IPA
PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF BUATAN
Disusun Oleh :
1. Unzila Intan Fahdiana (31)
2. Anisa Laili Mutmainah (05)
3. Trianto Cahyo Legowo (30)
4. Muhammad Kamil Aqil (21)
Kelas VII H
Merunduk juga merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk memperbanyak
tanaman. Proses merunduk menggunakan teknik dengan cara membengkokkan batang atau
cabang ke dalam tanah untuk ditimbun dengan tanah. Namun, ujung tanaman tetap dikeluarkan
ke permukaan tanah. Dalam proses perkembangbiakan ini, batang pohon yang digunakan harus
berupa batang yang tua atau dewasa.
Proses reproduksi merunduk biasanya diterapkan pada tanaman-tanaman yang memiliki
batang atau ranting panjang dan lentur. Tanaman yang biasa digunakan untuk cara
perkembangbiakan merunduk yaitu sirih-sirihan. Cara merunduk membuat kambium pada
batang tanaman tidak perlu dihilangkan, karena sudah dihilangkan oleh tanah secara alami.
OKULASI
Pengertian Okulasi
Okulasi atau shield budding merupakan salah satu teknik perbanyakan pada tanaman
yang dilakukan secara vegetatif. Umumnya, teknik ini digunakan untuk meningkatkan mutu
pada tanaman itu sendiri. Cara ini sudah banyak dilakukan dan dikembangkan oleh para petani,
dan untuk melakukannya diperlukan keterampilan khusus.
Shield budding sendiri kerap dikenal sebagai T-budding dalam bahasa Inggris.
Melakukan okulasi melibatkan batang bawah (atau batang dengan sistem akar yang berkembang
dengan baik). Potongan vertikal dibuat untuk memisahkan kulit dari kambium (lapisan sel antara
kulit bagian dalam dan kayu), diikuti oleh potongan tegak lurus tepat di atasnya, membentuk
huruf “T”.
Teknik ini akan memungkinkan potongan batang direduksi menjadi satu mata tunas
dengan pohon yang diiris. Tanaman yang dihasilkan pun ialah klon, atau tanaman yang secara
genetik identik dengan direproduksi dari satu individu seluruhnya dengan cara vegetatif.
Proses menambahkan kayu batang atas dengan tunas dari pohon yang akan
dikembangkan dengan potongan batang bawah inilah metode perbanyakan yang disebut dengan
okulasi, dan banyak digunakan dalam dunia kebun anggur.
5. Lakukan Okulasi
Selanjutnya, okulasi pun dilakukan. Artinya, dilakukanlah pembuatan potongan
berbentuk huruf “T” pada induk (potongan vertikal yang dilengkapi dengan potongan tegak
lurus di atasnya).
Di daerah bercurah hujan tinggi, selama musim okulasi, atau pada spesies tanaman
di mana batang bawah cenderung mengeluarkan banyak cairan, potongan “T” umumnya
dibuat terbalik untuk mencegah air atau getah menggenang di okulasinya.
6. Selipkan Potongan Tunas pada Batang Bawah
Dengan hati-hati, potongan tunas diselipkan pada batang bawah yang
memperlihatkan “kantong”. Maksudnya, sisi-sisi dari potongan “T” dilonggarkan hingga
menciptakan kantong. Sikap ekstra hati-hati harus dilakukan pada tahap ini agar tidak
merobek lipatan kulit kayu dalam prosesnya.
Dalam tahap ini, kita akan mengetahui apakah kulit kayu mudah dilonggarkan atau
tidak. Jika tidak, artinya tumbuhan tidak sedang dalam pertumbuhan yang aktif dan proses
okulasi pun harus ditunda di kemudian hari dans sebaiknya dilakukan saat pertumbuhan
aktif telah dimulai kembali.
Terdapat metode alternatif untuk penggabungan tanaman yang tidak memerlukan
kulit kayu yang “tergelincir”, yakni teknik chip budding atau kuncup dipotong bersama
serpihan dari kayu di bawahnya. Hal ini membutuhkan potongan dengan ukuran yang sesuai
dari mata tunas untuk menyelaraskan kambium dan menuntaskan penyambungan yang
tepat.
7. Selipkan Potongan Tunas di Antara Penutup Kulit Kayu
Potongan tunas diselipkan dengan hati-hati di antara penutup kulit kayu. Potong
bagian atas strip kulit yang pada potongan tunas agar pas dengan potongan horizontal yang
pada induk, sehingga menghasilkan potongan yang pas di dalam kantong tersebut.
8. Tutup Kulit Kayu
Tutup kulit kayu dengan karet, selotip, atau penutup lain yang sesuai agar menempel
erat pada potongan tunas. Pada akhirnya, tutup haruslah memiliki sifat yang akan rusak oleh
pelapukan, atau harus dilepas dalam 2 hingga 3 minggu setelah penggabungan sukses. Jika
bahan penutup tidak rusak, maka akan mengikat batang bawah.