Anda di halaman 1dari 17

ADENIUM Sp

(Tugas Mata Kuliah Produksi Tanaman Hias)

Oleh

Dhea Prananingrum 1614121137


Ni Made Widi S 1614121142
Dewa Ayu Putu PH 1614121097

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
A. Sejarah dan Asal Usul Adenium

Adenium berasal dari daerah gurun pasir didataran Afrika seperti di Senegal
sampai Sudan, Mozambique, Nambia dan sekitarnya karena berasal dari gurun
pasir maka adenium juga mempunyai julukan desert rose yang artinya mawar
padang pasir. Di habitat aslinya, adenium merupakan tanaman semak yang
tumbuh liar di daerah gurun pasir yang panas. Ditempat asalnya, tanaman yang
tumbuh subur dapat mencapai tinggi sekitar 4 m (Soenanto, 2005).

Klasifikasi Tanaman Adenium (A. Obesum) adalah sebagai berikut :


Kerajan / kingdom : Plantae
Devisi / Divisio : Spermatophyta
Sub Divisi / Divisio : Gymnosspermae
Class : Dycotyledoneae
Ordo : Gentialis
Famili : Apocynaceae
Genus : Adenium
Spesies : Adenium obesum (Beckett, 1995)

Adenium mempunyai bagian-bagian seperti batang, daun, bunga, buah, dan akar.

1. Akar
Adenium dapat menyimpan persediaan air di dalam akar. Oleh karenanya, akar
dapat membesar seperti umbi. Pada akar yang membesar tersebut, muncul rambut-
rambut akar. Apabila bagian akar yang membesar dimunculkan kepermukaan
tanah maka rambut-rambut akar hanya tumbuh dibagian akar yang tertimbun
tanah.

2. Batang
Adenium bukan merupakan tanaman yang berkayu. Batangnya lunak, halus dan
bergetah, serta tidak berduri. Pada batang seringkali tampak bintik-bintik putih,
mulai dari pangkal hingga bagian atas batang. Bintik-bintik putih tersebut
merupakan mata tunas atau bekas patahan daun yang gugur. Apabila batang
tanaman dipotong maka daun dan tunas akan muncul dari mata tunas tersebut.
Walaupun tidak berkayu adenium yang semakin tua, batangnya akan semakin
besar dan semakin mengeras.

3. Daun
Bentuk daun adenium bermacam-macam, ada yang langsing memanjang atau
berbentuk lanset dan berujung lancip, ada pula yang oval membulat bagian
ujungnya. Meskipun kebanyakan tipis, ada daun adenium yang tebal seperti daun
kalanchoe atau cocor bebek. Warnanya ada yang hijau tua, hijau pupus, kemerah-
merahan, kuning, dan bahkan ada yang variega (mengalami mutasi warna,
biasanya hijau belang-belang kuning pucat atau putih). Permukaan daun adenium
umumnya halus, tetapi pada beberapa jenis ada yang berbulu. (Beikram, 2004).

4. Bunga
Bagian tanaman adenium yang paling bervariasi adalah bunganya. Di seluruh
Indonesia tercatat lebih seratus macam bunga adenium yang berbeda, baik bentuk
maupun warnanya. Secara umum bunga adenium berbentuk terompet, tetapi
mahkota bunganya bervariasi dari bentuk bintang, ujung mahkotanya terpotong
atau membulat, sampai yang berigi. Corak bunga adenium ada yang polos dengan
satu warna, strip dibagian dalamnya, dan bergaris di dalam ujung mahkotanya.
(Beikram, 2004)

5. Buah
Adenium tidak atau jarang berbuah. Apabila terjadi penyerbukan, sekitar 4 hari
setelah bunga rontok akan tumbuh bakal 2 buah. Buah adenium berbentuk gepeng
dan seperti tanduk binatang atau huruf ”T”. Panjang buah 20-30 cm. Buah
adenium akan masak sekitar 2 bulan dan didalamnya buah akan tampak banyak
sekali biji sekitar 60- 80 biji.
6. Biji
Biji adenium berwarna kuning muda, berbentuk seperti batang lidi berukuran
kurang lebih 1 cm, dikiri dan kanannya terdapat bulu-bulu halus.

B. Pembudidayaan tanaman Adenium obesum

1. Teknik Perbanyakan Tanaman


a. Biji
Perkembangbiakan dari biji merupakan cara untuk mendapatkan bibit-bibit
adenium baru. Adenium dari biji menunjukkan bonggol yang membesar,
tidak seperti perbanyakan cara vegetative (Aryani dan Prahmawati, 2015).

