem aplikasi yang bisa memproses digital mapping distribusi produk-produk Cola-
Cola.
Bagi perusahaan penjualan (sales company) seperti CCAI, SRP jelas sangat dibutuhkan dalam
proses bisnisnya. Ini diakui Deborah Intan Nova, Manajer Sistem Informasi Nasional &
Teknologi CCAI. Eksekutif yang punya nama panggilan Debbie ini lebih jauh menjelaskan, ada
empat tujuan implementasi TI di CCAI. Pertama, meningkatkan pendapatan (revenue
generation). Kedua, meningkatkan pelayanan pelanggan. Ketiga, mengelola atau meminimalkan
biaya (efisiensi). Dan keempat, meningkatkan utilisasi aset –, truk, chiller, colddrink, dan lain-
lain. “Cuma, fokus kami memang pada dua tujuan yang pertama,” tutur Debbie yang sudah 9
tahun berkarier di lingkungan Coca-Cola.
Menariknya, SRP ini bukan sekadar teknologi berbasis global positioning system (GPS)
sebagaimana banyak dipakai perusahaan distribusi atau taksi. Kalau GPS sekadar untuk melihat
atau memotret posisi sementara, SRP menggabungkan antara GPS dengan hitung-hitungan
aritmatika. “GPS diperlukan untuk meng-capture letak atau lokasi masing-masing gerai. Dari situ
kemudian dimasukkan ke dalam sistem SRP dan diolah untuk merumuskan pola kunjungan atau
rute terbaik,” tutur Debbie yang berlatar belakang pendidikan teknik industri itu. Dari SRP,
manajemen mengetahui, misalnya bila CCAI punya 20 truk kanvas, rute mana saja yang paling
efektif dan efisien yang harus dilewati masing-masing truk hingga tidak ada gerai yang
terlewatkan. “Jangan sampai salesman mengendarai mobil lebih jauh dan mengunjugi banyak
tempat, tapi secara total tingkat produktivitasnya rendah.

DESAIN PRODUK
Beberapa produk dirancang dengan siklus tertentu
Barang-barang mode (fashion) mungkin memiliki siklus selama lima bulan, tetapi mobil (dengan
sedikit modifikasi) memiliki siklus sepuluh tahun. Dalam kasus kendaraan bermotor,
penggantian model akan dirancang untuk mengganti model lama ketika penjualan menurun pada
tingkat yang tidak diharapkan.
Produk minuman seperti Guinness dan Coca-Cola memiliki siklus hidup yang tak terbatas
Pada tahun 2005, portofolio Coca-Cola Company menunjukan keseimbangan
· Pasar minuman olah raga mengalami peningkatan volume sebesar 23 % pada tahun 2005 ,
dimana penjualannya dipimpin oleh Aquaruis dan POWERADE. Penjualan Aquarius mengalami
peningkatan sebesar 25 % pada tahun 2005 dan produk POWERADE kini telah tersedian di
setiap agen pemasaran Coca-Cola Company di 76 negara.
· Pasar minuman berenergi mengalami peningkatan volume sebesar 200% pada tahun 2005,
bertepatan dengan peluncuran produk baru dari Coca-cola yaitu Full Throttle dan Sugar free Full
Throttle. Produk tersebut mengalami kesuksesan sehingga menjadikan Coca-Cola menempati
posisi ke tiga dalam pasar minuman berenergi di Amerika Serikat dalam waktu kurang dari satu
tahun. Minuman pembakkar kalori tersebut mengalami peningkatan penjualan sebersar 38%
pada tahun 2005.
· Pasar minuman berkarbonasi mengalami peningkatan volume sebesar 2%. Diet Sprite
Zero / Sprite Zero mengalami peningkatan volume sebesar 16% di seluruh dunia yang didukung
oleh peningkatan penjualan produk Sprite sebesar 5 %. Produk Fanta juga mengalami
peningkatan sebesar 5% dan Coca-Cola sebesar 2 %.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat di simpulkan bahwa kegiatan analisis portofolio produk
sangat diperlukan untuk menentukan produk baru yang akan diluncurkan serta perkembangan
siklus produk yang sudah ada. Coca-cola Company memfokuskan kegiatan pada peluncuran
produk baru pada segmen produk yang sedang mengalami peningkatan permintaan sehingga
produk yang diluncurkan memperoleh angka penjualan yang tinggi. Selain itu Coca-Cola
Company relatif cepat dalam menciptakan produk baru sehingga kegiatan tersebut dapat
mensiasati siklus hidup produk yang relatif cepat serta keinginan konsumen yang cenderung
mengalami perubahan dalam waktu yang singkat.
Strategi Produk Coca-cola Company
Coca-Cola Company memiliki jumlah produk sekitar 2.800 jenis produk. Produk-produk tersebut
memiliki jenis serta segmentasi yang berbeda. Produk-produk tersebut dibagi dalam banyak lini
produk dengan segmentasi serta targeting yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan konsumen
yang beragam.

