Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT. Aneka Tambang merupakan salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia
yang memproduksi berbagai hasil tambang, untuk mendukung kegiatan produksinya
diperlukan sumber daya yang sangat besar yang salah satunya energi listrik. Untuk memenuhi
kebutuhan energi listrik tersebut, salah satu unit bisnis PT. Aneka Tambang yang berlokasi di
desa Bantar karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor berencana untuk membangun
pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTM).

Seperti pada umumnya, suatu proyek pasti memiliki tujuan baik berupa benefit ataupun
manfaat lain begitupun dengan proyek pembangunan PLTM Pongkor, oleh karena itu
diperlukan suatu pengkajian kelayakan suatu proyek untuk mengetahui tingkat kelayakan
proyek tersebut dari segala aspek.

Proyek merupakan suatu rangkaian pekerjaan yang bertujuan untuk mencapai tujuan
proyek sesuai persyaratan yang telah ditetapkan pada awal proyek seperti persyaratan mutu,
waktu dan biaya (Soekirno, 1999). Suatu proyek seharusnya merupakan kegiatan yang tidak
berlaku terus-menerus (non repetitive) dimana pencapaian tujuannya tidak dapat dilakukan
melalui kegiatan rutin suatu badan pemerintahan. Suatu rumusan proyek-proyek tersebut agar
dapat dilakukan secara baik seringkali perlu didahului dengan penyempurnaan keadaan
statistik, termasuk sistem pengumpulan data dan penggunaannya. Hal ini teruama diperlukan
bagi tahap-tahap identifikasi (perencanaan gagasan), perencanaan formulasi proyek, dan
penilaian (analisa dan evaluasi) proyek. Dalam rangka menilai suatu proyek, yaitu tahap
analisa dan evaluasi, dilakukan penilaian atas dasar segi-segi ekonomi, segi teknis, segi
manajemen, segi organisasi, segi komersil dan segi keuangannya (Tjokroamidjojo, 1991).

Menurut Husnan dan Suswarsono (2000) analisis finansial meruapakan suatu analisis
yang memandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu bisnis akan
menguntungkan selama umur bisnis. Beberapa metode yang umum digunakan dalam analisis
financial antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Benefit Cost Ratio
(BCR) dan Payback Periode (PP), laba rugi dan analisa sensitivitas.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat kelayakan pada proyek
pembangunan pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM) Pongkor ditinjau dari segi
finansial dengan pendekatan NPV, IRR, BCR, dan PP.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit cost ratio merupakan metode yang menguji kelayakan ekonomis dengan nilai
perbandingan antara aspek manfaat dengan aspek biaya dan kerugian yang akan ditanggung
(M. Giatman, 2006). Rumus untuk BCR dapat dilihat pada rumus berikut:
Benefit ΣBenefit
BCR= =
Cost Σ Cost

Untuk mengetahui apakah suatu rencana investasi layak ekonomis atau tidak setelah
melalui metode ini adalah:

- BCR > 1 artinya harga sewa akan menguntungkan atau layak.


- BCR < 1 artinya harga sewa tidak menguntungkan atau tidak layak.
-
2.2 Net Present Value (NPV)

NPV adalah metode dengan menghitung nilai bersih (netto) pada waktu sekarang atau
waktu awal perhintungan. Metode NPV pada dasarnya adalah memindahkan cash flow
sepanjang umur investasi ke waktu awal investasi (M. Giatman, 2006). Rumus untuk NPV
dapat dilihat pada rumus berikut:

NPV =PWB−PWC

Dengan keterangan sebagai berikut:

- NPV : Net Present Value


- PWB : Present Worth of Benefit
- PWC : Present Worth of Cost
- NPV > 0 artinya harga sewa akan menguntungkan atau layak
- NPV < 0 artinya harga sewa tidak menguntungkan atau tidak layak

2.3 Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah metode dengan mencari nilai suku bunga pada saat NPV = 0. Cara
menghitung IRR yaitu dengan memberikan nilai suku bunga (i) variabel sehingga
memperoleh nilai NPV yang mendekati 0 yatu NPV (+) dan NPV (-) dengan cara trial and
error (M. Giatman, 2006). RUmus unutk IRR dapat dilihat pada rumus berikut:

+¿
¿
+¿
¿
−¿
¿
¿
NPV ¿
¿
NPV ¿
IRR=i 1 +¿
Dengan keterangan sebagai berikut:

- IRR : Internal Rate of Return


- i1 : Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV (+)
- i2 : Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV (-)
- NPV(+) : NPV yang mendekati 0 yang bernilai positif
- NPV(-) : NPV yang mendekati 0 yang bernilai negative
- IRR > social discount rate maka harga sewa dikatakan layak.
- IRR < social discount rate maka harga sewa dikatakan tidak layak.