Biji adenium
Biji adenium
yang masih
yang sudang
muda
matang

Gambar 3. Biji adenium

b. Sambung
Cara yang paling banyak dipakai untuk memperbanyak adenium adalah
dengan cara sambung/grafting. Setelah beberapa waktu, bekas sambungan
akan menghilang dan jadilah tanaman baru yang bagus. Batang bawah biasa
dipilih yang berumur 9-12 bulan, namun batang bawah yang lebih besar juga
bisa dipakai dengan menyambung di setiap cabangnya. Kandungan energi di
bonggol akan memberi pertumbuhan yang baik dan sehat bagi batang atas
sehingga cara sambung ini mempunyai tingkat kesuksesan tinggi
(Soenanto, 2005).

Sambungan model v adalah yang paling sering dipakai karena memiliki


tingkat keberhasilan yang paling tinggi, meski bisa juga dilakukan dengan
model rata. Dibutuhkan waktu 10 sampai 30 hari agar sambungan menyatu.
Jangan lupa melepas tali sambungan agar tidak menganggu penyerapan
makanan ke batang atas. Setelah beberapa saat, cabang baru dapat muncul
dari batang bawah, cabang ini sebaiknya dipangkas agar tidak mengganggu.

c. Stek
Cara stek sering digunakan karena kemudahannya. Namun tingkat
keberhasilan tumbuhnya kecil karena mudahnya terjadi pembusukan. Dengan
cara ini sulit didapat bonggol yang bagus, membutuhkan waktu bertahun-
tahun untuk menyamai besar bonggol adenium yang berasal dari biji. Namun
untuk jenis obesum sepertinya cara ini hanya dilakukan saat terpaksa, yaitu
dimana tidak ada batang bawah yang bagus padahal ada batang atas yang
terlanjur dipotong (Soenanto,2005).

Cara stek sederhana, potongan batang yang akan distek dipangkas daunnya.
Setelah itu oleskan zat perangsang akar pada bekas potongan. Setelah satu
malam didiamkan (diangin-anginkan) baru ditancapkan pada media tanam
dengan kelembaban yang cukup. Setelah beberapa lama akar akan muncul
diikuti dengan tumbuhnya tunas (Saijo, 2012).

d. Cangkok
Mencangkok dilakukan untuk mengurangi kegagalan yang biasa terjadi
dengan cara stek. Dengan mencangkok, akar akan tumbuh lebih dulu baru
ditanam, sehingga tanaman dapat langsung menyerap unsur hara dari tanah.
Namun diperlukan tenaga ekstra untuk melakukan pencangkokan, sehingga
cara ini jarang dipakai.

Pertamakali harus dipilih batang yang sudah cukup tua, ditandai dengan
batang yang berwarna coklat. Dipilih batang yang tua karena batang yang
muda sangat rentan patah dan sukar untuk dikupas kulitnya secara benar. Hal
ini terjadi karena batangnya yang masih lunak dan sulit dicari letak
kambiumnya sehingga pengupasan kulit bisa tanpa sengaja terlalu
dalam. Perhatikan gambar 4.
Adenium yang
cangkok

Gambar 4. Cangkok adenium


Cara mencangkok seperti mencangkok tanaman berkambium pada umumnya.
Kulit dikupas melingkar batang sampai terlihat kambiumnya, kambium tersebut
lalu dihilangkan dengan cara dikerok sampai kambiumnya tidak tersisa.
Kemudian bekas kupasan ditutup dengan media tanam. Media tersebut harus
selalu lembab untuk memastikan akar akan tumbuh. Setelah 2 bulan maka akan
tumbuh akar yang cukup sehingga cangkokan siap dipindah menjadi tanaman
tersendiri.

2. Teknik Penanaman
a. Persiapan Bibit
Bibit diperoleh dengan perbanyakan secara vegetatif dengan stek, cangkok dan
sambung atau secara generatif yaitu dengan biji. Lihat gambar berikut.

Gambar 5. Bibit adenium


b. Persiapan Tempat
Dengan menanam langsung dalam tanah dengan membuat lubang
(30cmx30cmx30cm) atau ditanam dalam pot dengan diameter pot 40 cm dan
kedalaman 20 cm. Bila ditanam langsung ke dalam tanah biarkan lubang terbuka
selama 2 minggu agar hama dan bibit penyakit mati sehingga mengurangi resiko
terkena penyakit atau hama kemudian lubang diurug dengan top soil dan
dicampur pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Pot yang idela digunakan
berbahan keramik atau gerabah tanah liat. Komposisi media tanam biasanya
menggunakan pasir bangunan : pupuk kandang : sekam padi = 1:1:1 atau dengan
serbuk sabut kelapa : pupuk kandang : pecahan arang = 2:1:1.