Tindakan lini produk coca-cola Company


a. Penambahan Produk Baru
Salah satu produk yang paling di kenal di seluruh dunia dari Coca-Cola Company adalah produk
Coca-Cola, Fanta, dan Sprite. Sebagai brand paling dikenal serta menguasai pasar minuman
dunia, maka Coca-Cola senantiasa melakukan berbagai inovasi agar mampu menyajikan produk
yang dibutuhkan konsumen seiring dengan perubahan yang terjadi di masyarakat.
beberapa produk baru dari coca-cola : Coca-coal zero, Sprite Zero, minute maid light cherry
limeade
b. Memperbaiki Produk
Demi menyajikan produk yang berkualitas bagi konsumen, maka Coca-Cola Company
senantiasa melakukan perbaikan pada produk-produk yang ditawarkannya. Hal tersebut berkaitan
dengan perkembangan keinginan serta kebutuhan konsumen yang selalu menginginkan produk
yang memberikan manfaat dan tidak membahayakan tubuh. Sebagai contoh, pada tahun 2005
Coca-Cola memperkenalkan produk Powerade Option sebagai respon terhadap produk pesaing
Gatorade yaitu Propel. Powerade menawarkan minuman olah raga yang rendah kalori dengan
menggunakan zat pewarna serta pemanis dari sirup jagung, sucralosa, dan acesulfame potassium
sebagai pengganti gula
c. Membuang Produk Atau Menghentikan Produksi Suatu Produk
Coca-Cola Company merupakan perusahaan yang memiliki sekitar 400 buah Merk dagang
dengan jumlah produk sekitar 3.000 jenis produk. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang
sangat besar bagi sebuah perusahaan minuman. Dengan jumlah yang sangat besar tersebut, maka
terjadi beberapa permasalahan berkaitan dengan respon pasar terhadap produk, keadaan
penjualan, serta efektifitas produksi. Terdapat beberapa produk Coca-Cola yang memiliki respon
pasar yang relatif buruk serta permintaan pasar yang rendah. Oleh karena itu diambil langkah-
langkah pengamanan terhadap produk-produk terkait agar tidak mengalami hal serupa, yaitu
dengan membuang atau menghentikan produk yang memiliki nilai jual yang rendah karena akan
mengakibatkan kerugian apabila diteruskan. Selain faktor-faktor tersebut, terdapat pula faktor
kelangkaan bahan-bahan pembuat produk tersebut maka kegiatan produksi menjadi sulit.
Kegiatan produksi dan promosi dapat dilakukan untuk produk-produk yang memiliki respon
besar serta penjualan tinggi. Salah satu contohnya adalah produk Barq’s yang merupakan produk
minuman soda dengan rasa root beer. Barq’s telah menghentikan beberapa produksinya yang
kurang efektif seperti Barq's Orange Soda , Barq's Lemon-Lime Soda serta Barq's Grape Soda.

Strategi Pengembangan Produk


Coca-Cola untuk mengembangkan produknya dengan cara mengajak masyarakat lebih
dalam lagi dengan mengenali produk – produk tersebut dengan cara mempromosikan nya
ketengah masyarakat sebab PT Coca-Cola mempunyai kekuatan Riset and Development yang
intensif, pertumbuhan penjualan, Brand Image, loyalitas konsumen, keadaan distribusi dan
pangsa pasar, harga produk yang kompetitif dan SDM yang besar dan terlatih,sehingga
perusahaan tersebut harus bisa menggunakan kekuatan dengan memanfaatkan peluang.
Pengembangan PT.Coca-Cola juga di tempuh dengan berbagai usaha seperti:
Pertama, bantuan teknis pengembangan dan pendampingan usaha mikro yang didukung
sepenuhnya oleh Coca-Cola selama satu tahun. Pendampingan ini dimaksudkan untuk
memberdayakan anggota kelompok, meningkatkan jumlah tabungan atas kesadaran sendiri, serta
mengembangkan kegiatan usaha produktif anggota dan pengembangan jaringan usaha.
Kedua, akses terhadap modal kerja yang diberikan oleh lembaga pembiayaan independen (diluar
Coca-Cola). Pelayanan keuangan mikro seperti ini diberikan hanya bagi mereka yang memenuhi
kriteria ketat, antara lain: secara rutin memiliki kesadaran berkelompok dan berkembang dalam
kelompok, secara rutin dan tepat waktu menabung, serta berdomisili tetap.

STRATEGI PROSES COCA-COLA COMPANY


Strategi proses yang digunakan oleh Coca-Cola company adalah fokus pada
produk,karena produk Coca-Cola di buat melalui suatu proses yang kontinu. Selain itu Coca-
Cola company memproduksi produknya dalam jumlah yang besar, namun variasinya redah. Dan
peralatan-peralatan yang ada didalam perusahaan memiliki fungsi khusus. Penjadwalan dalam
perusahaan sederhana dan memnetapkan satu tingkatan laju output tertentu yang memenuhi
peramalan penjualan. Karena fasilitas focus pada produk maka akan membutuhkan biaya tetap
yang tinggi, tapi biaya variable rendah, sebagai imbalan atas utilisasi fasilitas yang tinggi.
Teknologi Produksi yang Digunakan oleh Coca-Cola Company
 Dalam rangka meningkatkan produktivitas dan efisiensi, coca-cola menerapakan
beberapa teknoologi canggih dalm proses produksinya. Dari terapan teknologi yang
sudah ada, kemudian berkembang menjadi suatu terapan teknologi yang baik. Hal ini
bertujuan untuk menanggulangi permasalahan yang terdapat pada terapan teknologi.
Yaitu terciptanya suatu alat yang dapat mempermudah manusia dalam melakukan suatu
proses pengerjaan (dalam hal ini pengisian dan pencacahan botol Coca-cola) yaitu
dengan menggunakan sistem Microcontroller. Hanya saja, dengan menggunakan sistem
ini (sistem Microcontroller), masih mengalami kendala yaitu dalam proses assemblynya
karena memerlukan beberapa tahap yang memakan waktu dan cukup merepotkan.
 Microcontroller atau Pengendali Mikro merupakan sistem mikroprosesor lengkap
yang terkandung di dalam sebuah chip. Microcontroller berbeda dari mikroprosesor serba
guna yang digunakan dalam sebuah PC, karena sebuah microcontroller umumnya telah
berisi komponen pendukung sistem minimal mikroprosesor, yakni memori dan
antarmuka I/O. Atau dengan kata lain Microcontroller adalah suatu keping IC dimana
terdapat microprosessor dan memori program (ROM) serta memori serbaguna (RAM).
Kelebihan utama dari Microcontroller ialah telah tersedianya RAM dan peralatan I/O
pendukung sehingga ukuran board microcontroller menjadi sangat ringkas.
 Selain Microcontroller , teknologi yang lain seperti PLC (Programmable Logic
Controller) atau Kontrol Logika Terprogram adalah suatu microprosessor yang digunakan
untuk otomatisasi proses industri seperti pengawasan dan pengontrolan mesin di jalur
perakitan suatu pabrik. PLC memiliki perangkat masukan dan keluaran yang digunakan
untuk berhubungan dengan perangkat luar seperti sensor, relai, contactor dll.
 Hampir segala macam proses produksi di bidang industri dapat diotomatisasi dengan
menggunakan PLC. Kecepatan dan akurasi dari operasi bisa meningkat jauh lebih baik
menggunakan sistem kontrol ini. Keunggulan dari PLC adalah kemampuannya untuk
mengubah dan meniru proses operasi di saat yang bersamaan dengan komunikasi dan
pengumpulan informasi-informasi vital.
 Dan perangkat pendukung perkembangan teknologi di Coca-Cola Company
seperti:Microprosessor, RAM, ROM, I/O (Input / Output), Database, Solenoid Valve
(Katup Solenoid), Motor DC, Sensor, dan Seven Segment (7-Segment)