2.4 Payback Period (PP)

Perhitungan Payback Period (PP) pada usaha pengolahan kopi arabika dan bioetanol
bertujuan untuk mengetahui waktu atau Period pengembalian dari nilai total investasi yang
dikeluarkan pada umur usaha. Usaha ini dikatakan layak jika nilai PP kurang dari umur usaha
(PP < umur usaha). Perhitungan Payback Period secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut:

I
Payback Period =
Ab

Keterangan:

I = Nilai investasi

Ab = Rata-rata manfaat bersih yang diperoleh tiap tahunnya

BAB III

HASIL & PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Tentang Lokasi dan Kondisi Social ekonomi Masyarakat

Rencana lokasi PLTM Pongkor terletak di Pongkor, Bogor, Jawa Barat. Dari Jakarta
dapat menggunakan jalur darat menuju Bogor (± 40 km) dilanjutkan menuju Pongkor melalui
Leuwiliang, yaitu sejauh ± 50 km. Penempatan lokasi power house direncanakan berdekatan
dengan kantor tambang dengan jarak ± 500 m, sedangkan bendung berjarak ± 5 km dari
power house jika melalui jalan tambang,sedangkan untuk pembangunan PLTM sendiri
memerlukan biaya ± Rp 106,000,000,000. Lokasinya penambangan di kawasan Gunung
Pongkor yang secara administrasi masuk Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat, merupakan kawasan hutan lindung.

Hanya sedikit pemukiman penduduk dengan pola menyebar, itu pun berada di dekat
pusat kecamatan. Kecamatan Nanggung merupakan kecamatan di Kabupaten Bogor yang
berbatasan dengan Kabupaten Lebak, Banten dan Kabupaten Sukabumi. PT. Antam terdapat
di kecamatan ini, selain itu di sini terdapat banyak lokasi yang dapat menjadi tempat wisata,
diantaranya : Curug Cikaung, Situ Paranje, Taman Bunga Cisangku, Perkebunan Teh, Batu
Tulis, Curug Pi'it, dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Gambar 1. Peta Kecamatan Nanggung

Sumber : Badan Pusat Statistik

Perekomonian di nanggung yaitu menengah ke bawah rata-rata warga disana bekerja sebagai
buruh tani dan pekerja serabutan lalu tingkat penganguran di sana cukup tinggi dan tingkat
pendidikan yang rendah. Oleh karena itu pemerintahan kecematan nanggung membuat suatu
program pengembangan wisata kehidupan. Program yg telah berjalan di dua desa yaitu desa
Bantar karet dengan wisata geopark pongkor.
3.2 Aspek- Aspek Proyek

Dalam perencanaan pembangunan suatu PLTMH, diperlukan pengetahuan tentang:

- Hidrologi

- Kelistrikan

- Bangunan sipil

- Permesinan

- Ekonomi untuk studi kelayakan

Gambar 2. Tahapan pembangunan PLTMH dapat dilihat seperti pada

Penjelasan tahapan umum pembangunan PLTMH yang ada di Gambar 3 adalah sebagai
berikut:

a. Penentuan Lokasi dan Perizinan Awal

- IPP menentukan lokasi pembangunan PLTMH. Informasi wilayah mana yang masih terbuka
potensi untuk PLTMH juga dapat diperoleh pada PLN. Pada tahap ini jika memungkinkan,
IPP dapat membuat MOU antara IPP dengan PLN sebagai komitmen awal dari PLN untuk
membeli listrik dari IPP

- IPP mengajukan permohonan izin pembangunan PLTMH kepada pemerintah daerah


setempat atau instansi terkait.

