Anda di halaman 1dari 82

Geokimia

Geokimia adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan alat-alat dan prinsip-


prinsipkimiawi untuk menjelaskan mekanisme dibalik sistem2 geologi utama
seperti kerak bumi dan lautannya. [1] Ranah geokimia meluas
melampaui Bumi, mencakup keseluruhan Tata Surya [2] dan telah membuat
kontribusi yang penting untuk memahami sejumlah proses termasuk mantel
konveksi, formasi planet2 dan asal mula granit dan basal. [1]

Isi

1 Sejarah
2 Subbidang
3 Karakteristik kimia
o 3.1 Konstitusi mineral
o 3.2 Batuan2 Felsic, menengah dan mafik berapi

 4 Lihat juga
 5 Bacaan lebih lanjut
 6 Referensi2
Sejarah
Istilah geokimia pertama kali digunakan oleh Ahli kimia Swiss-Jerman Christian
Friedrich Schonbein pada tahun 1838. Dalam tulisannya Schonbein
memprediksikan kelahiran sebuah bidang studi baru, menyatakan:
“ Dalam sebuah kata, suatu komparatif geokimia seharusnya diluncurkan,
sebelum geokimia dapat menjadi geologi, dan sebelum misteri genesis planet kita
dan materi anorganik mereka dapat terungkap.” [3]
Bidang studi ini mulai untuk direalisasikan segera setelah pekerjaan Schonbein,
namun istilahnya –‘geochemistry (geokimia)’- awalnya tidak digunakan
oleh ahli2 geologi ataupun ahli2 kimia. Ada beberapa perdebatan mengenai ilmu
pengetahuan yang mana yang harus menjadi bagian yang dominan. [3] Ada sedikit
kolaborasi antara ahli2 geologi dan ahli2 kimia dan bidang studi geokimia tetap
menjadi bidang yang kecil dan tidak terkenal. Selama abad ke 20, beberapa ahli
geokimia menghasilkan karya yang mulai mempopulerkan bidang ini,
termasuk Frank Wigglesworth Clarke yang mulai menginvestigasi kelimpahan
berbagai elemen di dalam Bumi dan bagaimana kuantitas tersebut berhubungan
dengan berat atom. Komposisi meteorit2 dan perbedaan –perbedannya pada
batuan terestrial sedang diselidiki sejak tahun 1850 dan pada tahun 1901, Oliver
C. Farrington membuat hipotesis bahwa meskipun ada perbedaan, bahwa jumlah
relatifnya tetap harus sama.[3] Ini adalah awal mula bidang Kimia Alam Semesta
(cosmochemistry) dan telah banyak berkontribusi pada apa yang kita ketahui
tentang pembentukan bumi dan tata surya. [2]
Subbidang
Beberapa subkumpulan dari geokimia adalah:

1. Geokimia isotop mencakup penetapan konsentrasi relatif dan absolut


dariunsur-unsur dan isotop2 mereka di dalam bumi dan pada permukaan
bumi.
2. Pemeriksaan distribusi dan gerakan unsur-unsur di berbagai belahan bumi
(kerak, mantel, hidrosfer dll.) dan didalam mineral2 dengan tujuan untuk
menentukan sistem yang mendasari distribusi dan gerakan.
3. Kimia Alam Semesta (Cosmochemistry) meliputi analisis distribusi unsur-
unsur dan isotop mereka dalam alam semesta.
4. Biogeokimia adalah bidang studi yang berfokus pada efek kehidupan
terhadap kimiawi bumi.
5. Geokimia organik melibatkan studi tentang peran proses2 dan senyawa2
yang berasal dari organisme2 hidup atau yang pernah hidup.
6. Studi2 geokimia dalam air mempelajari peran berbagai unsur di daerah
aliran sungai, termasuk tembaga, belerang, merkuri, dan bagaimana unsur
fluk2 yang dipertukarkan melalui interaksi atmosfer-terestrial-akuatik.
7. Geokimia regional, lingkungan dan eksplorasi meliputi aplikasi2 pada
studi2 lingkungan, hidrologi dan eksplorasi mineral.

Victor Goldschmidt dianggap oleh sebagian besar orang sebagai bapak geokimia
moderen dan ide-ide dari subjek ini diungkapkan olehnya dalam serangkaian
publikasi dari tahun 1922 dengan judul ‘Geochemische Verteilungsgesetze der
Elemente’ (hukum-hukum distribusi unsur-unsur geokimia).
Karakteristik2 Kimia
Konstituen2 batu yang lebih umum hampir
semuanya oksida2; klorida2, sulfida2 danfluorida2 adalah satu-satunya
pengecualian penting untuk ini dan jumlah total mereka dalam setiap batu
biasanya jauh kurang dari 1%. F.W. Clarke telah menghitung bahwa lebih dari
47% kerak bumi terdiri dari oksigen. Hal ini terjadi terutama dalam kombinasi
sebagai oksida, yang utamanya adalah silika, alumina, oksida besi, dan
berbagai karbonat (kalsium karbonat, magnesium karbonat, natrium
karbonat, dankalium karbonat). Fungsi silika terutama sebagai asam, membentuk
silikat, dan semua mineral yang paling umum dari batuan beku adalah sifat ini.
Dari perhitungan berdasarkan 1672 analisis berbagai jenis batu Clarke sampai
pada hasil berikut ini dengan komposisi persentase rata-rata: SiO2 = 59,71, Al2O3
= 15,41, Fe2O3 = 2.63, FeO = 3,52, MgO = 4,36, CaO = 4.90, Na2O = 3.55 ,
K2O = 2,80, H2O = 1,52, TiO2 = 0,60, P2O5 = 0,22, jumlah 99,22%). Semua
konstituen yang lain terjadi hanya dalam kuantitas yang sangat kecil, umumnya
jauh lebih sedikit dari 1%.
Oksida-oksida ini digabungkan dengan cara serampangan.
Misalnya, potasium(kalium karbonat) dan soda (natrium karbonat) digabungkan
untuk menghasilkanfeldspar. Dalam beberapa kasus mereka dapat mengambil
bentuk lain, sepertinepheline, leucite, dan muskovit, tetapi dalam sebagian besar
kasus mereka ditemukan sebagai feldspar. Asam fosfat dengan kapur (kalsium
karbonat) membentuk apatit. Titanium dioksida dengan oksida
besi menimbulkan ilmenit. Bagian dari kapur membentuk feldspar kapur.
Magnesium karbonat dan oksida besi dengan silika mengkristal
sebagai olivin atau enstatite, atau dengan bentuk alumina dan kapur silikat ferro-
magnesian kompleks yang pyroxen2, amphibol2, dan biotit2adalah kepalanya.
Setiap kelebihan silika di atas apa yang diperlukan untuk menetralisir basis akan
memisahkannya sebagai kuarsa, kelebihan alumina mengkristal
sebagai korundum. Hal ini harus dianggap hanya sebagai kecenderungan umum.
Sangat mungkin, dengan analisis batuan, untuk mengatakan bahwa kurang lebih
apa yang dikandung mineral batuan , tetapi ada banyak pengecualian untuk aturan
apapun.

Konstitusi Mineral
Oleh karena itu kita dapat mengatakan bahwa kecuali dalam asam atau
batu2bersilika yang mengandung 66% silika dan lebih, kuarsa tidak akan
berlimpah. Dalam batuan2 dasar (yang mengandung 20% silika atau kurang) hal
tersebut sangat jarang dan secara kebetulan. Jika magnesia dan besi berada di atas
rata-rata sedangkan silika rendah, olivin dapat diharapkan ada; ketika silika ada
dalam jumlah yang lebih besar daripada mineral ferro-magnesian, seperti augit,
hornblende, biotit atau enstatite, terjadi bukan olivin. Kecuali potas nya tinggi dan
silika yang relatif rendah, leucite tidak akan ada, karena leucite tidak akan terjadi
tanpa kuarsa. Nepheline, juga, biasanya ditemukan di batuan dengan banyak soda
dan relatif sedikit silika.Dengan alkali tinggi, pyroxenes yang sangkut
paut dengan soda dan amphiboles mungkin ada. Semakin rendah persentase silika
dan basa2, semakin besar juga prevalensi kalsium feldspar yang dikontrak dengan
soda atau potas feldspar. Clarke telah menghitung relatif melimpahnya mineral2
pembentuk batuan dengan hasil sebagai berikut: apatit = 0,6, titanium mineral =
1,5, kuarsa = 12.0, feldspar = 59,5, biotit = 3,8, hornblende dan piroksen = 16,8,
total = 94,2%. Akan tetapi, perhitungan ini hanya dapat berupa sebuah pendekatan
kasar.
Faktor penentu lain, yaitu kondisi2 fisik yang
menghadiri konsolidasi, bermain secara keseluruhan peran yang lebih
kecil, namun tidak berarti dapat diabaikan, bersamabeberapa contoh yang akan
membuktikan. Mineral2 tertentu khususnya yang terbatas pada batuan2 yang
berada di dalam intrusi, misalnya microcline, muskovit, diallage. Leucite sangat
jarang ditemui di massa2 plutonik, banyak mineral memiliki kekhasan khusus
dalam karakter mikroskopis berdasarkan apakah mereka mengkristal di
kedalaman atau di dekat permukaan, misalnya, hipersten, orthoclase, kuarsa. Ada
beberapa kasus aneh batu yang mempunyai komposisi kimia yang sama, tetapi
terdiri dari mineral2 yang sama sekali berbeda, misalnya, hornblendite dari Gran,
di Norwegia, yang hanya mengandung hornblende, memiliki komposisi yang
sama seperti beberapa camptonites dari daerah yang sama yang mengandung
feldspar dan hornblende dari jenis yang berbeda. Dalam hubungan ini kita dapat
mengulangi apa yang telah dikatakan di atas tentang korosi mineral porfiritik
dalam batuan beku. Dalam rhyolites dan trachytes, kristal2 awal dari hornblende
dan biotit dapat ditemukan dalam jumlah besar dimana sebagian telah dikonversi
menjadi augit dan magnetit. Hornblende dan biotit stabil di bawah tekanan dan
kondisi2 lain di bawah permukaan, tetapi tidak stabil pada tingkat2 yang lebih
tinggi. Dalam tanah-massadari batuan2 ini, augit hampir selalu ada. Tapi
perwakilan plutonik dari magma yang sama, granit dan syenite mengandung biotit
dan hornblende jauh lebih umum daripada augit.

Batuan2 Felsic, menengah dan mafik berapi


Batuan2 ini yang mengandung paling banyak silika2 dan saat mengkristal
menghasilkan kuarsa bebas, membentuk kelompok yang umumnya dikenal
sebagai batuan2 "felsic". Batuan2 tersebut yang mengandung silika paling sedikit
dan sebagian besarnya magnesium dan besi, sehingga tidak ada kuarsa
sedangkan olivinmelimpah membentuk kelompok “mafic”. Batuan “intermediate”
meliputi batuan yang dikarakterisasi dengan tidak adanya kuarsa dan olivin.
Sebuah subdivisi yang penting ini mengandung persentasi alkali yang sangat
tinggi, khususnya soda dan akibatnya mengandung mineral2
seperti nefelin dan leucite yang tidak umum dibatuan lainnya. Hal ini sering
dipisahkan dari yang lain sebagai batuan2 "basa" atau "soda", dan ada serangkaian
batuan2 mafik yang sesuai. Terakhir adalah sebuah sub-kelompok kecil yang kaya
olivin dan tanpa feldspar telah disebut sebagai batuan2 "ultrabasa". Batuan2 ini
memiliki presentasi silika yang sangat rendah namun banyak besi dan magnesium.
Kecuali yang terakhir ini, hampir semua batuan mengandung mineral2 feldspar
atau feldspathoid. Dalam batuan2 asam, feldspar yang umum adalah orthoclase,
perthite, microcline, dan oligoclase - semua memiliki banyak silika dan
alkali2. Dalam batuan mafik labradorit, anorthite dan bytownite yang tersebar
luas, yang kaya dengan kapur dan sedikit silika, potas dan soda. Augit adalah
ferro-magnesian yang paling umum dalam batuan2 mafik, tapi biotit dan
hornblende adalah keseluruhan yang lebih sering ada pada batuan2 felsic.
Batuan2 yang mengandung leucite atau nefelin, baik sebagian atau keseluruhan
mengganti felspar, tidak termasuk dalam tabel ini. Batuan2 tersebut pada dasarnya
dari karakter batuan mafik atau intermediate. Sebagai akibatnya kita mungkin
menganggap batuan2 tersebut sebagai jenis syenite, diorite, gabbro, dll, di mana
mineral2 feldspathoid terjadi, dan memang ada banyak transisi antara syenites tipe
biasa dan nepheline - atau leucite - syenite, dan antara gabbro atau dolerite dan
theralite atau essexite. Tapi, karena banyak mineral dikembangkan dalam batuan2
"alkali" yang jarang terjadi di tempat lain, akan lebih mudah dalam klasifikasi
formal murni seperti yang diuraikan di sini untuk memperlakukan seluruh
perkumpulan sebagai seri2 yang berbeda.
Batuan2 yang mengandung Nepheline and Leucite
Alkali Feldspar, Soda Kapur Feldspar,
Nepheline atau
Mineral2 yang Nepheline atau Nepheline atau Leucite,
Leucite, Augit,
paling umum Leucite, Augit, Augit, Hornblende
Hornblende, Olivin
Hornblende, Biotit (Olivin)

Nepheline-syenite,
Jenis Plutonik Essexite dan Theralite Ijolite dan Missourite
Leucite-syenite,
Nepheline-porphyry
Nepheline-basal,
Jenis Efusif atau
Phonolite, Leucitophyre Tephrite dan Basanite Leucite-basal
Lavas

Klasifikasi ini pada dasarnya didasarkan pada konstitusi mineralogi batuan2


berapi. Setiap perbedaan kimia antara kelompok2 yang berbeda, meskipun
tersirat, diturunkan ke posisi yang lebih rendah. Hal ini diakui secara buatan tetapi
telah tumbuh dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan masih digunakan
sebagai subdivisi yang lebih kecil yang dibangun. Subdivisi ini tidak berarti sama
nilainya. Syenite2, misalnya, dan peridotite2, jauh lebih penting daripada granit2,
diorit2 dan gabbro2. Selain itu, andesit2 yang efusif tidak selalu sesuai
dengan batuan2 dioritplutonik tetapi sebagian juga dengan gabbro2. Seperti
berbagai jenis batuan, yang dianggap sebagai mineral2 agregat, melewati ke
dalam satu sama lain secara bertahap, jenis2 transisi yang sangat umum dan
begitu penting untuk menerima nama2 khusus. Batuan2 kuarsa-syenite dan
nordmarkite dapat disisipkan antara granit dan syenite, tonalites dan adamellites
di antara granit dan diorite, monzoaites di antara syenite dan diorite, norites dan
hyperites di antara diorit dan gabro, dan sebagainya.
Artikel ini diterjemahkan dari:
https://en.wikipedia.org/wiki/Geochemistry
Geochemical, Geokimia

A. DEFINISI DAN KONSEP DASAR

Ada banyak definisi tentang geokimia, tetapi definisi yang dilakukan oleh
Goldschmidt menekankan pada dua aspek yaitu:

1. Distribusi unsur dalam bumi (deskripsi)


2. Prinsip-prinsip yang mengatur distribusi tersebut di atas (interpretasi)

Pada dasarnya definisi ini menyatakan bahwa geokimia mempelajari jumlah dan
distribusi unsur kimia dalam mineral, bijih, batuan tanah, air, dan atmosfer. Tidak
terbatas pada penyelidikan unsur kimia sebagai unit terkecil dari material, juga
kelimpahan dan distribusi isotop-isotop dan kelimpahan serta distribusi inti atom.

Eksplorasi geokimia khusus mengkonsentrasikan pada pengukuran kelimpahan,


distribusi, dan migrasi unsur-unsur bijih atau unsur-unsur yang berhubungan erat
dengan bijih, dengan tujuan mendeteksi endapan bijih. Dalam pengertian yang lebih
sempit eksplorasi geokimia adalah pengukuran secara sistematis satu atau lebih
unsur jejak dalam batuan, tanah, sedimen sungai aktif, vegetasi, air, atau gas, untuk
mendapatkan anomali geokimia, yaitu konsentrasi abnormal dari unsur tertentu
yang kontras terhadap lingkungannya (background geokimia).

A.1 Prinsip Dasar Prospeksi/Eksplorasi Geokimia

Prospeksi/eksplorasi geokimia pada dasarnya terdiri dari dua metode :

1. Metode yang menggunakan pola dispersi mekanis diterapkan pada mineral yang
relatif stabil pada kondisi permukaan bumi (seperti: emas, platina, kasiterit, kromit,
mineral tanah jarang). Cocok digunakan di daerah yang kondisi iklimnya membatasi
pelapukan kimiawi.

2. Metode yang didasarkan pada pengenalan pola dispersi kimiawi. Pola ini dapat
diperoleh baik pada endapan bijih yang tererosi ataupun yang tidak tererosi, baik
yang lapuk ataupun yang tidak lapuk. Pola ini kurang terlihat seperti pada pola
dispersi mekanis, karena unsur-unsurnya yang membentuk pola dispersi bisa :

a. Memiliki mineralogi yang berbeda pada endapan bijihnya (contohnya: serussit dan
anglesit terbentuk akibat pelapukan endapan galena)

b. Dapat terdispersi dalam larutan (ion Cu2+ dalam airtanah berasal dari endapan
kalkopirit)

c. Bisa tersembunyi dalam mineral lain (contohnya Ni dalam serpentin dan empung
yang berdekatan dengan sutu endapan pentlandit)

d. Bisa teradsorbsi (contohnya Cu teradsosbsi pada lempung atau material organik


pada aliran sungai bisa dipasok oleh airtanah yang melewati endapan kalkopirit)

e. Bisa bergabung dengan material organik (contohnya Cu dalam umbuhan atau


khewan)

A.2. Daur Geologi

Semua endapan bijih adalah produk dari daur yang sama di dalam proses-proses
geologi yang mengakibatkan terjadinya tanah, sedimen dan batuan. Gambar
merupakan ringkasan dari daur geologi dan contoh-contoh tipe bijih yang dihasilkan
pada berbagai stadia daur :
A.3. Dispersi

Dispersi geokimia adalah proses menyeluruh tentang transpor dan atau fraksinasi
unsur-unsur. Dispersi dapat terjadi secara mekanis (contohnya pergerakan pasir di
sungai) dan kimiawi (contohnya disolusi, difusi dan pengendapan dalam larutan).
Tipe dispersi ini mempengaruhi pemilihan metode pengambilan conto, pemilihan
lokasi conto, pemilihan fraksi ukuran dsb.

Contohnya dalam survey drainage pertanyaan muncul apakah conto diambil dari air
atau sedimen ; jika sedimen yang dipilih, haris diketahui apakah pengendapan unsur
yang dicari sensitif terhadap variasi pH (contohnya adsorpsi Cu oleh lempung) atau
kecepatan aliran sungai (contohnya dispersi Sn sebagai butiran detrital dari
kasiterit). Jika adsorpsi dari ion-ion yang ikut diendapkan dicari dalam tanah atau
sedimen, maka fraksi yang halus yang diutamakan; jika unsur yang dicari hadir
dalam mineral yang resisten, maka fraksi yang kasar kemungkinan mengandung
unsur yang dicari.

A.4. Lingkungan Geokimia

Lingkungan geokimia primer adalah lingkungan di bawah zona pelapukan yang


dicirikan oleh tekanan dan temperatur yang besar, sirkulasi fluida yang terbatas, dan
oksigen bebas yang rendah. Sebaliknya, lingkungan geokimia sekunder adalah
lingkungan pelapukan, erosi, dan sedimentasi, yang dicirikan oleh temperatur
rendah, tekanan rendah, sirkulasi fluida bebas, dan melimpahnya O2, H2O dan CO2.
Pola geokimia primer menjadi dasar dari survey batuan sedangkan pola geokimia
sekunder merupakan target bagi survey tanah dan sedimen.

A.5. Mobilitas Unsur

Mobilitas unsur adalah kemudahan unsur bergerak dalam lingkungan geokimia


tertentu. Beberapa unsur dalam proses dispersi dapat terpindahkan jauh dari
asalnya, ini disebut mudah bergerak atau mobilitasnya besar, contohnya: unsur gas
mulia seperti radon. Rn dipakai sebagai petunjuk dalam prospeksi endapan Uranium.
Mobilias unsur akan berbeda dalam lingkungan yang berbeda, contohnya : F bersifat
sangat mobil dalam proses pembekuan magma (pembentukan batuan beku), cebakan
pneumatolitik dan hidrotermal, namun akan sangat tidak mobil (stabil sekali) dalam
proses metamorfose dan pembentukan tanah. Bila F masuk ke air akan menjadi
sangat mobil kembali.

Unsur yang berbeda yang ditemukan dalam suatu endapan bisa memiliki mobilitas
yang sangat berbeda, sehingga mungkin tidak memberikan anomali yang sama secara
spasial. Misalnya: Pb dan Zn sangat sering terdapat bersama-sama (berasosiasi) di
dalam endapan bijih (di dalam lingkungan siliko-alumina), sedangkan dalam
lingkungan pelapukan Zn yang jauh lebih mobil daripada Pb akan mudah mengalami
pelindian, sehingga Pb yang tertinggal akan memberikan anomali pada zona
mineralisasinya. Contoh lainnya :

1. Emas yang tahan terhadap larutan akan tertinggal dalam gossan

2. Galena terurai perlahan dan menghasilkan serusit dan anglesit yang relatif tidak
larut. oleh karena itu Pb cenderung tahan dalam gossan

3. Mineral sulfida Cu, Zn dab Ag mudah terurai dan bermigrasi ke level yang lebih
rendah membentuk bijih oksida yang kaya atau bijih supergen

A.6. Unsur Penunjuk

Karena unsur-unsur memperlihatkan mobilitas yang berbeda (dikontrol oleh


perbedaan stabilitas dan oleh lingkungan tempat mereka bermigrasi) sering
dilakukan penggunaan unsur penunjuk dalam prospeksi suatu unsur. Unsur
penunjuk adalah suatu unsur yang jumlahnya atau pola penyebarannya dapat dipakai
sebagai petunjuk adanya mineralisasi. Alasan penggunaan unsur penunjuk antara
lain :

1. Unsur ekonomis yang diinginkan sulit dideteksi atau dianalisis

2. Unsur yang diinginkan deteksinya mahal

3. Unsur yang diinginkan tidak terdapat dalam materi yang diambil (akibat
perbedaan mobilitas)
Contohnya : Emas kelimpahannya kecil dalam bijih, oleh karena itu pola dispersinya
hanya mengadung kadar emas yang sangat rendah, kurang dari batas minimal yang
dapat dianalisis. Di lain pihak, Cu, As, atau Sb dapat berasosiasi dengan emas dalam
kelimpahan yang relatif besar.

A.7. Anomali Geokimia


Bijih mewakili akumulasi dari satu unsur atau lebih diatas kelimpahan yang kita
anggap normal. Kelimpahan dari unsur khusus di dalam batuan barren disebut
background. Penting untuk disadari bahwa tak ada unsur yang memiliki background
yang seragam, beberapa unsur memiliki variasi yang besar bahkan dalam jenis
batuan yang sama. Contohnya background nikel :

1. Dalam granitoid kira-kira 8 ppm dan relatif seragam


2. Dalam shale berkisar antara 20 - 100 ppm
3. Dalam batuan beku mafik Ni rata-rata sekitar 160 ppm dan relatif tidak seragam
4. Dalam batuan beku ultramafik Ni rata-rata sekitar 1200 ppm dengan variasi yang
besar.

Tujuan mencari nilai background adalah untuk mendapatkan anomali geokimia,


yaitu nilai di atas background yang sangat diharapkan berhubungan dengan endapan
bijih. Karena sejumlah besar conto bisa saja memiliki nilai di atas background, maka
ada nilai ambang/nilai batas yang digunakan untuk menentukan anomali, yang
dikenal dengan sebutan threshold, yaitu nilai rata-rata plus dua standar deviasi
dalam suatu populasi normal. Semua nilai di atas nilai threshold didefinisikan
sebagai anomali. Teknik-teknik interpretasi baru melibatkan grafik frekuensi
kumulatif, analisis rata-rata yang bergerak, analisis regresi jamak banyak
menggantikan konsep klasik background dan threshold.

B. PERENCANAAN EKSPLORASI GEOKIMIA


Karena eksplorasi mineral makin lama makin sulit, mahal, dan kompetitif, maka
eksplorasi perlu dilakukan seefisien mungkin, dengan biaya yang betul-betul efektif.
Tiap eksplorasi geokimia terdiri dari tiga komponen, yaitu sampling (pengambilan
conto), analisis, dan interpretasi. Ketiganya merupakan fungsi bebas yang saling
terkait. Kegagalan pada tahap yang satu akan mempengaruhi tahap berikutnya.

B.1. Pemilihan Metode

Pemilihan teknik tergantung pada mineralogi dan geokimia daerah target. Komposisi
badan bijih akan menentukan unsur yang dapat digunakan. Contohnya Cu sangat
ideal untuk endapan tembaga, tapi As sangat berguna dalam pencarian mineralisasi
emas, dll. Lebih jauh lagi mineralogi daerah target dikombinasikan dengan
lingkungan sekunder (pola dispersinya). Contohnya dispersi Cu bisa hidromorfik dan
mekanis, sedangkan timah putih sangat khas, hampir selalu mekanis sebagai butiran
kasiterit, atau terdapat dalam biotit atau mineral asesori lainnya. Hal kedua yang
perlu dipertimbangkan adalah relatif dari target (badan bijih) yang dapat dijumpai
sebagai : (1) bijih yang tersingkap, (2) tersingkap sebagian, (3) tertimbun batuan
penutup yang lebih muda, atau (4) tertutup dalam batuan induknya (blind ore).

Gambar Posisi relatif badan bijih terhadap permukaan

Penyontoan di permukaan akan efektif untuk tipe 1) dan 2), tapi perlu antisipasi
untuk respon geokimia yang berbeda. Kasus 3) dan 4) perlu teknik yang optimum
yang dapat mendeteksi melalui penutup, bawah penutup, gas bocor dari mineralisasi,
atau mendeteksi halo (lingkaran) sekitar batuan. Survey geokimia diterapkan pada
berbagai tahapan eksplorasi mineral, yaitu :

1. Survey regional dengan tujuan mencari jalur mineralisasi


2. Survey lokal dengan tujuan mengidentifikasi daerah target untuk keperluan
evaluasi
3. Survey kekayaan dengan tujuan menentukan batas daerah termineralisasi
4. Survey deposit dengan tujuan menentukan lokasi dari badan bijih individual

Perlu adanya integrasi antara survey geokimia dengan strategi eksplorasi


keseluruhan.

B.2. Optimasi Teknik Survey


Untuk optimasi survey geokimia perlu dilakukan identifikasi target yang maksimum.
Suatu target perlu jelas terlihat dalam data geokimia, mungkin dicirikan oleh adanya
penambahan atau pengurangan kelimpahan unsur tertentu atau asosiasinya. Target
harus mudah dibedakan dari data survey lainnya. Dengan kata lain perlu adanya
kontras geokimia yang maksimum (anomali). Pengambilan conto, penyiapan conto,
dan pemilihan metode analitis dapat mempengaruhi kontras.

Pengamatan kontras anomali yang optimum dimulai di lapangan melalui pengenalan


sekitar lingkungan lokal yang akan mempengaruhi proses dispersi, tempat-tempat
yang mungkin mengalami pelindian atau peningkatan akibat perembesan, kehadiran
pengendapan sekunder, perkembangan tanah yang tidak normal, dan distribusi
tanah penutup yang tertranspor. Catatan lapangan merupakan bagian survey yang
penting yang dapat digunakan bersama-sama dengan analisis data untuk
interpretasi.

Pengambilan conto merupakan hal paling penting dalam eksplorasi geokimia.


Preparasi conto yang baik dapat juga menunjang kontras yang baik. Thomson (1978)
mendemonstrasikan bahwa analisis Zn pada fraksi -0+35 mesh dari material tanah
yang diambil pada kedalaman 20 cm dari tanah semi residu di gurun Saudi Arabia
menghasilkan kontras maksimum di atas badan mineralisasi Zn. Sebaliknya pada
fraksi -150 mesh tanah yang sama mengalami dilusi oleh material barren aeolian
sehingga kontras dan dispersinya jauh berkurang.

Pengkayaan sekunder dari logam yang terdispersi hidromorfik cenderung terjadi


pada fraksi halus dari tanah (lempung dan silt) atau tanah los yang myelimuti
partikel kasar. Pemisahan fraksi halus dan kasar dapat meningkatkan anomali. Jarak
pengangkutan logam oleh airtanah dari pelapukan sulfida sangat bervariasi dan
dapat menghasilkan pola geokimia yang sulit untuk diinterpretasikan. Konsentrasi
logam yang tinggi karena pengendapan sekunder mengikuti pola hidromorfik,
scavenging dll. Sering dicirikan oleh bentuk mineral yang lemah dan tidak stabil yang
unsur-unsurnya dapat direcovery dengan teknik analisis yang lemah.

B.3. Parameter Survey


Tantangan dalam survey geokimia adalah mendesign program yang efektif, pada
prakteknya adalah membuat keputusan tentang pemilihan point-point berikut ini :

1. Material Sample
2. Pola penyontoan
3. Preparasi conto
4. Prosedur Analitis
5. Kriteria interpretasi hasil

Untuk membuat keputusan diperlukan pengetahuan atau asumsi tentang keadaan


daerah survey. Artinya diperlukan rujukan infomasi yang relevan tentang :

1. Dispersi dan karakter mobilitas dari unsur dalam mineral dan batuan induk
2. Pengaruh lingkungan lokal pada proses dispersi
3. Ukuran target, baik ukuran mineralisasi maupun ukuran yang diharapkan dari
lingkaran dispersi sekelilingnya
4. Ketersediaan material conto
5. Kemampuan analitis
6. Kondisi logistik

Lingkungan lokal dapat mempengaruhi proses dispersi. Faktor yang paling penting
yang berhubungan dengan iklim dan topografi adalah material/tanah di daerah
survey, apakah tertranspor atau residu. Jika tertranspor, asalnya dari apa, kolovium,
aluvium. Material eksotis seperti sedimen berlapis, aluvial, pasir fluvial, abu
vulkanik, menutupi batuan dasar, tetapi tidak mengekspresikan geokimia dari batuan
yang berada di bawahnya.

Ukuran target akan mempengaruhi pemilihan interval pengambilan conto. Arah


orientasi tertentu dari target juga harus dipertimbangkan dalam lintasan dan grid
pengambilan conto. Idealnya, grid pengambilan conto dibuat dengan garis dasar
sejajar terhadap sumbu panjang target. Garis lintangnya tegaklurus terhadap garis
dasar tadi untuk mendapatkan kemungkinan irisan maksimum.

Survey geokimia yang ideal didasarkan pada penyontoan yang sistematis dan
beraturan untuk memperoleh database yang homogen, agar dapat dilakukan evaluasi
komparatif dari gejala geokimia. Oleh karena itu penting sekali untuk memilih
medium penyontoan yang seragam di seluruh daerah survey. Teknik preparasi dan
teknik analitis harus dipilih yang dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya dan
menunjang kontras yang optimum. Terakhir, perlu dilakukan evaluasi terhadap
hambatan-hambatan logisistik. Akses, kondisi medan, keterdapatan tenaga, budget
dan waktu perlu dipertimbangkan dengan hati-hati.

B.4. Studi Orientasi

Studi orientasi digambarkan sebagai suatu seri percobaan pendahuluan untuk


menentukan karakter dispersi geokimi yang berhubungan dengan mineralisasi pada
daerah tertentu. Informasi tadi digunakan untuk :

1. Mendefinisikan bakcground dan respon geokimia yang abnormal


2. Mendefinisikan prosedur survey yang optimum
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dispersi dan kriteria
interpretasi hasil survey
4. Mengenali gejala-gejala yang harus dicatat dan dilaporkan oleh pengambil conto

Survey orientasi klasik terdiri dari penyontoan dan analisis di lapangan sekitar badan
yang representatif tetapi mineralisasinya tidak dikenal. Idealnya, pekerjaan ini
dimulai dari mineralisasi yang telah dikenal yang secara geologi dan geomorfologi
representatif untuk lokasi penelitian. Kemudian dilanjutkan menjauhi mineralisasi
untuk mendapatkan harga background yang sesuai.

Orientasi sample tanah harus diambil minimal dari dua lintasan melalui mineralisasi
dan dilanjutkan ke dalam background. Spasi pengambilan conto tergantung pada
luas mineralisasi. Minimal empat atau lima contoh di atas mineralisasi dan juga dari
background. Penting agar karakter tanah yang berbeda dievaluasi. Hasilnya, lintasan
ini harus mencakup kondisi fisiografi normal dan tipe major tanah, seperti daerah
yang penirisan baik lereng curam, daerah rembesan, dan rawa. Berbagai fraksi dari
material conto perlu dianalisis. Fraksi yang disarankan adalah :
Tabel Fraksi-fraksi untuk analisis kimia

Mesh (ASTM) Mikron


- 35 + 80 -500-177
-80 -177
-80+140 -177+105
-140+230 -105+63
-230 -63

Bradshaw (1975) juga menyarankan preparasi fraksi mineral berat jika diduga ada
dispersi fragmen yang resisten, apalagi kalau terdapat emas, timah putih dan
tungsten. Semua contoh harus dianalisis dengan teknik ekstraksi total. Sebagai
tambahan disarankan conto tanah dianalisis dengan teknik hot acisd extractable dan
cold acid extractable dan dengan teknik khusus yang mungkin diinginkan (misalnya
khusus sulfida, khusus timah putih, khusus material organik).

B.5. Studi Literatur

Tidak praktis untuk mengunjungi lapangan dan melakukan survey orientasi sebelum
program eksplorasi dibuat. Informsi yang berguna dapat diperoleh dari penyelidikan
terdahulu yang telah dilakukan orang. Bisa berupa paper atau dokumen intern
perusahaan. Seringkali dapat dilakukan orientasi terbalik dengan mengevaluasi
survey terdahulu secara kristis. Survey literatur sebaiknya disertakan dalam diskusi
dengan orang yang mengetahui kondisi daerah survey dan ahli geokimia yang
profesional.

B.6. Orientasi Teoritis

Pendekatan yang sangat spekulatif ini berdasarkan pada aplikasi model teoritis,
prinsip-prinsip dasar geokimia, asumsi-asumsi geologi, geomorfologi dan iklim dari
daerah yang diselidiki.

B.7. Organisasi Survey dan Operasi


Checklist dari hal-hal yang perlu dipertimbangkan khususnya dalam survey tanah
dapat dilihat pada Tabel 2. Jika telah dilakukan orientasi praktis untuk
mendefinisikan parameter survey, maka ahli geokimia harus ada disana untuk :

1. Memperlihatkan kepada pengambil conto apa yang ingin diambil untuk melatih
mereka tentang prosedur survey

2. Menguji dan menkonfirmasikan karakter dan distribusi dari penutup (overburden)


yang tertranspor.

3. Verifikasi kondisi tanah pada lokasi kunci

4. Kenalilah fisiografi daerah survey untuk keperluan interpretasi

C. TIPE SURVEY GEOKIMIA

C.1. Survey Sedimen Sungai Aktif (Stream Sediment)

Survey sedimen sungai aktif banyak digunakan untuk program penyelidikan


pendahuluan, khususnya pada daerah yang medannya sulit. Di daerah tropis,
pengambilan conto sedimen sungai dapat dilakukan bersamaan dengan pengamatan
geologi dari float dan batuan dasar yang tersingkap. Ada empat variasi dalam survey
sedimen sungai aktif , yaitu :

1. Prospeksi mineral berat tanpa analisis kimia


2. Analisis konsentrasi mineral berat dari sedimen sungai
3. Analisis fraksi halus dari sedimen sungai
4. Analisis beberapa fraksi selain fraksi terhalus dari sedimen sungai

C.1.1. Prospeksi mineral berat

Teknik ini merupakan metode prospeksi paling tua. Sampai sekarang masih banyak
digunakan untuk prospeksi endapan yang mengandung mineral resisten seperti:
kromit, kasiterit, emas, platina, mineral tanah jarang, rutil, sirkon, turmalin, garnet,
silimanit, kianit dsb. Material conto yang optimum adalah kerakal dengan diameter
rata-rata 5 cm. Untuk dapat melakukan pembandingan antar conto, perlu jumlah
conto yang seragam dengan teknik konsentrasi yang standar. Metode yang paling
sederhana adalah pendulangan atau dengan meja Wilfey. Spasi conto bervariasi
antara satu per 50 – 100 km2 sampai l satu per 0,5 km2. Waktu yang diperlukan
tergantung ukuran butir conto, keadaan medan dan metode konsentrasi. Identifikasi
akhir dari mineral dilakukan secara petrografis di laboratorium.

C.1.2. Analisis konsentrat mineral berat dari sedimen

Konsentrat mineral berat yang diperoleh dianalisis unsur jejaknya untuk mengetahui
mineral asalnya. Contohnya pirit dipisahkan dari sedimen sungai dan dianalisis Cu-
nya. Pirit yang berasal dari endapan Cu dapat mengandung 1100–1700 ppm Cu, pirit
dari endapan Au mengandung 40–480 ppm Cu, dan pirit dari batubara menandung
100 -120 ppm Cu.

C.1.3. Analysis fraksi halus sedimen sungai aktif

Pengambilan contoh sedimen sungai aktif fraksi halus banyak digunakan di daerah
yang drainagenya cukup besar dan mengalami erosi aktif. Kerapatan conto
ditentukan oleh kerapatan drainage, namun secara kasar kerapatan conto dapat
diambil satu per 2 –10 km2 untuk survey regional, kerapatan conto satu per 0,5 – 2
km2 digunakan untuk penyontoan pendahuluan yang lebih rinci.

Survey sedimen sungai aktif harus dilakukan pada sungai kecil, sedangkan sungai
yang besar dengan catchment area yang luas tidak sesuai untuk penyontoan. Interval
penyontoan tergantung pada keperluan. Teknik yang dilakukan umumnya sebagai
berikut :

1. Conto diambil dari muatan dasar sungai yang bergerak

2. Menganalisis fraksi ukuran tertentu (umumnya fraksi pasir halus dan silt atau
fraksi mineral berat. Hal ini sulut dilakukan pada daerah yang pegunungan dengan
erosi yang aktif, kadang perlu dicari dibalik bongkah untuk mendapatkan fraksi yang
sesuai. Material fraksi –80 mesh yang dibutuhkan untuk analisisi 80 – 120 gram
sedimen, ditempatkan pada kantong conto yang standar.

Deskripsi lapangan perlu dilakukan pada tiap lokasi conto Informasi harus
mencakup: material organik, sifat sungai dan endapannya, kehadiran singkapan,
apakah dijumpai endapan besi oksida atau mangan oksida sekunder. Pengukuran pH
air sungai akan sangat berguna. Berikut ini adalah contoh lembar pengamatan
lapangan.

Gambar Lembar pengamatan survey sedimen sungai aktif

Langkah pertama penyajian hasil survey drainage adalah mengeplot semua sungai
yang ada di daerah penyelidikan dan mengeplot nomor conto dan nilainya. Setelah
dilakukan pengolahan data secara statistik dapat dilakukan pemilihan background
dan threshold. Lokasi conto dapat ditandai dengan titik hitam, yang ukurannya
menunjukkan kandungan logamnya atau dengan menebalkan sungai yang
kandungannya logamnya lebih tinggi.

Dalam ekksplorasi mineral, data sedimen sungai aktif biasanya tidak harus disajikan
dalam bentuk peta kontur, tetapi dalam survey regional bentuk peta kontur lebih
praktis untuk melihat kecenderungan geologi regional, kemungkinan daerah
mineralisasi dan mendala geokimia.

Pekerjaan lanjut (Follow-up work ) biasa dilakukan dengan interval conto yang lebih
rapat. Jika pada survey pendahuluan kerapatan conto cukup tinggi, maka survey
dapat dilanjutkan dengan pengambilan conto tanah. Sebagai tahap awal dari survey
tanah detil dapat dilakukan penyontoan tebing sungai dari kedua tepi sungai yang
menunjukkan anomali, sehingga dapat terlihat arah asal dari anomali. Jika
singkapannya bagus, pemetaan geologi dan prospeksi mungkin sudah cukup untuk
melokalisasi sumber unsur anomali, namun umumnya memerlukan survey tanah.

Gambar Penyajian hasil survey sedimen sungai

C.2. Survey Tanah

Warna tanah dan perbedaan komposisi dapat merupakan indikator yang penting
untuk berbagai kandungan logam. Contohnya, tanah organik dan inorganik reaksinya
akan berbeda terhadap logam (kandungan logamnya berbeda). Dari kedua tipe ini
dapat diharapkan perbedaan level background yang jelas. Mengabaikan perbedaan
ini akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan eksplorasi, yaitu
anomali yang signifikan tidak terlihat dan anomali yang salah.

Anomali yang salah umumnya berkaitan erat dengan komponen yang menunjukkan
konsentrasi unsur yang ekstrim, seperti pada material organik dan mineral lempung,
juga unsur jejak dalam airtanah. Kegagalan mendefinisikan kondisi anomali (yang
menunjukkan adanya mineralisasi) dapat terjadi jika conto tidak berhasil menembus
zona pelindian. Ini sering terjadi pada pengambilan conto yang tergesa-gesa,
sehingga bukti mineralisasi tidak terlihat.

Unsur jejak yang dikandung conto tanah umumnya mewakili daerah terbatas. Oleh
karena itu diperlukan sejumlah conto yang diambil secara sistematis untuk
mengevaluasi sifat-sifat mineralisasi. Perencanaan penyontoan biasanya mengikuti
grid bujur sangkar atau empat persegi panjang. Conto tambahan diambil dari
lingkungan yang berasosiasi dengan akumulasi unsur jejak, seperti zona depresi atau
rembesan untuk menguji dispersi hidromorfik dari badan mineral yang tertimbun.

Survey tanah terdiri dari analisis conto tanah yang biasanya diambil dari horizon
tanah khusus, kemudian diayak untuk mendapatkan ukuran fraksi tertentu. Conto
umumnya diambil pada pola kisi (grid) yang beraturan. Di daerah yang terisolir
dengan medan yang sulit, akan sulit pula untuk membuat grid pengambilan conto
yang baik.

Metode alternatif yang dapat digunakan adalah penyontoan ridge dan spur. Metode
ini sangat baik dikombinasikan dengan survey sedimen sungai untuk medan yang
sulit. Metode pengambilan conto yang paling ideal adalah dengan grid yang teratur.
Prosedur yang normal adalah menentukan garis dasar kemudian buat lintasan yang
tegak lurus terhadap garis dasar. Penentuan garis dapat dilakukan dengan theodolit
atau kompas.

Pemilihan grid yang digunakan tergantung pada tipe target yang dicari. Jika
diketahui bahwa mineralisasi di daerah itu memiliki dimensi panjang searah dengan
jurus, seperti mineralisasi vein atau unit stratigrafi, maka garis dasar harus diletakan
paralel terhadap jurus. Conto diambil sepanjang garis lintang yang tegak lurus pada
garis dasar. Dalam kasus ini interval antar garis bisa lebih besar dari interval conto
sepanjang garis dasar. Jika jurusnya tidak dikenal dan targetnya diduga
equidimensional, maka pengambilan conto dilakukan dengan grid yang berbentuk
bujur sangkar.

Untuk praktisnya sering digunakan grid segi empat panjang, karena penambahan
frekuensi smpling sepanjang garis dasar tidak membutuhkan banyak waktu. Ukuran
grid yang digunakan umumnya 500 m x 100 m atau 200 m x 200 m untuk survey
pendahuluan dan 100 m x 50 m atau 50 m x 50 m untuk survey detil. Kadang-kadang
digunakan juga grid jajaran genjang.
Pengambilan contoh :

1. Conto tanah umumnya diambil pada horizon B, pada kedalaman 30 - 50 cm. Untuk
unsur tertentu seperti Ag dan Hg horizon A dapat memberikan hasil yang lebih baik.
Pada daerah yang keras dan kering conto diambil dengan menggali lubang kecil
dengan menggunakan sekop dan cangkul. Jika tanah lunak dan lembab dapat
digunakan sekop kecil atau hand auger. Conto ditempatkan pada kantong conto
standar, diberi nomor dan keterangan singkat yang mencakup tipe tanah, warna,
kandungan organik. Gejala khusus sepanjang lintasan perlu dicatat, contohnya
singkapan, jalan setapak, sungai.

2. Sistem penomoran tergantung pada pola pengambilan contoh. Untuk pola grid
lebih baik menggunakan sistem koordinat dengan mengambil titik 0 pada garis
lintasan dasar, dan memberi nomor rujukan pada tiap garis lintang. Namun
penomoran alfanumerik kurang praktis untuk analisis laboratorium. Cara
penomoran lainmenggunakan kode enam sampai delapan digit yang merupakan
kode proyek, daerah dan nomor conto, misalnya nomor 2040325 bisa berarti
proyekk 2, kode daerah 04, conto 0325. Tipe ini lebih baik untuk pengolahan data
dengan komputer.

3. Di daerah kering dan banyak matahari, conto dapat dikeringkan di tempat terbuka
di camp, tapi di daerah basah dibutuhkan alat pengering. Jika conto sudah kering,
dapat digerus dan diayak. Di daerah tropis yang didominasi tanah latosol
penggerusan dapat dilakukan dengan mortar agar agregat oksida besinya hancur.
Ayakan dari stainless steel atau dari nilon dapat digunakan Sebelum mengayak tiap-
tiap sampel, ayakan harus bersih. Ayakan dapat dibersihkan dengan kuas ukuran 3,5
cm atau 5 cm. Hasil pengayakan dimasukkan ke dalam amplop kertas, kemudian ke
dalam kantong plastik agar tidak bocor atau terkontaminasi pada waktu
pengangkutan. Fraksi ukuran yang umum untuk conto geokimia adalah -80 mesh
(0,2 mm), tapi ukuran yang lebih halus atau lebih kasar dapat digunakan untuk
kasus-kasus tertentu.

4. Pada daerah baru yang belum diselidiki dianjurkan untuk melakukan survey
orientasi untuk menentukan fraksi ukuran yang optimum untuk analisis, kedalaman
penyontoan yang terbaik , jika mungkin respons geokimia dari mineralisasi .

Hasi survey tanah biasanya disajikan dalam bentuk peta kontur yang mengacu pada
isopleth (garis yang konsentrasinya sama). Selang antar kontur dapat digambarkan
dengan warna atau arsir. Tiap titik conto dan harganya harus diperlihatkan, tapi
nomornya tidak perlu diterakan agar tidak membingungkan. Pola pengambilan conto
yang tidak beraturan dapat disajikan dalam peta dot, atau dengan memberikan
warna yang berbeda pada setiap titik conto.

Survey lanjut (follow-up) dilakukan dengan spasi grid yang lebih rapat. Contohnya
suatu anomali yang terdapat pada grid penyelidikan pendahuluan 500x200 m dapat
dipenyontoan lagi dengan grid 250x100 m atau lebih rapat lagi, tapi grid yang lebih
rapat dari 25x25 m umumnya kurang menguntungkan, kecuali jika target yang
diharapkan berupa vein yang sangat kecil atau pegmatit. Jika hasil survey lanjut
menjanjikan, maka pada daerah anomali dapat dilnjutkan dengn survey geofisika
sebelum diputuskan dilakukan pemboran.

C.3. Survey Batuan

Dalam rangka mendapatkan informasi kelimpahan background dari unsur yang


dianalisis dalam survey tanah atau sedimen sungai aktif perlu dilakukan sedikitnya
pengambilan contoh batuan secara terbatas. Survey batuan dapat dilakukan sendiri
untuk mendeteksi kemungkinan dispersi primer yang berasosiasi dengan bijih.
Survey batuan dapat digunakan untuk prospeksi mineralisasi pada kondisi berikut :

1. Prospeksi bijih yang meghasilkan pola dispersi batuan dasar yang luas (contohnya
seperti Si, K, F, Cl dapat dijumpai pada lingkaran alterasi yang ekstensif mengitari
bijih hidrotermal).
2. Prospeksi untuk endapan yang luas berkadar rendah (contohnya endapan Cu yang
tersebar atau endapan Sn yang tersebar) yang pengenalannya tidak mungkin
dilakukan dari contoh setangan karena kadarnya rendah atau mineral yang dicari
tidak terlihat.
Pengambilan conto batuan bisa dilakukan dengan chip sampling secara acak pada
singkapan atau dengan pemboran dengan pola grid (bor auger untuk kedalaman yang
kecil, atau dengan rotary percussion untuk daerah yang overburdennya tebal). Conto
batuan, yang diperoleh digerus dan diayak. Fraksi –80 mesh dianalisis.

C.4. Survey Air

Analisis air dari sungai, mata air, danau, rawa sumur, dan sumur bor, dapat
dilakukan dalam prospeksi, tetapi kesulitan analisis sehubungan dengan rendahnya
konsentrasi, ditambah lagi fluktuasi yang cepat akibat variasi musim menghambat
meluasnya penggunaan metode ini. Airtanah bisa kontak dengan batuan dan
melarutkan unsur-unsur dan terjadi kesetimbangan kimia yang erat kaitannya
dengan kimia yang dikandung oleh akifer.

Air tanah mengandung padatan terlarut yang bervariasi dari satu tempat ke tempat
lainnya. Contohnya air dari ladang minyak dengan endapan halit dapat mengandung
padatan terlarut yang lebih banyak dari air laut atau airtanah biasa. Namun airtanah
digunakan juga dalam eksplorasi mineral, umumnya dari sumber yang dangkal.
Air sungai dan danau umumnya berasal dari air permukaan, tapi air tanah dapat
memberi kontribusi melalui mata air dan sungai bawah tanah. Air danau dan sungai
memperlihatkan kandungan padatan terlarut yang lebih bervariasi, karena adanya
variasi penambahan air permukaan yang besar dan tiba-tiba, yang akan merubah pH,
Eh, dan lingkungan kimia dalam jarak yang sangat pendek.
Conto diambil di lapangan dengan botol plastik yang bersih (250 – 500 ml) yang
telah dicuci dua sampai tiga kali. Agar bebas kontaminasi botol harus dibersihkan
dengan asam yang bebas logam sebelum dibawa ke lapangan. Untuk praktisnya,
conto diasamkan dengan dua atau tiga tetes asam nitrit bebas logam untuk mencegah
pengendapan logam yang ada. Jika diperlukan pengukuran pH dan Eh atau
penentuan substansi yang mungkin dipengaruhi oleh asam, maka perlu diambil
conto duplikat atau melakukan pengukuran ditempat. Jika conto mengandung
padatan suspensi, maka perlu dilakukna filtrasi, tapi biasanya dilakukan di
laboratorium sebelum analisis.

C.5. Survey Biogeokimia

Filosofinya adalah, bahwa akar tanaman menunjam jauh ke dalam tanah dan
mengambil makanan dari batuan dasar yang lapuk. Contohnya tanaman teh telah
memperlihatkan batas-batas anomali Ni di Australia Barat. Keuntungan metode ini
dibandingkan dengan metode lainnya, yaitu dapat dilakukan untuk :

1. Prospeksi di daerah yang tanah penutupnya tertranspor


2. Prospeksi di daerah berawa
3. Prospeksi di daerah yang vegetasinya sangat rapat

Tanaman mengambil makanan dari tanah melalui akarnya. Dengan membandingkan


konsentrasi unsur dalam jaringan tanaman dengan konsentrasi unsur dalam tanah,
unsur-unsur dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama terdiri
dari unsur biogenikmencakup H, C, N, P, dan S, merupakan unsur pembangun
jaringan tanaman, konsentrasinya di atas konsentrasi unsur-unsur tsb dalam tanah.

Kelompok kedua berupa unsur yang jejak yang diperlukan utuk pertumbuhan yang
sehat, terdiri dari B, Mg, K, Ca, Mn, Fe, Cu dan Zn yang konsentrasinya dalam
tanaman hampir sama dengan dalam tanah. Kelompok ke tiga adalah unsur yang
tidak diperlukan atau unsur toksik, antara lain Pb, Sr, HG, Be, U, NI, Cr, Ag, Sn. Dan
Se. Unsur toksik mungkin diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit, sedangkan
unsur yang diperlukan bisa menjadi toksik jika hadir dalam konsentrasi yang tinggi.
Pada tanah dengan konsentrasi Pb, Cu, Hg dan Ni tinggi, pertumbuhan vegetasi
terhambat atau terbatas pada jenis tertentu. Ada tanaman yang toleran terhadap
konsentrasi toksik yang tinggi, adapula yang seolah-olah membutuhkan unsur toksik
untuk dapat mulai tumbuh. Tanaman yang demikian disebut tanaman indikator.
Yang paling dikenal adalah bunga tembaga di Zambia dan tanaman Selenium di
Amerika. Kehadiran bunga tembaga menjadi indikasi konsentrasi Cu ratusan sampai
ribuan ppm. Tanaman selenium menjadi indikator yang baik untuk mineralisasi
uranium karena Se sering menyertai U. Daun yang menguning (chlorosis) dapat
disebabkan oleh konsentrasi unsur Cu, Zn, Mn dan Ni.

Penelitian biogeokimia dalam prospeksi dilakukan sejah tahun 1930. Material


tanaman yang dikumpulkan dijadikan abu, untuk menghilangkan unsur biogenik
penyusun jaringan, unsur yang dicari akan dijumpai dalam residu (abu). Abu
umumnya mencapai 1-3% berat, sehingga unsur yang dicari akan terkonsentrasi
sampai 100 kalinya dari unsur asal dalam jaringan. Keuntungan lain survey
biogeokimia dibandingkan dengan survey tanah adalah anomalinya di dalam abu
akan lebih mudah dideteksi karena konsentrasinya tinggi. Namun dalam hal
pekerjaan, survey biogeokimia melibatkan pekerjaan yang lebih banyak.

Untuk melakukan survey biogeokimia, sedikitnya diperlukan 300 gram material dari
tiap tanaman. Tanaman muda dan kurus umumnya memberikan hasil yang paling
baik. Conto dapat divariasikan dengan spesies yang berbeda, tapi menggunakan satu
spesies lebih praktis. Pengambilan conto harus sedekat mungkin pada gridnya.
Setelah conto dimasukkan ke dalam kantung, material dikeringkan dan dapat dikirim
ke laboratorium untuk dijadikan abu dan dianalisis, atau dapat dibiarkan hangus di
udara atau dalam oven, kemudian masukan ke dalam kantung conto dan dikirim ke
laboratorium. Sebelum conto dianalisis, dilakukan pengabuan terlebih dulu pada
temperatur 450° - 500° C. Temperatur ini terlalu tinggi untuk Sb, Hg , Se, dan Te,
sehingga perlu menggunakan metode pengabuan basah.

C.6. Survey Gas


Suatu teknik yang masih sedang dikembangkan adalah pengambilan conto gas untuk
mencari anomali unsur volatil di sekitar bijih. Saat ini perhatian difokuskan pada
pendeteksian gas Hg di sekitar berbagai endapan bijih. Sejumlah volume udara
dilewatkan melalui suatui filter yang dapat menangkap uap Hg untuk dianalisis
kemudian. Pengambilan conto dapat dilakukan dekat permukaan (misalnya melalui
satu unit perangkat yang dipasang pada kendaraan beroda empat), dalam tanah, atau
dengan pesawat yang terbang rendah. Keterbatasan metode ini adalah :

1. Konsentrasi gas yang diukur umumnya rendah


2. Sulit menentukan lokasi anomali yang akurat
3. Peka terhadap kondisi cuaca
4. Memelukan endapan bijih yang mengandung Hg yang cukup

Tipe penyelidikan lain adalah inderaja digunakan untuk mendeteksi hidrokarbon


dalam prospeksi minyak dan untuk mendeteksi gas-gas radiogenik seperti Rn, He,
dan Xe dalam prospeksi U dan Th. Gas radiogenik ini luruh dalam paruh waktu yang
pendek (Rn220 54 jam, Rn222 4 hari) yang membatasi ukuran pola dispersi yang
dapat dikenal. Walau begitu Rn222 banyak digunakan dalam prospeksi uranium, dan
kadang-kadang berhasil. Gas seperti H2S, SO2, I2, CO2, N2 dan O2 memiliki potensi
dalam prospeksi, tetapi pada saat ini banyak yang belum dieksploitasi.

D. METODE ANALITIS

Dalam eksplorasi geokimia tidak perlu mengutamakan akurasi yang tinggi, yang
penting cepat, tidak mahal dan sederhana. Metode yang banyak digunakan dalam
prospeksi geokimia adalah kromatografi, kolorimetri, spektroskopi emisi, XRF, dan
AAS. Metode lain yang juga digunakan dalam kasusu khusus adalah aktivasi neutron,
radiometri dan potensiometri.

AAS (atomic absorpsion spectrometry) merupakan teknik yang paling banyak dipakai
dalam analisis unsur tunggal standar. Alat-alat yang lebih canggih dapat
menganalisis multi unsur, seperti :
1. Plasma emissin spectrometry menganalisis 12 unsur utama (Cu, Pb, Zn, Ag, W, Sb,
Ba, Ni, Mn, Fe, Cr, Sn) dan 10 unsur berguna baik sebagai unsur pennyertamaupun
untuk pemetaan geologi: V, P, As, Mo, B, Be, Cd, Co, Ni, Y.
2. Optical emission spectrometry yang langsung dibaca : quantometer, yang
mengukur secara simultan 7 unsur dan 26 unsur jejak.

E. INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

Interpretasi data geokimia melibatkan kesimpulan statistik dan geologi. Perlu


disadari bahwa kesuksesan interpretasi data tergantung pada keberhasilan porgram
pengambilan conto. Jika mungkin program pengambilan conto dibuat fleksibel
sehingga interpretasi dapat dilakukan secara progresif, mulai dari interpretasi
subyektif, diteruskan dengan prosedur yang lebih kompleks sampai kemungkinan
anomali ditemukan atau sampai dapat dikenali tanpa ragu jika tidak terdapat
anomali.

E.1. Pengolahan Data Geokimia Strategis

Geokimia strategis dan analisis multi unsur dengan data yang banyak (33 unsur/
conto) membutuhkan pengolahan data dengan komputer. Analisis ini sering
dilakukan di pusat-pusat pengolahan data. Prospektor hanya perlu menyediakan peta
lokasi dan data lapangan (buku catatan penyontoan).

Pengolahan data dimulai dengan mengambil informasi geokimia dari conto yang
dikumpulkan. Hal ini dapat diperoleh dengan cara mengelompokkan conto dengan
indeks yang sama, sebagai berikut:
1. Hasil analisis dari laboratorium
2. Koordinat conto
3. Observasi lapangan

Pengolahan data melibatkan manipulasi sejumlah besar variabel (nilai conto). Ini
dapat menentukan variabilitas dalam dan antara populasi conto. Ada tiga metode
statistik yang digunakan: pertama melibatkan pengolahan variabel yang diambil satu
persatu (analisis univariate), kedua teknik analisis bivariate, dan ketiga analisis
multivariate.
Analisi univariate atau analisis elementer memungkinkan perangkuman karakteristik
dari distribusi unsur baik melalui penghitungan maupun secara grafis. Grafik yang
disajikan untuk distribusi unsur tertentu dapat digunakan untuk menentukan hukum
statistik mana yang sesuai dengan distribusi unsur atau menentukan populasi yang
berbeda (jika ada) dalam conto global.

Analisis statistik bivariate terdiri dari analisis dua karakter dari variasi simultan ,
baik dengan grafik ataupun perhitungan koefisien korelasi linier. Analisis
multivariate terdiri dari: regresi multiple dan analisis faktorial. Regresi multiple
memungkinkan variasi-variasi dari suatu variabel dihubungkan dengan variasi-
variasi dari satu atau beberapa variabel lain. Gunanya untuk membantu menonjolkan
atau mengeliminasi material logam dari endapan primer.

Contohnya Cu yang tinggi yang berasosiasi dengan batuan basa dapat ditekan atau
dihapus dengan studi distribusi Ni, Co dan V. Di lain pihak anomali yang signifikan
akan kelihatan lebih kontras. Analisis faktorial bertujuan mendapatkan informasi
dari data numerik yang besar. Sintesis ini membutuhkan perhitungan matematis
yang kompleks. Contohnya jika satu seri plutonik dipelajari, dimulai dengan data
kimia Fe, Mg dan Ti dikelompokkan pada faktor yang sama., ini dapat
mengekspresikan variasi dalam level mineral feromagnesia dalam conto yang
berbeda. Dalam prospeksi geokimia, fakta-fakta ini dapat dapat menggambarkan
kehadiran berbagai mineralisasi, kontras antara unit geologi utama, fenomena
pedologi, dan sebagainya.

Penyajian hasil disajikan dalam bentuk :


1. Peta data mentah
2. Peta nilai anomali dengan menggunakan pola yang berbeda
3. Peta dari background geokimia lokal

E.2. Geokimia Taktis

Jika data tidak terlalu banyak, tidak perlu pengolahan data dengan komputer.
Konsekuensinya prospektor harus memproses dan menyajikan sendiri datanya.
Analisis statistik elementer dapat membantu memisahkan background dari anomali.
Hal ini dapat dilakukan secara manual melalui perhitungan nilai rata-rata, deviasi
standar dapat pula disajikan dalam bentuk grafis dengan melakukan langka-langkah
sebagai berikut :
1. Pemilihan data populasi yang tepat, sebesar mungkin dan sehomogen mungkin
2. Pengumpulan harga-harga menjadi jumlah kelas yang cukup
3. Menghitung frekuensi tiap kelas kemudian plot terhadap unit kelas untuk
mendapatkan histogram
4. Menghaluskan histogram untuk mendapatkan kurva frekuensi
5. Pengeplotan frekuensi kumulatif sebagai ordinat untuk mendapatkan kurva
frekuensi kumulatif yang merupakan bagian integral dari kurva frekuensi.
6. Dengan mengubah ordinat di atas menjadi skala probabiliti, maka kurva frekuensi
akan menjadi garis lurus.

Sumber : http://artikelbiboer.blogspot.com/2009/11/geochemical-geokimia.html
Minggu 16 Agust. 15 jam 20.43
A. DEFINISI DAN KONSEP DASAR

Ada banyak definisi tentang geokimia, tetapi definisi yang dilakukan oleh Goldschmidt
menekankan pada dua aspek yaitu:
1. Distribusi unsur dalam bumi (deskripsi)
2. Prinsip-prinsip yang mengatur distribusi tersebut di atas (interpretasi)

Pada dasarnya definisi ini menyatakan bahwa geokimia mempelajari jumlah dan distribusi
unsur kimia dalam mineral, bijih, batuan tanah, air, dan atmosfer. Tidak terbatas pada
penyelidikan unsur kimia sebagai unit terkecil dari material, juga kelimpahan dan
distribusi isotop-isotop dan kelimpahan serta distribusi inti atom.

Eksplorasi geokimia khusus mengkonsentrasikan pada pengukuran kelimpahan,


distribusi, dan migrasi unsur-unsur bijih atau unsur-unsur yang berhubungan erat dengan
bijih, dengan tujuan mendeteksi endapan bijih. Dalam pengertian yang lebih sempit
eksplorasi geokimia adalah pengukuran secara sistematis satu atau lebih unsur jejak
dalam batuan, tanah, sedimen sungai aktif, vegetasi, air, atau gas, untuk mendapatkan
anomali geokimia, yaitu konsentrasi abnormal dari unsur tertentu yang kontras terhadap
lingkungannya (background geokimia).

A.1 Prinsip Dasar Prospeksi/Eksplorasi Geokimia


Prospeksi/eksplorasi geokimia pada dasarnya terdiri dari dua metode :
1. Metode yang menggunakan pola dispersi mekanis diterapkan pada mineral yang relatif
stabil pada kondisi permukaan bumi (seperti: emas, platina, kasiterit, kromit, mineral tanah
jarang). Cocok digunakan di daerah yang kondisi iklimnya membatasi pelapukan kimiawi.
2. Metode yang didasarkan pada pengenalan pola dispersi kimiawi. Pola ini dapat
diperoleh baik pada endapan bijih yang tererosi ataupun yang tidak tererosi, baik yang
lapuk ataupun yang tidak lapuk. Pola ini kurang terlihat seperti pada pola dispersi
mekanis, karena unsur-unsurnya yang membentuk pola dispersi bisa :
a. Memiliki mineralogi yang berbeda pada endapan bijihnya (contohnya: serussit dan
anglesit terbentuk akibat pelapukan endapan galena)
b. Dapat terdispersi dalam larutan (ion Cu2+ dalam airtanah berasal dari endapan
kalkopirit)
c. Bisa tersembunyi dalam mineral lain (contohnya Ni dalam serpentin dan empung yang
berdekatan dengan sutu endapan pentlandit)
d. Bisa teradsorbsi (contohnya Cu teradsosbsi pada lempung atau material organik pada
aliran sungai isa dipasok oleh airtanah yang melewati endapan kalkopirit)

e. Bisa bergabung dengan material organik (contohnya Cu dalam umbuhan atau khewan)

A.2. Daur geologi


Semua endapan bijih adalah produk dari daur yang sama di dalam proses-proses geologi
yang mengakibatkan terjadinya tanah, sedimen dan batuan. Gambar merupakan
ringkasan dari daur geologi dan contoh-contoh tipe bijih yang dihasilkan pada berbagai
stadia daur :
A.3. Dispersi
Dispersi geokimia adalah proses menyeluruh tentang transpor dan atau fraksinasi unsur-
unsur. Dispersi dapat terjadi secara mekanis (contohnya pergerakan pasir di sungai) dan
kimiawi (contohnya disolusi, difusi dan pengendapan dalam larutan). Tipe dispersi ini
mempengaruhi pemilihan metode pengambilan conto, pemilihan lokasi conto, pemilihan
fraksi ukuran dsb.
Contohnya dalam survey drainage pertanyaan muncul apakah conto diambil dari air atau
sedimen ; jika sedimen yang dipilih, haris diketahui apakah pengendapan unsur yang
dicari sensitif terhadap variasi pH (contohnya adsorpsi Cu oleh lempung) atau kecepatan
aliran sungai (contohnya dispersi Sn sebagai butiran detrital dari kasiterit). Jika adsorpsi
dari ion-ion yang ikut diendapkan dicari dalam tanah atau sedimen, maka fraksi yang
halus yang diutamakan; jika unsur yang dicari hadir dalam mineral yang resisten, maka
fraksi yang kasar kemungkinan mengandung unsur yang dicari.

A.4. Lingkungan Geokimia


Lingkungan geokimia primer adalah lingkungan di bawah zona pelapukan yang dicirikan
oleh tekanan dan t

Geokimia Organik
1. Hidrokarbon (Petroleum)
2. Untuk karbon (Batubara)
Keberadaan minyak bumi :
BATUAN INDUK
*BATUAN YANG MENGHASILKAN HIDROKARBON
*KAYA ORGANIK, BERBUTIR HALUS
*contohnya SERPIH, BATUGAMPING

BATUAN RESERVOAR / WADUK


*BATUAN TEMPAT AKUMULASI HIDROKARBON
*POROSITAS DAN PERMEABILITAS TINGGI
*contohnya BATUPASIR, BATUGAMPING

PERANGKAP
*SISTEM YG MENGHALANGI HIDROKARBON LOLOS KE PERMUKAAN
KEROGEN TIPE-I
• Persentase karbon yg dapat diubah dlm TOC tinggi (>70%) ; menghasilkan HK
berkonsentrasi parafinik lbh tinggi drp kerogen Tipe-II dan Tipe-III

KEROGEN TIPE-II
• Persentase karbon yg dpt diubah antara 30-70% ; menghasilkan HK campuran yg
kompleks.

KEROGEN TIPE-III
• Potensi pembentukan HK lebih rendah drp Kerogen Tipe-I dan II (<30%) ; terutama
menghasilkan gas.

DIAGENESIS

• Transformasi material organik dlm lingkungan sedimen, terjadi pada temperatur


rendah

Tipe Kerogen
Berdasarkan komposisi unsur-unsur kimia yaitu karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O),
pada awalnya kerogen dibedakan menjadi 3 tipe utama yaitu kerogen tipe I, tipe II, dan tipe
III (Tissot dan Welte, 1984 dalam Killops dan Killops, 2005), yang kemudian dalam
penyelidikan selanjutnya ditemukan kerogen tipe IV (Waples, 1985). Masing-masing tipe
dicirikan oleh jalur evolusinya dalam diagram van Krevelen

Kerogen Tipe I (highly oil prone - oil prone)


Kerogen Tipe I memiliki perbandingan atom H/C tinggi(≥ l,5), dan O/C rendah (<
0,1). Tipe kerogen ini sebagian berasal dari bahan organik yang kaya akan lipid (misal
akumulasi material alga) khususnya senyawa alifatik rantai panjang. Kandungan hidrogen
yang dimiliki oleh tipe kerogen I sangat tinggi, karena memiliki sedikit gugus lingkar atau
struktur aromatik. Kandungan oksigennya jauh lebih rendah karena terbentuk dari material
lemak yang miskin oksigen. Kerogen tipe ini menunjukkan kecenderungan besar untuk
menghasilkan hidrokarbon cair atau minyak.
Kerogen tipe I berwarna gelap, suram dan baik berstruktur laminasi maupun tidak
berstruktur. Kerogen ini biasanya terbentuk oleh butiran yang relatif halus, kaya material
organik, lumpur anoksik yang terendapkan dengan perlahan-lahan (tenang), sedikit oksigen,
dan terbentuk pada lingkungan air yang dangkal seperti lagoondan danau.

Kerogen Tipe II (oil and gas prone)


Kerogen Tipe II memiliki perbandingan atom H/C relatif tinggi (1,2 – 1,5),
sedangkan perbandingan atom O/C relatif rendah (0,1 – 0,2). kerogen tipe ini dapat
menghasilkan minyak dan gas, tergantung pada tingkat kematangan termalnya. Kerogen tipe
II dapat terbentuk dari beberapa sumber yang berbeda – beda yaitu alga laut, polen dan spora,
lapisan lilin tanaman, fosil resin, dan selain itu juga bisa berasal dari lemak tanaman. Hal ini
terjadi akibat adanya percampuran antara material
organik autochton berupa phytoplankton (dan kemungkinan juga zooplankton dan bakteri)
bersama-sama dengan material allochton yang didominasi oleh material dari tumbuh-
tumbuhan seperti polen dan spora. Percampuran ini menunjukkan adanya gabungan
karakteristik antara kerogen tipe I dan tipe III.
Kandungan hidrogen yang dimiliki kerogen tipe II ini sangat tinggi, sedangkan
kandungan oksigennya jauh lebih rendah karena kerogen tipe ini terbentuk dari material
lemak yang miskin oksigen. Kerogen tipe II tersusun oleh senyawa alifatik rantai sedang
(lebih dari C25) dalam jumlah yang cukup besar dan sebagian besar naftena (rantai siklik).
Pada kerogen tipe ini juga sering ditemukan unsur belerang dalam jumlah yang besar dalam
rantai siklik dan kemungkinan juga dalam ikatan sulfida. Kerogen tipe II yang banyak
mengandung belerang secara lebih lanjut dapat dikelompokkan lagi menjadi kerogen tipe II–S
dengan persen berat belerang (S) organik 8 – 14% dan rasio S/C > 0,04 (Orr, 1986 dalam
Killops dan Killops, 2005).
Kerogen Tipe III (gas prone)
Kerogen Tipe III memiliki perbandingan atom H/C yang relatif rendah (< 1,0) dan
perbandingan O/C yang tinggi (> 0,3). Kandungan hidrogen yang dimiliki relatif rendah,
karena terdiri dari sistem aromatik yang intensif, sedangkan kandungan oksigennya tinggi
karena terbentuk dari lignin, selulosa, fenol dan karbohidrat. Kerogen Tipe III terutama
berasal dari tumbuhan darat yang hanya sedikit mengandung lemak dan zat lilin. Kerogen tipe
ini menunjukkan kecenderungan besar untuk membentuk gas (gas prone).

Kerogen Tipe IV (inert)


Kerogen tipe IV terutama tersusun atas material rombakan berwarna hitam dan opak.
Sebagian besar kerogen tipe IV tersusun atas kelompok maseral inertinit dengan sedikit
vitrinit. Kerogen tipe ini tidak memiliki kecenderungan menghasilkan hidrokarbon sehingga
terkadang kerogen tipe ini dianggap bukan kerogen yang sebenarnya. Kerogen ini
kemungkinan terbentuk dari material tumbuhan yang telah teroksidasi seluruhnya di
permukaan dan kemudian terbawa ke lingkungan pengendapannya. Kerogen tipe IV hanya
tersusun oleh senyawa aromatik.
Eksplorasi Geokimia

LATAR BELAKANG
Bidang kelautan yang mempelajari segala hal mengenai proses yang terjadi didalam
lautan.Baik pergerakan komponen fisis maupun kimia.Dalam hal ini kita kan lebih
banyak membahas proses kimia yang terjadi dilautan.Khususnya kita akan membahas
mengenai Geokimia.Geokimia merupakan salah satu disiplin ilmu yang ada saat
ini.Geokimia berasal dari dua buah disiplin ilmu yaitu ilmu geologi dan kimia.Hal ini
bukan merupakan penggabungan ilmu,namun merupakan disiplin ilmu yang hanya
membantu menjelaskan fenomena fenomena geologi yang terjadi dan ditinjau dari sisi
kimianya.Sebelum masuk lebih dalam mempelajari Geokimia kita harus memahami ilmu
geologi terlebih dahulu.Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam memahami ilmu
geokimia.Ilmu Geologi sendiri terdiri dari banyak cabang,diantaranya:mineralogi,
petrologi, sedimentologi, geomorfologi, paleontologi, geologi struktur stratigrafi dan
lain lain.

Geokimia adalah ilmu yang Geokimia adalah ilmu yang mempelajari kandungan unsur
dan isotop dalam lapisan bumi, terutama yang berhubungan dengan kelimpahan
(abundant), penyebaran serta hukum-hukum yang mengontrolnya. Dari dasar ini
berkembang beberapa cabang ilmu geokimia di antaranya yaitu geokimia panasbumi,
geokimia mineral, geokimia petroleum dan geokimia lingkungan.

Geokimia memiliki beberapa definisi, definisi yang dilakukan oleh Goldschmidt


menekankan pada dua aspek,yaitu:
1.Distribusi Unsur dalam bumi (deskripsi)
2.Prinsip-prinsip yang mengatur distribusi tersebut diatas (interpretasi)

Pada dasarnya definisi ini menyatakan bahwa geokimia mempelajari jumlah dan
distribusi unsur kimia dalam mineral, bijih, batuan tanah, air, dan atmosfer. Tidak
terbatas pada penyelidikan unsur kimia sebagai unit terkecil dari material, juga
kelimpahan dan distribusi isotop-isotop dan kelimpahan serta distribusi inti atom.

Didalam lautan sendiri banyak hal yang berkaitan dengan proses geokimia.Khususnya
pada kandungan sedimen laut dan lapisan dasar lautan.Pada makalah ini akan dibahas
mengenai Eksplorasi Geokimia.

2.1 Geokimia
Keberadaan dan munculnya Geokimia sebagai cabang ilmu geologi baru menyebabkan
munculnya metode metode dan data observasi baru.Hal yang menarik perhatian para
ahli sedimentologi adalah awal mulanya sebagian besar penelitian mengenai geokimua
mengarah pada penelitian kuantitatif untuk mengetahui penyebaran unsur-unsur kimia
dialam, termasuk akan penyebaran dalam batuan sedimen.Seiring berjalannya waktu
data tersebut menuntun pada kenyataan untuk memahami apa yang disebut siklus
geokimia(geochemical cycle) serta penemuan hukum-hukum yang mengontrol penyebaran
atau distribusi unsur dan proses proses yang menyebabkan timbulnya pola penyebaran
dan distribusi seperti itu.
Baru-baru ini, kimia nuklir (nuclear chemistry) menyumbangkan sebuah “jam” dan
“termometer” yang pada gilirannya membuka era penelitian baru terhadap sedimen.
Unsur-unsur radioaktif, khususnya 14C dan 40K, memungkinkan dilakukannya metoda
penanggalan langsung terhadap batuan sedimen tertentu. Metoda 14C, yang
dikembangkan oleh Libby, dapat diterapkan pada endapan resen. Metoda 40K/40Ar
terbukti dapat diterapkan pada glaukonit, felspar autigen, mineral lempung, dan silvit
yang ditemukan dalam endapan tua. Analisis isotop dapat digunakan untuk menentukan
temperatur purba. Metoda Urey—berdasar-kan nisbah 16O/18O yang merupakan fungsi
dari temperatur—dapat dipakai untuk menaksir temperatur pembentukan cangkang
fosil yang ada dalam endapan bahari. Meskipun “jam” dan “termometer” tersebut masih
memperlihatkan kekeliruan, namun harus diakui bahwa keduanya telah memberikan
kontribusi yang berarti terhadap pemelajaran sedimen.
Berbagai kajian teoritis dan eksperimental tentang stabilitas mineral pada berbagai
kondisi oksidasi-reduksi (Eh) dan pH dilakukan oleh Garrels dan beberapa ahli lain
(lihat Garrels & Christ, 1965). Penelitian aspek-aspek geokimia sedimen banyak
menambah pengertian kita tentang endapan sedimen. Buku-buku yang membahas
tentang topik-topik geokimia sedimen antara lain adalah Geochemistry of Sediments karya
Degens (1965) dan Principles of Chemical Sedimentology karya Berner (1971).
2.2 Eksplorasi Geokimia
Pengertian Eksplorasi atau prospeksi geokimia didefinisikan sebagai pengukuran
sistematis terhadap satu atau lebih trace elements (unsur-unsur jejak) dalam batuan, soil,
sedimen sungai, vegetasi, air atau gas dengan tujuan untuk menentukan anomali-
anomali geokimia (Levinson, 1974; Rose et al, 1979; Joyce, 1984; Chaussier, 1987).
Untuk mengukur kelimpahannya melalui Eksplorasi Geokimia khusus
mengkonsentrasikan pada pengukuran kelimpahan, distribusi, dan migrasi unsur-unsur
bijih atau unsur-unsur yang berhubungan erat dengan bijih, dengan tujuan mendeteksi
endapan bijih. Dalam pengertian yang lebih sempit eksplorasi geokimia adalah
pengukuran secara sistematis satu atau lebih unsur jejak dalam batuan, tanah, sedimen
sungai aktif, vegetasi, air, atau gas, untuk mendapatkan anomali geokimia, yaitu
konsentrasi abnormal dari unsur tertentu yang kontras terhadap lingkungannya
(background geokimia).
Eksplorasi ini dilakukan dengan maksud kita dapat menganalisis
didaerah/batuan/lapisan mana yang memiliki kandungan kandungan
kimia.Contohnya:unsur-unsur bijih besi, minyakbumi, gas alam dan lain lain.Dimana
keberadaan unsur unsur tersebut berada dalam kondisi yang tidak tetap, melainkan
selalu bermigrasi yang merupakan akbat dari aktivitas lempeng bumi yang berada diatas
magma.Kondisi yang tidak stabil ini menyebabkan pergerakan pergerakan lempeng
bumi yang nantinya akan mempengaruhi kondisi unusr unsur yang berada didalam
lempeng bumi.Sehingga eksplorasi geokimia perlu dilakukan untuk menghindari
kesalahan lokasi eksplorasi.
2.2.1 Prinsip Dasar Eksplorasi Geokimia
Segala hal yang pastinya memiliki prinsip prinsip yang memberikan karakteristik.Sama
akan halnya pada Eksplorasi Geokimia juga memiliki beberapa prinsip prinsip dasar
yang perlu diperhatikan.Prinsip dasar eksplorasi geokimia pada dasarnya terdiri dari 2
metode:
1. Metode yang menggunakan pola dispersi mekanis diterapkan pada mineral yang
relatif stabil pada kondisi permukaan bumi (seperti: emas, platina, kasiterit, kromit,
mineral tanah jarang). Cocok digunakan di daerah yang kondisi iklimnya membatasi
pelapukan kimiawi.
2. Metode yang didasarkan pada pengenalan pola dispersi kimiawi. Pola ini dapat
diperoleh baik pada endapan bijih yang tererosi ataupun yang tidak tererosi, baik yang
lapuk ataupun yang tidak lapuk.
Pola ini terlihat kurang seperti pada pola dispersi mekanis, karena unsur-unsurnya yang
membentuk pola dispersi bisa :
a. Memiliki mineralogi yang berbeda pada endapan bijihnya (contohnya: serussit
dan anglesit terbentuk akibat pelapukan endapan galena)
b. Dapat terdispersi dalam larutan (ion Cu2+ dalam airtanah berasal dari endapan
kalkopirit)
c. Bisa tersembunyi dalam mineral lain (contohnya Ni dalam serpentin dan empung
yang berdekatan dengan sutu endapan pentlandit)
d. Bisa teradsorbsi (contohnya Cu teradsosbsi pada lempung atau material organik pada
aliran sungai isa dipasok oleh airtanah yang melewati endapan kalkopirit)
e. Bisa bergabung dengan material organik (contohnya Cu dalam umbuhan atau hewan)
Kemudian ada beberapa hal yang mendasar dan sangat perlu kita ketahui .Hal Dasar
Yang Berkaitan Dengan Prospeksi Geokimia:
1.Unsur penunjuk (indicator element) = unsur utama bijih dalam badan bijih yang dicari
2.Unsur jejak (pathfinder element) = berasosiasi dengan badan bijih tapi sulit dideteksi,
lebih bebas dari bising, atau lebih luas penyebarannya dari unsur petunjuk.
2.2.2 Metode Eksplorasi Geokimia
Dalam eksplorasi geokimia tidak bisa dilakukan tanpa tahapan yang benar dan
sistematis.Para peneliti pun mencuba membuat tahapan tahapan untuk melakukan
eksplorasi geokimia.Urutan Eksplorasi Geokimia Secara Umum (Peters, 1978)
a.Seleksi metode, elemen-elemen yang dicari, sensitivitas dan ketelitian yang dinginkan,
serta pola sampling.
b.Kegiatan pendahuluan atau program sampling lapangan dgn mengecek contoh-contoh
secara umum dan kedalaman contoh untuk mnentukan level yg dapat diyakini &
mengevaluasi faktor bising (noise).
c.Analisis contoh, dilapangan dan laboratorium dengan analisis cek yang dibuat pada
beberapa metode.
d.Melakukan statistik dan evaluasi geologi dari data (geologi & geofisika).
e.Konfirmasi anomali semu, sampling lanjutan, serta analisis & evaluasi pada area yang
lebih kecil, menggunakan interval sampling yg lebih rapat & penambahan metode
geokimia.
f.Penyelidikan target dengan suatu ketentuan untuk sampling ulang & penambahan
analisis dari contoh-contoh yang telah adaKonsep atau Prinsip Dasar Eksplorasi
Geokimia.
Tiap eksplorasi geokimia terdiri dari tiga komponen, yaitu sampling (pengambilan
contoh), analisis, dan interpretasi. Ketiganya komponen tersebut merupakan fungsi
bebas yang saling terkait. Kegagalan yang terjadi pada tahap yang satu akan
mempengaruhi tahap berikutnya.Kemudian dalam pemilihan metode-metode yang akan
digunakan eksplorasi geokimia, harus disesuaikan dengan jenis endapan yang akan
dicari. Adapun pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada masing-masing tahapan
eksplorasi pemilihan metode dapat digambarkan secara umum seperti terlihat pada
Tabel.
Tahap Metode Jenis Mineral

Pendahuluan Citra Landsat Semua

Sintesis Regional Semua

Survey Tinjau Foto Udara Semua

AeromagnetikLogam Pemetaan Geologi Semua


Dasar
Pengukuran Penampang Stratigrafi Contoh: Batubara

Sampling Stream Sediment Sampling Logam Dasar

Pendulangan Mineral Berat

Prospeksi Umum Pemetaan Geologi Semua

Sampling Stream Sediment Logam Dasar

Gaya Berat Non metalik

SeismikSingenetik Magnetik Logam

Rock Sampling Semua

Prospeksi Detail Pemetaan Geologi Semua

Soil Sampling (Geokimia) Logam Dasar

Rock Sampling (Geokimia) Semua

Metode Analitis Dalam eksplorasi geokimia tidak perlu mengutamakan akurasi yang
tinggi, yang terpenting cepat, tidak mahal dan sederhana. Metode yang banyak
digunakan dalam prospeksi geokimia adalah kromatografi, kolorimetri, spektroskopi
emisi, XRF, dan AAS. Metode lain yang juga digunakan dalam kasus khusus adalah
aktivasi neutron, radiometri dan potensiometri. AAS (atomic absorpsion spectrometry)
merupakan teknik yang paling banyak dipakai dalam analisis unsur tunggal standar.

Alat-alat yang lebih canggih dapat menganalisis multi unsur, seperti:


•Plasma emissin spectrometry menganalisis 12 unsur utama (Cu, Pb, Zn, Ag, W, Sb, Ba,
Ni, Mn, Fe, Cr, Sn) dan 10 unsur berguna baik sebagai unsur pennyertamaupun untuk
pemetaan geologi: V, P, As, Mo, B, Be, Cd, Co, Ni, Y
•Optical emission spectrometry yang langsung dibaca : quantometer, yang mengukur
secara simultan 7 unsur dan 26 unsur jejak.
2.3 Dispersi
Dispersi geokimia adalah proses menyeluruh tentang transpor dan atau fraksinasi
unsur-unsur. Dispersi dapat terjadi secara mekanis (contohnya pergerakan pasir di
sungai) dan kimiawi (contohnya disolusi, difusi dan pengendapan dalam larutan). Tipe
dispersi ini akan mempengaruhi pemilihan metode pengambilan conto, pemilihan lokasi
conto, pemilihan fraksi ukuran dan sebagainya.
2.4 Lingkungan Geokimia
Dalam Eksplorasi Geokimia kita juga perlu mengetahui jenis jenis lingkungan geokimia
itu sendiri.Lingkungan geokimia primer adalah lingkungan yang berada di bawah zona
pelapukan yang dicirikan oleh tekanan dan temperatur yang besar, sirkulasi fluida yang
terbatas, dan oksigen bebas yang rendah. Sebaliknya, lingkungan geokimia sekunder
adalah lingkungan pelapukan, erosi, dan sedimentasi, yang dicirikan oleh temperatur
rendah, tekanan rendah, sirkulasi fluida bebas, dan melimpahnya O2, H2O dan CO2.
Pola geokimia primer menjadi dasar dari survey batuan sedangkan pola geokimia
sekunder merupakan target bagi survey sedimen.

2.5 Mobilitas Unsur


Mobilitas unsur yang dimaksud disini adalah kemudahan unsur bergerak dalam
lingkungan geokimia tertentu. Beberapa unsur dalam proses dispersi dapat terpindahkan
jauh dari asalnya, ini disebut mudah bergerak atau mobilitasnya besar, contohnya: unsur
gas mulia seperti radon. Rn dipakai sebagai petunjuk dalam prospeksi endapan Uranium.
Mobilias unsur akan berbeda dalam lingkungan yang berbeda, contohnya : F bersifat
sangat mobil dalam proses pembekuan magma (pembentukan batuan beku), jebakan
pneumatolitik dan hidrotermal, namun akan sangat tidak mobil (stabil sekali) dalam
proses metamorfose dan pembentukan tanah. Bila F masuk ke air akan menjadi sangat
mobil kembali.Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya mobilitas unsur ini juga
dipengaruhi pergerkan lempeng akibat magma.Unsur yang berbeda yang ditemukan
dalam suatu endapan bisa memiliki mobilitas yang sangat berbeda, sehingga mungkin
tidak memberikan anomali yang sama secara spasial.
2.6 Anomali Geokimia
Anomali geokimia dapat kita cari dengan terlebih dahulu mencari nilai background
dimana nilai background berhubungan dengan endapan bijih.Dalam menentukan
anomali geokimia diperlukan adanya nilai ambang/nilai batas yang digunakan untuk
menentukan anomali.Nilai batas tersebut disebut threshold yaitu nilai rata-rata plus dua
standar deviasi dalam suatu populasi normal. Semua nilai di atas nilai threshold
didefinisikan sebagai anomali.
2.7 Aplikasi
Aplikasi atau contoh nyata yang dapat dilihat dari geokimia salah satunya adalah
metode yang digunakan oleh sedimentologist dalam mengumpulkan data dan bukti pada
sifat dan kondisi depositional batuan sedimen, yaitu analisis kimia dari batu,
melingkupi geokimia isotop, termasuk penggunaan penanggalan radiometrik, untuk
menentukan usia batu, dan kemiripan dengan daerah sumber. Metode ini pertama kali
dipakai pada tahun 1970an dimana penelitian sedimentologi mulai beralih dari
makroskopis dan fisik ke arah mikroskopis dan kimia. Dengan perkembangan teknik
analisa dan penggunaan katadoluminisen dan mikroskop elektron memungkinkan para
ahli sedimentologi mengetahui lebih baik tentang geokimia. Perkembangan yang pesat
ini memacu kita untuk mengetahui hubungan antara diagenesa, pori-pori dan
pengaruhnya terhadap evolusi porositas dengan kelulusan batu pasir dan batugamping.
Saat ini berkembang perbedaan antara makrosedimentologi dan mikrosedimentologi.
Makrosedimentologi berkisar studi fasies sedimen sampai ke struktur sedimen. Di lain
fihak, mikrosedimentologi meliputi studi batuan sedimen di bawah mikroskop atau lebih
dikenal dengan petrografi.

Sumber : http://dzuloceano.blogspot.com/2013/02/eksplorasi-geokimia.html data


SDA
Geokimia(exploration)

DEFINISI DAN KONSEP DASAR


PENGERTIAN
►GEOKIMIA ialah→ dapat diartikan secara luas sebagai
pengukuran jumlah relatip yang absolut dari unsur-unsur
kimia pada bagian – bagian bumi.

Tujuan → untuk mengetahui prinsip-prinsip yang mengatur


penyebaran dan migrasi dari unsur-unsur
sepanjangsiklus geologi

→Pada dasarnya studi geokimia mempelajari tentang jumlah


dan penyebaran dari unsur-unsur kimia di dalam mineral,
batuan, cebakan, tanah, airtanah dan di atmosfer serta
daur dari unsur-unsur kimia di alam berdasarkan sifat-sifat
atom atau ionnya.
►GEOKIMIA EKSPLORASI → terfokus terutama pada jumlah
distribusi danmigrasi dari unsur-unsur kimia dari cebakan
atau unsur-unsur yang bersekutu sangat erat dengan
cebakan.
Tujuan → mendeteksi cebakan bijih baru metal/non
metal
DAFTAR PUSTAKA
1. ARTHUR W. ROSE et al, 1991. Geochemistry in Mineral Exploration,
Second Edition. Academic Press London San Diego New York
2. JOICE A.S, 1984. Geochemical Eploration. The Australian Mineral
Fondation Inc.
3 . EDDY A.SUBROTO, 2000. Pengenalan Geokimia Petrolem,
Lab. Geokimia, Fakultas Kebumian dan Teknologi Mineral, Institut
Teknologi Bandung.
4. BARNES, J.W.1988.Ore and Minerals Introduction Economic
Geology ,Open University Press, Philadelphia.
5. BATEMEN,A.M,1950. Economic Mineral Deposite, second edition,
John Willey and Sons, inc, New York
6. Proceiding, Kumpulan Ilmiah, Buletin, Berita Geologi dll.

Ada banyak definisi tentang geokimia, tetapi definisi yang


dilakukan oleh Goldschmidt menekankan pada dua aspek
yaitu:
1. Distribusi unsur dalam bumi (deskripsi)
2. Prinsip-prinsip yang mengatur distribusi tersebut di atas
(interpretasi)

Pada dasarnya definisi ini menyatakan bahwa geokimia


mempelajari jumlah dan distribusi unsur kimia
dalam mineral, bijih, batuan tanah, air, dan atmosfer.
Tidak terbatas pada penyelidikan unsur kimia sebagai unit
terkecil dari material, juga kelimpahan dan distribusi isotop-
isotop dan kelimpahan serta distribusi inti atom.

Eksplorasi geokimia khusus mengkonsentrasikan pada


pengukuran kelimpahan, distribusi, dan migrasi unsur-
unsur bijih atau unsur-unsur yang berhubungan erat
dengan bijih, dengan tujuan mendeteksi endapan bijih.
Dalam pengertian yang lebih sempit eksplorasi geokimia
adalah pengukuran secara sistematis satu atau lebih unsur
jejak dalam batuan, tanah, sedimen sungai aktif, vegetasi,
air, atau gas, untuk mendapatkan anomali geokimia, yaitu
konsentrasi abnormal dari unsur tertentu yang kontras
terhadap lingkungannya (background geokimia).
Prinsip Dasar Prospeksi/Eksplorasi Geokimia

DISPERSI

⇨ adalah sebaran unsur-unsur kimia dialam ditentukan oleh


proses pengurain dan pengangkutan, baik secara mekanis
maupun kimia serta besifat penguapan dan larutan.

Dispersi geokimia adalah proses menyeluruh tentang


transpor dan atau fraksinasi unsur-unsur. Dispersi dapat
terjadi secara mekanis (contohnya pergerakan pasir di
sungai) dan kimiawi (contohnya disolusi, difusi dan
pengendapan dalam larutan). Tipe dispersi ini
mempengaruhi pemilihan metode pengambilan conto,
pemilihan lokasi conto, pemilihan fraksi ukuran dsb.

Contohnya dalam survey drainage pertanyaan muncul


apakah conto diambil dari air atau sedimen ; jika sedimen
yang dipilih, haris diketahui apakah pengendapan unsur
yang dicari sensitif terhadap variasi pH (contohnya adsorpsi
Cu oleh lempung) atau kecepatan aliran sungai (contohnya
dispersi Sn sebagai butiran detrital dari kasiterit). Jika
adsorpsi dari ion-ion yang ikut diendapkan dicari dalam
tanah atau sedimen, maka fraksi yang halus yang
diutamakan; jika unsur yang dicari hadir dalam mineral
yang resisten, maka fraksi yang kasar kemungkinan
mengandung unsur yang dicari.

► Pola dispersi dan assosiasi dengan cebakan bijih


mencakup :
(a). Tubuh bijih memotong bidang permukaan dan tererosi
sehingga dapat diobservasi secara langsung. Pola dispersi
geokimia berasosiasi dengan tubuh bijih primer
(b). Tubuh bijih tidak tersingkap dipermukaan tetapi terletak
didaerah pelapukan. Dispersi unsur akan terdapat pada
sedimen maupun pada soil
(c). Tubuh bijih persis tidak berada di bawah daerah pelapukan .
Dalam keadaan ini jika konsentrasi mineral-mineral stabil dan
mobil tidak banyak maka diteksi terhadap tubuh bijih sangat
sulit
(d). Tempat tubuh bijih terdapat di bawah daerah
pelapukan. Penyelidikan geokimia akan memberi hasil nihil,
deteksi harus dilakukan dengan metode geofisika .

Prospeksi/eksplorasi geokimia pada dasarnya terdiri dari


dua metode :

1. Metode yang menggunakan pola dispersi mekanis


diterapkan pada mineral yang relatif stabil pada kondisi
permukaan bumi (seperti: emas, platina, kasiterit, kromit,
mineral tanah jarang). Cocok digunakan di daerah yang
kondisi iklimnya membatasi pelapukan kimiawi.

2. Metode yang didasarkan pada pengenalan pola dispersi


kimiawi. Pola ini dapat diperoleh baik pada endapan bijih
yang tererosi ataupun yang tidak tererosi, baik yang lapuk
ataupun yang tidak lapuk. Pola ini kurang terlihat seperti
pada pola dispersi mekanis, karena unsur-unsurnya yang
membentuk pola dispersi bisa :
a. Memiliki mineralogi yang berbeda pada endapan
bijihnya (contohnya: serussit dan anglesit terbentuk akibat
pelapukan endapan galena)
b. Dapat terdispersi dalam larutan (ion Cu2+ dalam airtanah
berasal dari endapan kalkopirit)
c. Bisa tersembunyi dalam mineral lain (contohnya Ni dalam
serpentin dan lempung yang berdekatan dengan sutu
endapan pentlandit)
d. Bisa teradsorbsi (contohnya Cu teradsosbsi pada lempung
atau material organik pada aliran sungai isa dipasok oleh
airtanah yang melewati endapan kalkopirit)
e. Bisa bergabung dengan material organik (contohnya Cu
dalam umbuhan atau hewan)

LINGKUNGAN GEOKIMIA

■ Lingkungan geokimia dapat dibagi 2 (dua) yaitu :

1. Lingkungan geokimia primer


* terdapat dibawah zona pelapukan dicirikan oleh P & T
tinggi
* sirkulasi fluida larutan yang terbatas
* daerah dengan kandungan oksigen bebas yang rendah.
2. Lingkungan geokimia sekunder
☻suatu daerah dimana berlangsungnya proses
pelapukan,erosi dan sedimentasi dengan kondisi P & T
rendah
☻ sirkulasi fluida larutan yang bebas dan kandungan
O2,H2O dan CO2 yang melimpah.
Tujuan adalah : untuk menafsirkan atau interpretasi pola
sebaran unsur-unsur kimia apakah terbentuk pada proses
pelapukan cebakan bijih atau setelah proses pelapukan.

Mobilitas Unsur

Mobilitas unsur adalah kemudahan unsur bergerak dalam lingkungan


geokimia tertentu. Beberapa unsur dalam proses dispersi dapat
terpindahkan jauh dari asalnya, ini disebut mudah bergerak atau
mobilitasnya besar, contohnya: unsur gas mulia seperti radon. Rn
dipakai sebagai petunjuk dalam prospeksi endapan Uranium. Mobilias
unsur akan berbeda dalam lingkungan yang berbeda, contohnya : F
bersifat sangat mobil dalam proses pembekuan magma
(pembentukan batuan beku), cebakan pneumatolitik dan hidrotermal,
namun akan sangat tidak mobil (stabil sekali) dalam proses
metamorfose dan pembentukan tanah. Bila F masuk ke air akan
menjadi sangat mobil kembali.
Unsur yang berbeda yang ditemukan dalam suatu endapan bisa
memiliki mobilitas yang sangat berbeda, sehingga mungkin tidak
memberikan anomali yang sama secara spasial. Misalnya: Pb dan Zn
sangat sering terdapat bersama-sama (berasosiasi) di dalam endapan
bijih (di dalam lingkungan siliko-alumina), sedangkan dalam
lingkungan pelapukan Zn yang jauh lebih mobil daripada Pb akan
mudah mengalami pelindian, sehingga Pb yang tertinggal akan
memberikan anomali pada zona mineralisasinya. Contoh lainnya :
1. Emas yang tahan terhadap larutan akan tertinggal dalam gossan
2. Galena terurai perlahan dan menghasilkan serusit dan anglesit yang
relatif tidak larut. oleh karena itu Pb cenderung tahan dalam gossan
3. Mineral sulfida Cu, Zn dab Ag mudah terurai dan bermigrasi ke level
yang lebih rendah membentuk bijih oksida yang kaya atau bijih
supergen

Unsur Penunjuk
Karena unsur-unsur memperlihatkan mobilitas yang berbeda
(dikontrol oleh perbedaan stabilitas dan oleh lingkungan tempat
mereka bermigrasi) sering dilakukan penggunaan unsur penunjuk
dalam prospeksi suatu unsur. Unsur penunjuk adalah suatu unsur
yang jumlahnya atau pola penyebarannya dapat dipakai sebagai
petunjuk adanya mineralisasi. Alasan penggunaan unsur penunjuk
antara lain :

1. Unsur ekonomis yang diinginkan sulit dideteksi atau dianalisis


2. Unsur yang diinginkan deteksinya mahal
3. Unsur yang diinginkan tidak terdapat dalam materi yang diambil (akibat
perbedaan mobilitas)
Contohnya : Emas kelimpahannya kecil dalam bijih, oleh karena itu
pola dispersinya hanya mengadung kadar emas yang sangat rendah,
kurang dari batas minimal yang dapat dianalisis. Di lain pihak, Cu, As,
atau Sb dapat berasosiasi dengan emas dalam kelimpahan yang
relatif besar.

Anomali Geokimia
Bijih mewakili akumulasi dari satu unsur atau lebih diatas kelimpahan
yang kita anggap normal. Kelimpahan dari unsur khusus di dalam
batuan barren disebut background. Penting untuk disadari bahwa tak
ada unsur yang memiliki background yang seragam, beberapa unsur
memiliki variasi yang besar bahkan dalam jenis batuan yang sama.
Contohnya background nikel :
1. Dalam granitoid kira-kira 8 ppm dan relatif seragam
2.Dalam shale berkisar antara 20 - 100 ppm
3. Dalam batuan beku mafik Ni rata-rata sekitar 160 ppm dan
relatif tidak seragam
4. Dalam batuan beku ultramafik Ni rata-rata sekitar 1200 ppm
dengan variasi yang besar.

Tujuan mencari nilai background adalah untuk mendapatkan anomali


geokimia, yaitu nilai di atas background yang sangat diharapkan
berhubungan dengan endapan bijih. Karena sejumlah besar conto
bisa saja memiliki nilai di atas background, maka ada nilai
ambang/nilai batas yang digunakan untuk menentukan anomali, yang
dikenal dengan sebutan threshold, yaitu nilai rata-rata plus dua
standar deviasi dalam suatu populasi normal. Semua nilai di atas nilai
threshold didefinisikan sebagai anomali. Teknik-teknik interpretasi
baru melibatkan grafik frekuensi kumulatif, analisis rata-rata yang
bergerak, analisis regresi jamak banyak menggantikan konsep klasik
background dan threshold.

Kondisi Bumi
Bumi berusia 4,5 miliar tahun. Ini fakta yang cukup handal.
Usia dari banyak batuan purba juga handal, dan mereka
berusia sangat tua: ada batuan di Greenland yang berusia
3,8 miliar tahun. Tanda pertama kehidupan dalam batuan
purba tidak dapat dengan mudah diketahui apalagi
ditentukan usianya, namun ada bukti yang baik sekarang
kalau sejenis mikroba telah ada setidaknya 2,8 miliar tahun
lalu. Ini perkiraan yang sangat hati-hati; sebagian besar
pakar akan mengatakan kalau sekarang telah ada bukti
kalau ada kehidupan di Bumi 3,5 miliar tahun lalu.
Beberapa diantaranya bahkan menarik waktunya lebih jauh
hingga 3,8 miliar tahun.

Bukti paling langsung ada dua. Pertama ada struktur


berskala besar yang tidak biasa dalam banyak batuan
purba, termasuk batuan Australia kuno berusia 3,5 miliar
tahun, yang mirip dengan struktur stromatolit yang di masa
sekarang diproduksi oleh koloni mikroba dalam jumlah
besar. Dankedua, ada benda-benda yang ditemukan di
batuan purba yang tampaknya merupakan fosil dari
mikroba itu sendiri.
Bergerak ke ujung lain jangkauan waktu asal usul
kehidupan di Bumi, waktu tertua yang mungkin dipastikan
oleh usia Bumi itu sendiri, namun ada bukti dari Bulan dan
banyak planet lain kalau Bumi di bombardir oleh meteorit-
meteorit sangat besar hingga sekitar 4,0 miliar tahun lalu.
Jadi ujung jauh dari jangkauan asal usul kehidupan
mungkin lebih dekat ke 4,0 ketimbang 4,5 miliar tahun lalu.
Di sisi lain, atau sisi pesimis, waktu asal usul kehidupan
termuda adalah 2,8 miliar tahun dan ujung dekat ini
tampaknya akan semakin terdorong jauh berkat penemuan-
penemuan baru. Jadi, mungkin gapnya akan menyempit.
Namun untuk sementara kita dapat tenang dengan
jangkauan waktu 4,5 (atau kurang) hingga 2,8 (atau lebih)
miliar tahun lalu untuk asal usul kehidupan di Bumi.
Untuk kondisi Bumi ketika kehidupan bermula, bukti terbaik
yang kita miliki adalah yang datang dari batuan Greenland
tadi, 3,8 miliar tahun lalu. Waktu tersebut berada dalam
jangkauan asal usul kehidupan kita. Batuan itu sendiri
berbicara kalau Bumi tidak terlalu berbeda dari sekarang.
Batuan ini dulunya adalah endapan: mereka terbaring di
dasar perairan yang luas. Dan mungkin ada daratan juga,
untuk menyediakan bahan untuk diendapkan. Batuan
Greenland mengandung karbonat – jadi mungkin ada
karbon dioksida di atmosfer – dan juga terdapat endapan-
endapan mengandung besi yang paling mungkin, hanya
dapat terbentuk ketika tidak ada ataupun hanya ada sedikit
oksigen di atmosfer. Dan umumnya diduga kalau juga ada
nitrogen di atmosfer purba untuk menjadi penyusun
utamanya seperti sekarang.
Pendapat lain mengatakan kalau atmosfer purba Bumi mirip
dengan Yupiter. Namun pendapat kalau atmosfer purba kita
berat, penuh metana, amonia, dan segala kawanannya ini
tidak didukung oleh bukti dari batuan purba; dan sedikit
pula antusiasme atas gagasan ini sekarang, baik diantara
para geolog, geokimiawan, ataupun astronom planet.
A. AUR BIOGEOKIMIA
Semua makhluk hidup memerlukan berbagai materi organik
dan anorganik. Karbon dioksida dan air diperlukan untuk
proses fotosintesis. Nitrogen merupakan komponen
penyusun protein dan asam nukleat yang ada di dalam
jaringan hidup. Fosfor merupakan unsur penting dalam
pembentukan ATP (energi) dan nukleotida. Semua materi
yang menyusun tubuh makhluk hidup pada saatnya akan
kembali ke alam (atmosfer, air dan tanah), yaitu ketika
mahkluk hidup tersebut mati.
B.
Di alam, tubuh makhluk hidup yang telah mati akan
diuraikan oleh dekomposer sehingga terbentuk senyawa
sederhana. Selanjutnya, senyawa tersebut akan
dimanfaatkan kembali oleh makhluk hidup autrotof. Artinya,
semua materi akan mengalir membentuk suatu daur yang
melibatkan komponen biotik dan abiotik yang disebut daur
biogeokimia.
C.

D.
Geokimia adalah ilmu yang membahas komposisi kimia
bumi dan pertukaran unsur berbagai bagian dari kulit bumi
dan lautnya, sungai-sungai dan perairan lainnya.
B. JENIS-JENIS DAUR KAITANYA DENGAN GEOKIMIA

1. Daur Air
Semua endapan bijih adalah produk dari daur yang sama di
dalam proses-proses geologi yang mengakibatkan
terjadinya tanah, sedimen dan batuan. Gambar merupakan
ringkasan dari daur geologi dan contoh-contoh tipe bijih
yang dihasilkan pada berbagai stadia daur :

Air sangat penting karena fungsinya sebagai pelarut kation


dan anion, pengatur suhu tubuh, pengatur tekanan osmotic
sel, dan bahan baku fotosintetis. Di alam daur air sebagai
berikut: Semua tempat yang terkena enegi matahari (air
laut,dll) akan menguap termasuk pada tumbuhan dan
hewan. Akibat tiupan angin, awan menuju permukaan
daratan.

Molekul air sangat penting bagi kehidupan. Air merupakan


alat transfer utama bagi pemindahan zat dalam beberapa
daur biogeokimia. Air bergerak dalam daur air secara
global. Daur air ialah pergerakan air melalui sistem biotik
dan abiotik.
Dalam proses fotosintesis, air diperlukan untuk membentuk
karbohidrat. Selain itu, air juga diperlukan untuk berbagai
reaksi metabolik di dalam tubuh mahkluk hidup. Di
atmosfer air tersedia dalam bentuk uap air. Uap air berasal
dari proses evaporasi (penguapan). Baik yang berasal dari
danau, sungai, tanah atau permukaan tubuh mahkluk
hidup, permukaan daun tumbuhan (lebih dikenal
transpirasi) terutama evaporasi dari lautan.
Pada saat molekul-molekul air di atmosfer bergerak
mengikuti pola angin, kelembapan udara menyebabkan
suhu menjadi lebih dingin. Selanjutnya, uap air
terkondensasi menjadi tetes-tetes air dan jatuh sebagai air
hujan atau salju. Ketika hujan jatuh di daratan, beberapa di
antaranya menjadi air permukaan, mengalami penguapan,
dan terserap di dalam tanah.Sebagian dari air ini mengalir
ke bawah melewati tanah dan bebatuan, kemudian
tersimpan dalam tanah atau di bawah danau yang disebut
sebagai air tanah dalam. Sebagian lagi mengalir di
permukaan tanah membentuk aliran air dan sungai, yang
mana nantinya membawa air ke lautan. Sebagian air
diserap oleh tumbuhan, digunakan untuk proses
metabolisme dan mengembalikannya ke udara melalui
transpirasi. Transpirasi dan evaporasi dari permukaan tanah
menghasilkan kumpulan uap air yang disebut awan, yang
akan melepaskan airnya sebagai hujan dan memulai siklus
lagi.

Pengaruh suhu yang rendah mengakibatkan terjadinya


kondensasi uap air menjadi titik-titik air hujan. Hujan turun
di permukaan bumi sebagian meresap ke daam tanah,
sebagian dimanfaatkan oleh hewan dan tumbuhan (yang
tidak diserap akan menjadi mata air) sebagian lagi mengalir
ke sungai-sungai sampai laut. Setelah dimanfaatkan
manusia, hewan ,dan tumbuhan dikeluarkan lagi dan
menguap. Dan air yang ada di dalam tanah mengalir
sampai laut semuanya berlanjut terus.
Jika terjadi ganguan daur air, misal illegal logging maka
terjadi banjir dan kegiatan distribusi tak lancar maka terjadi
kekeringan seperti di Indonesia.

2. Daur Karbon dan Oksigen

Dari BlogGer Jendela Dunia Karbon dan oksigen juga


penting bagi kehidupan seperti penyusun materi dalam
tubuh dan digunakan sebagai fotosintetis. Di alam daur ini
sebagai berikut:
Awalnya karbon dioksida diserap oleh tumbuhan melalui
fotosintetis dijadikan glukosa. Lalu disusun menjadi amilum,
kemudian diubah menjadi senyawa gula yang lain, lemak,
protein, dan vitamin. Pada proses pernafasan tumbuhan,
dihasilkan lagi karbondioksida dan oksigen. Daur oksigen
juga sama.
Karbon merupakan bahan dasar dari semua bahan organik.
Aliran karbon berjalan beriringan secara paralel dengan
aliran energi. Sumber pokok karbondioksida (CO2) ada di
atmosfer. Selain itu, komponen karbon juga tersedia dalam
bahan bakar fosil (batu bara, gas alam, dan minyak).

Hewan makan tumbuhan dapat karbon lalu setelah


berjalannya waktu tubuh hewan dan tumbuhan mati dan
diuraikan menjadi karbon dioksida, air, dan mineral. Karbon
tadi dilepaskan ke udara dan seterusnya. Dari keduaunsur
tadi yang paling panjang daurnya adalah karbon.

Karbon dioksida di atmosfer merupakan sumber karbon


bagi tumbuhan, terutama ketika melakukan fotosintesis.
Karbon tersebut dapat berpindah ke hewan ketika mereka
memakan tumbuhan. Selanjutnya, tubuh hewan dan
tumbuhan yang sudah mati akan diuraikan oleh mahkluk
hidup pengurai menjadi karbondioksida, air, dan mineral.
Karbondioksida akan kembali ke atmosfer dari penguraian
juga melalui sistem respirasi.
Pada daur karbon dan oksigen memerlukan hewan dan
tumbuhan yang mati dalam waktu yang lama untuk
membentuk batubara di dalam tanah serta pengurai juga
diperlukan dalam mengurai hewan dan tumbuhan yang
telah mati. Tumbuhan dan hewan juga terlibat dalam daur
air.

3. Daur Nitrogen

Tumbuhan dan hewan membutuhkan nitrogen untuk


membentuk asam amino untuk membentuk protein. Selain
itu, nitrogen diperlukan dalam pembentukan senyawa
nitrogen, seperti asam nukleat (ADN dan ARN). Meskipun
78% di udara terdapat nitrogen bebas, namun tumbuhan
dan hewan pada umumnya tidak mampu menggunakannya
dalam bentuk bebas. Nitrogen harus diubah menjadi bahan
nitrogen lain sehingga dapat digunakan. Nitrogen diikat oleh
bakteri yang ada di dalam tanah (biasanya dalam bentuk
amonia). Selanjutnya oleh bakteri nitrifikasi diubah menjadi
nitrit (NO2-), kemudian menjadi nitrat (NO3-), yang mana
dapat diserap dari tanah oleh tumbuhan (disebut proses
nitrifikasi). Beberapa tanaman mempunyai nodul pada
akarnya yang di dalamnya terdapat bakteri pengikat
nitrogen. Bakteri mengubah banyak nitrogen menjadi asam
amino yang dilepaskan ke jaringan tumbuhan. Tanaman
dengan nodul ini mampu hidup dalam kondisi tanah yang
miskin nitrogen, misalnya ercis, tanaman dengan daun
menjari dan tanaman lain yang termasuk dalam keluarga
kacang-kacangan (legume).
Nitrogen berfungsi sebagai pembentuk asam amino
merupakan persenyawaan pembentuk molekul protein.
Selanjutnya protein sebagai pembentuk tubuh. Daur
Nitrogen di alam sebagai berikut:
Atmosfer mengandung sekitar 70% Nitrogen dalam bentuk
unsur, tapi yang diperlukan dalam bentuk senyawa. Yaitu
ketika petir keluar menyebabkan nitrogen bersenyawa jadi
nitrat. Tumbuhan menyerap nitrat dari tanah utuk dijadikan
protein lalu tumbuhan dimakan oleh kosumer senyawa
nitrogen pindah ke tubuh hewan. Urin, bangkai hewan, dan
tumbuhan mati akan diuraikan oleh pengurai jadi
ammonium dan ammonia. Bakteri Nitrosomonas mengubah
jadi nitritlalu diubah lagi oleh bakteri Nitrobacter menjadi
nitrat. Kemudian nitrat diserap oleh tumbuhan. Selanjutnya
sama dan begitu.

Selain melalui petir juga melalui bakteri Rizobium yang


bersimbiosis pada tumbuhan kacang-kacangan membentuk
bintik akar. Sedikit tambahan proses pengubahan nitrit jadi
nitrat disebut nitrifikasi. Dan proses pengubahan nitrit atau
nitrat jadi nitrogen bebas disebut denitrifikasi.
Kadang-kadang tanaman ini digunakan untuk mengisi lahan
yang miskin nitrogen selama masa perputaran setelah
panen padi. Beberapa hasil penelitian genetik yang
diorientasikan terhadap pemberian tanaman panen yang
lain (jagung, gandum) yang mempunyai kemampuan untuk
mengikat nirogen. Kemampuan yang secara besar dapat
mengurangi kebutuhan pemupukan pertanian. Dalam
ekosistem air, alga hijau-biru juga mampu menyerap
nitrogen. Nitrogen juga dapat terikat di atmosfer melalui
masuknya energi elektrik misalnya melalui penyinaran.
Bakteri pemecah memecah protein dalam tubuh organisme
mati atau hasil sisa mereka menjadi amonium, kemudian
nitrit atau nitrat dan akhirnya menjadi gas nitrogen yang
mana akan dilepaskan ke atmosfer dari mulai nitrogen
diikat dan berputar lagi.Semua hewan hanya memperoleh
nitrogen organik dari tumbuhan atau hewan lain yang
dimakannya. Protein yang dicerna akan menjadi asam
amino yang selanjutnya dapat disusun menjadi protein-
protein baru pada tingkat trofik berikutnya. Ketika makhluk
hidup mati, materi organik yang dikandungnya akan
diuraikan kembali oleh dekomposer sehingga nitrogen dapat
dilepaskan sebagai amonia. Dekomposisi nitrogen organik
menjadi amonia lagi disebut amonifikasi. Proses tersebut
dapat dilakukan oleh beberapa bakteri dan mahkluk hidup
eukariotik.
Contoh beberapa mikroorganisme yang terlibat dalam daur
nitrogen ialah :

1.Nitrosomanas mengubah amonium menjadi nitrit.


2.Nitrobacter mengubah nitrit menjadi nitrat
3.Rhizobium menambat nitrogen dari udara
4.Bakteri hidup bebas pengikat nitrogen seperti
Azotobakter (aerobik) dan Clostridium (anaerobik)
5.Alga biru hijau pengikat nitrogen seperti Anabaena, Nostoc
dan anggota-anggota lain dari ordo Nostocales
6.Bakteri ungu pengikat nitrogen seperti Rhodospirillum
Meskipun pengikatan secara alami menghasilkan cukup
nitrogen untuk proses yang berlangsung secara alami,
namun pembentukan nitrogen oleh industri yang digunakan
untuk pemupukan dan produk lain melampui kebutuhan
ekosistem darat.

3. Daur Fosfor (Daur Sendimentasi)

Fosfor merupakan elemen penting dalam kehidupan karena


semua makhluk hidup membutuhkan fosfor dalam bentuk
ATP (Adenosin Tri Fosfat), sebagai sumber energi untuk
metabolisme sel. Fosfor juga ditemukan sebagai komponen
utama dalam pembentukan gigi dan tulang vertebrata. Daur
fosfor tidak melalui komponen atmosfer. Fosfor terdapat di
alam dalam bentuk ion fosfat (fosfor yang berikatan dengan
oksigen). Ion fosfat terdapat dalam bebatuan. Adanya
peristiwa erosi dan pelapukan menyebabkan fosfat terbawa
menuju sungai hingga laut membentuk sedimen. Adanya
pergerakan dasar bumi menyebabkan sedimen yang
mengandung fosfat muncul ke permukaan. Di darat
tumbuhan mengambil fosfat yang terlarut dalam air tanah.
Fosfor merupakan bahan pembentuk tulang pada hewan.
Semua mahluk memerlukan sebagai pembentuk DNA, RNA,
protein, energi (ATP), dan senyawa organik lainnya. Daur
fosfor lebih sederana dari pada daur lainnya karena tidak
melibatkan atmosfer. Di alam daur fosfor sebagai berikut:

Di dalam tanah mengandung fosfat anorganik yang dapat


diserap oleh tumbuhan. Kemudian tumbuhan dimakan oleh
konsumer sehingga fosfor berpindah ke hewan. Tumbuhan
dan hewan mati, feses, dan urinnya akanterurai menjadi
fosfat organik. Oleh bakteri fosfat tersebut diubah menjadi
fosfat arorganik yang dapat diserap tumbuhan. Dan seperti
biasa akan terulang.
Dan pada daur fosfor diperlukan pengurai untuk
menguraikan hewan dan tumbuhan yang mati menjadi
fosfat anorganik. Fosfat banyak terdapat di batu karang dan
fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk
fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat
anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan
lagi. Siklus ini berulang terus menerus.
Daur sedimentasi disebut juga daur fosfor. Fosfor
merupakan elemen penting dalam kehidupan karena semua
makhluk hidup membutuhkan posfor dalam bentuk ATP
(Adenosin Tri Fosfat), sebagai sumber energi untuk
metabolisme sel.

Posfor terdapat di alam dalam bentuk ion fosfat. Ion Fosfat


terdapat dalam bebatuan. Adanya peristiwa erosi dan
pelapukan menyebabkan fosfat terbawa menuju sungai
hingga laut membentuk sedimen.
Adanya pergerakan dasar bum menyebabkan sedimen yang
mengandung fosfat muncul ke permukaan. Di darat
tumbuhan mengambil fosfat yang terlarut dalam air tanah.

Herbivora mendapatkan fosfat dari tumbuhan yang


dimakannya dan karnivora mendapatkan fosfat dari
herbivora yang dimakannya. Seluruh hewan mengeluarkan
fosfat melalui urin dan feses. Bakteri dan jamur mengurai
bahan-bahan anorganik di dalam tanah lalu melepaskan
pospor kemudian diambil oleh tumbuhan.

5. Daur Belerang

Belerang atau sulfur merupakan unsur penyusun protein.


Tumbuhan mendapat sulfur dari dalam tanah dalam bentuk
sulfat (SO4 ). Kemudian tumbuhan tersebut dimakan hewan
sehingga sulfur berpindah ke hewan. Lalu hewan dan
tumbuhan mati diuraikan menjadi gas H2S atau menjadi
sulfat lagi. Secara alami, belerang terkandung dalam tanah
dalam bentuk mineral tanah. Ada juga yang gunung berapi
dan sisa pembakaran minyak bumi dan batubara.
Daur tipe sedimen cenderung untuk lebih kurang sempurna
dan lebih mudah diganggu oleh gangguan setempat sebab
sebagian besar bahan terdapat dalam tempat dan relatif
tidak aktif dan tidak bergerak di dalam kulit bumi.
Akibatnya, beberapa bagian dari bahan yang dapat
dipertukarkan cenderung " hilang" untuk waktu yang lama
apabila gerakan menurunnya jauh lebih cepat dari pada
gerakan "naik" kembali. Setiap daur melibatkan unsur
organisme untuk membantu menguraikan senyawa-
senyawa menjadi unsur-unsur. Dalam daur belerang
misalnya, mikroorganisme yang bertanggung jawab dalam
setiap trasformasi adalah sebagai berikut :

1. H2S → S → SO4; bakteri sulfur tak berwarna, hijau dan


ungu.
2. SO4 → H2S (reduksi sulfat anaerobik), bakteri
desulfovibrio.
3. H2S → SO4 (Pengokaidasi sulfide aerobik); bakteri
thiobacilli.
4. S organik → SO4 + H2S, masing-masing mikroorganisme
heterotrofik aerobik dan anaerobik.
E.
Selain itu ada beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur
sulfur, antara lain Desulfomaculum dan Desulfibro yang
akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk
hidrogen sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan bakteri
fotoautotrof aerob seperti Chromatium dan melepaskan
sulfur dan oksigen. Sulfur dioksida menjadi sulfat oleh
bakteri kemolitotrof seperti Thiobacillus.

ANABAENA, NOSTOC, DAN RHIZOBIUM SERTA


PENGARUHNYA TERHADAP LINGKUNGAN
F.
Anabaena dan nostoc merupakan jenis mikroalga.
Anabaena dan Nostoc termasuk alga biru-hijau yang dapat
menambat Nitrogen dari udara melalui kerjasama atau
simbiosis dengan Azolla sp.
Efektifitas pertumbuhan dan perkembangan Anabaena dan
Nostoc sangatlah ditentukan oleh media dimana mereka itu
ditumbuhkan. Untuk menghasilkan pertumbuhan yang
optimum, Anabaena dan Nostoc memerlukan unsur Co dan
Mo. Hal ini menunjukkan bahwa larutan nutrisi tersebut
mempunyai pengaruh terhadap kedua organisme tersebut.
G.
Produktifitas dan mutu mikroalga dapat dipengaruhi
beberapa faktor diantaranya kandungan unsur hara pada
media tumbuh. Kandungan mineral alga berkisar antara 6-
39% berat kering dengan ion-ion utamanya adalah fosfor,
sulfur, kalsium, natrium, khlor, besi, magnesium dan seng,
serta mangan, tembaga dan cobalt terdapat dalam jumlah
yang relatif kecil. Selain itu faktor abiotik yang
mempengaruhi kehidupan organisme ini adalah suhu, arus,
oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan
kimia (COD), serta kandungan nitrogen (N), kedalaman air,
dan substrat dasar.
H.
Rhizobium merupakan bakteri yang bernodulasi dengan
akar. Rhizobium dapat tumbuh dengan optimum pada
temperatur antara 25-30°C dan pH 6.0-7.0. Rhizobium
pada kondisi masam (pH rendah) tidak dapat menginfeksi
akar tanaman. Kondisi asam menyebabkan kondisi
Rhizobium stress. Ketersediaan Mn dan Fe dalam tanah
masam juga berpengaruh terhadap aktivitas Rhizobium.
Apabila ketersediaan Mn tinggi dapat menghambat
perkembangan bakteri Rhizobium.
I.
Metabolisme aerobik yang biasa digunakan Rhizobium yaitu
dengan tekanan oksigen lebih rendah daripada 0.1 atm.
Kecepatan 90 rpm dalam inkubasi merupakan kecepatan
optimal yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri
Rhizobium. Faktor abiotik dan biotik seperti kemasaman
tanah, kelembaban tanah, suhu tanah, senyawa organik
dan anorganik juga mempengaruhi pertumbuhan
Rhizobium.

• Golonga nnaphthenic (CnH2n ) :


Naft en atau naphtenic dijumpai pada hampir semua mi
nyak mentah. Naften memiliki formula yang sama dengan olefin, namun
sifatnya jauhberbeda. Naften adalah senyawa hidrokarbon siklus yang
jenuh. Naften tidak memiliki ikatan rangkap sehingga tidak dapat
bereaksi secara langsung. Naften juga tidak larutdalam asam sulfat.
Naften diketahui juga bahwa naphtenic adalah hidrokarbon
yangmembentuk struktur cincin tertutup dan cincin itu juga
mengikat paraffin di samping.Minyak bumi di alam tidak pernah terdapat
dalam bentuk parafin murni maupun aspaltinmurni, tetapi selalu dalam
bentuk campuran antara parafin dan aspaltin.

Pengelompokanm i n y a k bumi menjadi minyak bumi jenis


p a r a f i n d a n m i n y a k b u m i j e n i s a s p a l t i n berdasarkan
banyak atau dominasi minyak parafin atau aspaltin dalam minyak
bumi.Artinya minyak bumi dikatakan jenis parafin jika senyawa
parafinnya lebih dominandiband ingkan
aromat dan/atau siklo parafinnya. Begitu juga
sebaliknya. Dalam skala industri, produk dari minyak bumi
dikelompokkan berdasarkan rentang titik didihnya,atau berdasarkan
trayek titik didihnya. Pengelompokan produk berdasarkan titik didih inilebih
sering dilakukan dibandingkan pengelompokan berdasarkan
komposisinya.Minyak bumi tidak seluruhnya terdiri dari hidrokarbon murni.

• Golongan aromatik (CnH2n-6) : Seri aromatik disebut juga seri benzen. Seri
hidrokarbonini memiliki sifat aktif yang sangat berbeda dengan parafin dan
naften. Aromatik hidrokarbon inimemiliki cincin benzen yang sangat stabil,
dapat dioksidasi dan membentuk asam organik.Seriaromatik dapat
merupakan produk adisi atau substitusi, bergantung pada kondisi reaksi.
Sebagianminyak mentah di Sumatra dan Kalimantan kaya akan
aromatik. Seri ini banyak ditemukan didalam reformate gasoline secara
katalitik.

• Golongan olefinik : Golongan ini umumnya tidak ditemukan dalam


crude oil, demikian juga dengan hidrokarbon asetilenik sangat
jarang.

C r u d e o i l , mengan dung sejumlah senyawan non hidrokarbon


, terutama senyawaan Sulfur, senyawaan Nitrogen, senyawaan Oksigen,
senyawaanOrgano Metalik (dalam jumlah kecil/trace sebagai larutan) dan
garam-garam anorganik (sebagaisuspen si koloidal). adalah
golongan alkena
(ada ikatan rangkap antar atom carbon) Contoh : etilen,
propylene dibawah ini adalah senyawa non hidrokarbon yang ada:

1. Seny awaan Sulfur


Crude oil yang densitynya lebih tinggi mempunyai kandungan Sulfur yang
lebih tinggu pula. Keberadaan Sulfur dalam minyak bumi sering banyak
menimbulkan akibat,misalnya dalam gasoline dapat menyebabkan
korosi (khususnya dalam keadaan dinginatau berair), karena
terbentuknya asam yang dihasilkan dari oksida sulfur (sebagai
hasilpembakaran gasoline) dan air.

2. Seny awaan Oksigen


Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah kurang dari 2 % dan
menaik dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen bisa
menaik apabila produk itul a m a berhubungan dengan udara.
Oksigen dalam minyak bumi berada dalam b e n t u k ikatan
sebagai asam karboksilat, keton, ester, eter, anhidrida, senyawa
monosiklo dandisiklo dan phenol. Sebagai asam karboksilat berupa
asam Naphthenat (asam alisiklik)dan asam alifatik.

3.Senyawaan Nitrogen
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah,
yaitu 0,1-0,9%. Kandungan tertinggi terdapat pada tipe Asphalitik.
Nitrogen mempunyai sifat racunterhadap katalis dan dapat
membentuk gum / getah pada fuel oil. Kandungan
nitrogenterbanyak terdapat pada fraksi titik didih tinggi. Nitrogen
klas dasar yang mempunyaiberat molekul yang relatif rendah dapat
diekstrak dengan asam mineral encer, sedangkanyang mempunyai berat
molekul yang tinggi tidak dapat diekstrak dengan asam
mineralencer.J a d i minyak bumi atau crude oil adalah
merupakan campuran dari berbagai m a c a m hidrokarbon dari
rentan yang paling kecil seperti misalnya metan yang hanyan
memiliki satuatom karbon sampai dengan rentan yang terbesar
yang memiliki atom karbon 200 atau
lebih.P a d a
dunia perminyak dikenal juga istilah cra
cking, dimana C r a c k i n g a d a l a h p e n g u r a i a n molekul-
molekul senyawa hidrokarbon yang besar menjadi molekul-molekul
senyawahidrokarbon yang kecil. Contoh cracking ini adalah pengolahan
minyak solar atau minyak tanah menjadi bensin. Proses ini terutama
ditujukan untuk memperbaiki kualitas dan perolehan
fraksig a s o l i n
(bensin). Kualitas gasolin sangat diten
t u k a n o l e h s i f a t a n t i k n o c k ( k e t u k a n ) y g d inyatakan
dalam bilangan oktan. Bilangan oktan 100 diberikan pada isooktan
(2,2,4-trimetilpentana) yang mempunyai sifat anti knocking yang
istimewa, dan bilangan oktan 0 diberikan p a d a n-
heptana yang
mempunyai sifat anti knock yang buruk. Gas
o l i n y a n g d i u j i a k a n dibandingkan dengan campu
ran isooktana dan nheptana. Bilangan oktan dipe
n g a r u h i o l e h beberapa struktur molekul hidrokarbon. Selain itu
juga dikenal istilah reforming, yaitu perubahandari bentuk molekul bensin
yang bermutu kurang baik (rantai karbon lurus) menjadi bensin
yangbermutu lebih baik (rantai karbon bercabang)
.
Kedua jenis bensin ini memiliki rumus molekulyang sama bentuk
strukturnya yang berbeda. Oleh karena itu, proses ini juga disebut
isomerisasi.Reforming dilakukan dengan menggunakan katalis dan
pemanasan.Dibawah ini merupakan hasil produk dari minyak bumi :
• Gasolin (bensin) : biasa digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.
• Kerosin (minyak tanah) : biasa digunakan sebagai bahan bakar untuk
keperluan rumahtangga. Selain itu kerosin juga digunakan sebagai bahan
baku pembuatan bensin
melaluip r o s e s cracking. Kerosin dapat juga diartikan
s e b a g a i c a i r a n h i d r o k a r b o n y a n g t a k berwarna dan
mudah terbakar biasanya, kerosin didistilasi langsung dari minyak
mentahmembu tuhkan perawatan khusus. Kerosene dapat
juga diproduksi oleh hidrocracker, yang digunakan untuk
mengupgrade bagian dari minyak mentah yang akan bagus untuk bahan
bakar minyak. Penggunaanya sebagai bahan bakar untuk memasak
terbatas dinegara berkembang, di mana dia kurang disuling dan
mengandung ketidak murnian danbahkan "debris". Bahan bakar mesin
jet adalah kerosene yang mencapai spesifikasi yang diperketat, terutama titik
asap dan titik beku.
• Minyak solar atau minyak diesel : biasa digunakan sebagai bahan
bakar untuk mesind i e s e l pada kendaraan bermotor seperti
bus, truk, kereta api dan
traktor.lainnya,minyak solar juga digunakan sebaga
i b a h a n b a k u p e m b u a t a n b e n s i n m e l a l u i p r o s e s crac
king.
• Minyak pelumas, biasa digunakan untuk lubrikasi
mesin-mesin.
• Residu : minyak bumi yang terdiri dari Parafin
misalnya, yang digunakan dalam prosespembuatan obat-obatan,
kosmetika, tutup botol, industri tenun menenun, korek api, lilin batik, dan
masih banyak lagi. Aspal juga salah satu dari produknya,
yang digunakansebagai pengeras jalan raya
ukasi.net/mapok/

Aplikasi Metode Isotop


Metode isotop dan geokimia memiliki peran penting dalam
eksplorasi dan eksploitasi energi panasbumi serta
pengembangannya. Metode geokimia menyediakan
berbagai informasi penting antara lain sifat kimia fluida
reservoir, temperatur reservoir, rasio uap – air (fraksi uap)
dalam reservoir, kesetimbangan mineral serta potensi
korosi danscaling. Pada lapangan panasbumi yang telah
beroperasi, monitoring geokimia merupakan metode yang
sangat penting untuk memantau respon reservoir terhadap
produksi.
Bumi terdiri dari banyak elemen dan unsur, yang memiliki
sifat kimia berbeda-beda. Bagi para geologist, salah satu
unsur yang sangat menarik perhatian adalah zat
hidrokarbon yang biasa disebut minyak bumi.

Minyak bumi merupakan salah satu zat kimia hidrokarbon.


Terdiri dari komposisi unsur C, H, dan O yang beragam.
Memiliki nilai jual tinggi dan sangat berguna bagi
kehidupan. Namun apakah fakta yang tersembunyi dari
minyak bumi?

Saat ini, sejumlah besar ilmuwan secara umum


berpendapat bahwa minyak bumi adalah makhluk hidup
purbakala yang di bawah tekanan suhu tinggi dan setelah
melalui proses pengolahan dalam jangka waktu yang
panjang serta lamban, maka makhluk hidup zaman
purbakala baru berubah menjadi minyak bumi. Namun,
yang membuat para ilmuwan bingung adalah sebenarnya
butuh berapa kali organisme prasejarah dalam skala besar
terkumpul dan terkubur, baru bisa menghasilkan minyak
bumi yang sedemikian banyak seperti sekarang ini?

Masalah ini terjawab di majalah Scientist akhir November


2003. Penulis artikel tersebut yakni Jeffry S. Dukes dari
Universitas Utah, melalui hasil hitungan dari data industri
dan geokimia serta biologi yang ada sekarang: 1 galon
minyak bumi Amerika, ternyata membutuhkan 90 ton
tumbuhan purbakala sebagai bahan material, artinya 1 liter
minyak bumi berasal dari 23,5 ton tumbuhan purbakala.
Lalu berapa tumbuhan yang dapat mencapai 23,5 ton itu?
Hasil hitungan didapati, bahwa itu setara dengan 16.200
meter persegi jumlah tanaman gandum, teremasuk daun,
tangkai dan seluruh akarnya.
Mengapa membutuhkan makhluk hidup purbakala dalam
jumlah yang sedemikian besar baru bisa mengubahnya
menjadi minyak bumi? Penyebabnya adalah bahwa minyak
bumi harus di bawah tekanan suhu tinggi, dengan demikian
baru bisa menghasilkan minyak bumi, lalu setelah makhluk
hidup purbakala mati, jika penguburan tidak cepat, maka
akan lapuk dan terurai. Namun, masalahnya adalah
sebenarnya berapa besar rasio makhluk hidup purbakala
berubah menjadi energi fosil? Penulis mengatakan: Kurang
dari 1/10.000! Sebab sebagian besar karbon kembali ke
atmosfer setelah melalui penguraian. Dan sejumlah kecil
yang tersisa baru dapat berubah menjadi bahan bakar fosil.

Berdasarkan hitungan jumlah pemakaian minyak bumi


seluruh dunia tahun 1997, energi fosil yang dihabiskan
seluruh dunia waktu itu setara dengan 400 kali lipat jumlah
semua tumbuhan di atas bumi yang bisa menghasilkan
minyak.

Dilihat dari segi lainnya, data geologi menunjukkan, bahwa


bumi pada zaman purbakala mutlak tidak mungkin lebih
besar ukurannya dibanding bumi saat ini, lagi pula jumlah
kandungan oksigen di udara dan suhu udara pada zaman
purbakala kurang lebih 30% lebih tinggi dibanding bumi
saat ini, atau dengan kata lain, kecepatan busuknya
makhluk hidup lebih cepat dibanding sekarang. Seandainya
minyak bumi berasal dari jasad makhluk hidup melalui
sirkulasi karbon, maka meskipun bentuk tubuh makhluk
hidup purbakala lebih besar, namun jika rasio penguburan
lebih cepat dan skala besar malahan sangat rendah juga
akan sangat sulit, ini adalah yang bisa diketahui dari fosil
dinosaurus yang tidak sempurna dan tidak banyak
jumlahnya, yang hanya dapat kita gali sekarang ini.
Sebuah fosil individual dinosaurus yang demikian tidak
mudah untuk disimpan, lalu berapa besar rasionya jasad
dinosaurus dalam skala besar yang harus segera dikubur?.
GEOKIMIA ORGANIK
Geokimia Organik
1. Hidrokarbon (Petroleum)
2. Untuk Karbon (Batubara)

Keberadaan Minyak Bumi :


BATUAN INDUK
*BATUAN YANG MENGHASILKAN HIDROKARBON
*KAYA ORGANIK, BERBUTIR HALUS
*Contohnya SERPIH, BATUGAMPING

BATUAN RESERVOAR / WADUK


*BATUAN TEMPAT AKUMULASI HIDROKARBON
*POROSITAS DAN PERMEABILITAS TINGGI
*Contohnya BATUPASIR, BATUGAMPING

PERANGKAP
*SISTEM YG MENGHALANGI HIDROKARBON LOLOS KE PERMUKAAN
KEROGEN TIPE-I

• Persentase karbon yg dapat diubah dlm TOC tinggi (>70%) ; menghasilkan


HK berkonsentrasi parafinik lbh tinggi drp kerogen Tipe-II dan Tipe-III

KEROGEN TIPE-II

• Persentase karbon yg dpt diubah antara 30-70% ; menghasilkan HK


campuran yg kompleks.

KEROGEN TIPE-III

• Potensi pembentukan HK lebih rendah drp Kerogen Tipe-I dan II (<30%) ;


terutama menghasilkan gas.
DIAGENESIS

• Transformasi material organik dlm lingkungan sedimen,


terjadi pada temperatur rendah
Tipe Kerogen
Berdasarkan komposisi unsur-unsur kimia yaitu karbon
(C), hidrogen (H) dan oksigen (O), pada awalnya kerogen
dibedakan menjadi 3 tipe utama yaitu kerogen tipe I, tipe
II, dan tipe III (Tissot dan Welte, 1984 dalam Killops dan
Killops, 2005), yang kemudian dalam penyelidikan
selanjutnya ditemukan kerogen tipe IV (Waples, 1985).
Masing-masing tipe dicirikan oleh jalur evolusinya dalam
diagram van Krevelen

Kerogen Tipe I (highly oil prone - oil prone)


Kerogen Tipe I memiliki perbandingan atom H/C
tinggi(≥ l,5), dan O/C rendah (< 0,1). Tipe kerogen ini
sebagian berasal dari bahan organik yang kaya akan lipid
(misal akumulasi material alga) khususnya senyawa alifatik
rantai panjang. Kandungan hidrogen yang dimiliki oleh tipe
kerogen I sangat tinggi, karena memiliki sedikit gugus
lingkar atau struktur aromatik. Kandungan oksigennya jauh
lebih rendah karena terbentuk dari material lemak yang
miskin oksigen. Kerogen tipe ini menunjukkan
kecenderungan besar untuk menghasilkan hidrokarbon cair
atau minyak.
Kerogen tipe I berwarna gelap, suram dan baik
berstruktur laminasi maupun tidak berstruktur. Kerogen ini
biasanya terbentuk oleh butiran yang relatif halus, kaya
material organik, lumpur anoksik yang terendapkan dengan
perlahan-lahan (tenang), sedikit oksigen, dan terbentuk
pada lingkungan air yang dangkal seperti lagoondan danau.

Kerogen Tipe II (oil and gas prone)


Kerogen Tipe II memiliki perbandingan atom H/C
relatif tinggi (1,2 – 1,5), sedangkan perbandingan atom
O/C relatif rendah (0,1 – 0,2). kerogen tipe ini dapat
menghasilkan minyak dan gas, tergantung pada tingkat
kematangan termalnya. Kerogen tipe II dapat terbentuk
dari beberapa sumber yang berbeda – beda yaitu alga laut,
polen dan spora, lapisan lilin tanaman, fosil resin, dan
selain itu juga bisa berasal dari lemak tanaman. Hal ini
terjadi akibat adanya percampuran antara material
organik autochton berupa phytoplankton kemungkinan
juga zooplankton dan bakteri) bersama-sama dengan
material allochton yang didominasi oleh material dari
tumbuh-tumbuhan seperti polen dan spora. Percampuran
ini menunjukkan adanya gabungan karakteristik antara
kerogen tipe I dan tipe III.

Kandungan hidrogen yang dimiliki kerogen tipe II ini sangat


tinggi, sedangkan kandungan oksigennya jauh lebih rendah
karena kerogen tipe ini terbentuk dari material lemak yang
miskin oksigen. Kerogen tipe II tersusun oleh senyawa
alifatik rantai sedang (lebih dari C25) dalam jumlah yang
cukup besar dan sebagian besar naftena (rantai siklik).
Pada kerogen tipe ini juga sering ditemukan unsur belerang
dalam jumlah yang besar dalam rantai siklik dan
kemungkinan juga dalam ikatan sulfida. Kerogen tipe II
yang banyak mengandung belerang secara lebih lanjut
dapat dikelompokkan lagi menjadi kerogen tipe II–S
dengan persen berat belerang (S) organik 8 – 14% dan
rasio S/C > 0,04 (Orr, 1986 dalam Killops dan Killops,
2005).

Kerogen Tipe III (gas prone)


Kerogen Tipe III memiliki perbandingan atom H/C
yang relatif rendah (< 1,0) dan perbandingan O/C yang
tinggi (> 0,3). Kandungan hidrogen yang dimiliki relatif
rendah, karena terdiri dari sistem aromatik yang intensif,
sedangkan kandungan oksigennya tinggi karena terbentuk
dari lignin, selulosa, fenol dan karbohidrat. Kerogen Tipe III
terutama berasal dari tumbuhan darat yang hanya sedikit
mengandung lemak dan zat lilin. Kerogen tipe ini
menunjukkan kecenderungan besar untuk membentuk gas
(gas prone).

Kerogen Tipe IV (inert)


Kerogen tipe IV terutama tersusun atas material
rombakan berwarna hitam dan opak. Sebagian besar
kerogen tipe IV tersusun atas kelompok maseral inertinit
dengan sedikit vitrinit. Kerogen tipe ini tidak memiliki
kecenderungan menghasilkan hidrokarbon sehingga
terkadang kerogen tipe ini dianggap bukan kerogen yang
sebenarnya. Kerogen ini kemungkinan terbentuk dari
material tumbuhan yang telah teroksidasi seluruhnya di
permukaan dan kemudian terbawa ke lingkungan
pengendapannya. Kerogen tipe IV hanya tersusun oleh
senyawa aromatik.

GEOKIMIA PETROLEUM
Geokimia petroleum (minyak dan gas bumi) adalah penerapan
prinsip-prinsip kimia yang mempelajari tentang asal, migrasi,
akumulasi dan alterasi dari petroleum (minyak dan gas bumi )
selain itu menerapkan konsep-konsepnya dalam rangka
eksplorasi petroleum yang lebih efektif.

Walaupun sebenarnya pengetahuan dan ekspolari minyak &


gas bumi telah berlangsung sejak zaman dahulu, namun begitu,
seiring berkembangnya waktu, ilmu semakin berkembang,
dengan lahirnya teknologi-teknologi terbarukan sehingga
semakin memudahkan dalam eksplorasi minyak dan gas bumi
untuk memenuhi kebutuhan energi.

Teori Pembentukan Minyak dan Gas Bumi

1. Teori Anorganik (dikembangkan oleh peneliti Rusia),


teori ini menjelaskan bahwa gas dan cairan
hidrokarbon ditemukan dalam lingkungan batuan
beku dan batuan metamorf, misalnya pada laporan
Kudryavtzev (1959) yang menyimpulkan bahwa
hidrokarbon terbentuk secara proses abiogenik.
Ternyata setelah dilakukan penelitian lebih detail
lagi, hidrokarbon tersebut berasal dari material
organik yang diendapkan bersama sedimen dan telah
mengalami ubahan

2. Teori Organik (dikembangkan oleh peneliti Amerika


dan Eropa), teori ini banyak dianut orang pada saat
ini, dimana hidrokarbon berasal dari material organik
yang diendapkan di dalam batuan sedimen berbutir
halus.
Teori tentang cebakan minyak dan gas bumi yang
paling umum dan mendasar adalah teori antklin,
dimana menurut teori ini dikarenakan massa jenis
minyak lebih rendah daripada massa jenis air maka
minyak akan selalu bergerak dan berada diatas air
dan akan berhenti dalam lapisan yang bagian atasnya
terbuka ke bawah yaitu suatu bentuk antiklin. Prinsip
dasar dalam menemukan cadangan minyak
berpotensi dalam suatu struktur-struktur terkadang
masih dilakukan, akan tetapi dengan teknologi terkini
sebagian besar pemetaan geologi permukaan telah
lama diganti atau dilengkapi dengan pemetaan
geofisika tiga-dimensi struktur bawah permukaan.

Kegunaan geokimia

Geokimia menjawab berbagai tantangan ekplorasi


dan eksploitasi termasuk ketika minyak semakin sulit
ditemukan. Apa komposisi petroleum?, Bagaimana
keadaan asalnya?, dan bagaimana cara
dia bermigrasi?
Lebih dari 100 tahun penyelidikan dan penelitian
telah menunjukkan bahwa sebagian besar minyak
dunia berasal dari penguraian bahan organik yang
tersimpan dalam cekungan sedimen. Pengamatan
geologi lapangan di akhir abad kesembilan belas
menyatakan bahwa bahwa minyak berasal dari serpih
bitumen dan bermigrasi ke dalam batupasir. Dalam
tahap eklporasi diperlukan analisa yang cukup
mengenai tahapan-tahapan pembentukan minyak
bumi mulai dari deposisi zat organik, pengawetan zat
organic dalam sedimen, transformasi zat organik
menjadi minyak bumi, serta migrasi, dan akumulasi
minyak dan gas bumi.

Eksplorasi yang sukses tergantung pada faktor-faktor dibawah ini:

1. Adanya jebakan (struktur, reservoir, seal)


2. Akumulasi muatan minyak (sumber, pematangan,
migrasi ke waktu perangkap)
3. Pematangan minyak terperangkap (sejarah termal,
invasi perairan meteoric

Fasies organik yang berbeda menghasilkan dan


mengeluarkan jumlah minyak dan gas yang berbeda pula
Petroleum generative depression adalah suatu area dimana
batuan induk yang kaya sumber organik berada pada suhu
cukup tinggi untuk menghasilkan dan mengeluarkan
sejumlah besar minyak bumi.

Karbon dan Asal Mula Kehidupan


Keunikan karbon yang dapat membentuk unsur dasar
kehidupan, terletak pada kemampuannya untuk bergabung
dengan dirinya sendiri membentuk rantai karbon yang
panjang, dan kompleks, Walaupun ada unsure lain yakni
silikon yang mempunyai electron valensi yang sama
sebesar 4. Namun Rantai silicon banyak mempunyai
kelemahan, diantaranya:
1. Energi ikatannya lemah. Energi ikatan antar Silikon
sebesar 53 kkal/mol sedangkan energi ikatan antar Karbon
sebesar 83 kkal/mol
2. Tidak stabil
3. Struktur molekul paling sederhana dari Silikon adalah
SiO2 yang berbentuk solid dan cair ini menyebabakan tidak
ada mobilitas sirkulasi dari SiO2 dalam lingkungan hydrosfer
dan biosfer berbeda dengan karbon dengan struktur
molekul paling sederhana CO2 cenderung lebih dinamis.
Karbon menjadi struktur dasar semua kehidupan seperti
yang kita tahu itu sejak awal kehidupan di bumi. Akibatnya,
kimia karbon sering disebut sebagaikimia organik,
sedangkan bahan kimia dari semua elemen lain yang
disebutkimia anorganik.

Sejarah Awal Mula Kehidupan

Keterangan: Ga=109 tahun lalu, PAL= present atmosphere level (kandungan O2).
Stomatolit= struktur organo-sedimen (simbiose antara ganggang-sedimen gampingan)
Potensi Petroleum Batuan Prikambrium
Bukti awal kehidupan dengan ditemukannya stromatolit 3,5 Milyar
tahun yang lalu. Beberapa penelitian dan analisis sedimen
Prakambrium menunjukkan bahwa tidak memiliki kualitas batuan
sedimen Fanerozoikum, baik dalam jumlah kandungan kerogen atau
hidrogen. Minyak dan gas akan terus ditemukan, khususnya dalam
sedimen prikambrium nonalterasi, namun jumlah tersebut tidak akan
menjadi besar kecuali jika batuan sumber kaya bahan organik,
kerogen, atau konten hidrogen mereka tidak luas, dan sistem
reservoir yang terjaga dengan baik
Bukti pertama kehidupan adalah dalam 3,5 stromatolites Ga dalam
ringkasan, analisis sedimen Prakambrium menunjukkan bahwa
mereka kurang kualitas sumber batuan sedimen Fanerozoikum, atau
jumlah kerogen dan konten hidrogen. Minyak dan gas akan terus
ditemukan, terutama di sedimen dari Prakambrium unalterated,
kerogen mereka tidak secara luas dehydrogenated, dan reservoir
Recks yang sangat terawat dengan baik

Cadangan Karbon dalam Batuan Sedimen


Siklus karbon terjadi di lingkup biosfer maka dalam hal ini akan
terjadi proses fotosintesis dan oksidasi. Prose terjadinya siklus
karbon sehingga menghasilkan petroleum sebagai berikut:
Fitoplankton (jenis tumbuhan) menggunakan CO2 untuk membentuk
karbon dalam sel mereka, selanjutnya zooplankton (hewan)
memakan fitoplankton dan mengeluarkan kelebihan karbon dalam
bentuk CO2. Organisme yang mati akan teroksidasi menjadi CO2,
sehingga keluar dari siklus ini, jumlahnya sekitar 0,1% dari total
karbon keseluruhan ditarik dan terkubur oleh sedimen (Ryther,
1970). Sejak awal kehidupan, sekitar 0,1% carbon telah menjadi
akumulasi minyak komersial yang berlangsung sampai sekarang.
Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi
Teknik Eksplorasi
1. Mencari rembesan minyak (prospektor)
2. Metode Geofisika
3. Metode Geokimia

Anda mungkin juga menyukai