3. Pemeliharaan
a. Media Tanam
Adenium membutuhkan media yang cukup mengandung udara dan
mampu menahan kelembaban agar pertumbuhannya
maksimal. Pemilihan media yang tepat merupakan kebijakan dari
masing-masing pemelihara yang disesuaikan dengan penyiraman yang
dilakukan. Jika penyiraman sering, maka diperlukan media yang tidak
mengikat air, tapi jika jarang dilakukan penyiraman, maka media yang
digunakan adalah yang cukup mengikat air. Campuran media yang sering
digunakan adalah: Cocopeat (serbuk sabut kelapa), cocochunk (cacahan
sabut kelapa), pasir kasar, sekam bakar, pupuk kandang, pupuk kompos,
kerikil, daun kering, dan lain-lain.

b. Pot atau Wadah


Segala macam pot dapat dipakai. Namun harus hati-hati dengan pot
gerabah ataupun keramik, karena dapat pecah saat bonggol membesar
dan tidak muat dalam pot tersebut. Sebaiknya gunakan pot gerabah atau
keramik yang berdinding tebal sehingga tidak mudah pecah. Pot plastik
juga baik karena ringan dan tidak mudah pecah. Lubang drainase
haruslah besar dan banyak untuk menjamin tidak adanya penyumbatan
air yang berakibat fatal. Di bagian bawah biasanya diberi kain jala untuk
mencegah tergerusnya media ke luar dari pot (Lutfi, 2007).
Besar pot hendaknya disesuaikan dengan masa pertumbuhan dari adenium yang
ditanam. Pot tidak boleh terlalu besar yang dapat mengakibatkan percabangan
akar yang terlalu banyak. Saat akar/bonggol adenium sudah tidak muat di suatu
pot, maka saatnya untuk memindahkan ke pot yang lebih besar. Pemindahan ini
dapat dilakukan dengan membersihkan media yang lama dan diganti yang baru,
atau jika media lama masih layak maka dapat pula disisakan dan di sela-selanya
diisi dengan media yang baru.

Saat yang tepat untuk mengganti pot adalah ketika adenium sedang dalam masa
tumbuh aktif. Harus hati-hati dengan kemungkinan bonggol terlukai sat
transplantasi. Bonggol yang terluka dapat mengakibatkan busuk saat dilakukan
penyiraman. Jika bonggol ternyata terluka, jangan sirami selama sekitar
seminggu agar luka-nya sembuh terlebih dahulu.

c. Penyiraman
Cara melakukan penyiraman adalah dengan menyemprot ataupun
mengucurkannya langsung ke media. Jika dipilih cara semprot, maka harus hati-
hati karena air seringkali tidak cukup membasahi media. Lakukan penyiraman
sampai ada air yang mengalir keluar dari dasar pot, dan perhatikan lubang bawah
pot jangan sampai terdapat endapan air karena dapat menyebabkan akar tanaman
membusuk.

d. Pemupukan
Pemupukan yang berlebihan akan menyebabkan tanaman adenium akan mati.
Agar tidak repot, cukup tambahkan pupuk kandang yang merupakan slow
release fertilizer, sehingga tak akan membunuh adenium. Pupuk kimia biasa
seperti urea, KCL, TSP dapat pula digunakan, namun dosisnya harus sangat
diperhatikan. Biasanya pupuk kimia ini dilarutkan dalam air siraman agar
penyerapan jadi merata dan optimal.
4. Pemangkasan
Adenium yang batangnya sudah terlalu panjang harus dipangkas. Tanaman
adeniumtidak akan mati meskipun tanpa daun, karena adenium sudah punya
cadangan makanan di bonggolnya untuk dapat bertahan hidup. Pemangkasan
ini berguna untuk menyegarkan kembali agar tampak lebih indah.

Agar adenium bercabang lebih dari satu, maka pemangkasan dilakukan saat
adenium sedang tumbuh (bukan masa dorman). Jika waktunya salah, maka
adenium tidak akan bercabang banyak, melainkan hanya tumbuh satu tunas saja.
Tunas baru akan muncul setelah beberapa minggu, sehingga sangat diperlukan
kesabaran dalam membudidayakan adenium.Pemangkasan ini juga berfungsi agar
dihasilkan bunga yang banyak. Biasanya, bunga yang banyak akan tumbuh setelah
3 bulan sebelumnya dipangkas dan diberi stressing pada pembungaan
(Soenanto,2005).