RESIKO DAN PENANGANANNYA PADA BIDANG OPERASI COCA-COLA COMPANY


a. Produk baru yang dihasilkan tidak disukai konsumen
Pada tahun 1985, Coca-Cola mengeluarkan produk dengan formula baru
bernama “Coke”. Namun produk ini justru diprotes konsumen dan tidak disukai.
Akhirnya 79 hari kemudian Coca-Cola Company mengeluarkan produk dengan
formula lama yang bernama “Coca-Cola Classic”.
Penanganan : Coca-cola harus melihat perkembangan zaman. Karena dari sana
akan diketahui produk bagaimana yang sedang diminati atau yang sedang dicari
oleh para konsumen. Dengan begitu, resiko yang akan dihadapi tidak akan
terlalu besar.
b. Munculnya Produk Pesaing
Produk sejenis milik Pepsi muncul. Pepsi Co mengeluarkan produk cola seperti
milik Coca-Cola Company dan dengan rasa yang relatif sama. Hal ini tentu dapat
mengganggu pasar Coca-Cola karena konsumen akan ada yang berpindah pasa
Pepsi
Penanganan : Perusahaan harus tetap gencar memasarkan produk yang sedang
dipasarkan. Memiliki pesaing sudah biasa. Hanya bagaimana perusahaan tetap
gencar dalam memasarkan produk saja.
c. Kecelakaan Kerja
Tidak menutup kemungkinan bahwa karyawan-karyawan pabrik Coca-Cola pada
bagian akan mengalami kecelakaan kerja karena hal ini tentu beresiko.
Penanganan : Perusahaan Coca-Cola adalah perusahaan besar, setidaknya
mereka memberikan asuransi jiwa untuk setiap karyawan. Karena itu akan
menjamin karyawan tersebut ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan saat
sedang bekerja.
d. Desain Produk yang Tidak Disukai Konsumen
Dalam membeli suatu produk, yang pertama kali menarik minat konsumen
adalah tampilan produk tersebut. Apabila tampilan produk coca-cola tidak
menarik dan membosankan, maka akan sedikit konsumen yang mau mencoba
produk tersebut.
Penanganan : Dalam resiko seperti ini, yang harus diperbaiki adalah karyawan
bagian dalam. Sebab ini adalah masalah perusahaan dalam berinovasi. Maka
harus diperbaiki cara perusahaan dalam berinovasi.
e. Rusaknya Barang Saat Pengiriman
Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya bencana alam,
kecelakaan, dan kelalaian pekerjanya. Rusaknya barang saat proses distribusi
akan mengurangi laba Coca-Cola Company karena barang tersebut tidak bisa
dijual.
Penanganan : Perusahaan harus membuat estimasi kerugian untuk barang yang
sedang dipasarkan atau dijual ataupun sedang dikirim ke tempat yang jauh.
Dengan begitu, perussahaan tidak akan mengalami kerugian yang sangat besar.
f. Produk yang Dihasilkan Memiliki Kualitas Rendah
Hal ini tentu dapat menghilangkan minat konsumen karena mereka kecewa
kualitas produk coca-cola tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan.
Penanganan : Permasalahan hampir sama dengan resiko D, yaitu inovasi.
Perusahaan harus selalu berinovasi dan mengikuti zaman. Itu akan membuat
produk perusahaan yang dipasarkan masih bahkan tetap diminati.
Kesimpulan
Risiko adalah sesuatu yang mengarah pada ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa yang akan
menimbulkan kerugian.dan manajemen resiko adalah cara yang digunakan oleh sebuah perusahaan untuk
