Amsterdam School merupakan sebuah aliran yang berkembang pada awal abad
ke 20 di Belanda. “Amsterdam School” juga merupakan sebuah kelompok organisasi
informal dari arsitek dan desainer. Kelompok ini menerbitkan sebuah majalah yaitu
“Wendingen”. Majalah ini digunakan sebagai corong utama aliran Amsterdam School.
Pemimpin utama dari aliran ini adalah Michael de Klerk. Arsitek lain yang
digolongkan sebagai ‘Amsterdam School’, di antaranya adalah Johan van der Mey,
Piet Kramer, J.F. Staal, H. Th. Wijdeveld, C.J. Blaauw, dan sebagainya.
Aliran Amsterdam School berakar pada aliran Nieuwe Kunst. Nieuwe Kunst
adalah versi Belanda dari aliran “art nouveau” yang masuk ke Belanda pada peralihan
abad 19 ke 20. Nieuwe Kunst yang berkembang di Belanda berpegang pada dua hal
pokok, yaitu orisinalitas dan spritualitas. Aliran ‘Amsterdam School’ menafsirkan
orisinalitas sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap perancang, sehingga setiap
desain yang dihasilkan harus merupakan ekspresi pribadi perancangnya. Sehingga
karya-karya Amsterdam School menekankan pada buah pikiran dari si perancang secara
pribadi, bukan pada estetika universal. Sedangkan ‘spiritualitas’ ditafsirkan sebagai
metode penciptaan yang didasarkan atas penalaran yang bisa menghasilkan karya seni,
dengan memakai bahan dasar yang berasal dari alam (bata, kayu, batu alam, tanah liat,
dan sebagainya). Bahan-bahan alami tersebut dengan keahlian tangan yang tinggi
dijadikan ornamen skulptural dan menghasilkan diferensiasi warna yang memainkan
peran penting dalam desainnya. Ciri lain yang menonjol pada arsitektur Amsterdam
School adalah bentuk-bentuknya yang ekspresif. Penganut Amsterdam School,
melihat bangunan sebagai sebuah “total Work of Art”. Itulah sebabnya mereka tidak
men-desain bangunannya saja. Namun hingga detail-detail dari isi bangunan, seperti
interior, meja kursi, kaca, lampu hias dan sebagainya. Pada saat yang sama, mereka
berusaha untuk memadukan tampak luar dan bagian dalam (interior) bangunan
menjadi suatu kesatuan yang utuh. Selain itu, bangunan dari aliran Amsterdam
School biasanya dibuat dari susunan bata yang dikerjakan dengan keahlian tangan
yang tinggi dan bentuknya sangat plastis. Sikap yang konsekuen terhadap hasil
karya perorangan dan penghargaan yang tinggi terhadap hasil karya estetika
pribadi inilah yang menyebabkan Amsterdam School tidak pernah menerima mesin
sebagai alat penggandaan hasil karya-karyanya.
Pada daftar karya-karya arsitek di Hindia Belanda masa itu, dalam studi
literatur tidak dijumpai nama-nama arsitek Belanda yang digolongkan sebagai aliran
Amsterdam School. Namun dari penerbitan majalah bangunan (awal abad ke-20)
diketahui bahwa majalah-majalah arsitektur seperti Wendingen dan De Stijl, banyak
dibaca oleh arsitek Belanda di Hindia Belanda. Dari sinilah aliran Amsterdam
School tersebut mulai dikenal. Meskipun aliran ‘rasionalis ekspresionis’ dari
Amsterdam School tidak berpengaruh secara langsung di dalam dunia arsitektur di
Hindia Belanda waktu.
Berangkat dari permasalahan yang terdapat pada jurnal ini, dapat dilihat
permasalahan baru yaitu tidak adanya patokan yang pasti untuk aliran Amsterdam
School ini. Pada jurnal disebutkan bahwa aliran ini sangat menjunjung tinggi orisinalitas
dan buah pikiran perancang secara pribadi, sehingga setiap karya yang dihasilkannya
merupakan sesuatu yang benar-benar baru. Hal ini akan menyulitkan arsitek-arsitek
masa kini atau yang akan datang untuk dapat melanjutkan kembali aliran ini. Pada
jurnal ini pun disebutkan bahwa aliran ini menganut teori individualisme. Aliran ini pun
mengalami kemunduran setelah arsitek terbesarnya, Michael de Klerk, meninggal pada
tahun 1923. Permasalahan lain yang juga terkait dengan masalah yang kami bahas
sebelumnya adalah tidak adanya arsitek-arsitek di Belanda yang secara khusus
menganut aliran Amsterdam School, kecuali Michael de Klerk. Hal ini akan
menyulitkan identifikasi apakah gaya-gaya pada bangunan lain merupakan aliran
Amsterdam School atau bukan, karena kurangnya contoh untuk dapat mengidentifikasi
karya-karya lain.