Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh:

CLARA SUSANA WUDA

NIM : PO530320218993

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ENDE

2019
A.Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya
guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan
diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk
dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).

B. Jenis–Jenis Perawatan Diri

1. Kurang perawatan diri :Mandi / kebersihan Kurang perawatan diri (mandi) adalah
gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias. Kurang perawatan diri
(mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas
berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : Maka Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan
kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri : Toileting Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri
(Nurjannah : 2004, 79 ).

C. Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai
berikut :

1. Kelelaha fisik
2. Penurunan kesadaran

Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1. Faktor prediposisi

a. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga


perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun.
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:

a). Body Image


Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.
b). Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan
rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan
gangguan interaksi sosial.

D. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
a) Fisik
Badan bau, pakaian kotor,Rambut dan kulit kotor,Kuku panjang dan kotor,Gigi kotor
disertai,mulut bau,penampilan tidak rapi.

b) Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif.,Menarik diri, isolasi diri,Merasa tak berdaya, rendah diri dan
merasa hina.
c) Sosial
Interaksi kurang,Kegiatan kurang,Tidak mampu berperilaku sesuai norma.,Cara makan
tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu
mandiri.
ILUSTRASI KASUS

Tn. R berumur 58 tahun, seorang duda yang hidup sendiri. Badannya sudah sakit sakitan
karena harus kerja pagi dan pulang malam, kerjanya juga tidak menentu asalkan makan.
Sewaktu istrinya masih hidup, istrinya yang bekerja memenuhi kebutuhan sebagai tukang
jahit, dan mengurus suaminya yang sakit. sejak beberapa minggu lalu istrinya meninggal
dunia tidak ada lagi yang merawat dirinya. Juga tidak ada waktu lagi untuk
memperhatikan kebersihan dirinya, yang ia pentingkan bisa makan dalam sehari saja
sudah bersyukur.
Dari kasus diatas didapatkan
DATA BIOGRAFI
Nama : Tn. R
Umur : 58 tahun
Agama : kristen
Alamat : Jl..bukit raya, medan.
Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :
DS : pasien mengatakan ia merasa lemah, Malas untuk beraktivitas setelah pulang
kerja,Merasa tidak berdaya.

DO: Rambut kotor, acak – acakan,Badan dan pakaian kotor dan bau,Mulut dan gigi
bau,Kulit kusam dan kotor,Kuku panjang dan tidak terawat

Diagnosa keperawatan :
a. Defisit perawatan diri
b. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

TUJUAN UMUM
Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri.
TUJUAN KHUSUS
pasien menyadari pentingnya perawatan diri
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

PRINSIP INTERVENSI RASIONAL


Membina hubungan saling a.Berikan salam setiap Rasa saling percaya adalah
percaya berinteraksi. fasilitas untuk ekspresi
b. Perkenalkan nama, nama pikiran/perasaan secara
panggilan perawat dan tujuan terbuka.
perawat berkenalan.
c. Tanyakan nama dan
panggilan kesukaan klien.
d. Tunjukan sikap jujur dan
menepati janji setiap kali
berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan dan
masalah yang dihadapi klien.
f. Buat kontrak interaksi yang
mengenal tentang pentingnya jelas.
kebersihan diri. g. Dengarkan ungkapan Pengetahun tentang
perasaan klien dengan pentingnya perawatan diri
empati. meningkatkan motivasi.
h. Penuhi kebutuhan dasar
klien

Diskusikan bersama klien


pentingnya kebersihan diri
dengan cara menjelaskan
pengertian tentang arti bersih
Membimbing dan menolong dan tanda- tanda bersih.
klien merawat diri.
c. Dorong klien untuk
Bimbingan perawat akan
menyebutkan 3 dari 5 tanda mempermudah pasien
kebersihan diri. melakukan perawatan diri.
d. Diskusikan fungsi
kebersihan diri dengan
menggali pengetahuan klien
melakukan kebersihan terhadap hal yang
perawatan diri secara
berhubungan dengan
mandiri.
kebersihan diri.
e. Bantu klien
mempertahankan kebersihan mengungkapkan arti
diri secara mandiri. kebersihan diri dan tujuan
memelihara kebersihan diri.
f. Beri reinforcement positif
setelah klien mampu
mengungkapkan arti
kebersihan diri.
g. Ingatkan klien untuk
memelihara kebersihan diri
seperti: mandi 2 kali pagi dan Meningkatkan motivasi akan
sore, sikat gigi minimal 2 pentingnya kebersihan,dan
kali sehari (sesudah makan mudah untu melakukannya
dan sebelum tidur), keramas
dan menyisir rambut, gunting
kuku jika panjang.

a.Motivasi klien untuk


Membiasakan diri untuk
mandi.
melakukan perawatan diri
b. Beri kesempatan untuk
sendiri.
mandi, beri kesempatan klien
untuk mendemonstrasikan
cara memelihara kebersihan
diri yang benar.
c. Anjurkan klien untuk
mengganti baju setiap hari.
d. Kaji keinginan klien untuk
memotong kuku dan
merapikan rambut.
e. Kolaborasi dengan perawat
ruangan untuk pengelolaan
fasilitas perawatan
kebersihan diri, seperti mandi
dan kebersihan kamar mandi.
Monitor klien dalam
melakukan kebersihan diri
secara teratur, ingatkan untuk
mencuci rambut, menyisir,
gosok gigi, ganti baju dan
pakai sandal.

Klien selalu tampak rapi

Beri reinforcement positif


jika berhasil melakukan
kebersihan diri.

Kriteria evaluasi
Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat:
a. Wajah cerah, tersenyum
b. Mau berkenalan
c. Ada kontak mata
d. Menerima kehadiran perawat
e. Bersedia menceritakan perasaannya

Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali pertemuan, mampu menyebutkan
kembali kebersihan untuk kesehatan seperti mencegah penyakit dan klien dapat meningkatkan
cara merawat diri.
Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi pakai sabun dan disiram pakai
air sampai bersih, mengganti pakaian bersih sehari–hari, dan merapikan penampilan.

Setelah satu minggu klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri secara rutin dan teratur
tanpa anjuran, seperti mandi pagi dan sore, ganti baju setiap hari, penampilan bersih dan rapi.

Klien selalu tampak bersih dan rapi.


Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

Anda mungkin juga menyukai