- Proses awal ini memerlukan waktu 2 – 3 bulan

b. Studi Kelayakan

IPP melakukan studi kelayakan, yang di dalamnya mencakup analisa risiko lingkungan hidup
dan sosial

c. Pengajuan Proposal Pembangunan PLTMH

- IPP mengajukan proposal pembangunan PLTMH kepada PLN untuk mendapat persetujuan.
Jika hasil evaluasi disetujui oleh PLN maka akan dikeluarkan dalam bentuk surat penunjukan
pengembang (Appointment Letter), dimana PLN dapat melakukan penunjukan langsung
tanpa lelang untuk PLTMH < 10MW

- IPP dapat mengajukan proposal ke Bank untuk memperoleh pendanaan. Bank akan
mengeluarkan letter of intent jika Bank berminat mendanai proposal tersebut

- IPP mengajukan proposal ke Kementerian ESDM untuk memperoleh IUPTL sementara


(Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik)

d. Penyelesaian Pengurusan Izin

IPP menyelesaikan semua pengurusan izin yang dipersyaratkan oleh PLN dan Bank

e. Perolehan PPA

Setelah semua izin dilengkapi, IPP mengajukan ke PLN untuk diterbitkan PPA (Power
purchase agreement). Proses sampai dengan keluarnya PPA memerlukan waktu 3 – 6 bulan

f. Pembebasan Lahan

IPP melakukan pembebasan lahan.

g. Financial Closure
IPP melakukan negosiasi pinjaman kepada bank. Jika Bank menyetujui proses pemberian
kredit, maka IPP akan menandatangani akad kredit. Proses ini memerlukan waktu sampai 12
bulan.

h. Proses Konstruksi

Proses konstruksi dimulai dengan dana bank dan atau dana sendiri. Proses ini memerlukan
waktu sampai 24 bulan

i. Operasi dan Pemeliharaan

Ketika proses konstruksi selesai dan telah menghasilkan listrik, maka IPP melakukan proses
komisioning. PLTMH harus memenuhi kelayakan teknis. Untuk mendapatkan sertifikat
komisioning dan Berita Acara COD (commercial operation date) PLTMH harus dapat
menyalurkan listrik ke jaringan PLN secara stabil dalam beberapa periode waktu tertentu.
Proses jual beli dilakukan sejak COD, sehingga listrik selama masa komisioning tidak
diperhitungkan dalam jual beli.

3.3 Identifikasi dan Kualifikasi Biaya dan Manfaat

Dalam makalah ini memperhitungkan evaluasi proyek PLTM Pongkor dengan


mengambil data dari jurnal melalui penjelasan identifikasi biaya dan manfaat sebagai tabel
berikut

Tabel 1. Rencana cashflow pembangunan PLTM Pongkor

Penelitian dari jurnal yang diambil bahwa penggunaan Cash Flow sebagai Net Benefit
berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti jurnal sebelumnnya yang mengambil data
dari pembangunan proyek PLTM Pongkor selama 20 tahun. Kemudian
Tabel 2. Identifikasi Cash In dan Cash Out
Makalah ini menggunakan data Cash In sebagai pendapatan dan Cash Out sebagai biaya
berdasarkan penelitan jurnal sebelumnya yang terlihat dari tabel diatas. Tabel diatas
menunjukkan arus Cash In dan Cash Flow proyek PLTM Pongkor selama 20 tahun

3.4 Perhitungan Analisis

Tabel 1. Hasil Perhitungan NPV dengan Suku Bunga 12%


Setelah diketahui hasil dari Net Benefit proyek tersebut jumlah total sebesar
974,253,70,388 ,maka dapat dihitung NPV dengan suku bunga 12% yang dihasilkan dari
tabel diatas. Nilai seluruh NPV Total Cost sebesar 13,129,981,658 dengan nilai terbesar
diperiode awal sebesar 106,683,530,000 yang semakin menurun sampai period e ke-20
sebesar 840,199,117 dan nilai seluruh NPV Total Benefit sebesar 311,934,674,564 dengan
nilai terbesar diperiode ke-2 sebesar 18,409,108,713 dan menurun sampai periode ke-20
sebesar 13,072,280,244. Serta nilai seluruh NPV Net Benefit sebesar 174,804,692,905
dengan nilai terbesar diperiode awal sebesar 106,683,530,000 dan mengalami penurunan
sampai periode ke-20 sebesar 12,232,081,126. Dari penjelasan diatas bahwa acuan suku
bunga 12% menghasilkan NPV sebesar 174,804,692,905 dengan umur proyek 20 tahun.

Tabel 2. Hasil Perhitungan NPV dengan Suku Bunga 26%


Setelah menggunakan acuan suku bunga 12% menghasilkan nilai NPV sesuai dengan
pernyataan diatas. Ketika suku bunga dinaikkan menjadi 26%, maka dapat dilihat hasil
perhitungan pada tabel 2. Dari tabel diatas dijelaskan bahwa nilai NPV dari ketiga komponen
yaitu Total Cost bernilai sebesar 120,011,810,377 yang nilai terbesar diperiode awal sebesar
106,683,530,000 dan mengalami penurunan sampai periode ke-20 yang bernilai 79,676,780.
Total Benefit bernilai sebesar 120,341,131,609 dengan nilai terbesar diperiode ke-2 sebesar
16,363,62,190 dan mengalami penurunan sampai tahun ke-20 sebesar 1,239,655,184. Serta
nilai Net Benefit sebesar 329,321,231 dengan nilai terbesar diperiode awal sebesar
106,683,530,000 dan mengalami penurunan sampai periode ke-20 sebesar 1,159,978,404.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan acuan suku bunga 26% menghasilkan
nilai NPV sebesar 329,321,231 dengan umur proyek selama 20 tahun.

Tabel 3. Hasil Perhitungan NPV dengan Suku Bunga 27%


Penggunaan acuan suku bunga 27%, maka sesuai tabel 3 menunjukkan nilai NPV
Total Cost sebesar 119,441,267,113 dengan nilai terbesar diperiode awal sebesar
106,683,530,000 dan mengalami penurunan sampai period eke-20 sebesar 68,024,954. Nilai
NPV total benefit sebesar 114,43,26,42 dengan nilai terbesar diperiode ke 2 sebesar
16,234,804,535 dan mengalami penurunan sampai periode ke-20 sebesar 1,08,369,666. Nilai
NPV net benefit sebesar ,006,001,661 dengan nilai terbesar diperiode awal sebesar
106,683,530,000 dan mengalami penurunan sampai periode ke-20 sebesar 990,344,712. Hal
ini menujukkan bahwa penggunaan suku bunga 27% menghasilkan NPV sebesar
5,006,001,661 dengan umur proyek selama 20 tahun.

Dari penjelaskan pernyataan dalam hasil perhitungan tabel sebelumnya dapat


diketahui 3 indikator keberhasilan proyek tersebut yaitu NPV, IRR dan BCR yang terlihat
dari tabel diatas. Hasilnya menunjukkan bahwa ketika menggunakan nilai acuan suku bunga
12%, hasil nilai NPV menunjukkan “GO” artinya proyek tersebut layak (NPV>0) dan nilai
BCR menunjukkan “GO” dapat diartikan proyek tersebut layak(NPV>0). Kemudian
penggunaan acuan nilai suku bunga 26% menghasilkan nilai NPV yang menunjukkan “GO”
berarti proyek tersebut layak (NPV>0)dan nilai BCR yang menunjukkan “GO” dapat
diartikan poyek tersebut layak dan menguntungkan (BCR>1). Sedangkan penggunaan acuan
nilai suku bunga 27% menghasilkan nilai NPV yang menunjukkan “NO” berarti proyek
tersebut belum berhasil dan nilai BCR yang menunjukkan “NO” dapat diartikan belum layak
dan menguntungkan (BCR<1) . Perhitungan IRR yg bernilai 0.260617247 menunjukkan
bahwa proyek tersebut “ NO” berarti belum layak.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Analisis kelayakan investasi pada proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga


Minihidro (PLTM) Pongkor dinyatakan layak dikarenakan NPV ≥ 0, dengan nilai Rp.
174,804,692,905 dengan acuan 12% suku bunga dan dengan nilai Rp. 329,321,231 dengan
acuan suku bunga 26%.
DAFTAR PUSTAKA

Rizaldi, N., & Taufik, H. (2014). Analisa Kelayakan Ekonomi Pembangunan Jalur Kereta Api
Minang Kabau International Airport (MIA) Sumatera Barat. Jurnal Online Mahasiswa
(JOM) Bidang Teknik dan Sains, 1(2),
Sandi Suandi, Nurul Chayati.STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PADA PROYEK
PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINIHIDRO (PLTM) PONGKOR.
Program Studi S1 Teknik Sipil, Universitas Ibn Khaldun, Bogor Jl. KH Sholeh Iskandar Km
2 Kedung Bada .

www.kompasiana.com Amri Hidayat Perekonomian Lewat Pengembangan Wisata di


Kecamatan Nanggung (pukul 22.44)

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro (OJK


dan USAID )

Anda mungkin juga menyukai