mencegah ataupun menanggulangi suatu risiko yang dihadapi. Proses manajemen risiko dibagi menjadi
tiga bagian utama (Dorfman, 2000), yaitu; Identifikasi dan evaluasi (terhadap frekuensi dan dampak) dari
setiap risiko, Memilih metode dan mengimplementasikannya, pengontrolan dengan menggunakan analisa
deskriptif. Ada 5 indikator manajemen resiko dalam operassional perusahaan from CRMS Indonesia,
meliputi; prosentase kenaikan biaya bahan baku, prosentase kenaikan harga pokok penjualan, prosentase
kenaikan upah pekerja pabrik, prosentase kapasitas produksi yang menganggur, prosentase nilai investasi
kapasitas yang menganggur.
Dalam pemasarannya coca-cola memilih strategi global dengan menggunakan sistem Strategic Route
Planning (SRP). Tindakan lini produk coca-cola company meliputi, penambahan produk baru, coca-cola
terus melakukan inovasi agar mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Memperbaiki produk, agar dapat
memberikan kualitas yang baik untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Membuang Produk Atau
Menghentikan Produksi Suatu Produk, hal ini dilakukan karena kurangnya produktifitas pada satu produk
yang mungkin akan mengganggu produktifitas produk lain. Pengembangan Coca-Cola di tempuh dengan
berbagai usaha seperti: Pertama, bantuan teknis pengembangan dan pendampingan usaha mikro yang
didukung sepenuhnya oleh Coca-Cola selama satu tahun. Kedua, akses terhadap modal kerja yang
diberikan oleh lembaga pembiayaan independen (diluar Coca-Cola). Strategi proses yang
digunakan oleh Coca-Cola company adalah fokus pada produk, Dalam rangka meningkatkan
produktivitas dan efisiensi, coca-cola menerapakan beberapa teknoologi canggih dalm proses
produksinya. Dari terapan teknologi yang sudah ada, kemudian berkembang menjadi suatu
terapan teknologi yang baik. Microcontroller atau Pengendali Mikro merupakan sistem
mikroprosesor lengkap yang terkandung di dalam sebuah chip. teknologi yang lain seperti PLC
(Programmable Logic Controller) juga digunakan. Dan perangkat pendukung perkembangan
teknologi di Coca-Cola Company seperti:Microprosessor, RAM, ROM, I/O (Input / Output),
Database, Solenoid Valve (Katup Solenoid), Motor DC, Sensor, dan Seven Segment (7-Segment)
Resiko dan penanganan ypada bidang operasi coca-cola meliputi; Produk baru yang dihasilkan
tidak disukai konsumen penanganannya dengan memperhatikan selera konsumen.
Munculnya produk pesaing penanganannya dengan tetap gencar memasarkan produk
yang sedang dipasarkan. Kecelakaan kerja ditangani dengan memberikan asuransi
keepada setiap karyawan. Desain produk yang tidak disukai konsumen ditangani
dengan memperbaiki kinerja karyawan di bidang desain. Kerusakan barang saat
pengiriman ditangani dengan menggunakan estimasi kerugian. Agar kerugian yang
ditanggung perusahaan tidak terlalu besar. Produk yang dihasilkan memiliki kualitas
rendah penanganannya adalah perusahaan harus terus berinovasi agar produknya tetap
bertahan dan diminati.

Anda mungkin juga menyukai