C. Hama dan Penyakit Adenium

Adenium tegolong jarang diserang hama karena getah tanaman ini besifat toksik
atau meracuni untuk beberapa jenis hewan tertentu. Meskipun demikian, tetap saja
ada beberapa hama yang kadang-kadang mengganggu tanaman ini. Dibawah ini
beberapa jenis hama dan penyakit yang biasa menyerang adenium.

1. Larva Lepidoptera
Ulat ini biasanya memakan daun-daun adenium yang masih muda. Namun, mau
juga memakan daun-daun yang sudah tua. Jika serangan ulat hanya sedikit,
sebaiknya diberantas secara mekanis, yakni diambil satu persatu dan kemudian
dibunuh. Namun, jika serangan cukup banyak, dapat dikendalikan dengan
menyemprot insektisida Sevin yang dosisnya bisa dibaca di label kemasannya.

2. Aphids
Sama seperti larva lepidoptera, aphids yang adalah semacam kutu berwarna
kuning ini juga memakan daun-daun adenium yang masih muda. Tunas daun yang
dimakan aphids akan menjadi keriting, hitam, dan mengerig. Insektisida Confidor
dengan dosis 0,5 ml dalam 1 liter air dapat disemprotkan untuk memberantas
hama ini.

3. Thrips
Serangga kacil yang masih termasuk jenis kutu berwarna hitam ini bergerak
sangat cepat. Thrips sangat menyukai bunga-bunga yang belum mekar, sehingga
kuncup tersebut gagal menjadi bunga. Memberantas thrips bisa menggunakan
Agimex dengan dosis 1 ml/liter air.

4. Penyakit Pucuk Kuning


Gejala-gejala penyakit layu kuning adalah tangkai daun berwarna kecoklatan dan
seperti mengandung air, dan daunnya berwarna kuning. Penyakit ini bukan
disebabkan oleh jamur, bakteri,atau virus, tetapi karena penyiraman yang
berlebihan dan drainase tanah atau media tanam kurang baik. Sebagai upaya
pencegahan, penyiraman tanaman jangan terlalu banyak. Selain itu, struktur tanah
atau media tanam dibuat menjadi porous agar air siraman bisa mengalir lancar.

5. Layu Pucuk
Penyakit layu pucuk disebabkan oleh jamur Fusarium sp. Dengan gejala pucuk
tanaman menghitam dan akhirnya membusuk. Pucuk tanaman yang terserang
penyakit ini tidak mau bertunas lagi. Cara pengendaliannya dengan disemprotkan
fungisida Daconil dengan dosis 1 gr/ liter air.

6. Busuk Akar
Penyakit busuk akar ini juga disebabkan penyiraman yang berlebihan dan
drainase yang tidak baik. Gejala serangan penyakit ini adalah daun menguning
dan mengecil. Jika tanah atau media tanam digali, pada akar tanaman terdapat
bagian-bagian yang berair atau mebusuk. Cara pencegahan penyakit ini adalah
dengan mengurangi frekuensi dan volume penyiraman. Jika serangan sudah
terlanjur datang, sebaiknya tanaman dibongkar, akar-akar yang membusuk
dipotong, dan diolesi fungisida. Media tanam diganti dengan komposisi yang
lebih porous dan selanjutnya tanaman ditanam kembali (Beikram, 2004).
DAFTAR PUSTAKA

Aryani, P.Y.P dan Prahmawati, M .2015. Pengamatan Morfologi dan Anatomi


Bibit Kamboja Jepang (Adeniumsp.) Akibat Perendaman Biji Dengan
Kolkisin. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana Semtember 2015.
UrnalSimbiosis. III(1):322-325.
Becket, K.A. 1995. The Royal Horticultural Society Anciclopedia Of House Plan.
CLB Publising Godalming Surrey. New York

Beikram dan A. Andoko. 2004. Mempercantik Penampilan Adenium. Agromedia


Pustaka. Jakarta

Lutfi, A. H. 2007. Bonsai Adenium. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Saijo. 2012. Efektifitas Lama Penirisan Stek di Media Tanah Berpasir Terhadap
Pertumbuhan Kamboja (Adenium obesum). Agrium. 17(3) : 176-180.

Soenanto, H. 2005.Pesona Adenium. Kanisius. Yogyakarta.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai