Hipokondriasis
Hipokondriasis
HIPOKONDRIASIS
OLEH:
NAMA: FEBRIANTONO EDDY PUTRANTO
NIM: 090100186
PEMBIMBING: Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKJ (K).
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DEPARTEMEN PSIKIATRI
RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER PIRNGADI MEDAN
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….1
HIPOKONDRIASIS…………………………………………………………….2
EPIDEMIOLOGI……………………………………………………….2
ETIOLOGI……………………………………………………………….2
DIAGNOSIS……………………………………………………………..4
GAMBARAN KLINIS…………………………………………………..4
DIAGNOSIS BANDING………………………………………………..6
PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS…………………….8
TERAPI………………………………………………………………….8
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...9
HIPOKONDRIASIS
Istilah “hipokondriasis” didapatkan dari istilah medis yang lama “hipokondrium,”
yang berarti di bawah rusuk, dan mencerminkan seringnya keluhan abdomen yang
didmiliki pasien dengan gangguan ini. Hipokondriasis disebabkan dari interpretasi
pasien yang tidak realistis dan tidak akurat terhadap gejala atau sensasi fisik, yang
menyebabkan preokupasi dan ketakutan bahwa mereka menderita penyakit yang
serius, kendatipun tidak ditemukan penyebab medis yang diketahui. Preokupasi
pasien menyebabkan penderitaan yang bermakna bagi pasien dan mengganggu
kemampuan mereka untuk berfungsi di dalam peranan personal, sosial, dan
pekerjaan.1,2,3
EPIDEMIOLOGI
Satu penelitian terakhir melaporkan prevalensi enam bulan sebesar 4 sampai 6
persen pada populasi klinik medis umum. Laki-laki dan wanita sama-sama
terkena gejala hipokondriasis. Walaupun onset gejala dapat terjadi pada setiap
usia, onset paling sering terjadi antara usia 20 dan 30 tahun. Beberapa bukti
menyatakan bahwa diagnosis adalah lebih sering di antara kelompok kulit hitam
dibandingkan kulit putih, tetapi posisi sosial, tingkat pendidikan, dan status
perkawinan tampaknya tidak mempengaruhi diagnosis.1,2
ETIOLOGI
Dalam kriteria diagnostik untuk hipokondriasis, DSM-IV menyatakan bahwa
gejala mencerminkan misinterpretasi gejala-gejala tubuh. Data tubuh yang cukup
menyatakan bahwa oranghipokondrial meningkatkan dan membesarkan sensasi
somatiknya ; mereka memiliki ambang dan toleransi yang lebih rendah dari
umumnya terhadap gangguan fisik. Sebagai contoh, apa yang dirasakan oleh
orang normal sebagai tekanan abdominal, orang hipokondrial mengalami sebagai
nyeri abdomen. Orang hipokondrial mungkin berpusat pada sensasi tubuh, salah
menginterpretasikannya, dan menjadi tersinyal oleh hal tersebut karena skema
kognitif yang keliru.1
DIAGNOSIS
Kategori diagnostik DSM-IV untuk hipokondriasis mengharuskan bahwa pasien
terpreokupasi dengan keyakinan palsu bahwa ia menderita penyakit yang berat
dan keyakinan palsu tersebut didasalakn pada misinterpretasi tanda atau sensasi
fisik (Tabel 17-4). Kriteria mengharuskan bahwa keyakinan tersebut berlangsung
sekurangnya enam bulan, kendatipun tidak adanya temuan patologis pada
pemeriksaan medis dan neurologis. Kriteria diagnostik juga mengharuskan bahwa
keyakinan tersebut tidak dalam intensitas waham (lebih tepat didiagnosis sebagai
gangguan dismorfik tubuh). Tetapi gejala hipokondriasis diharuskan memiliki
intensitas yang menyebabkan penderitaan emosional atau menyebabkan gangguan
pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam bibidang penting hidupnya.
Klinisi dapat menentukan adalanya tilikan yang buruk jika pasien tidak secara
konsisten mengetahui bahwa permasalahan tentang penyakit adalah luas.1,2
GAMBARAN KLINIS
Pasien hipokondriakal percaya bahwa mereka menderita penyakit yang parah
yang belum dapat dideteksi, dan mereka tidak dapat diyakinkan akan
kebalikannya. Pasien hipokondiakal dapat mempertahankan suatu keyakinan
bahwa mereka memiliki suatu penyakit tertentu, atau dengan berjalannya waktu,
mereka mungkin mengubah keyakinannya tentang penyakit tertentu. Keyakinan
tersebut menetap walaupun hasil laboratorium alah negatif, perjalanan ringan dari
penyakit yang ringan dengan berjalannya waktu, dan penentraman yang tepat dari
dokter. Tetapi keyakinan tersebut tidak sangat terpaku sehingga merupakan suatu
waham. Hipokondriasis sering kali disertai oleh gejala depresi dan kecemasan,
dan sering kali ditemukan bersama-sama dengan suatu gangguan depresif atau
kecemasan.1,2
Walaupun DSM-IV menyebutkan bahwa gejala harus ada selama
sekurangnya enam bulan, keadaan hipokondriakal sementara (transient) dapat
terjadi setelah stress berat, paling sering kematian atau penyakit berat pada
seseorang yang penting bagi pasien atau penyekit yang serius (Kemungkinan
membahayakan hidup) yang telah disembuhkan tetapi meninggalkan pasien
hipokondriakal secara sementara dengan akibatnya. Keadaan hipokondriakal
tersebut yang berlangsung kurang dari enam bulan harus didiagnosis sebagai
gangguan somatoform yang tidak ditentukan.1,2
Sebutkan jika :
Dengan tilikan buruk : jika, untuk sebagian besar waktu selama episode
terakhir, orang tidak menyadari bahwa kekhawatirannya sedang mengalami
penyakit serius adalah berlebihan atau tidak beralasan.
DIAGNOSIS BANDING
Hipokondriasi harus dibedakan dari kondisi medis non psikiatrik, khususnya
gangguan yang tampak dengan gejala yang tidak mudah didiagnosis. Penyakit-
penyakit tersebut adalah AIDS, endokrinopati, miastenia gravis, sklerosis
multipel, penyakit degeneratif pada sistem syaraf, lupus eritematosus sistemik,
dan gangguan neoplastik yang tidak jelas.1,2,5
TERAPI
Pasien hipokondriakal biasanya tahan terhadap pengobatan psikiatrik. Beberapa
pasien hipokondriakal menerima pengobatan psikiatrik jika dilakukan
dilingkungan medis dan dipusatkan untuk menurunkan stress dan pendidikan
tentang mengatasi penyakit kronis. Diantara pasien-pasien tersebut, psikoterapi
kelompok adalah cara yang terpilih, sebagian karena cara ini memberikan
dukungan sosial dan interaksi sosial yang tampaknya menurunkan kecemasan
pasien. Psikoterapi individual berorientasi-tilikan mungkin berguna, tetapi
biasanya tidak berhasil.1,2,5
Jadwal pemeriksaan fisik yang sering dan teratur adalah berguna untuk
menenangkan pasien bahwa mereka tidak diterlantarkan oleh dokternya dan
keluhan mereka ditanggapi dengan serius. Tetapi prosedur diagnostik dan
terapeutik yang invasif harus dilakukan hanya jika bukti-bukti objektif
mengharuskannya. Jika mungkin, klinisi harus menahan diri untuk tidak
mengobati temuan pemeriksaan fisik yang tidak jelas atau kebetulan.1,2,5