Dalam upaya untuk menjinakkan volume besar, Eisenman menciptakan serangkaian paviliun terpisah pada fasad High
Street, bisa ditebak miring pada sudut yang aneh. Paviliun ini dimaksudkan untuk menggemakan irama fasad bata di
seberang jalan. Warna metalik awalnya diusulkan untuk paviliun akan dipinjamkan definisi yang lebih besar, tetapi
paviliun yang tetap kosong. [3]
Paviliun ini memulai panjang, volume melengkung yang memperpanjang kembali ke dermaga pemuatan truk di
sepanjang bagian belakang. Volume ini dirancang untuk menyerupai kereta di trainyard dari overhead. Sepanjang
fasad jalan volume ini bertepatan dengan ruang rapat, grand ballroom, dan fasilitas makan. Dalam ruang pameran
utama, namun, mereka hanya menjalankan atas gulungan pendukung tanpa memperhatikan struktural atau spasial grid
bawah. [3]
Tadao ando
Lahir di distrik Minato, Osaka sebagai putra kembar. Dibesarkan kakek dan
nenek dari pihak ibu di distrik Asahi, nama keluarga Ando diperolehnya dari
keluarga ibunya. Adik kembarnya bernama Takao Kitayama, memiliki
perusahaan konsultan dan desain,Kitayama & Company di Tokyo.
Arsitek Kōjirō Kitayama berkolaborasi dengan Peter Eisenman adalah adik
bungsunya.
Ando pernah kuliah malam hari di Jurusan Arsitek Osaka Institute of Technology
Junior College namun tidak sampai selesai. Great Ando adalah nama ring
sewaktu menjadi petinju profesional. Uang hadiah dari bertinju dipakainya untuk
mengembara ke Amerika, Eropa, Afrika, dan Asia. Arsitektur sering dikatakan
dipelajarinya secara otodidak dengan membaca buku dan mengamati karya-karya arsitektur dalam perjalanannya di
banyak negara. Walaupun demikian, setelah lulus dari sekolah menengah teknik, Ando pernah berkuliah di sekolah
seni Setsu Mode Seminar yang didirikan Setsu Nagasawa. Selain itu, ia pernah bekerja di sebuah biro arsitek, serta
mengikuti kursus interior secara tertulis. Sebelum mendesain bangunan, Ando pernah menangani interior sejumlah
kafe di wilayah Kansai. Pada tahun 1969, Ando mendirikan biro arsitek Tadao Ando Architects & Associates di
Osaka. Kantornya banyak menerima pesanan bangunan rumah tinggal. Karya-karya awalnya termasuk Kebun Mawar
di distrik Ikuta, Kobe (1977) dikerjakan bersamaYasuhiro Hamano dari Team Hamano. Penghargaan Institut Arsitek
Jepang diterimanya untuk desain rumah tinggal sederhana di Osaka, Sumiyoshi no Nagaya (Azuma House) pada
tahun 1979. Sejak itu pula, Ando mengembangkan gaya arsitektur berupa bentuk-bentuk geometris dari beton ekspose
tanpa finishing.
Pei ingin agar rancangan Balai Kota Dallas "membawakan citra rakyat".
Pembunuhan Kennedy secara tidak langsung membuat perusahaan Pei mendapatkan proyek yang lain.
Pada tahun 1964, pelaksana tugas wali kota Erik Jonsson mencoba mengubah citra kotanya. Dallas
mendapatkan citra buruk karena Kennedy dibunuh di kota tersebut, dan Jonsson memprakarsai sebuah
program yang dimaksudkan untuk memulai pembaharuan masyarakat. Salah satunya adalah dengan
membangun balai kota baru, yang dapat dijadikan "lambang masyarakat ". Jonsson, salah satu pendiri
Texas Instruments, mengenal kiprah Pei dari rekannya, Cecil Howard Green, yang pernah menjadikan
Pei sebagai perancang gedung untuk program ilmu bumi di MIT.
Pendekatan Pei dalam merancang Balai Kota Dallas tidaklah berbeda dari proyek-proyek yang
sebelumnya; ia mensurvei daerah sekitar dan berusaha keras agar bangunan tersebut selaras dengan
daerah tersebut. Di Dallas, ia menghabiskan waktu selama beberapa hari untuk bertemu dengan warga
kota, dan ia merasa kagum dengan rasa bangga mereka. Ia juga merasa bahwa gedung pencakar langit
di distrik bisnis Dallas mendominasi langit kota tersebut, dan ia mencoba menciptakan sebuah bangunan
yang melambangkan pentingnya sektor publik. Ia mengatakan bahwa ia ingin melakukan sebuah "dialog"
dengan "bangunan tinggi komersial".
Pei bekerja sama dengan rekannya, Theodore Musho, dan mereka merancang sebuah bangunan
dengan bagian atas yang lebih luas daripada bagian bawahnya; tampak depannya menjorok dengan
sudut 34 derajat. Sebuah lapangan ditempatkan di depan gedung tersebut, dan sejumlah tiang besar
didirikan untuk menopangnya. Gaya bangunan ini dipengaruhi oleh gedung Pengadilan Tinggi hasil
rancangan Le Corbusier di Chandigarh, India; Pei mencoba menggunakan tritisan yang besar untuk
menyatukan bangunan dengan alun-alun. Biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut
lebih besar daripada yang sebelumnya diperkirakan, dan proyeknya sendiri memakan waktu sebelas
tahun. Sebagian dari pemasukan diperoleh dari tempat parkir di bawah tanah. Bagian dalam balai kota
tersebut sendiri luas; jendela-jendela di langit-langit di atas lantai kedelapan mengisi ruang utama dengan
pencahayaan.
-
Remment Lucas "Rem" Koolhaas
Rem KoolhaasSeorang arsitek dari Belanda kelahiran
17 November 1944 ini sangat influential. Ia memiliki
dua gaya arsitektur, yakni Moderen dan dekonstruktif,
yang kemudian justru ia gabungkan menjadi suatu
desain yang sangat eye-catching dan fenomenal,
namun tidak berkesan ‘jahat’ dengan lingkungan di
sekitar bangunan yang ia buat. Namun ada pula orang
yang berpendapat bahwa gaya arsitektur Pak Koolhaas
adalah humanist. Proyek besar pertamanya adalah
‘The Netherland Dance Theatre’ di Den Haag pada
tahun 1987. Rem Koolhaas memiliki ketertarikan pada
geometri. Pola geometri yang ia buat sangat unik.
Casa da Musica
sebuah concert hall di Porto, Portugal.
Material yang digunakan oleh Koolhaas
tetaplah ramah, sesuai lingkungan di
sekitarnya, yakni beton yang diekspos.
Namun, gedung ini sama sekali tidak ramah
saat proses pembuatannya. Casa da Musica
disiapkan untuk acara ‘The Portas Capital of
Culture’ pada tahun 2001, namun karena
bentuknya yang sangat sulit diwujudkan pada
kenyataan, bangunan ini baru berhasil
didirikan dan dibuka untuk umum pada tahun
2005. Gedung ini didirikan dari hasil
sayembara yang Koolhaas ikuti, namun
desainnya sudah lama ia buat. Desain ini
sangat beliau sukai, tetapi belum sempat
terwujud sebelum adanya sayembara itu. Casa da musica memiliki 17 permukaan nampak
seperti sebuah kendaraan di film Star Wars. Luasnya mencapai 22.000m2 terdapat sebuah
grand auditorium dengan kapasitas 1200 kursi.
Dan tak disangka lagi, Rem Koolhaas pernah merasakan tinggal di Jakarta, orangtuanya
memiliki peran penting di bidang kebudayaan dalam pemberitaan kemerdekaan Indonesia
dulu, saat itu ia berumur 8-12 tahun. Sudah beberapa kali ia datang kembali ke Indonesia,
terutama Jakarta dan Bali untuk menikmati nasi goreng dan kerupuk.
Tetap satu hal yang paling unggul dari diri seorang Rem Koolhaas ialah kemampuannya
mengolah bentuk dan menjadikan karyanya monumental menggunakan fasade berupa
material di lingkungan bangunan tersebut. Tak ada bahaya yang ia buat untuk sekeliling
karyanya. Eksistensi sebuah karya monumentalis yang ramah.